1. A. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, ketika
yang bersangkutan secara resmi ditahan, maka statusnya diberhentikan sementara. Hukuman
selanjutnya menunggu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Namun pada kasus
tersebut ASN XYZ sudah divonis 3,5 tahun, sehingga menurut UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, oknum ASN XYZ tersebut dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak
diberhentikan karena hukuman penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. Hal ini dikarenakan PNS
diberhentikan dengan tidak hormat apabila :
a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUUD 1945;
b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; dan
d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan pindana yang dilakukan dengan berencana.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sanksi disiplin yang dapat diberikan kepada XYZ karena telah
dijatuhi sanksi pidana penjara akibat mengedarkan narkoba ialah dengan diberikan pemberhentian
dengan tidak hormat karena secara hukum dinyatakan telah bersarah karena mengedarkan narkoba
dan divonis 3,5 tahun penjara.
B. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh XYZ jika merasa hukuman tersebut terlalu berat maka
dapat mengajukan banding/kasasi. Namun apabila dilihat pidana penjara 3,5 tahun untuk kasus
narkoba seharusnya diterima, karena vonis tidak maksimal. Selain itu XYZ dapat melakukan upaya
hukum untuk menerima haknya menjalankan program re-integrasi dengan menggunakan
Pembebasan Bersyarat.
C. Badan Pemeriksa Keuangan atau disingkat dengan BPK adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Semakin kuatnya peran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa keuangan negara, menuntut BPK untuk mengelola efektivitas kerja sama dan
komunikasi dengan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan,
BPK selalu berupaya membangun komunikasi dua arah secara efektif, sehingga mutu hubungan
kelembagaan BPK dengan para pemangku kepentingan dapat ditingkatkan.