Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
retensi mekanik untuk dapat menyatu dengan plat flexible denture. Secara
laboratories diperlukan pengeburan pada elemen gigi tiruan berupa retentive hole,
yaitu lubang-lubang retensi pada bagian lingual/palatal (Soesetijo Ady, 2016:62).
c. Cengkram
Macam-macam jenis cengkram pada flexi denture:
1) Clasp standar atau clasp utama
Desain clasp ini dibuat besar dan tebal, penempatan cengkram sangat
penting untuk menambah retensi dan stabilisasi serta tidak perlu menutup seluruh
permukaan gigi pejangkaran (Kaplan, 2008:5).
2) Clasp circumferential
Clasp Circumferential mengelilingi gigi yang berdiri sendiri.
4) Clasp kombinasi
Clasp ini merupakan kombinasi dari clasp circumferential dan clasp
conventional. Komponennya adalah rest-seat yang memberikan stabilitas dan
kekuatan pada gigi tiruan sebagian lepasan fleksibel dengan menghubungkan
komponen palatal (lingual) ke buccal.
1. Desain
Desain gigi tiruan ini sangat simpel tanpa menggunakan retainer berupa
cengkram kawat atau logam sebagai retensinya. Retainernya adalah perluasan
basis ke arah gigi penyangga berupa resin clasp sehingga secara estetika
menyenangkan bagi pasien (Soesetijo Ady, 2016:60).
Dalam pembuatan desain perlu memperhatikan empat tahap yaitu
menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (saddle), menentukan
macam dukungan dari setiap saddle, menentukan macam penahan, dan konektor
(Gunadi, 1995:309).
g. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model pola malam dan elemen gigi
tiruan pada kuvet untuk mendapatkan mould space. Flasking menggunakan
metode pulling the cast (Singh dan Gupta, 2012:304).
h. Pemasangan sprue
Pemasangan sprue dilakukan sebelum bahan tanam pada kuvet atas diisi
untuk mengalirkan bahan thermosens ke dalam mould space pada cuvet. Sprue
menggunakan diameter 6-8 mm (Alkhinani Ghazwan, 2014:29).
i. Boiling out
Boiling out adalah proses pembuangan pola malam dengan cara
memasukkan kuvet kedalam panci yang berisi air mendidih 70ºC selama 3-5
menit. Setelah wax bersih olesi mould space dengan separator ThermoFlow
(Singh dan Gupta, 2012:304).
j. Injection
Injection merupakan proses memasukkan bahan thermosens cair kedalam
mould space. Caranya cairkan beads atau biji thermosens pada catridge terlebih
dahulu dengan menghidupkan mesin catridge furnace, masukkan catridge ke
dalam mesin catridge furnace dengan suhu 290ºC selama 18 menit. Tunggu
hingga thermosens mencair, letakkan cuvet ke dalam mesin injection system,
setelah siap bahan thermosens diinjeksikan dengan tekanan 6,5 bar. Kemudian
tunggu selama 1 menit, keluarkan kuvet dari mesin injection system dan biarkan
dingin (Singh dan Gupta, 2012:304).
k. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan gigi tiruan 15-20 menit setelah
proses injection (Singh dan Gupta, 2012:304).
l. Pemotongan sprue
Setelah protesa lepas dari bahan tanam, potong saluran injeksi dengan
diamond disc (Singh dan Gupta, 2012:304).
m. Finishing
Finishing adalah proses menghaluskan gigi tiruan yang telah dilepaskan
dari kuvet setelah dilakukan pemotongan sprue. Finishing dilakukan
menggunakan Thermo Silicon Polisher (Singh dan Gupta, 2012:304).
n. Polishing
Polishing adalah proses mengkilapkan gigi tiruan dan siap dipasangkan
pada pasien. Proses polishing menggunakan thermogloss dan sikat pemoles serat
mikro (Singh dan Gupta, 2012:304).
merupakan pergerakan gigi yang keluar dari alveolus dimana akar mengikuti
mahkota (Sya’bani Dini,2018:8-9).
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis, maka akan terjadi erupsi berlebih
(overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan
tulang alveolar. Bila erupsi berlebih terjadi disertai pertumbuhan tuang alveolar
berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika suatu saat penderita ingin
dibuatkan gigi tiruan. Bila erupsi berlebih terjadi tanpa perubahan tulang alveolar,
maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai
ekstrusi (Siagian Krista,2016:3).
Penyebab paling umum pada kasus ekstrusi gigi posterior rahang atas
adalah hilangnya gigi antagonis dalam jangka waktu yang lama, sehingga ruang
tak bergigi mengecil dan dipenuhi oleh gigi antagonis yang menyebabkan ruang
gigitan menjadi sempit (Suminy Dewi : 3).