Anda di halaman 1dari 6

1. Jelaskan perbedaan informasi public dan informasi privat, sertakan contoh masing-masing!

Jawab:
Informasi berasal dari kejadian sesuatu dan dilihat oleh seseorang. Seseorang tersebut akan
memberikan informasi sesuai kenyataan yang dilihatnya. Informasi yang didapatkan
tersebut akan selalu menyebar ke orang lain. Selain itu, infrmasi dapat diakses melalui surat
kabar dan majalah tertentu. Informasi ini bertujuan untuk pembaca mengetahui terdapat
suatu kejadian ditempat tersebut dengan waktu yang sudah dicantumkan.

Perbedaan Informasi Publik dan Privat


Informasi publik, yaitu suatu informasi yang dapat diakses oleh semua orang. Informasi ini
tidak mengandung unsur rahasia. Hal ini membuat masyarakatnya mengetahui masalah
yang sedang terjadi di sekitar. Informasi publik sudah diatur dalam Undang Undang No 8
Tahun 2008. Dalam informasi publik ini, masyararakat dapat mengambil dan menyimpan
informasi yang telah didapatkan. Contoh informasi publik yaitu pandemi covid-19, kasus
RUU, dan lain lain

Informasi privat, yaitu suatu informasi yang tidak dapat diakses oleh semua orang. Informasi
ini hanya boleh diakses oleh orang orang penting atau pejabat negara. Hal ini dikarenakan
informasi tersebut bersifat rahasia dan tidak boleh terbuka oleh umum. Penjagaan informasi
privat sangat ketat dan tidak bisa sampai bocor ke tangan yang salah. Contoh dokumentasi
negara, masalah pejabat, dan lain lain Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan,
dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai
kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
secara elektronik ataupun nonelektronik.

Informasi Publik adalah informasi sebagaimana dimaksud di atas yang dihasilkan, disimpan,
dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan
Badan Publik lainnya yang sesuai dengan UU KIP, serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.

Jadi UU KIP hanya mengatur hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berada di
Badan Publik. Informasi yang diperoleh dari badan privat tidak diatur dalam UU KIP
melainkan diatur dalam undang-undang khusus lainnya, misalnya, mengenai informasi
tentang perlindungan konsumen diatur dalam UU Perlindungan Konsumen.

2. Uraikan dan jelaskan model penyelesaian sengketa informasi public!


Jawab:
Mekanisme keberatannya diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Pengadilan. Perma menyebut mekanisme
keberatan itu diajukan dalam format gugatan, yakni keberatan yang diajukan salah satu
pihak. Ingat, sesuai Pasal 48 ayat (1) tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP),
keberatan itu harus dinyatakan secara tertulis.
Ada dua jalur yang disediakan: Peradilan Umum (PN) atau Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN). Yang menentukan jalur yang digunakan adalah status siapa yang digugat. Jika
tergugatnya adalah Badan Publik Negara, jalurnya melalui PTUN; sebaliknya jika tergugat
Badan Publik non-negara yang digunakan adalah Peradilan Umum. Pasal 47 UU KIP
menegaskan pembagian pengadilan yang berwenang.

Pengadilan mana yang berwenang pada dasarnya ditentukan tempat kedudukan Badan
Publik. Namun pemohon keberatan tetap bisa mengajukan keberatan ke pengadilan di
wilayah tempat kediamannya jika tempat kedudukan Badan Publik jauh. Nanti
pengadilanlah yang mengirimkan berkas gugatan (keberatan) itu ke pengadilan yang lebih
berwenang. Ini adalah upaya mempermudah pencari keadilan, sekaligus menghindari
kemungkinan lewat waktu.

Ada hal lain perlu dicatat: tak ada lagi proses mediasi! Inilah bedanya dengan sidang
gugatan perdata biasa di PN atau pemeriksaan dismissal di PTUN. Majelis hakim PN atau
PTUN hanya melakukan pemeriksaan secara sederhana terhadap putusan Komisi Informasi,
berkas perkara, permohonan keberatan, dan jawaban atas keberatan itu. Cuma, kalau ada
bantahan dari salah satu pihak, hakim dapat melakukan pemeriksaan bukti. Bahkan dalam
praktek, ada kemungkinan menghadirkan ahli dan saksi.

Dalam prakteknya, majelis hakim akan memeriksa argumentasi atau dalil pihak yang
mengajukan keberatan. Alasan mengajukan keberatan bisa beragam. Misalnya, mengenai
legal standing pemohon informasi. UU KIP memang membatasi pemohon informasi, hanya
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Status Warga Negara Indonesia
mudah dibuktikan melalui Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sebaliknya, status badan hukum
telah menimbulkan perdebatan. Komisi Informasi malah sudah mempertegas legal standing
itu melalui tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

Pengajuan keberatan ke pengadilan memang terikat pada waktu. Keberatan ke pengadilan,


misalnya, harus diajukan paling lambat 14 hari kerja sejak putusan Komisi Informasi
diterima.Paling lambat 14 hari sejak gugatan deregister, Panitera Pengadilan meminta
salinan putusan resmi ke Komisi Informasi. Dan, 14 hari pula paling lambat Komisi Informasi
wajib menyerahkan putusan dan berkas perkara ke Pengadilan. Termohon keberatan dapat
menyerahkan jawaban kepada Panitera dalam waktu 30 hari sejak keberatan diregister.
Majelis hakim juga terikat waktu. Peraturan perundang-undangan hanya memberi batas
waktu 60 hari kepada hakim untuk memutus gugatan. Jangka waktu dihitung berdasarkan
tanggal penetapan komposisi majelis hakim. Komposisi majelis ditetapkan Ketua Pengadilan
paling lambat 3 hari sejak lewat waktunya bagi termohon keberatan mengajukan jawaban
atas permohonan keberatan.

Putusan pengadilan dapat berupa membatalkan atau menguatkan putusan Komisi


Informasi. Isi putusan bisa dilihat dari jenis sengketa informasinya. jika mengenai pemberian
atau penolakan akses informasi, maka putusan hakim bisa berupa membatalkan putusan
Komisi Informasi dan memerintahkan Badan Publik memberikan informasi yang diminta;
atau sebaliknya menguatkan dengan menyatakan putusan Komisi Informasi sudah benar
dan tidak bertentangan dengan hukum. jika pokok keberatan berkaitan dengan informasi
berkala tidak disediakan dan sebab-sebab lain yang diatur Pasal 35 ayat (1) huruf c sampai g
UU KIP. Dalam hal ini majelis hakim dapat memerintahkan Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) menjalankan kewajibannya; atau menolak permohonan; atau memutus
biaya penggandaan informasi.

Putusan PN atau PTUN atas keberatan sengketa informasi bukan tahapan terakhir. Undang-
Undang masih memungkinkan para pihak mengajukan kasasi. Dasarnya adalah Pasal 50 UU
KIP: Pasal 50 UU KIP menyebutkan “Dalam Laporan Tahunan Mahkamah Agung Tahun 2016
tercatat ada 14 perkara sengketa informasi yang masuk kamar Tata Usaha Negara atau
2,43 % dari 575 perkara kasasi yang diterima Mahkamah Agung pada tahun itu.”

3. Jelaskan dan sertakan contoh pendapatan negara bukan pajak (PNPB), dana perimbangan
dan dan alokasi khusus!
Jawab:
Apa Itu Penerimaan Negara Bukan Pajak?
Sesuai dengan namanya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh
penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Pengertian
lengkapnya, PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan
sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
yang menjadi penerimaan Pemerintah Pusat (dalam hal ini Presiden Republik Indonesia) di
luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran
pendapatan dan belanja negara.

Apa saja yang termasuk ke dalam PNBP ini? Objek PNBP meliputi:
a. Pemanfaatan sumber daya alam
b. Pelayanan
c. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
d. Pengelolaan Barang Milik Negara
e. Pengelolaan Dana
f. Hak Negara Lainnya
Contoh sederhana PNBP adalah pemanfaatan layanan paspor, KITAS, perpanjangan SIM,
pembayaran tilang sampai dengan pembayaran dividen BUMN dan biaya administrasi
terhadap pelayanan publik yang disediakan oleh Kementerian/ Lembaga pemerintahan
lainnya .

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.
Dana ini terdiri dari 3 jenis, yaitu Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi
Hasil.
Mengutip dari laman Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.

4. Sebutkan dan jelaskan asas-asas pokok pengelolaan keuangan negara! Bagaimana


kedudukan presiden dalam Menyusun anggaran negara (APBN)?
Jawab:
Berkaitan dengan hal ini, paket perundang-undang keuangan negara telah menjabarkan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ke dalam asas-asas
umum pengelolaan keuangan negara sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang
baik (best practices) dalam pengelolaan keuangan negara.

Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang terdiri dari:

1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya atau periode anggaran untuk suatu
tahun tertentu, mulai dari 1 Januari – 31 Desember.
2. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.
4. Asas kesatuan, menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.

Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara, khususnya pengelolaan keuangan
negara harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam pengelolaan keuangan
negara. Oleh karena itu, sumber daya manusia di bidang keuangan negara harus
profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan
Pengguna Anggaran/Barang.
Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara, serta teralokasinya sumber daya yang tersedia secara proporsional
terhadap hasil yang akan dicapai.

Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara
dalam setiap tahapannya, baik dalam perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan
anggaran, pertanggung-jawaban, maupun hasil pemeriksaan, dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, artinya pemeriksaan
atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan oleh badan
pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Asas-asas umum tersebut diperlukan juga untuk menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip


pemerintahan daerah, sehingga dengan dianutnya asas-asas umum tersebut dalam paket
Undang-undang di bidang keuangan negara, selain dapat mewujudkan pengelolaan
keuangan negara yang bebas korupsi dan kolusi, efektif dan efisien serta transparan dan
akuntabel, juga diharapkan dapat memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagaimana kedudukan presiden dalam Menyusun anggaran negara (APBN)?


Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi kewenangan
yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk membantu Presiden
dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan
kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya
adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap
menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk
suatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar
terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya
mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme
dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian


kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku
pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai rupiah tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.

Anda mungkin juga menyukai