Sensitivitas Dan Spesifitas CPOT PDF
Sensitivitas Dan Spesifitas CPOT PDF
1 April 2019
ABSTRAK
Penilaian nyeri pada pasien kritis dewasa paska bedah dengan ventilator sangat diperlukan
karena ketidakmampuan pasien dalam menyampaikan rasa nyeri secara verbal. Critical Care
Pain Observational Tool (CPOT) adalah salah satu instrumen penilaian nyeri untuk pasien
dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas instrumen
CPOT untuk menilai nyeri pasien kritis dewasa paska pembedahan. Penelitian ini adalah
sebuah studi crossectional dengan total sampel 40 pasien dewasa paska bedah dengan
ventilator. Responden dilakukan penilaian sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan setelah alih
baring. Data dianalisa dengan menggunakan Receiver Operating Curve (Kurva ROC). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Instrumen CPOT memiliki nilai sensitivitas sebesar 77% dan
spesifisitas sebesar 40% dengan nilai AUC 55%. Kesimpulan dari penelitian adalah nilai
sensitivitas CPOT lebih tinggi dari nilai spesifisitasnya dan nilai AUC yang cukup baik.
Instrumen penilaian nyeri CPOT secar penilaian klinis merupakan instrumen yang baik untuk
menilai nyeri pada pasien kritis dewasa dengan ventilator
Kata Kunci: Penilaian Nyeri, CPOT, Paska pembedahan
ABSTRACT
Pain assessment in critically adult patients after surgery with ventilator is very important
because of patients inability said pain verbally. The Critical Care Pain Observational Tool
(CPOT) is one of the pain assessment tools for adult patients. This study aims to determine
the sensitivity and specificity of the CPOT instrument for assessing pain in critically ill adult
patients after surgery. This study is a crossectional study with a total sample of 40 adult
patients after surgery with a ventilator. Respondent were assessed 2 times before and after
lying down. The data has been analyzed by using a Receiver Operating Curve. The result
showed that CPOT tools had a sensitivity value of 77% and a specificity of 40% with an AUC
value of 55%. The conclusion of the study was that the CPOT sensitivity value is higher than
the specificity value and AUC value is good. CPOT pain assessment tools as a clinical
assessment is a good instrument for assessing pain in critically adult patients with ventilators
Keywords: pain tools, CPOT, after surgery
(P.A.I.N), Non Verbal Adult Pain Scale digunakan untuk menilai nyeri pada pasien
(NVPS) dan Behavioral Pain Scale (BPS), dewasa yang terpasang ventilator. Sebelum
Critical care Pain Observational Tool, melakukan pengambilan data penelitian,
Comfort Scale. Penelitian sebelumnya terkait peneliti melakukan proses penerjemahan
instrumen penilaian nyeri yaitu comfort scale instrumen CPOT ke dalam versi bahasa
yang dapat digunakan untuk mengukur nyeri Indonesia oleh pakar bahasa Inggris. Peneliti
pada anak dan dewasa (Wahyuningsih et al, juga melakukan persamaan persepsi kepada
2017). Penilaian nyeri pada pasien kritis calon enumerator sebelum melakukan
dewasa paska bedah jantung juga telah pengambilan data dengan memberikan
diteliti dengan menguji sensitivitas dan pengarahan mengenai langkah penilaian pada
spesifisitas CPOT namun versi bahasa instrumen CPOT. Pengarahan berlangsung
Inggris (Marmo et al, 2009 ). selama 1 jam dan diakhiri dengan penilaian
Penilaian nyeri secara rutin pada pasien kritis bersama pada 1 pasien dengan ventilator.
merupakan proses dasar bagi perawat ICU Penelitian ini melibatkan 2 calon enumerator
dikarenakan pasien memiliki pengalaman yang didapatkan melalui uji interobserver
nyeri ringan hingga berat. Penilaian secara reliability. Uji tersebut dilakukan antara
sistematis dan dokumentasi yang konsisten peneliti dengan calon enumerator 10 calon
terhadap nyeri merupakan langkah pertama subjek penelitian dengan menggunakan
untuk memberikan perawatan nyeri pada instrumen CPOT yamg dianalisa
pasien kritis. Uji sensitivitas dan spesifisitas menggunakan uji Kappa. Peneliti memilih
diperlukan untuk mendeteksi bahwa subjek enumerator 1 untuk membantu dalam
benar- benar sakit dengan penilaian baku pengambilan data karena memiliki nilai
emas yang telah ditentukan (Sastroasmoro & kappa lebih tinggi dari enumerator 2. Peneliti
Ismael, 2011). Uji sensitivitas dan spesifisitas melakukan uji interrater agreement dengan
dalam penelitian memerlukan standar baku enumerator dengan nilai kappa sebesar 0,87.
yang ideal yang digunakan sebagai Pengambilan data penelitian ini dilakukan
pembanding. Standar baku ideal yang selama 3 bulan dengan total subjek penelitian
digunakan dalam penelitian adalah alat ukur sejumlah 40 pasien kritis dewasa yang
nyeri Thermometer Pain Scale (TPS). terpasang ventilator dengan karakteristik
subjek penelitian penelitan terbanyak pada
usia 41-60 tahun sebesar 35%, subjek
METODE PENELITIAN penelitian dengan jenis kelamin terbanyak
yaitu laki- laki sebesar 62,5% dan pasien
Metode penelitian ini menggunakan desain yang tidak tersedasi sebesar 62,5%. Pasien
crossectional yang dilakukan dalam satu kali dinilai oleh 2 observer yaitu peneliti dan
waktu pengambilan data dan pada subjek enumerator yang terpilih sesuai kriteria
penelitian yang berbeda. Total subjek untuk pengambilan data penelitian.
penelitian dalam penelitian ini sejumlah 40 Pengambilan data dilakukan secara
pasien dewasa dengan rentang usia 18-80 bersamaan oleh 2 observer, data diambil
tahun Kriteria inklusi subjek penelitian dalam setelah dilakukan prosedur alih baring selama
penelitian yaitu pasien dewasa berusia ≥18 15 menit dengan menggunakan instrumen
tahun, kesadaran dengan GCS 10-12. Kriteria TPS dan CPOT. Penilaian dilakukan setelah
eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien alih baring, pasien dinilai dengan
yang mengalami kelumpuhan seluruh menggunakan instrumen TPS dan instrumen
anggota badan dan mengalalami komplikasi CPOT selama 5 menit. Penilaian tersebut
seperti perdarahan, derilium, mati batang dilakukan dengan melihat perubahan-
otak. perubahan yang ada pada item masing-
Instrumen yang dipergunakan sebagai masing instrumen.
standar baku dalam penelitian adalah
Thermometer Pain Scale (TPS) yang
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian mencakup demografi
1,2
dan karakteristik subjek penelitian penelitian,
hasil seleksi subjek penelitian sesuai kriteria 1
inklusi dan eksklusi, serta prosentase nilai 0,8 Sensiti
sensitivitas dan spesifisitas, penjelasan hasil vity
0,6
penelitian adalah sebagai berikut:
0,4 specifi
city
A. Demografi Subjek Penelitian 0,2
Demografi Subjek penelitian meliputi:
0
usia, jenis kelamin dan sedasi. Deskripsi 1 2 3 4 5 6 7
demografi dan karakteristik subjek
penelitian tercantum pada Tabel1
Tabel 1. Demografi Subjek Penelitian Gambar 1. Kurva ROC Sensitivitas dan
dengan N= 40 Spesifisitas
Demografi n %
Karakteristik Kurva ROC tersebut menunjukkan nilai dari
Usia instrumen CPOT dengan AUC (Area Under
18-40 tahun 13 32,5 Curve) 55%, sensitivitas 77% dan spesifisitas
41-60 tahun 14 35,0 40%. Titik Potong (Cut off point) pada skor
>60 tahun 13 32,5 CPOT adalah ≥ 2. Cut off point didapatkan
Jenis kelamin dari perpotongan sensitivitas dan spesifisitas
Laki- laki 25 62,5 pada kurva ROC. Hal ini berarti pasien yang
Perempuan 15 37,5 mempunyai skor CPOT ≥ 2 akan dideteksi
Sedasi sebagai pasien yang mengalami nyeri.
Tidak sedasi 25 62,5 Nyeri yang dialami pada pasien kritis dengan
Sedasi ventilator dapat disebabkan oleh berat
15 37,5 ringannya penyakit, akibat dari pemberian
terapi dan prosedur keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Nyeri yang tidak
Berdasarkan tabel 1 dipaparkan bahwa tertangani dengan baik akan menyebabkan
subjek penelitian terbanyak pada usia 41-60 perubahan respon fisiologis dan psikologis
tahun sejumlah 14 pasien (35%), jenis sehingga pasien menjadi gelisah. Instrumen
kelamin laki- laki sejumlah 25 pasien pengkajian nyeri pada pasien kritis dengan
(62,5%), dan pasien yang tidak tersedasi 25 ventilator diperlukan untuk menilai nyeri
subjek penelitian (62,5%). karena pasien tidak mamu melaporkan nyeri
secara verbal. Penelitian ini bertujuan untuk
B. Kurva Sensitivitas dan Spesifisitas mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas
Penilaian Nyeri CPOT ROC Curve instrumen CPOT pada pasien dewasa untuk
1.0
menilai nyeri pada pasien kritis dewasa yang
0.8
terpasang ventilator.
Nilai sensitivitas dan spesifisitas diperlukan
Sensitivity
0.6
0.4
untuk menilai instrumen penilaian nyeri.
0.2
Nilai sensitivitas dan spesifisitas CPOT pada
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
penelitian ini yaitu sensitivitas 77% dan
1 - Specificity
menurut Bland & Altman (2010) menyatakan diperlukan perawat untuk mencapai
nilai AUC dikatakan baik yaitu 50-100%. manajemen nyeri yang efektif. Peran perawat
Nilai AUC yang tidak bermakna secara dalam pengkajian nyeri sebagai bagian dari
statistik dapat bermakna secara klinik sesuai manajemen nyeri yaitu dapat melakukan
dengan kegunaan dari instrumen tersebut pengkajian pada pasien yang mampu
(Dahlan, 2009). Menurut penilaian klinis melaporkan nyeri secara verbal dan non
CPOT merupakan instrumen penilaian nyeri verbal. Pengetahuan yang dimiliki perawat
yang baik untuk menilai nyeri pada pasien diantaranya yaitu pengetahuan tentang
kritis dengan ventilator. Penelitian Gelinas et penggunaan instumen pengkajian nyeri, teori
al (2009) menyatakan bahwa CPOT memiliki nyeri dan fisiologi nyeri sedangkan
nilai sensitivitas 86,1% dan spesifisitas ketrampilan yang harus dimiliki perawat
77,8% dan spesifisitas untuk menilai nyeri diantaranya yaitu kemampuan menggunakan
pada pasien kritis dewasa dengan ventilator pengkajian nyeri yang reliabel dan
paska operasi kardiovaskuler. Penelitian kemampuan untuk menginterpretasikan nyeri
tersebut menyebutkan bahwa nilai pada pasien yang tidak mampu melaporkan
sensitivitas dan spesifisitas tinggi didapat nyeri secara verbal serta melakukan
dengan penilaian nyeri selama dilakukan pengkajian secara holistik (Lellan, 2006).
prosedur alih baring. Instrumen penilaian Sejalan dengan penelitian kualitatif yang
nyeri CPOT memiliki kemampuan meneliti mengenai tantangan perawat dalam
psikometrik yang baik (realibilitas antar manjemen nyeri pada keperawatan kritis
pemeriksa dan validitas) untuk mendeteksi menunjukkan bahwa perawat sebagai
nyeri pada pasien kritis. Hal tersebut decision making memiliki kewajiban dan
dikarenakan penilaian CPOT berfokus pada bertanggung jawab secara etik dalam
indikator psikologis pada pasien kritis. manajemen nyeri melalui pengkajian nyeri
Penelitian menyimpulkan bahwa indikator dengan menggunakan instrumen nyeri yang
fisiologis tidak bisa dijadikan sebagai tepat (Subramanian et al, 2012; Morton &
indikator tunggal dalam menilai nyeri, Fontaine, 2013). Sebuah penelitian
dikarenakan peningkatan indikator fisiologis menyebutkan bahwa perawat ikut berperan
dipengaruhi oleh faktor lain seperti serta dalam memutuskan manajemen nyeri
penggunaan obat- obatan (Vazquez et al, yang tepat dengan melakukan tindakan
2011). kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai analgetik sesuai dosis yang ditentukan (Cook
sensitivitas CPOT lebih tinggi dari nilai et al, 2006). Perawat sebagai gardu terdepan
spesifisitasnya. Instrumen penilaian nyeri harus memiliki pengetahuan mengenai
seharusnya memiliki nilai sensitivitas dan pengkajian nyeri pada pasien kritis di ICU.
spesifisitas yang baik untuk menilai rasa Apabila perawat mendapatkan pelatihan
nyeri. Nilai sensitivitas dan spesifisitas nyeri maka perawat akan mampu
berimplikasi pada manajemen nyeri yang memberikan intervensi nyeri yang efektif
tepat, termasuk juga untuk pemberian dosis untuk pasien secara komprehensif (Manias et
analgetik. Instrumen nyeri yang memiliki al, 2002). Jika instrumen pengkajian nyeri
nilai sensitivitas yang tinggi memiliki yang digunakan tidak memiliki nilai
kemampuan yang baik dalam mendeteksi sensitivitas dan spesifisitas yang baik maka
nyeri sedangkan instrumen yang memiliki nyeri pasien tidak akan tertangani dengan
spesifisitas tinggi mempunyai arti memiliki baik. Instrumen pengkajian nyeri yang
kemampuan yang baik dalam mendeteksi sensitif diperlukan untuk mendeteksi adanya
tidak adanya nyeri. Perawat merupakan nyeri yang berefek pada penurunan durasi
bagian dari multidisiplin tim dalam penggunaan ventilator dan lama rawat di ICU
manajemen nyeri, mengingat perawat (Payen et al, 2009).
memberikan perawatan selama 24 jam. Penelitian ini memiliki keterbatasan
Pengetahuan dan ketrampilan mengenai nyeri diantaranya yaitu jumlah subjek penelitian
yang sedikit, subjek penelitian penelitian Cade, C. H. (2008). Clinical tools for the
belum homogen dengan masih adanya pasien assessment of pain in sedated critically
yang tesedasi dan tidak tersedasi. Beberapa ill adults. Nursing in Critical Care,
keterbatasan tersebut dapat dihindarkan 13(6), 288–297. doi:10.1111/j.1478-
dengan penelitian selanjutnya yaitu meneliti 5153.2008.00294.x
pada kasus bedah dengan jumlah subjek Cook L, D Stephenson, L Colton, Q Terry.
penelitian yang lebih banyak, pasien yang (2006). Nursing knowledge surprises
tersedasi seharusnya dinilai dengan Ramsay about pain management. The Journal
score. of Pain.
Dunn, W., & Murphy, J. (2009). Should
PENUTUP intensive care medicine itself be on the
Instrumen CPOT memiliki nilai sensitivitas critical list? Chest, 135(4), 892–894.
yang cukup tinggi dan nilai sensitivitas doi:10.1378/chest.09-0038
rendah yang artinya bahwa nilai tersebut Gelinas, C., Arbour, C., Michaud, C.,
secara statistik lemah namun untuk penilaian Vaillant, F., & Desjardins, S. (2011).
secara klinis sangat bermakna ditunjukkan Implementation of the critical-care pain
dengan nilai AUC (area under curve) cukup observation tool on pain
baik untuk digunakan sebagai instrumen assessment/management nursing
penilaian nyeri pada psien kritis paska practices in an intensive care unit with
operasi dengan ventilator. nonverbal critically ill adults: a before
Hasil penelitian ini merekomendasikan and after study. International Journal of
bahwa pasien kritis dewasa dengan ventilator Nursing Studies, 48(12), 1495–504.
tetap dinilai nyeri setiap satu jam sekali dan doi:10.1016/j.ijnurstu.2011.03.012
sebelum melakukan prosedur invasif atau Gelinas, C., Echegaray-Benites, C., &
nociseptif. Penelitian ini sebagai dasar untuk Kapoustina, O. (2014). Validation of the
dilakukan penelitian selanjutnya berkaitan use of the Critical-Care Pain
dengan cara menilai nyeri pasien sebelum, Observation Tool (CPOT) with brain
selama dan setelah dilakukan prosedur surgery patients in the neurosurgical
invasif atau nociseptif, meneliti impementasi intensive care unit. Intensive and
CPOT pada beberapa kasus dengan Critical Care Nursing, 30(5), 257–265.
penelitian multisenter. doi:10.1016/j.iccn.2014.04.002
Herr, K., Coyne, P. J., Key, T., Manworren,
R., McCaffery, M., Merkel, S., … Wild,
REFERENSI L. (2006). Pain assessment in the
Alderson, S. M., & Mckechnie, S. R. (2013). nonverbal patient: position statement
Unrecognised , undertreated , pain in with clinical practice recommendations.
ICU : causes , effects , and how to do Pain Management Nursing, 7(2), 44–52.
better. Open Journal of Nursing, doi:10.1016/j.pmn.2006.02.003
3(March 2013), 108–113. Kollef, M. H., Levy, N. T., Ahrens, T. S.,
doi:10.4236/ojn.2013.31014 Schaiff, R., Prentice, D., & Sherman, G.
Americas Association of Critical -Care (1998). The use of continuous IV
Nurses. (2013). Assessing pain in the sedation is associated with prolongation
critically ill adult expected practice and of mechanical ventilation. Chest,
nursing actions. American Association 114(2), 541–548.
of Critical -Care Nurses, (Level C), 1– doi:10.1378/chest.114.2.541
7. Lellan, K. (2006). Management of pain a
Bland JM, Altman DG. (1986). Statistical practical approach for health care
methods for assessing agreement professionals. London: Nelson Thornes
between two methods of clinical Ltd.
measurement. Lancet, 1(fig 1):307–10. Manias, E., Botti, M., & Bucknall, T. (2002).
BIODATA PENULIS
Indah Sri Wahyuningsih merupakan Dosen
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang. Riwayat
Pendidikan Diploma III Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang,
S1 dan S2 Keperawatan di Universitas
Diponegoro Semarang.