Annisa Sedjati
(11000117130231)
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu UUD NRI Tahun 1945
telah dinyatakan secara jelas dan tegas bahwa Indonesia adalah sebuah negara
hukum. Sebagai sebuah negara hukum, Indonesia sangat mengutamakan keadilan
bagi seluruh rakyatnya. Perwujudan dari pernyataan bahwa Indonesia adalah negara
hukum diwujudkan melalui badan peradilan yang dimiliki Indonesia untuk
menyelesaikan berbagai perkara. Badan peradilan yang dimiliki Indonesia sudah
seharusnya merupakan badan peradilan yang merdeka dalam menyelenggarakan
kekuasaan kehakiman. Hal tersebut secara tegas diatur dalam konstitusi Indonesia
yaitu pada Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 “Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
mengeakkan hukum dan keadilan”
Lingkup badan peradilan Indonesia diatur pada Pasal 25 ayat (1) UU No 48
Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman ”Badan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agungmeliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilanumum,
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.” Peradilan tata
usaha negara merupakan salah satu wujud implementasi dari pernyataan bahwa
Indonesia merupakan negara hukum.
1
Paulus Effendi Lotulung, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan, Salemba Humanika, Jakarta,
2013, hlm 8
2
Philipus M. Hadjon, Op. Cit., hlm. 124.
Peradilan Tata Usaha Negara. Kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara
menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana terakhir diubah dengan UU
No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah mengadili sengketa
Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata melawan Badan/Pejabat
Tata Usaha Negara, akibat diterbitkannya keputusan Tata Usaha Negara. Kompetensi
tersebut berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara untuk mengadili
suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa.
BAB II
PEMBAHASAN
Kewenangan PTUN yang semula hanya mengadili sengketa tata usaha negara
harus bertambah sejak diundangkannya UU No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Berdasarkan undang-undang tersebut PTUN memiliki kewenangan
untuk mengadili sengketa informasi publik. Sengketa Informasi Publik
sebagaimana dimaksud dalam UU.No.14 Tahun 2008 tentang KIP terdapat
pada ketentuan Pasal 1 ayat (5), yaitu: “Sengketa Informasi Publik adalah
sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang
berkaitan dengan hak memperoleh dan mengunakan informasi berdasarkan
perundang-undangan”. Didalam UU No.14 juga telah diatur prosedur penyelesaian
sengketa informasi publik sebagaimana yang terdapat pada BAB VIII UU No.14
Tahun 2008.
Upaya penyelesaian sengketa informasi publik ini dapat dilakukan melalui
komisi informasi. Langkah yang akan dilakukan oleh komisi informasi adalah
melakukan mediasi, namun penyelesaian sengketa melaluli mediasi merupakan
pilihan dari para pihak yang bersengketa dan bersifat sukarela, sebagaimana yang
tertera pada Pasal 40 ayat (1) UU No.14 Tahun 2008. Dalam hal tidak tercapainya
keberhasilan pada proses mediasi untuk menyelesaikan sengketa informasi publik
maka Komisi Informasi menjalankan Ajudikasi nonlitigasi untuk menyelesaikan
sengketa informasi publik tersebut. Apabila jalur Ajudikasi nonliigasi juga tidak
mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan sengketa informasi publik, maka para
pihak dapat mengajukan gugatan melalui PTUN ataupun pengadilan negeri.
Berdasarkan pasal 47 UU No. 14 tahun 2008
(1) Pengajuan gugatan dilakukan melalui pengadilan tata usaha negara apabila yang
digugat adalah Badan Publik negara.
(2) Pengajuan gugatan dilakukan melalui pengadilan negeri apabila yang digugat
adalah Badan Publik selain Badan Publik negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
Sedangkan terhadap Sengketa Infromasi Publik yang terdapat pada Pasal 35 ayat (1)
huruf b sampai dengan huruf g, PTUN dapat memberikan putusan yang berisi
perintah berupa :
Untuk menyelesaikan sengketa informasi publik melalui jalur litigasi, maka salah
satu pihak atau kedua belah pihak harus mengajukan gugatan. Gugatan yang
ditujukan kepada Badan Publik Negara diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha
Negara, sedangkan gugatan yang ditujukan kepada badan publik selain Badan Publik
Negara diajukan kepada Pengadilan Negeri.
Berdasarkan Pasal 4 PERM No.2 Tahun 2011 keberatan tersebut diajukan dalm
tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak Salinan putusan Komisi Informasi
diterima oleh para pihak berdasarkan tanda bukti penerimaan, namun dalam hal salah
satu pihak atau para pihak tidak mengajukan keberatan maka putusan Komisi
Informasi berkekuatan hukum tetap. Keberatan tersebut diajukan ke Pengadilan yang
wilayah hukumnya meliputi teempat kedudukan Badan Publik., namun bila keberatan
diajukan oleh Pemohon Informasi tetapi tempat kedudukan Badan Publik tidak
berada di wilayah hukum pengadilan tempat kediaman Pemohon Informasi, maka
keberatan dapat diajukan ke Pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi tempat
kediaman Pemohon Informasi yang selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang
bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
(1) Pengajuan gugatan dilakukan melalui pengadilan tata usaha negara apabila yang
digugat adalah Badan Publik negara.
(2) Pengajuan gugatan dilakukan melalui pengadilan negeri apabila yang digugat
adalah Badan Publik selain Badan Publik negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
Didalam UU No.14 juga mengatur tentang jenis putusan yang akan diberikan oleh
Majelis Hakim terhadap sengketa informasi publik, putusan tersebut dapat berupa :
Didalam PERMA No.2 Tahun 2011 terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan sengketa informasi publik, diantaranya :