Teknologi Sediaan Padat Pembuatan Tablet Paracetamol Dengan Cara Grranulasi Basah
Teknologi Sediaan Padat Pembuatan Tablet Paracetamol Dengan Cara Grranulasi Basah
PENDAHULUAN
Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmaseutik yang berupa padat. Sifatnya
praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan tidak terjadi
reaksi hidrolisis. Cara pembuatan tablet antara lain adalah dengan granulasi basah.
Tujuan granulasi ini adalah memperbaiki sifat alir ke mesin tablet dan untuk
memperbaiki komprebilitas. Granulasi basah ini menggunakan air atau zat cair lain
apabila zat aktif tidak stabil terhadap air.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. (Depkes RI, 1994).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan
berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari
berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta
produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau
dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan,
kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari cetakan dan dibiarkan
sampai kering.
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/ mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/ diperkecil.
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat ( merupakan bentuk sediaan oral
yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan
dan pengangkutan
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh ( mengandung dosis zat aktif yang
tepat/ teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral
untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak
yang bermonogram atau berhiasan timbul
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet
tidak segera terjadi
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur ( tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali)
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, dan untuk terapi local ( salut enterik)
11. Dapat diproduksi besar- besaran, sederhana, cepat sehingga biaya produksinya
lebih rendah
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet ( dalam keadaan tidak sadar/
pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
o Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis
o Zat aktif yang sulit terbasahi ( hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran carna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi ( harus
diformulasi sedemikian rupa)
o Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak atau bau yang tidak disenangi, atau
zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer dan kelembaban udara,
memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul
menjadi lebih baik daripada tablet.
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan
tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet,
apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya
dosis, dan lain sebagainya.
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif
yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan komprebilitasnya tidak baik.
METODE KERJA
Bahan
2. Pembuatan Granul :
a. Campurkan amylum dan laktosa hingga homogen
b. Ayak dengan ayakkan
c. Timbang paracetamol 5 gram kemudian campur dengan hasil ayakkan
amylum oryzae dan laktosa.
d. Tambahkan solution gelatin sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa
granul yang baik. Catat volume solution gelatin yang digunakkan.
e. Ayak massa graul dengan ayakkan No. 6-12 mesh
f. Letakkan granul basah diatas nampan aluminium yang telah dilapisi
dengan kertas perkamen dan oven pada suhu 60ºC. Balik granul apabila
telah setengah kering. Catat waktu yang diperlukan sampai granul kering.
g. Setelah kering keluarkan granul dari oven, ayak dengan menggunakan
ayakkan No. 14-20 mesh.
h. Timbang hasil granul kering dan lakukan evaluasi mutu granul
i. Lakukan pencetakkan tablet dari hasil penggranulan yang sebelumnya
j. Jadikan granul menjadi 10 tablet
k. Lakukan evaluasi tablet
Hitung bobot yang hilang “loose weight” dari pembuatan granul (bobot bahan awal-
bobot bahan kering).
HASIL PENGAMATAN
= Bobot granul sebelum dimasukkan ke dalam oven - Bobot granul setelah dimasukkan oven
= 13,67 g - 10,5 g
= 3,17 g
Jadi, bobot granul yang hilang dari pembuatan granul adalah sebesar 3,17 g
Pengukuran bobot yang hilang = (Rata – rata sebelum dimasukkan friablitas tester) –
= 0,60645 g - 0,605435 g
= 0,001015 g
= 0,1015 %
Gambar proses penimbangan tablet
PEMBAHASAN
4.1 Pembahsan
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang
paling banyak digunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran partikel zat
aktif dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab
dan panas. Umumnya zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebebasan
tertenru pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk perekat (cairan
pengikat) sebagai penganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan, suspense
atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke dalam
campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukkan kering kedalam
campuran serbuk atau cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki
peranan yang sangat penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel
dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat. Gaya tegangan permukaan dan kapiler paling penting pada awal
pembentukkan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan
sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika
sudah diperoleh masa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakkan dan
diberik tekanan alat pengiling atau oscilating granulator tujuannya agar terbentuk
granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali.
Amilum :
Laktosa adalah serbuk atau massa hablur keras putih atau putih krem,
tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara tapi tidak mudah menyerap
bau. Mudah dan pelan-pelan larut dalam air, dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
eter. khasiat : bahan pengisi. (Anonim,1995).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada saat praktikum hanya melakukan 2 uji yaitu uji mutu granul dan uji
kerapuhan. Pada uji evaluasi mutu granul , bobot granul yang hilang “loose
werght” dari pembuatan granul adalah sebesar 3,17 g. Pada uji kerapuhan ( uji
Friabilitas ) yang kami lakukan, didapatkan pengukuran bobot yang hilang adalah
sebesar 0,001015 g dan didapatkan persentase bobot yang hilang sebesar 0,1015
%.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M,. 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta.
Anief M,. 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 (KELAS B)
2015