Jawab:
Informasi berasal dari kejadian sesuatu dan dilihat oleh seseorang. Seseorang tersebut akan
memberikan informasi sesuai kenyataan yang dilihatnya. Informasi yang didapatkan
tersebut akan selalu menyebar ke orang lain. Selain itu, infrmasi dapat diakses melalui surat
kabar dan majalah tertentu. Informasi ini bertujuan untuk pembaca mengetahui terdapat
suatu kejadian ditempat tersebut dengan waktu yang sudah dicantumkan.
Informasi privat, yaitu suatu informasi yang tidak dapat diakses oleh semua orang. Informasi
ini hanya boleh diakses oleh orang orang penting atau pejabat negara. Hal ini dikarenakan
informasi tersebut bersifat rahasia dan tidak boleh terbuka oleh umum. Penjagaan informasi
privat sangat ketat dan tidak bisa sampai bocor ke tangan yang salah. Contoh dokumentasi
negara, masalah pejabat, dan lain lain Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan,
dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai
kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
secara elektronik ataupun nonelektronik.
Informasi Publik adalah informasi sebagaimana dimaksud di atas yang dihasilkan, disimpan,
dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan
Badan Publik lainnya yang sesuai dengan UU KIP, serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
Jadi UU KIP hanya mengatur hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berada di
Badan Publik. Informasi yang diperoleh dari badan privat tidak diatur dalam UU KIP
melainkan diatur dalam undang-undang khusus lainnya, misalnya, mengenai informasi
tentang perlindungan konsumen diatur dalam UU Perlindungan Konsumen.
Pengadilan mana yang berwenang pada dasarnya ditentukan tempat kedudukan Badan
Publik. Namun pemohon keberatan tetap bisa mengajukan keberatan ke pengadilan di
wilayah tempat kediamannya jika tempat kedudukan Badan Publik jauh. Nanti
pengadilanlah yang mengirimkan berkas gugatan (keberatan) itu ke pengadilan yang lebih
berwenang. Ini adalah upaya mempermudah pencari keadilan, sekaligus menghindari
kemungkinan lewat waktu.
Ada hal lain perlu dicatat: tak ada lagi proses mediasi! Inilah bedanya dengan sidang
gugatan perdata biasa di PN atau pemeriksaan dismissal di PTUN. Majelis hakim PN atau
PTUN hanya melakukan pemeriksaan secara sederhana terhadap putusan Komisi Informasi,
berkas perkara, permohonan keberatan, dan jawaban atas keberatan itu. Cuma, kalau ada
bantahan dari salah satu pihak, hakim dapat melakukan pemeriksaan bukti. Bahkan dalam
praktek, ada kemungkinan menghadirkan ahli dan saksi.
Dalam prakteknya, majelis hakim akan memeriksa argumentasi atau dalil pihak yang
mengajukan keberatan. Alasan mengajukan keberatan bisa beragam. Misalnya, mengenai
legal standing pemohon informasi. UU KIP memang membatasi pemohon informasi, hanya
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Status Warga Negara Indonesia
mudah dibuktikan melalui Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sebaliknya, status badan hukum
telah menimbulkan perdebatan. Komisi Informasi malah sudah mempertegas legal standing
itu melalui tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.
Putusan PN atau PTUN atas keberatan sengketa informasi bukan tahapan terakhir. Undang-
Undang masih memungkinkan para pihak mengajukan kasasi. Dasarnya adalah Pasal 50 UU
KIP: Pasal 50 UU KIP menyebutkan “Dalam Laporan Tahunan Mahkamah Agung Tahun 2016
tercatat ada 14 perkara sengketa informasi yang masuk kamar Tata Usaha Negara atau
2,43 % dari 575 perkara kasasi yang diterima Mahkamah Agung pada tahun itu.”
3. Jelaskan dan sertakan contoh pendapatan negara bukan pajak (PNPB), dana perimbangan
dan dan alokasi khusus!
Jawab:
Apa Itu Penerimaan Negara Bukan Pajak?
Sesuai dengan namanya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh
penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Pengertian
lengkapnya, PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan
sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
yang menjadi penerimaan Pemerintah Pusat (dalam hal ini Presiden Republik Indonesia) di
luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Apa saja yang termasuk ke dalam PNBP ini? Objek PNBP meliputi:
a. Pemanfaatan sumber daya alam
b. Pelayanan
c. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
d. Pengelolaan Barang Milik Negara
e. Pengelolaan Dana
f. Hak Negara Lainnya
Contoh sederhana PNBP adalah pemanfaatan layanan paspor, KITAS, perpanjangan SIM,
pembayaran tilang sampai dengan pembayaran dividen BUMN dan biaya administrasi
terhadap pelayanan publik yang disediakan oleh Kementerian/ Lembaga pemerintahan
lainnya .
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.
Dana ini terdiri dari 3 jenis, yaitu Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi
Hasil.
Mengutip dari laman Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang terdiri dari:
1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya atau periode anggaran untuk suatu
tahun tertentu, mulai dari 1 Januari – 31 Desember.
2. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.
4. Asas kesatuan, menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.
Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara, khususnya pengelolaan keuangan
negara harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam pengelolaan keuangan
negara. Oleh karena itu, sumber daya manusia di bidang keuangan negara harus
profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan
Pengguna Anggaran/Barang.
Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara, serta teralokasinya sumber daya yang tersedia secara proporsional
terhadap hasil yang akan dicapai.
Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara
dalam setiap tahapannya, baik dalam perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan
anggaran, pertanggung-jawaban, maupun hasil pemeriksaan, dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, artinya pemeriksaan
atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan oleh badan
pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.