Anpang Laprak
Anpang Laprak
Pengamatan
I II I II
Berat cawan 26,0117 26,2900 26,0175 25.7929
Berat sampel 2,0054 2,0078 2,0069 2,0036
Bedasarakan hasil tabel pada analisis kadar air pada sampel sosis dan chikiball dengan
menggunakan sampel duplo didapatkan sampel sosis 1 mempunyai berat total sebesar 28,0171 dan
memiliki berat akhir 27,0659. Hal ini menunjukkan ada penurunan kadar air yang bisa dilihat dengan
penyusutan bobot sebesar 0,9512. Sedangkan pada sampel sosis yang ke 2 berat total cawan poerselin
dengan sampel sebesar 28, 2978 dan berat setealah dimasukan oven adalah 26,8019 hal ini
menunjukkan ada nya penguranagan pada kadar air di sampel sosis, yaitu dengan penyusutan sebesar
1,4959. Bedasarkan hasil data tabel sampel sosis diketahui sosis memiliki kadar air yang cukup tinggi.
Untuk sampel chikki ball pertama didapatkan hasil berat setelah oven sebesar 27,7644 dengan
berat cawan dan sampel sebelum dimasukan oven sebesar 28.0244. Hal ini menunjukkan penyusutan
berat sebesar 0,26 dimana kadar air pada chikki ball mengalami penurunan yang cukup akurat. Untuk
sampel chikki ball kedua mengalami kesalah dalam analisisnya, dimana bobot awal cawan dengan
sampel memiliki nilai sebesar 27,7965 sedangkan bobot akhirnya mendapatkan angka sebesar 28,0499
hal ini berat pada sampel mengalami kenaikan bobot. Hal ini bsa disebabkan oleh kesalahan praktika
saat menimbang dan menganalisis kadar air pada sampel.
Bedasarkan hasil tabel analisis kadar air dengan metode pengeringan oven didapatkan berat
awal cawan dengan sampel untuk sampel sosis 1 yaitu 28,0724 dan berat konstan setelah dilakukan
pengovenan adalah 26,8364 hal ini menunjukkan adanya penyusutan bobot sebesar 1,236. Untuk kadar
air didapatkan sebesar 61,77% bedasarkan perhitungan analisis kadar air. Untuk sampel sosis 2 dengan
berat cawan dan berat sampe sebesar 28,2918 dan berat konstan setelah pengovenan sebesar 27,0581.
Hal ini susut bobot sosi mengalami penurunan sebesar 1,2332 dengan presentase kadar air sebesar
61,64. Dimana hasil rata-rata kedua sampel tersebut memeiliki angka sebesar 61.70%, sehingga dapat
disimpulkan kadar air sampel sosis memiliki presentase yang cukup tinggi.
Bedasarkan hasil pengukuran kadar air pada sampel chikki ball, didapatkan berat total cawan
dan sampel sebesat 31,4149 dan berat konmstan setelah dilakukannya pengeringan di dalam oven angka
bobot sampel chikki mengalami penyusutan sebesar 0.0345, dengan berat konstan 31,3804 hal ini
menunjukkan adanya kadar air sebesar 1,77 % dengan menghitung menggunakan metode analisis air.
Sampel chikki ball 2 memiliki presentase kadar air sebesar 1,59 dimana bobot awal cawan dengan
sampel tersebut sebesar 20,465 dan berat konstan sampel tersebut sebesar 20,4332. Sampel 2
mengalami penyustan bobot sebesar 0,0318 dengan presentase kadar air rata-rata dengan sampel
pertama yaitu sebesar 1,66%.
Bedasarkan hasil pengujian kadar lemak dengan metode soxhlet denagan menggunakan
dua sampel, untuk analisis lemak pada sampel sosis masing masing mendapatkan presentase kadar
lemak sebesar 9,1% dan 9,4%. Dengan menggunakan perhitungan kadar lemaka dengan membagi
selisih berat sampel konstan dan berat sampel akhir dengan berat sampel awal, sehingga mendapatkan
rata-rata kadar lemak sebesar 9,31%. Pada analisis sampel lemak pada chikki ball masing-masing
mendapatkan angka sebesar 22,3% dan 23,7% dengan metode perhitungan yang serupa yang digunakan
pada sampel sosis didapatkan rata-rata kadar lemak sebesar 23%. Dengan analisis kadar lemak pada
sampel sosis dan chikki ball dapat diketahui bahwa chikki ball memiliki kadar lemak yang cukup tinggi
dibandingkan dengan sampel sosis.
Pengamatan Sampel Sosis Sampel Chikiballs
I II I II
Titran sampel 2,9 2,7 7,1 7,0
Titran blanko 0,5 0,5 0,5 0,5
Berat sampel 0,5004 0,5002 0,5003 0,5006
Kadar protein (%) 0,67 0,62 1,85 1,82
4,19 3,87 11,6 11,4
Hasil konversi (%)
Rata-rata kadar protein (%) 4,03 11,5
Dengan analisis kadar protein dengan metode kjehdahl didaptakan hasil presentase kadar lemak
pada masing-masing sampel sosi yaitu 0,67% dan 0,62% dan masing masing hasil tersebut dikalikan
dengan faktor konversi sebesar 6,25. Sehingga hasil presentase konversi pada masing masing sampel
sosis yaitu 4,19% dan 3,87 % sehingga rata-rata kadar protein pada sampel sosi tersebut adalah 4,03%.
Pada analisis protein pada sampel chikki ball masing masing memiliki presentase kadar protein sebesar
1, 85 dan 1,82. Setelah dikali dengan faktor konversi didapatkan hasil sebesar 11,6% dan 11,4%
ssehingga didapatkan rata-rata kadar protein pada sampel chikki ball sebesar 11,5%. Bedasrkan hasil
tabel pada pengujian protein mengginakan metode kjeldahl dapat diketahui bahwa chikkin balls
memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel sosis.
Tabel 5. Hasil Penentuan Kadar Abu Metode Tanur
Sampel Sosis Sampel Chikiballs
Pengamatan
I II I II
Berat cawan 16,2433 12,1319 14,6968 16,6986
Berat sampel 2,0010 2,0013 2,0006 2.0006
Berat cawan+sampel (setelah 16,3020 12,1913 14,7137 16,7489
tanur)
Kadar abu (%) 2,93 2,97 0,84 2,51
Prinsip
Kadar air oven
Kadar air merupakan salah satu metode uji laboratorium yang sangat penting dalam industri
pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang mungkin terjadi.
Pengukuran kadar air dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan menggunakan metode
pengeringan oven. Prinsip penentuan kadar air menggunakan oven yaitu melakukan penguapan air
yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Bahan lalu ditimbang hingga berat konstan yang
dapat disimpulkan bahwa kandungan air sudah teruap. Sampel yang sudah dipreparasi dimasukan di
dalam cawan porselin dan dimasukan oven selama 4 jam dengan suhu 100-105 C sehingga diperoleh
berat konstan. Untuk mengetahui presentase kadar air dapat dihitung berat awal sampel yang yang
dikurang selisih berat konstan dengan berat cawan porselin, setelah itu dibagi dengan berat awal
sampel sebelum dimasukan oven.
Proses terakhir adalah proses titrasi, destilat yang tertampung pada erlenmyer dititrasi
menggunakan larutan HCl 0,1 N, sampel dan blanko hasil destilasi dititrasi dari warna hijau menjadi
warna ungu muda yang menandakan semua unsur (nitrogen) N bereaksi dengan Cl. Titrasi berguna
untuk menenyukan kadar protein dari hasil destilasi, dimana titrasi akan berubah warna ketika sudah
mencapai titik ekivalennya. Untuk mengetahui presentase kadar protein pada suatu sampel yaitu
dengan cara menghitung selisih antara titrasi sampel dan blanko. Setelah menentukan selisih sampel
titrasi dan blanko dikalikan dengan N HCl dan dikalikan dengan 14,008, setelah itu ndibagi dengan
berat sampel yang dikalikan oleh angka 1000. Setelah itu hasil perhitungan dikalikan dengan faktor
konversi sebesar 6,25.
Kadar abu
Prinsip penentuan kadar abu adalah mengkondisikan semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu
sekitar 500-600 C, kemudian zat hasil pembakaran yang tertinggal ditimbang. Jumlah sampel yang
akan diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung pada macam bahannya. Metode ini
mengoksidasi semua zat organik dalam sampel. Metode ini diawali dengan melakukan preparasi
cawan porselin dengan dikeringkan menggunakan oven bersama dengan sampel. Masukan sampel
kedalam tanur dengan suhu 500- 600 c selama kurang lebih 4 jam . Untuk menghitung presentase
kadar abu pada sampel hal pertama yang dilakukan adala menghitung selisih antara berat cawa
porselin dengan berat cawan dengan sampel setelah dilakukan tanur. Hasil selisih tersebut dibagi
dengan berat sampel sebelum dilakukan analisis kadar abu dengan tanur.
Kadar karbohidrat
Kabohidrat merupakan energi yang menghasilkan komponen gula dan merupakan salah satu
sumber energi utama dan penyedia serat makanan. Karbohidrat dibagi menjadi 2 yaitu, karbohidrat
yang dapat dicerna dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna .Dalam tubuh karbohidrat dicerna dan
dipecah oleh enzim a amilase untk menghasilkan energi dalam tubuh .Bedasarkan struktur kimianya
karbohidrat dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu, monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida.Analisis kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan 100%
dengan air, abu, protein,dan lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan.
Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh kepada zat gizi lainnya.
Bedasarkan peraturan SNI 2886:2015 menetapkan kadar air maksimal 4,00% untuk makanan
ringan. Bedasarkan hasil analisis kadar air pada sampel chikki ball didapatkan angka rata-rata sebesar
1,66 %, hal ini menunjukkan bahwa sampel chikkiballs yang digunakan masih memenuhi standar yang
sudah ditetapkan didalam peraturan SNI. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kadar lemak
pangan, termasuk olahan daging dan makanan ringan, memiliki persyaratan dengan minimal
kandungan lemak sebesar 10 %. Hal ini terdapat pada peraturan SNI 2886:2015, sehingga pada hasil
tabel pengujian kadar lemak chikki balls masih memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh BSN.
Sedangkan untuk standar lemak pada daging sosis bedasarkan peraturan SNI 3820:2015 yaitu sebesar
20 %. Bedasarkan hasil analisis kadar lemak pada sosis didapatkan angka rata rata sebesar 9,31 % hal
ini sampel sosis tersebut masih memiliki kadar lemak yang memenuhi standar yang ditentukan.
Hasil analisis kadar protein pada sosis mendapatkan angka yang masih dibawah angka yang
ditetapkan oleh peraturan SNI 3820:2015 sebesar 13% untuk sosis daging, dan hasil pada tabel hasil
pengujian protein pada sosis didapatkan hasil sebesar 4,03. Untuk kadar abu pada sosis sapi
bedasarkan peraturan SNI 3820:2015 yaitu maksimal 3 %, dengan hasil analisis kadar abu pada sosis
yang dilakukan menggunakan tanur mendapatkan rata-rata sebesar 2,95 % hal ini masih memenuhi
syarat aturan SNI yang sudah ditetapkan oleh BSN. Kadar abu pada chikki ball didapatkan rata-rata
sebesar 1,62 % hal ini tidak memenuhi syarat peraturan SNI 01-2886-2015 yang menytakan batas
kadar abu pada makanan ekstrudat sebesar maksimal sebesar 0,1 %. Bedasarkan peraturan SNI 01-
3820-1995 batas maksimum kadar karbohidrat pada sosis sapi adalah 8 %, tetapi hasil tabel pengujian
karbohidrat memiliki angka yang melewati standar yang sudah ditentukan yaitu 22,01 %
Faktor faktor
Faktor- faktor yang memepengaruhi hasil analisis proksimat salah satunya adalah suhu, suhu
merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi analisis proksimat. Dikarenakan setiap metode
analisis memiliki suhu yang berbeda serta ke akuratan suhu juga dapat menentukan hasil kadar analisis
proksimat seperti kadar air, kadar lemak, kadar abu, dan kadar karbohidrat. Jenis sampel akan
mempengaruhi hasil analisis proksimat. Dikarenakan bahan makanan dengan komposisi yang berbeda
akan menghasilkan kadar air, abu , protein, lemak yang berbeda. Pengulangan pengukuran dapat
memepengaruhi hasil analisis proksimat. Sampel digunakan duplo dapat mempengaruhi keakuratan
data pada analisis proksimat hali ini bertujuan untuk meghasilkan data yang tepat. Melakukan analisis
dan penggunaan kontrol kualitas dapat membantu memastikan hasil yang konsisten.