Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Preparasi Sample Polimer

Sebelum melakukan pengujian sample polimer, kita harus

membuat larutan induk dari polimer X terlebih dahulu. Terdapat 3

polimer yang digunakan, yaitu polimer A, B, dan C. Masing-masing

dari polimer memiliki jenis yang berbeda.

Sampel polimer A, B, dan C masing – masing berkonsentrasi

5000 ppm. Masing – masing sampel polimer dibuat 200 ml.

5.2 Uji kompatibilitas

Pengujian kompatibilitas telah dibahas sebelumnya di bab 2.

Setelah diuji kompatibilitas, baik dari sampel polimer A, B, tidak

menunjukkan adanya gumpalan maupun endapan. Tetapi untuk

sampel polimer C, telah terlihat gumpalan – gumpalan polimer tak

terlarut bahkan sebelum diuji alir. Setelah sampel polimer C dibuat

ulang dengan proses pengadukan lebih lama, barulah tidak terlihat

gumpalan maupun endapan pada saat diuji alir.

5.3 Uji Viskositas

Sebelum viskositas diuji, polimer induk dengan konsentrasi

5000 ppm diencerkan terlebih dahulu menjadi konsentrasi 500 ppm,

750 ppm, 1000 ppm, 1250 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm, dan 2500 ppm.

25
26

Dari hasil pengujian viskositas terhadap tiga polimer, didapat

harga viskositas polimer A dengan konsentrasi 500 ppm sebesar 3,15

cp, konsentrasi 750 ppm sebesar 4,96 cp, konsentrasi 1000 ppm

sebesar 7,4 ppm, konsentrasi 1250 ppm sebesar 9,06 cp, konsentrasi

1500 ppm sebesar 13,32 cp, konsentrasi 2000 ppm sebesar 20,86 cp,

dan konsentrasi 2500 ppm sebesar 28,24 cp.

Dari hasil pengujian viskositas terhadap tiga polimer, didapat

harga viskositas polimer B dengan konsentrasi 500 ppm sebesar 1,71

cp, konsentrasi 750 ppm sebesar 2,12 cp, konsentrasi 1000 ppm

sebesar 2,77 cp, konsentrasi 1250 ppm sebesar 3,04 cp, konsentrasi

1500 ppm sebesar 4,45 cp, konsentrasi 2000 ppm sebesar 5,66 cp, dan

konsentrasi 2500 ppm sebesar 8,73 cp.

Dari hasil pengujian viskositas terhadap tiga polimer, didapat

harga viskositas polimer B dengan konsentrasi 500 ppm sebesar 5,18

cp, konsentrasi 750 ppm sebesar 8,07 cp, konsentrasi 1000 ppm

sebesar 12,12 cp, konsentrasi 1250 ppm sebesar 17,31 cp, konsentrasi

1500 ppm sebesar 23,66 cp, konsentrasi 2000 ppm sebesar 38,88 cp,

dan konsentrasi 2500 ppm sebesar 58,4 cp.


27

Tabel 5.1

Pengujian Viskositas Polimer

No Polimer Konsentrasi (ppm) Viskositas (cP)


1 500 3,15
2 750 4,96
3 1000 7,4
4 A 1250 9,06
5 1500 13,32
6 2000 20,86
7 2500 28,24
1 500 1,71
2 750 2,12
3 1000 2,77
4 B 1250 3,04
5 1500 4,45
6 2000 5,66
7 2500 8,73
1 500 5,18
2 750 8,07
3 1000 12,12
4 C 1250 17,31
5 1500 23,66
6 2000 38,88
7 2500 58,4
28

Dari tabel 5.1, dapat diplot grafik konsentrasi dengan

viskositas. Dari tabel juga terlihat seiring dengan meningkatnya

konsentrasi polimer, viskositasnya juga akan semakin besar, karena

massa polimer terlarut semakin banyak dengan volume yang sama.

Pengujian Viskositas Polimer


70
60
50
Viskositas (cP)

40
30
20
10
0
500 750 1000 1250 1500 2000 2500

Konsentrasi (ppm)

Polimer A Polimer B Polimer C

Grafik 5.1

Pengujian Viskositas Polimer A, B, dan C

Dari grafik pengujian viskositas polimer A, B, dan sampel

polimer C, dapat disimpulkan bahwa, bertambahnya konsentrasi

polimer akan menaikkan viskositas larutan karena semakin banyak

molekul polimer yang terlarut.

5.4 Uji Thermal Stability

Pada pengujian ini, pengamatan dilakukan berkelipatan 7 hari

dari hari ke 0 hingga hari ke 30. Konsentrasi pengujian pada polimer


29

A sebesar 1000 ppm, polimer B 2000 ppm, dan polimer C 2000 ppm.

Pengujian dilakukan didalam oven dengan temperatur 60oC.


N Konsentrasi
Polimer Hari Ke- Viskositas (cp)
O (ppm)
1 0 7,51
2 3 4,04
3 7 4,67
A 1000
4 14 4,21
5 21 2,55
6 30 2,41
1 0 9,58
2 3 9,25
3 7 8,09
B 2000
4 14 7,88
5 21 7,54
6 30 7,44
1 0 10,71
2 3 8,75
3 7 8,24
C 2000
4 14 7,9
5 21 6,65
6 30 6,56

Tabel 5.2

Thermal Stability Test pada Temperatur 60oC

Tabel diatas merupakan pengujian thermal stability terhadap

ketiga polimer dengan konsentrasi berbeda dengan suhu 60 oC. Dari


30

tabel diatas, dapat diplot grafik antara periode pemanasan (selama X

hari) dengan viskositas pada hari tertentu (X). Dari grafik, dapat

Thermal Stability
12
10
Viskositas (cP)

8
6
4
2
0
0 5 10 15 20 25 30 35

Hari ke-

Polimer A Polimer B Polimer C


dilihat sample polimer yang menunjukkan penurunan viskositas

drastis, maupun penurunan viskositas yang tidak terlalu signifikan.

Grafik 5.2

Thermal Stability Test

5.5 Injectivity Test

Setelah proses thermal stability test dilakukan, tahap

selanjutnya adalah melakukan injectivity dengan polimer yang telah

dipilih. Berdasarkan hasil dari uji ketahanan terhadap temperatur,

polimer yang dipilih adalah polimer B dengan konsentrasi sebesar

2000 ppm yang terlarut dengan air sintetik lapangan X.

Air formasi yang digunakan adalah air formasi sintetik dari

lapangan X yang memiliki spesifikasi seperti pada tabel 5.3. Untuk

core yang digunakan untuk injectivity ialah core Berea. Spesifikasi

core ditampilkan pada tabel 5.4.


31

Tabel 5.3

Air Formasi Sintetik Lapangan X

Air Formasi Sintetik


Salinitas (ppm) 17.000

Densitas (gr/cc) 0,99844


SG 1,0155
Viskositas (cP) 0,810

Tabel 5.4

Core Berea

Core Berea
Panjang Core (cm) 7,164
Diameter Core (cm) 3,822
Area (cm2) 11,48
Porositas (%) 20
Permeabilitas (mD) 350

Injeksi air dilakukan dengan 3 laju injeksi yang berbeda, yaitu

1 cc/menit, 2 cc/menit, dan 3 cc/menit. Laju ini didapat ketika

penurunan tekanan sudah stabil. Didapatkan masing-maisng nilai

permeabilitas dengan rate 1 cc/menit adalah 83,194 mD, rate 2

cc/menit adalah 85,085 mD, dan pada rate 3 cc/menit sebesar 83,194

mD. Ketiga permeabilitas ini dirata-rata sehingga didapatkan nilai

permeabilitasnya sebesar 85,103 mD.


32

Tabel 5.5

Permeabilitas Air Reservoir pada suhu 60oC

No Rate DP DP μ Rate K K

(cc/min) (Psi) (atm) (cP) (cc/sec) (Darcy) (mDarcy)

1 1,00 1,50 0,102 0,810 0,017 0,083 83,194

2 1,50 2,20 0,150 0,810 0,025 0,085 85,085

3 2,00 3,00 0,204 0,810 0,033 0,083 83,194

Sebanyak 200 ml polimer diinjeksikan kedalam sampel batuan

(core berea). Selama injeksi dilakukan terjadi perubahan tekanan.

Perubahan tekanan ini dicatat dan diamati. Setelah perubahan tekanan

dicatan, maka didapat nilai dari permeabilitas, dan penurunan

permeabilitas sebanyak pore volume yang diinjeksikan.

Penurunan permeabilitas core ditandai dengan naiknya

perubahan tekanan injeksi polimer. Pada awal injeksi polimer, polimer

mengalir dengan tekanan yang tinggi agar polimer dapat mengalir

pada pori-pori batuan. Seiring dengan berlangsungnya injeksi polimer,

larutan polimer akan menyerap ke dalam pori-pori sampel batuan core

Berea. Faktor ini merupakan penyebab menurunnya permeabilitas.


33

Injectivity Test
Injeksi Polimer ke Core Berea
Permeability (mD) 100
80
60
40
20
0
0 1 2

Pore Volume Injected

Permeabilitas PRF

Grafik 5.3

Injeksi Polimer kedalam Core Berea

Setelah dilakukan injeksi polimer, dapat disimpulkan bahwa

dengan menginjeksikan polimer B dengan konsentrasi 2000 ppm,

terjadi penurunan permeabilitas core berea.

Anda mungkin juga menyukai