Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Prima Yane Putri

NIM : 180204020

Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting. Hampir seluruh


aktivitas alam maupun manusia membutuhkan air untuk dapat melakukan
fungsinya dengan baik. Dalam berbagai aktivitas tersebut membutuhkan jenis air
yang berbeda-beda tergantung pada tujuan penggunaannya. Air yang baik harus
memenuhi syarat secara biologi, fisik, dan kimia sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah seperti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001.
Salah satu parameter yang perlu diketahui untuk menentukan kualitas air
yakni alkalinitas. Alkalinitas Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk
menetralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat
sebagai penyebabnya. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksida (OH-).
Penilaian mengenai kadar alkanitas pada suatu air penting adanya karena
alkalinitas berperan sebagai penyangga yakni adanya bikarbonat yang terdapat
pada perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi berperan sebagai penyangga
perairan terhadap perubahan pH yang drastis. Selain itu alkalinitas juga berperan
untuk koagulasi bahan kimia, proses pelunakan air, pengendalian korosi, serta
dalam limbah industri alkalinitas ialah suatu faktor yang penting didalam
penentuan kemampuan dari limbah untuk pengolahan secara biologi.
Karena besar keterkaitannya antara alkalinitas dengan parameter lain
seperti kadar CO2, pH, dan beberapa parameter lainnya, maka perlu adanya
ketelitian dalam menghitung nilai alkalinitas suatu sampel air agar didapatkan
hasil yang tepat dan akurat.
Metode Titrasi Volumetri

Alkalinitas dapat diukur dengan titrasi volumetri dengan H2SO4 di dalam


satuan CaCO3 dengan menggunakan indikator warna. Dimana untuk sampel
dengan pH diatas 8,3 titrasi dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama titrasi
sampai pH 8,2 dengan phenolpthalein sebagai indikator yang ditunjukkan dari
perubahan warna merah menjadi tidak berwarna. Setelah itu titrasi dilanjutkan
dengan menambahkan indikator metil orange sampai pH 4,5 (larutan jadi tidak
berwarna).Untuk sampel yang pHnya kurang dari 8,3 hanya dilakukan titrasi satu
tahap dengan metil orange sebagai indikator sampai pH 4,5 (warna berubah dari
kuning jadi merah).

Pemilihan pH 8,3 sebagai titik akhir pada titrasi tahap pertama ialah berdasarkan
pada titrasi alkalimetri. Nilai pH 8,3 ini untuk titrasi karbonat menjadi
bikarbonat :

CO3 2- + H+ HCO3-

Penggunaan pH 4,5 untuk titik akhir titrasi pada tahap kedua dari titrasi sesuai
dengan perkiraan untuk titik kesetimbangan untuk konversi dari ion bikarbonat
menjadi asam karbonat :

HCO3- + H+ H2CO3

Dalam hal ini tepat pada titik akhir titrasi akan tergantung pada awal konsentrasi
ion bikarbonat didalam sample tersebut. Penggunaan ini dapat digunakan rumus
sebagai berikut :

pH (bikarbonat) = 3,2 – 1/2 log [HCO3-]

dimana HCO3 - 0,01 M sesuai dengan alkalinitas 500 mg/l CaCO3 sebagai titik
kesetimbangan. Dalam hal ini asam karbonat atau karbon dioksida yang dibentuk
dari bikarbonat tidak akan hilang selama titrasi ini berlangsung (Sawyer, 1998).

Prosedur kerja

Sampel diambil 100 ml lalu


dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml.

Kemudian ditambahkan 2-3


tetes indikator
phenolphtalein.
Jika setelah ditambah indikator, larutan tidak
berwarna maka kadar OH- dan CO32- kecil sekali atau
nilai P = 0.

Jika setelah ditambah indikator larutan menjadi


berwarna merah lembayung maka larutan dititrasi
dengan larutan H2SO4 0,1 N hingga larutan menjadi
tidak berwarna dan dicatat volume titrasi. (A ml)

Tambahkan 3 – 4 tetes Brom cressol Red lalau


titrasi dengan asam sulfat sampai berubah warna
dari biru kehijauan menjadi pink. (B ml)

Catat jumlah tetes asam sulfat yang


digunakan.

Perhitungan :

Alkalinitas pp karbonat (ppm CaCO3) = A x N titran x 100/2 x 1000 ml sampel


Alkalinitas Total (ppm CaCO3) = (A + B) x N titran x 100/2 x 1000 ml sampel

Anda mungkin juga menyukai