Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu proses ekstraksi
selulosa pelepah kelapa sawit, pembuatan bioplastik, pengujian bioplastik dan
karakterisasi bioplastik. Adapun hasil pengujian bioplastik dan karakterisasi
bioplastik dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 4.1. Hasil Uji Mekanik


Perbandingan Nilai Kuat Standar Kuat Nilai Elongasi Standar
Komposisi Tarik (MPa) Tarik (%) Elongasi
Tepung tapioka : 10,395 23,1
Tepung maizena :
Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 0 : 30
Tepung tapioka : 23,732 22,8
Tepung maizena :
Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 2 : 30 24,7-302 21-220 %
Tepung tapioka : 24,419 (SNI) 19,4 (SNI)
Tepung maizena :
Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 4 : 30
Tepung tapioka : 25,693 21,2
Tepung maizena :
Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 6 : 30

Tabel 4.2 Hasil Uji Ketebalan Bioplastik


Perbandingan
Nilai Ketebalan (mm) Standar Nilai Ketebalan (mm)
Komposisi
Tepung tapioka : 0,15
Tepung maizena :
Selulosa :
Gliserol
10 : 40 : 0 : 30 ≤ 0,25 mm
Tepung tapioka : 0,24
Tepung maizena :
Selulosa :
Gliserol
10 : 40 : 2 : 30
Tepung tapioka : 0,26
Tepung maizena :
Selulosa :
Gliserol ≤ 0,25 mm
10 : 40 : 4 : 30
Tepung tapioka : 0,30
Tepung maizena :
Selulosa :
Gliserol
10 : 40 : 6 : 30

Tabel 4.3. Hasil Uji Ketahanan Air


Standar Ketahanan
Perbandingan Komposisi Ketahanan Air (%)
Air
Tepung tapioka : Tepung 0%
maizena : Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 0 : 30
Tepung tapioka : Tepung 80,3 %
maizena : Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 2 : 30 99 % (SNI)
Tepung tapioka : Tepung 83,6 %
maizena : Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 4 : 30
Tepung tapioka : Tepung 96 %
maizena : Selulosa : Gliserol
10 : 40 : 6 : 30

Tabel 4.4 Hasil Uji Biodegradasi

Perbandinga Hasil Pengamatan


n Komposisi
H0 H3 H5 H7
Tepung
tapioka :
Tepung
maizena :
Selulosa :
Gliserol
10 : 40 : 4 : 30
Gambar 4.1. Hasil SEM Bioplastik Dengan Penambahan 4gr Selulosa Pelepah
Kelapa Sawit (Perbesaran 500X) dan (Perbesaran 2.000X)

4.2. Pembahasan
4.2.1. Hasil Pengujian Bioplastik
4.2.1.1. Uji Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik bioplastik dilakukan dengan menggunakan alat kuat
tarik L & W Tensil Tester yang ada di PT. IKPP Perawang. Kuat tarik dilakukan
untuk mengetahui kekuatan bioplastik dari masing-masing variasi. Semakin besar
kekuatan tarik maka bioplastik semakin baik dalam menahan kerusakan mekanis.
Nilai kuat tarik ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
30,000

25,000 25,693
23,732 24,419

20,000
Nilai Kuat Tarik
15,000
Nilai Kuat Tekan
10,000 10,395

5,000

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi Selulosa (g)

Gambar 4.2. Hasil Uji Kuat Tarik Bioplastik

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat nilai kuat tarik yang baik
didapatkan pada konsentrasi selulosa 6 gr dengan nilai kuat tarik yaitu 25,693
MPa, hal ini merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penetapan
kuat tarik bioplastik yang baik yaitu sebesar 24,7-302 MPa. Peningkatan nilai kuat
tarik terjadi pada penambahan selulosa 2 gr dan 4 gr, dikarenakan semakin
meningkat konsentrasi selulosa maka semakin meningkat nilai kuat tarik dari
bioplastik. Dari hasil pengujian yang dilakukan semakin besar penambahan
seluosa maka nilai kuat tariknya semakin meningkat hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya.
4.2.1.2. Persen Pemanjangan (Elongasi)
Pengujian persen pemanjangan bioplastik dilakukan dengan
menggunakan alat kuat tarik L & W Tensil Tester yang ada di PT. IKPP
Perawang. Persen pemanjangan merupakan bagian dari sifat mekanik yang
menunjukkan keelastisan atau keuletan suatu bahan ketika ditarik hingga putus.
Nilai persen pemanjangan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
24

23 23.1
22.8
22

21 21.2
Elongasi
20
19.4
19

18

17
0 2 4 6 8
Selulosa (g)

Elongasi

Gambar 4.3. Hasil Persen Pemanjangan (Elongasi) Bioplastik

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat nilai persen pemanjangan yang


diperoleh berbanding terbalik dengan nilai kuat tarik pada bioplastik. Nilai persen
pemanjangan semakin menurun seiring bertambahnya konsentrasi selulosa. Persen
pemanjangan yang baik didapatkan pada penambahan konsentrasi selulosa 4 gr
yaitu 21,2 %, hal ini merujuk pada Standar Nasional Indonesia pada penetapan
persen pemanjangan bioplastik yaitu sebesar 21-220 %. Semakin menurunnya
nilai persen pemanjangan yang diperoleh terjadi sesuai dengan pengaruh selulosa
sebagai penguat bioplastik. Mengacu pada penelitian yang dilakukan (Darni et al,
2014) yang menyatakan gugus fungsional rantai selulosa adalah gugus hidroksil
yang dapat berinteraksi dengan gugus –O, -N dan –S, membentuk ikatan hidrogen
dimana ikatan hidrogen lebih panjang dari ikatan kovalen tetapi ikatannya lebih
lemah, semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk menyebabkan rantai
semakin panjang dan sulit untuk diputus.

4.2.2. Ketahanan Air


Ketahanan air menunjukkan tingkat ketahanan air plastik terhadap air. Pe
ngujian ketahanan air bioplastik ini dilakukan dengan cara merendam bioplastik d
alam air selama 24 jam, dimana nilai ketahanan didapatkan dari bobot sebelum da
n sesudah perendaman. Nilai persen ketahanan air dapat dilihat pada Gambar 4.4.
120

100

Ketahanan Air (%) 80

60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Selulosa (gr)

Gambar 4.4. Hasil Persen Ketahanan Air Bioplastik

Ketahanan air adalah banyaknya air yang diserap oleh film plastik setelah
direndam dalam air. Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat nilai persen ketahanan
air bioplastik mengalami kenaikan. Hasil persen ketahanan air yang diperoleh
pada konsentrasi 0 gr (tanpa selulosa) larut dalam air, hal ini menunjukkan bahwa
plastik tanpa selulosa tidak tahan terhadap air karena pati dan gliserol bersifat
hidrofilik sehingga cenderung berikatan dengan air. Pada konsentrasi 2 gr, 4 gr
dan 6 gr selulosa terjadi peningkatan persentase ketahanan air terhadap plastik,
persentase ketahanan air terjadi seiring bertambahnya konsentrasi selulosa. Hal ini
disebabkan karena selulosa merupakan senyawa yang bersifat hidrofobik dan
tidak larut dalam air. Ditinjau dari struktur kimia, selulosa memiliki ikatan
hidrogen yang kuat sehingga sulit untuk bergabung dengan air (Sulityo, 2012).
Berdasarkan data tersebut ketahanan air bioplastik dari selulosa pelepah
kelapa sawit yang dihasilkan dengan variasi 0 gr, 2 gr, 4 gr dan 6 gr selulosa yaitu
80-90 %. Standar ketahanan air bioplastik yaitu 99 % berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Pada penelitian ini nilai persen ketahanan air untuk
semua konsentrasi belum sepenuhnya baik karena bioplastik yang dihasilkan masi
h cenderung menyerap air dan belum memenuhi nilai Standar Nasional Indonesia
(SNI).

4.2.1.4. Uji Biodegradasi


Biodegradasi adalah kemampuan bioplastik untuk dapat terdegradasi oleh
mikroorganisme di dalam tanah. Biodegradasi juga merupakan salah satu
parameter pengamatan yang dapat menunjukkan bahwa bioplastik ramah
lingkungan ataupun tidak. Degradasi memperlihatkan perubahan fisik bioplastik
karena adanya pemutusan ikatan kimia sehingga berat molekul menurun (Amri
dkk, 2019). Pada metode ini dilakukan penguburan sampel di dalam tanah,
kemudian diamati selama 7 hari.
Dapat dilihat pada Tabel 4.3 pada hari ke-0 sampel dengan variasi selulosa
pelepah kelapa sawit 0 gr, 2 gr, 4 gr dan 6 gr belum terjadi perubahan, sampel mas
ih utuh.

4.2.1.5. Karakterisasi Scaning Eelctron Microscopy (SEM)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., Tarmizi, M., dan Febrina, D. 2017. Fraksi serat pelet silase pelepah kelapa
sawit (Elais guineensis) dan indigofera (Indigofera zollingerigna) dengan
komposisi yang berbeda, Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan
Veternier 2017 : 648-655.
Asparingga., Hesti., Intan Syabanu., Andi Hairil., dan Alimuddin. 2018. Pengaruh
volume anhidra asetat pada sintesis selulosa asetat dari sabut kelapa
(Cocosnucifera L.). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 3(7): 10-17.
Astuti, Sri., Ridwan Yahya., dan Sundaryono. 2018. Analisa kadar komponen
kimia pelepah kelapa sawit varietes dura sebagai bahan baku pulp yang
diterapkan pada pengembangan kimia. Journal of Science Education, 1(2):
69-75.
Aveivus, L. 2004. Biodegradable multiphase system based on plasticized starch.
A Review Jurnal of Macromoleculer Science – Part C Polymer Review,
3(4) :231-273.
Darni, Y., Sitorus, T. M., Hanif, M. 2014. Pengaruh penambahan selulosa dari
rumput laut eucheuma spinosum pada sintesa bioplastik. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan. 10(2): 55-63.
Darni, Y., Utami, H., dan Asriah, S. N. 2009. Peningkatan Hidrofobisitas dan
Sifat Fisik Plastik Biodegradable Pati Tapioka Dengan Penambahan
Selulosa Residu Rumput Laut Euchema spinossum. Skripsi. Universitas
Lampung. Lampung.
Dewi, N. L. G. S., Admadi, B., Hartiati, A. 2017. Karakteristik bioplastik alginate
dari rumput laut Ulva lactura (tinjauan suhu dan lama gelatinitas). Jurnal
REKAYASA dan MANAJEMEN Agroindustri, 3(5) : 66-73.
Ginting, A. 2012. Pemanfaatan gliserol dan turunannya sebagai plasticizer pada
edible fiml gelatin yang inkorporasi dengan minyak atsiri kulit kayu manis
(Cinnamomum burmammi) sebagai anti mikroba. Disertasi. Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Gaol, M. R. L. L., Sitorus, R., Yathi, S., Surya, L., Manurung, R. 2013.
Pembuatan selulosa asetat dari α-selulosa tandan kosong kelapa sawit.
Jurnal Teknik Kimia USU, 2(3).
Fahnur, M. 2017. Pembuatan, uji ketahanan dan struktur mikro plastik
biodegradable dengan variasi kitosan dan konsentrasi pati biji nangka.
Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Makassar.
Haryanto., dan Titani, F. R., 2017. Bioplastik Dari Tepung Tapioka dan Tepung
Maizena. Techno, 1(18): 1-6.
Hastuti, W. R. 2017. Karakterisasi butiran sub mikron nanomaterial karbon batok
kelapa dengan variasi waktu pengadukan bahan yang digunakan untuk
filtrasi logam Fe dari limbah air selokan mataram berdasarkan uji UV-VIS,
XRD, SEM, dan AAS. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Kipngetich, T., dan Hillary, M. 2013. A blend of green algae and sweet potato
starch as a potential source of bioplastic production and its significance to
the polymer industry. International Journal of Green and Herbal Chemistry,
1(2) : 15-19.
Marbun, E. S. 2012. Sintesis bioplastik dari pati ubi jalar menggunakan penguat
logam zno dan penguat alami selulosa. Skripsi. Universitas Indonesia,
Depok.
Melani, A., Netty, H., Fari,. K. A. 2017. Bioplastik pati umbi talas melalui proses
melt intercalation (kajian pengaruh jenis filler, konsentrasi filler, dan jenis
plasticizer). Distilasi. 2(2) : 53-67.
Mostofa, N. A., Awater, A. F., Hala, M. A., Aghareed, M. T. 2018. Production of
biodegradable plastic from agricultural wates. arabian journal of chemistry,
11 : 546-553.
Nahir, N. 2017. Pengaruh penambahan kitosan terhadap karakteristik bioplastik
dari pati biji asam (Tamarindus indica L). Skripsi. UIN Alauddin, Makasar.
Nosya, M. A. 2016. Pembuatan mikrokristal selulosa dari tandan kosong kelapa
sawit. Skripsi. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Oktaviana, M. 2017. Optimasi preparasi mikrokristalin selulosa dari sekam padi
menggunakan H2O2 dan NaOCl untuk sintesis CMC (Carboxy Methyl
Cellulose). Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Putera, R. D. H. 2012. Ekstraksi serat selulosa dari tanaman eceng gondok
(Eidtornia CRASSIPES) dengan variasi pelarut. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.
Rasli, S. A. M., Ahmad, I., Lazim, A. M., Hamzah, A. 2017. Pengekstarkan dan
pencirian selulosa daripada bahan buangan pertanian – pelepah kelapa sawit.
Malaysian Journal of Analytical Science. 21(5) : 1065-1073.
Rahmadi, I. 2017. Pembuatan asam oksalat dari pelepah kelapa sawit (Elaeis
guineensis) melalui reaksi oksidasi asam nitrat. Skripsi. Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Ramadahn, A., Dian, W., Rahayu., Vina. F., Yuni, S. M., Eddiyanto. 2017.
Karakterisasi bioplastik dari pelepah kelapa sawit dengan penambahan
variasi perbandingan maizena dan gliserin. Jurnal Einstein. 2(5) : 1-6.
Ritonga, F. S. 2018. Bioplastik dari pati biji durian berpengisi kitosan
(menggunakan pelarut asam format dan plasticizer gliserol) sebagai plastic
pengemas minyak. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Syafitri, L. 2016. Sintesis Poliuretan Biodegradable Dari Diphenyl Methane
Diisocyanate (MDI) dan Asam Asetat. Skripsi. Fakultas MIPA dan
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Riau, Pekanbaru.
Selpiana, Patricia, Cindy, P.A. 2016. Pengaruh Penambahan Kitosan Dan Gliserol
Pada Pembuatan Bioplastik Dari Ampas Tebu Da Ampas Tahu. Jurnal
Teknik Kimia 1(22). Palembang.
Septiosari. A., Latifah., Kusumastuti. E. 2014. Pembuatan dan karakterisasi
bioplastik limbah biji mangga dengan penambahan selulosa dan gliserol.
Indonesia Journal of Chemical Science, 2(3).
Susanti., Jasruddin., Subaer. 2015. Sintesis komposit bioplastik berbahan dasar
tepung tapioka dengan penguat serat bambu. Journal Sains dan Pendidikan
Fisika, 2(11): 179-184.
Setiawati, B. R., Saputra, H. R., Aulia, F. 2019. Paduan ekstrak albumi ikan gabus
yang mempercepat penyembuhan luka dengan PVA-AG sebagai bahan baku
benang jahit operasi Absorbable. Artikel Ilmiah. Hal 7. Universitas
Muhammadiyah Riau, Pekanbaru
Sinurat, H. L. 2018. Karakterisasi selulosa mikrokristal dari pelepah kelapa sawit.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sohuka, F. A dan Jolante, L. 2018. Sintesis dan karakterisasi selulosa asetat
(CA). Indo J Chem. 2(5) : 58-62.
Sujatno, A., Salam, R., Bandriyana., Dimyati, A. 2015. Studi scanning elctron
microscopy (sem) untuk karakterisasi proses oxidasi panduan zirkonium.
Jurnal Forum Nuklir (JFN). 2 (9).
Sulityo, H. W., dan Ismiyati. 2012. Pengaruh formulasi pati singkong–selulosa
terhadap sifat mekanik dan hidrofobisitas pada pembuatan bioplastik.
KONVERSI. 1(2): 23-30.
Syam, L. M. 2017. Uji karakterisasi nanopartikel magnetit (Fe 3O4) menggunakan
x-ray difraction dan scaning electron microscopy. Skripsi. UIN Alauiddin
Makassar, Makassar.
Thammahiwes, S., Riyajan, S., Kaewatatip, K. 2017. Preparation and Properties
Of Wheat Gluten Based Bioplastic With Fish Scale. Journal Of Cereal
Science. 75 (2017) : 186-191.
Utami, M. R., Latifa., Numwidiarti. 2014. Sintesis plastik biodegradable dari kulit
pisang dengan penambahan kitosan gliserol. Indonesian Journal of
Chemical Science, 2(3) : 163-167.
Yusmarlela. 2009. Studi pemanfaatan plasticizer gliserol dalam film pati ubi
dengan pengisi serbuk batang ubi kayu. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Anda mungkin juga menyukai