Anda di halaman 1dari 6

Kokoh dalam Runtuh

Ruang itu bagai memenjara

Jatiku menghilang kala langkah memasukinya

Memcoba biasa tapi tak bisa

Sebab jiwa terlanjur meregang kecewa

Rintik hujan saksi dalamnya luka

Meratap tapi tak kuasa

Perlahan mencoba menerima

Berharap rahmat-Nya kan tenangkan jiwa

Yakin tak luntur meski kecewa

Sebab pinta khusyuk kan hadirkan bahagia

Meski tak tahu kapan masa itu kan tiba

Biarlah sujud simpuh sebagai penenang jiwa

Dan kalam-Nya adalah penawar bagi laranya jiwa


Sendu

Malam sendu koridor lantai satu

Terkadang lisan ini lebih nyaman membisu

Sebab rasa tak selalu punya kata untuk menafsirkan qalbu

Ada kala dimana jemari lebih tahu

Bagaimana cara menafsirkan untaian di qalbu

Meski ia tuna lungu

Namun radarnya tak tuna akan rintih rasa di qalbu

Radarnya juga tak sotoy sok tahu

Layaknya manusia yang hobby menebar debu

Menutup setiap pelangi di langit biru

Lantas sembunyi tangan setelah menyerak debu

Wahai jemariu

Jadilah lisan untuk qalbuku

Biarlah rasa termaktub dalam bait-bait sendu

Tak perlulah manusia tahu akan setiap rasa di qalbu


Luka Bertubi

Kuhisab diri meneguhkan hati

Sang semi berubah rupa menjadi badai

Jiwa yang penuh cinta menjadi pembenci detik itu

Tak lagi suka membagi senyum ceria sehangat mentari

Tak lagi suka menyapa dengan tulus sepenuh hati

Tak lagi suka !

Sang semi tak lagi suka membaur diri

Tak lagi ada kata teman dalam dunia ini

Mengekang diri menjauh dari para manusia bermuka dua pelebur mimpi

Sang semi bak raga tanpa jiwa

Menjalani hari dengan hati yang mati bersama duka yang disimpan sendiri

Terus tersimpan tersimpan dan tersimpan

Hingga hati tak lagi kuat membendungnya

Sang mendung pecah dan badai tak terelak

Raungan badai mengamuk melambung asa

Kepada pengendali turbun semeste ia meminta

Secercah rahmat dan ampunan jiwa


Mengapa Harus Ada ?

Mengapa harus ada rasa ?

Jika ketetapan waktu belum tiba

Mengapa harus ada rasa ?

Jika hanya untuk dipendam jiwa

Mengapa harus ada rasa ?

Jika hanya menambah dosa

Wahai Yang Mulia Sang Pengendali turbin semesta

Yang menetapkan takdir, hati, dan jiwa

Aku bersimpuh menyembah menghambakan jiwa dan raga

Memohon kepada-Mu wahai Rabbku yang Mahamulia

Angkatlah segala rasa yang tiba bukan pada masanya

Angkatlah segala rasa yang hanya menjadi beban di jiwa

Angkatlah segala rasa yang hanya menambah dosa

Angkatlah segala rasa yang hanya akan menghinakan jiwa

Sucikanlah jiwa dari debu-debu yang menistakan jiwa


BROKENHOME

Aku yakin, tak seorangpun dari kami menginginkan takdir ini

Kami tumbuh dengan luka dan kehancuran

Batin kami tumbuh dengan guncangan

Wajar saja sulit bagi kami untuk berdiri kokoh

Tapi jika kami telah berdiri kokoh

Maka akan sulit menghancurkan kami

Kami tercipta dari puing-puing kehancuran

Kehancuran adalah kami

Dari puing-puing itu kami membangun dinding untuk menutup hati kami

Hanya spesies tertentu yang mampu melewati dinding kami

Dinding kami berlapis

Kau akan terkecoh kala memasukinya

Kau hanya masuk ruang palsu kami bukan hati kami

Kami takut terluka

Mental kami telah cacat ketika perceraian telah mengubah garih takdir kami

(Kami tak lagi normal)

Hari itu kami menyandang gelar yang di pandang hina oleh kacamata sebagian
masyarakat “brokenhome”

Masyarakat memandang seolah itu dosa kami

Padahal kami tuna ketika menyandangnya


Sebagian dari kami memberontak

Sebagian kami mengurung diri

Sebagian kami merusak diri

Sebagian kami bunuh diri

Dan sebagian dari kami belajar menata hati untuk hidup

Kami frustasi, kami kehilangan jiwa, kami terluka, kami hancur !

Kata keluarga seperti monster di indera kami

Kami trauma, sangat trauma, sebagian kami phobia

Nama : Anggi Reygina Br Sitompul

Akun IG : @areabdullah_

Nomor hp/wa : 0819-5817-5452

Rekening : A.N MUTIARA INAYAH 5293-01-027000-53-2 (BRI)

Photo Saya :

Anda mungkin juga menyukai