Anda di halaman 1dari 40

Makalah Farmakologi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, karena saya bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP FARMAKOLOGI SECARA UMUM” dengan tepat waktu.

Makalah ini saya susun sebagaimana materi yang terdapat di dalam mata kuliah IKD IV. Materi tersebut
saya ambil dari berbagai sumber dan beberapa situs dari internet. Dengan demikian, para pembaca bisa
memperluas wawasannya, memahami dan mengaplikasikan isi makalah dalam kehidupan sehari-hari.

Saya berharap makalah ini bisa membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah IKD IV. Kritik dan
saran yang membangun selalu saya harapkan dalam pembuatan makalah berikutnya. Dan saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 1

D. Metode Penulisan 1

BAB II KONSEP FARMAKOLOGI SECARA UMUM

I. Pengertian Farmakologi

II. Defenisi dan Jenis Obat

III. Penggolongan Obat


IV. Sediaan Obat

BAB III KESIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap
efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan
hepar.

B. Rumusan Masalah

Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:

1. apa Pengertian konsep farmakologi ?

2. apa pengertian farmakodinamika ?

3. apa pengertian farmakokinetik ?

4. macam-macam Bentuk Obat dan Tujuan Penggunaannya ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang konsep dasar farmakologi secara umum.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu
penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II

KONSEP FARMAKOLOGI SECARA UMUM

PENGERTIAN FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI

Berasal dari kata (Yunani)

pharmakon : obat

Logia : studi/ilmu

“Ilmu tentang obat”


Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah,
sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja,
absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.

Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme hidup serta
segala aspek interaksi mereka.

Atau

Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan organisme hidup

FARMAKOKINETIKA

Studi tentang absorpsi, distribusi, dan biotransformasi serta eksresi (eliminasi)

Atau

Pengaruh organisme hidup terhadap obat

Atau

Penanganan obat oleh organisme hidup

FARMAKODINAMIKA

Studi tentang tempat dan mekanisme kerja serta efek fisiologik dan biokimiawi obat pada organisme
hidup

Atau

Pengaruh obat terhadap organisme hidup


FARMAKOTERAPI

Merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan
menyembuhkan penyakit

FARMAKOGNOSI

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan
sumber obat

KHEMOTERAPI

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba
patogen termasuk pengobatan neoplasma

TOKSIKOLOGI

Ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga,
industri, maupun lingkungan hidup lain. Dalam cabang ini juga dipelajari cara pencegahan, pengenalan
dan penanggulangan kasus-kasus keracunan

FARMASI

Suatu sistem yang memberikan pelayanan kesehatan dengan perhatian khusus pada pengetahuan
tentang obat dan efeknya pada manusia dan hewan
DEFENISI dan JENIS OBAT

Definisi obat

• Obat adalah zat kimia yang mempengaruhi proses kehidupan (Benet,1991)

• Obat adalah substansi yang digunakan untuk merubah atau menyelidiki sistem fisiologi atau patologi
untuk keuntungan si penerimanya (WHO,1966)

• Obat dalam arti yang lebih spesifik setiap zat kimia selain makanan yang mempunyai pengaruh
terhadap atau dapat menimbulkan efek pada organisme hidup

• Obat Esensial

adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak

• Obat Generik

adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia (FI) untuk zat berkhasiat
yang dikandungnya

• Obat Paten

adalah obat dengan nama yang merupakan milik produsen yang bersangkutan

• Obat Plasebo
adalah oabt buatan yang tidak mengandung zat berkhasiat atau obat yang tidak berkhasiat

• Obat tradisional

adalah obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuhan, hewan maupun mineral dari alam secara murni,
yang dibuat dan diolah secara sederhana berdasarkan turun temurun, dimana efek, dosis dan bentuknya
sangat bervariasi dalam penggunaannya

PENGGOLOGAN OABAT

Golongan oabat adalah penggolongan yang dimaksud untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi nya,

terdiri dari:

•Obat bebas

Obat dijual bebas, tersebar diapotik sampai diwarung, mempunyai logo berwarna Hijau

•Obat Bebas Terbatas

Obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P)

Dijual bebas mempunyai logo berwarna Biru

•Obat Keras (Daftar G = Gevaarijk = berbahaya)

Obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, mempunyai logo
berwarna Merah
•Obat Narkotika ( Daftar O = Opiat)

yaitu obat yang termasuk golongan narkotik dengan turunannya, psikotropik dan anastesi lokal maupun
umum, untuk memperolehnya harus denagan resep dokter dan apotik wajib melaporkannya.

Asal obat

Obat diperoleh:

• Tumbuhan ……….………Kuinin

• Hewan ………………….. Insulin

• Mineral………………….. Koalin

• Mikroorganisme…………Penisilin

• Sintesa……………..........Sulfonamida

SEDIAAN OBAT

Obat dapat diberikan dengan berbagai macam cara :

Jika dikaitkan dengan saluran cerna, maka:

1.Enteral
cara pemberian obat melalui jalur saluran cerna atau saluran oral-gastrointestinal, dimulai dari mulut
sampai poros usus (rektum)

• P.O

• Sublingual

• Rektal

2. Parenteral

Cara pemberian dengan menempatkan obat diluar saluran cerna, meliputi:

• Topikal

• Injeksi (intrsdermsl, subkutan, intramuskular, i.v. dsb.

• Inhalasi

Jika dikaitkan dengan sistem vaskuler, pemberian obat dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Intravaskuler

menempatkan obat langsung kedalam aliran darah (mis: i.v.)

2. Ekstra-vaskuler

pemberian atau penempatan obat diluar atau tidak langsung ke sistem aliran darah (mis: p.o.,i.m.,)

Sediaan obat melalui oral


• Bentuk obat padat

a. Tablet

- Tablet kempa,

- Tablet kunyah

- Tablet salut :

salut gula, salut film polimer, salut enteric, salut yang tahan terhadap asam lambung, salut yang
hanya hancur di usus.

- Tablet efervesen : dilarutkan dalam air

b. Kapsul

- Kapsul gelatin keras : ada wadah dan tutup

- Kapsul gelatin lunak : Buatan pabrik

langsung

c. Serbuk

- serbuk terbagi : satu bungkus untuk satu dosis

- serbuk tak terbagi : serbuk banyak seperti bedak

- serbuk efervesen : dilarutkan dalam air

• Bentuk obat cair

a. Larutan : jika tidak disebut lain pelarut adalah air

b. Sirup : larutan obat dalam larutan gula

c. Emulsi : campuran dua zat yang tidak saling campur ( tipe

o/w atau w/o)

d. Suspensi oral : campuran obat padat terbagi halus yang


terdispersi dalam medium cairan
Sediaan obat melalui parenteral

Wadah untuk larutan injeksi dapat berupa :

• ampul, 1ml, 2ml, 5ml, 10ml.

• Vial atau Flakon, tertutup karet atau alumunium

• Botol infus, 500ml.

Macam bentuk sediaan parenteral

• Berupa larutan dalam air

• Larutan dalam minyak

• Solutio petit (Mis: injeksi luminal)

• Suspensi obat padat dalam aqua

• Suspensi dalam minyak

• Emulsi

• Kristal steril yang dilarutkan dalam aqua steril

• Cairan invus intravena

• Cairan untuk diagnosa

Macam rute parenteral:

1. Injeksi intrakutan/intradermal:

disuntikan sedikit ke dalam kulit

2. Injeksi subkutan/hipodermik :

disuntikan dibawah kulit

3. Injeksi intramuskular :

disuntikan kedalam otot

4. Injeksi intravena :

disuntikan kedalam pembuluh vena


5. Injeksi intratekal/intraspinal/intradural :

disuntikan kedalam sumsum tulang belakang

6. Injeksi intraperitonial:

disuntikan kedalam perut, sudah jarang dilakukan

7. Injeksi peridural, ektradural, epidural:

disuntikan ke lapisan penutup otak

8. Injeksi intrasisternal:

disuntikan ke sumsum tulang belakang dasar otak

9. Injeksi intrakardial:

disuntikan langsung ke dalam jantung

Penggunaan obat melaui inhalasi

Obat bentuk gas atau uap diabsorpsi sangat cepat melaui Hidung, Trachea,

Paru-paru, dan selaput lendir pada perjalanannya.

Cara lama: anestesi dituangkan pada kain kasa sebagai tutup hidung, uap yang ada diisap.

Cara medern : menggunakan tutup hidung dan dipasangkan ke mesin

Penggunaan obat melalui selaput lendir

• Tablet bukal

• Tablet sublingual

• Permen larut dalam mulut

• Tablet hipodermik

• Tablet implantasi
• Okulenta : salap mata

• Larutan mata

• Suspensi hidung

* Tetes hidung

* Tetes telinga

* Supositoria : melalui dubur

* Basila : melalui saluran kencing

* Tablet oval vagina

Penggunaan obat topical pada kulit

1. Bentuk obat padat untuk penggunaan topikal adalah serbuk yang tujuannya menyerap lembab,
mengurangi geseran antar dua lipatan kulit dan sebagai bahan pembawa obatnya.

2. Bentuk obat cair untuk penggunan topical :

sediaan basah seperti kompres, celupan dan untuk mandi : larutan Rivanol, larutan P.K
(Permanganas Kalicus)

Lotion, digunakan untuk efek menyejukan, tidak digunakan pada luka berair

Linimen, suatu larutan dalam alkohol atau minyak

3. Bentuk obat semi/setengah padat pada penggunaan topical

- salap, digunakan untuk kulit

- krim, mengandung banyak air

- pasta,

- Jeli

4. Bentuk obat aerosol untuk penggunaan topical

- Aerosol semprotan pembasah atau permukaaan

- Aerosol aliran semprotan

- Aerosol busa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,

termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang

berbeda dengan organ yang lain karena berbentuk cairan. Dalam keadaan

fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan

fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier), mekanisme pertahanan

tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis (Handayani, 2008).

Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan

sel darah (korpuskili). Plasma merupakan komponen intraseluler yang berbentuk

cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah

merupakan komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang terdiri dari
sel eritrosit (sel darah merah), leokosit (sel darah putih), dan trombosit (bekuan

darah) dengan jumlah 45% dari volume darah (Evelyn C, 2009).

Darah arteri berwarna merah terang, itu menandakan bahwa darah

teroksigenasi dengan baik. Sementara darah vena berwana gelap karena kuranng

teroksigenasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban dibanding air karena darah 4-

5 kali lebih kental dari pada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar anatara

1,054-1,065, suhu darah adalah 38o

celcius dan pHnya adalah 7,38. Volume darah

dalam tubuh berkisar 8% dari berat badan, rata-rata mendekati 5-6 liter

(Syaifuddin, 2011).

2.1.1. Plasma Darah

Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstra seluler, dengan

volumenya kira-kira 5% dari berat badan. Susunan plasma terdiri dari 91,0% air,

8,0% protein (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen), mineral 0,9%


(kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan 0,1% diisi oleh sejumlah

bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolestrol dan

asam amino. Plasma darah juga berisi hormon-hormon, enzim dan antibodi

(Pearce, 2009).

Protein dalam plasma darah terditi atas :

a. Antihemofilik, berguna mencegah anemia.

b. Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah.

c. Protombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.

d. Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.

e. Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.

f. Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah.

g. Gammaglobulin, berguna dalam senyawa antibodi yaitu mengangkut

metabolisme dari jaringan ke alat-alat pengeluaran, mengangkut energi panas

dari tempat aktif ketempat yang tidak aktif untuk menjaga suhu tubuh,

mengedarkan air, hormon dan enzim ke seluruh tubuh, melawan infeksi

degan antibodi dan leukosit (Irianto, 2013).


Plasma darah diperoleh dengan cara mensentrifugasi darah, sehingga

plasma darah akan terpisah dari sel darah. Plasma darah akan berada dibagian atas

(Handayani & Hariwibowo, 2008

2.1.2. Korpuskili (sel darah)

Korpuskili adalah butiran-butiran darah yang di dalamnya terdiri atas:

a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%)

b. Sel darah putih atau leokosit (0,2%)

c. Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0%)

2.2 Eritrosit

Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus

mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan membantu pembuangan

karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan tubuh.

Masa hidup eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan hematopoietik

(Kiswari R, 2014).

Gambar 1.Sel Darah Merah dalam aliran darah

Pembentukannya diatur oleh eritropoietin, suatu hormon yang di sintesis


di ginjal, kemudian keluar ke aliran darah menuju sumsum tulang sebagai respons

terhadap adanya hypoxia jaringan. Dalam sumsum tulang selanjutnya terjadi

mobilisasi sel stem multipoten. Dalam perkembangannya sel stem multipoten ini

akan membentuk progenitor myeloid yang kemudian akan menghasilkan calon sel

darah merah dan trombosit serta granulosit dan monosit. Semua proses ini

berlangsung di sumsum tulang sebelum akhirnya lepas ke sirkulasi darah perifer

dalam bentuk sel dewasa yang telah masak (Sofro M, 2012).

Eritrosit tidak memiliki inti sel, tetapi mengandung beberapa organel

dalam sitoplasmanya. Sebagian besar sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin yang

mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen. Eritrosit berbentuk

bikonkaf, berdiameter 7-8 µm. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit

bersifat fleksibel sehingga dapat melewati lumen pembuluh darah yang sangat

kecil dengan lebih baik. Melalui mikroskop, eritrosit tampak bulat, berwarna

merah, dan di bagian tengahnya tampak lebih pucat, disebut dengan central pallor

yang diameternya kira-kira sepertiga dari keseluruhan diameter eritrosit.Jumlah

eritrosit paling banyak dibandingkan sel-sel darah lainnya. Dalam satu mililiter
darah, terdapat 4,5-6 juta eritrosit, itu sebabnya darah berwarna merah (Kiswari R,

2014).

2.2.1. Fungsi eritrosit

Fungsi utama eritrosit adalah melindungi hemoglobin yang terkandung di

dalamnya, hemoglobin inilah yang berfungsi sebagai alat transportasi mengangkut

oksigen ke seluruh jaringan dan sel tubuh dengan tujuan membantu proses

metabolisme (Hubbard, 2013).

2.2.2. Nilai normal eritrosit

Nilai normal eritrosit diklasifikasikan menurut umur dan jenis kelamin.

Dewasa laki-laki berkisar 4,5 juta – 5,5 juta sel/mm3

, dewasa perempuan berkisar

antara 3,8 juta – 4,8 juta sel/mm3

, anak-anak berumur 1 tahun berkisar 3,9 juta –

5,1 juta sel/mm3

, anak-anak berumur 2-12 tahun berkisar 4,0 juta – 5,2 juta

sel/mm3
, dan bayi yang baru lahir berkisar 5,0 juta – 7,0 juta sel/mm3 (Dacie dan

Lewis, 2012).

2.2.3. Kelainan Eritrosit

a. Kelainan jumlah

Kelainan jumlah eritrosit berkaitan dengan kelainan hematologi anemia

dan polisetemia. Dimana penentuan dari kelainan ini ditunjang oleh kadar

hemoglobin dan nilai hematokrit. Apabila terjadi penurunan dibawah normal

kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit maka keadaan ini disebut

anemia. Sebalknya jika terjadi peningkatan kadar hemoglobin diatas normal,

hitung eritrosit dan hematoksit makan keadaan ini disebut polisetemia.

b. Kelainan morfologi

Kelainan morfologi terdiri dari variasi ukuran,distribusi

hemoglobin,variasi bentuk, badan inklusi dan distribusi eritrosit. Informasi

diagnostik dari kelainan morfologi ini dapat dilihat dan diketahui melalui

pemeriksaan eritrosit pada sediaan apusan darah tepi yang diwarnai dengan

pewarnaan wright-giemsa. Macam-macam kelainan morfologi eritrosit:


1. Kelainan ukuran eritrosit (anisositosis)

Kelainan ukuran eritrosit meliputi makrositik dan mikrositik. Makrositik

adalah kelainan ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normalnya (>8

mikron), sedangkan mikrositik adalah kelainan ukuran eritrosit yang lebih kecil

dari ukuran normalnya (<7mikron) (E.H, Kosasih & A.S.Kosasih, 2008).

2. Kelainan bentuk eritrosit (poikilositosis)

a) Sel lonjong adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya menjadi

lonjong

b) Achantosit adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga eritrosit mempunyai

tonjolan-tonjolan tidak beraturan seperti duri, hal ini disebabkan oleh

metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit.

c) Tear Drop Cell adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya seperti

tetes air.

d) Pear Shape Cell adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya seperti

buah pear.
e) Stomatosit adalah kelainan bentuk eritrosit pada bagian central palor eritrosit

yang berbentuk seperti mulut atau biasa dikenali bentuknya seperti topi

meksiko.

f) Anulosit adalah kelainan bentuk eritrosit pada bagian central palor eritrosit

yang terlalu lebar.

g) Sferosit adalah kelainan bentuk eritrosit dimana eritrosit tidak berbentuk

bikonkaf tetapi bentuknya sferik/cembung dengan tebal 3 mikron atau lebih

sehingga terlihat berwarna lebih gelap (hiperkromik).

h) Sickle Cell / Sel sabit adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga eritrosit

berbentuk seperti bulan sabit/arit.

i) Sel burr adalah kelainan bentuk eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang

memiliki tonjolan-tonjolan tumpul besar-besar pada permukaan eritrosit

(E.H.Kosasih & A.S.Kosasih, 2008)

3. Kelainan Warna Eritrosit

Kelainan warna eritrosit meliputi hipokromik dan hiperkromik.

Hipokromik adalah kelainan warna eritrosit dimana eritrosit berwarna lebih pucat
akibat konsentrasi Hb yang kurang dari normal. Sedangkan hiperkromik adalah

kelainan warna eritrosit dimana eritrosit berwarna lebih gelap akibat penebalan

membran eritrosit (E.H.Kosasih & A.S.Kosasih, 2008).

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas morfologi eritrosit

adalah anemia, kesalahan dalam perlakuan dan persiapan sampel (faktor teknis)

saat pemeriksaan seperti hemolisis, penggunaan antikoagulan, pembuatan apusan,

pengecatan, dan zona pembacaan sediaan apus darah tepi (E.H.Kosasih &

A.S.Kosasih, 2008)

2.3 Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan

darah. Menurut gandasoebrata (2010), beberapa jenis antikoagulan yang sering

digunakan dalam pemeriksaan hematologi ialah: Trisodium citrate, E.D.T.A

(Ethylendiamine Tetraacetic Acid), Double oxalat, Na-citrat, Dextrosa, Heparin

2.3.1. Trisodium Citrate (Citras Natricus)

Antikogulan ini digunakan dalam bentuk 3,8% dapat dipakai untuk

penentuan laju endap darah (LED) metode Westegren dalam perbandingan 4


volume darah dan 1 volume antikoagulan.

2.3.2. E.D.T.A (Ethylendiamine Tetraacetic Acid)

EDTA yang dipakai ialah garam kaliumnya (dipotassium

ethylenediamine tetracete, dipotassium versentate EDTAP atau versene) dan

garam natriumnya (sequestrene Na2). Garam-garam itu mengubah ion kalsium

dari darah menjadi senyawa kompleks. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar

dan bentuknya eritrosit dan tidak terhadap bentuk leukosit. Selain itu EDTA

mencegah trombosit bergumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai

antikoagulan pada hitung eritrosit. Tiap 1 mg EDTA mencegah membekunya 1 ml

darah. EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10%. Hindari pemakaian

EDTA dalam jumlah berlebihan, bila dipakai EDTA lebih dari 2 mg per ml darah

maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya. EDTA sering

dipakai dalam bentuk larutan 10%. Apabilaingin menghindari terjadinya

pengenceran darah, zat kering pun boleh dipakai dengan cara menggoncangkan

wadah berisi darah dan EDTA selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat
melarut.

Menurut National Committe for Clinical Laboratory Standars (NCLLS)

menetapkan perbandingan 1 mg EDTA untuk 1 ml darah, jika EDTA dibuat

dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10% maka diperoleh perbandingan

sebagai berikut:

10 gram EDTA

100 mL aquadesh

-> EDTA 10%

10.000 mg EDTA

100.000 µL aquadesh -> EDTA 10%

1 mg EDTA

10 µL aquadesh

-> EDTA 10%


Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan

hematologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah leukosit, eritrosit,

retikulosit, penetapan nilai laju endap darah. Pemeriksaan dengan memakai darah

EDTA sebaiknya dilakukan segera, hanya kalau perlu boleh disimpan dalam

lemari es suhu 4o C (Goby, B. 2012).

2.3.3. Double Oxalat

Double oxalat adalah antikoagulan campuran antara ammonium oxalat

dan kalium oxalat. Ammonium oxalat dapat menyebabkan eritrosit menjadi

bengkak, sedangkan kalium oxalat dapat menyebabkan eritrosit menjadi

mengerut, oleh sebabi itu dibuatlah double oxalat sehingga tidak berpengaruh

pada eritrosit dengan perbandingan 3:2 untuk ammonium oxalat dan kalium

oxalat. Kekurangan dari double oxalat adalah dapat mempengaruhi morfologi sel

apabila perbandingannya tidak tepat dan juga jarang digunakan untuk praktikum

sehari-hari (Gandasoebrata, 2007).

Dapat dipakai untuk bermacam-macam pemeriksaan, seperti penetapan

kadar hemoglobin, menghitung jmlah leukosit, eritrosit, penetapan laju endap


darah menurut Wintrobe, nilai hematokrit, dll.

2.3.4. Natrium Sitrat dalam larutan 3,8%

Natrium sitrat bersifat mudah larut dalam air terutama air mendidih

namun tidak dapat larut dalam etanol 95%. Natrium sitrat dalam darah akan

mengikat ion kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Natrium sitrat yang

digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 3,8% yang digunakan untuk

pemeriksaan proses pembekuan darah (koagulasi) dan agregasi trombosit

meggunakan perbandingan volume 1:9 antikoagulan dan darah. Natrium sitrat

3,8% merupakan larutan yang isotonis sehingga jika ditambahkan dalam darah

tidak mempengaruhi fisiologis dari sel darah(Gandasoebrata, 2007). Kelemahan

darai Natrium sitrat adalah dapat menyebabkan perubahan dan penyusutan

eritrosit sehingga dapat mempengaruhi nilai indeks eritrosit (Majeed & Salih,

2007).

2.3.5. Dextrosa 5%

Dextrosa dengan nama kimia D- glukosa monohidrat. Biasanya didapat

dari hidrolisis pati dan bentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal atau granular
putih. Nama generiknya adalah Dextrose, dengan komposisi glukosa anhidrous

dalam air untuk injeksi. Larutan dijaga pada pH antara 3,5 sampai 6,5 dengan

Natrium bikarbonat. Larutan dextrose 5% bersifat iso-osmosis dengan darah.

larutan dextrosa 5% merupakan larutan isotonik. Larutan isotonik merupakan

suatu cairan/ larutan yang mimiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas

plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, satu liter

cairan isotonik akan menambah CES (Cairan Extra Sel) 1 liter. Tiga liter cairan

isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang. Dextrosa 5% juga

digunakan sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan

hidrasi selama dan sesudah operasi. Dextrosa 5% diberikan pada keadaan oiguria

ringan sampai sedang ( kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100 ml).

Larutan Dextrosa 5% juga merupakan larutan nutrisi (Nutrient Solution),

berisi karbohidrat (dekstrosa, glukosa, levolusa) dan air. Air untuk menyuplai

kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan

ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis (Gandasoebrata, 2010).

2.3.6. Heparin
Heparin adalah antikoagulan yang berdaya seperti antitrombin dan tidak

berpengaruh terhadap sel darah. Heparin dapat digunakan dalam bentuk larutan maupun dalam bentuk
kering. Kelebihan dari heparin adalah tiap 1 mg dapat

mencegah pembekuan sebanyak 10 mL darah. Kekurangan heparin adalah

antikoagulan ini jarang digunakan dalam praktek keseharian karena harganya

yang mahal (Gandasoebrata. 2007).

2.4. Hematology Analizer

Perkembangan teknologi di bidang hematologi telah menciptakan alat

hitung sel darah otomatis yang sangat membantu pemeriksaan rutin. Hematology

analyzer adalah unit tunggal yang meliputi suatu penganalisis specimen yang

berisi perangkat keras untuk aspirrasidilusi dan menganalisa setiap specimen

darah secara keseluruhan serta bagian modul data yang meliputi computer,

monitor, keyboard, printer dan disk drives. Hematology analyzer mampu

menghemat waktu pemeriksaan, ketepatan hasil dan keteitian yang baik,

reproduksibilitas yang tinggi seingga beban kerja menjadi lebih efisien, diagnosis

lebih cepat dan pengobatan juga akan tepat. Namun cara manual tetap tidak dapat
ditinggalkan sepenuhnya karena pada keadaan tertentu ara manual masih

merupakan metode rujukan.

Kaibrasi juga harus dilakukan pada instrument, metoda pemeriksaan dan

reagen. Proses kalibrasi harus dikerjakan searra simultan dalam satu kesatuan and

kondisi jjuga dilakkan pengecekan terhadap arus listrik, pembuangan limbah dan

tanggal kadaluarsa reagen.

Metode kerja hematology analyzer meliputi;

1. Impedansi atau konduktometri impedansi atau konduktometri

Gambar 2. Prinsip impedance methode

Dalam metode elektrik konduksi, menggunakan prinsip konuktivitas

yang trjadi pada setiap sel yang melewati sebuah lubang sel pada oriffce (ruang

perhitungan). Teknik ini sangat berguna untuk menentukan jumlah dan ukuran

partikel yang terlarut dalam larutan elektrik konduksi. Prinsip pengukurannya


bahwa darah adalah kondduktor yang baik dan pelarut yang digunakan adalah

konduktor yang baik. Metode ini menggunakan dua electrode yang satu diletakan

daam oriffce dan yang lainnya diletakan dibagian luar. Diantara kedua electrode

tersebut (terbuat dari platinum) dialirkan arus listrik konstan. Perhitungan sel

terjadi saat sel-sel darah dialirkan melewati lubang bersama mengalirnya larutan

(reagen). Pada saat tidak ada sel yang melewati lubang office maka resistensi akan

menjaddi besar, maka pulsa tegangan akan terbentuk dengan besar.

2. Flow cytometri

Metode flow cytometri terus berkembang dengan perkembangan


elektonik, computer dan reagen, termasuk digunakannya monoclonal antibody.

Pengukuran dengan flow cytomtri menggunakan llabel flouresensi, selain

mengukur jumlah dan ukuran sel, juga dapat mendeteksi pertanda permukaan sel

(CD=Cluster of Diferintation), granula intraseluler, struktur intrasitoplasmik dan

inti sel. Prinsip pengukuran dari sel-sel sampel masuk kedalam suatu flow

chamber, dibungkus oleh cairan pembungkus kemudian dialirkan melewati suatu

celah atau lubang dengan ukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu demi

satu, kemuddian ddilakukan pengukuran (Imazu M, 2007).

2.5 Darah Vena

Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah

rendah oksigen (teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali pada vena paru, yang

membawa darah beroksigen dari paru-paru kembali ke jantung. Pembuluh darah

vena merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yaitu berfungsi membawa

darah kembali ke jantung. Katup pada vena terdapat di sepanjang pembuluh

darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak kembali lagi ke sel

atau jaringan (Syaifuddin, 2009).


2.5.1 Fungsi pembuluh darah vena

Pembuluh darah vena berfungsi sebagai jalur transportasi darah balik dari

jaringan untuk kembali ke jantung. Oleh karena tekanan darah sistem vena rendah

maka dinding vena yang tipis namun berotot ini memungkinkan vena berkontraksi

sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan menampung darah

sesuai kebutuhan tubuh.Tekanan darah di venayang rendah menyebabkan ketidakmampuan

dalam melawan gaya gravitasi. Pencegahan adanya arus balik, secara fisiologis

vena mempunyai katup mencegah blackflow (arus balik) darah kembali ke kapiler

(Muttaqin A, 2009).

2.5.2 Struktur Pembuluh Darah Vena

Pembuluh darah vena terdiri atas 3 lapis yaitu:

a. Tunika adventisia adalah lapisan luar yang terdiri atas jaringan ikat yang fibrus

dimana fungsinya sebagai pelindung.

b. Tunika media adalah lapisan tengah yang berotot, lebih tipis, kurang kuat,

kurang elastis daripada pembuluh darah arteri yang berfungsi untuk memberi

tekanan terhadap darah.


c. Tunika intima adalah lapisan dalam yang terbentuk oleh endothelium dan

sangat licin. Tunika intima di pembuluh darah vena terdapat katup yang

berbentuk lipatan setengah bulan yang terbuat dari lapisan endothelium dan

diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus (Pearce, 2009).

2.6 Pengaruh Bahan Pemeriksaan, Alat, Reagen, Dan Pemeriksa Terhadap

Hasil Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

2.6.1 Bahan Pemeriksaan

Pemeriksaan jumlah eritrosit, leokosit, dan trombosit dapat menggunakan

darah vena maupun kapiler. Pemeriksaan dengan daarah kapiler memberiksan

hasil lebih rendah dibandingkan darah vena. Pemeriksaan jumah eritrosit, leokosit,

dan trombosit pada sampel darah kapiler menggunakan alat otomatik memerlukan

sampel darah kapiler sebanyak 180 µl.

2.6.2 Alat

Alat pemeriksaan yang tidak dilakukan perawatan secara rutin dan

kalibrasi secara teratur akan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah

eritrosit, leokosit, dan trombosit menjadi lebih tinggi atau menjadi rendah.
Perawatan alat secara rutin perlu dilakukan dengan melakukan perawatan

harian yakni auto clean untuk menghilangkan kotoran, membersihkan jarum

clossed sampler, perawatan mingguan dengan membersihkan shear valve,

mengganti selang pompa peristaltik aspirasi; perawatan bulanan membersihkan

fan-filter, membersihkan syringe; dan melakukan kalibrasi dengan menggunakan

kalibrator komersial atau sampel darah segar. Kalibrsi hendaknya diperiksa secara

teratur dengan menggunakan program pemantapan mutu yang biasa dilakukn

setiap laboratorium, sesuai dengan persyaratan laboratorium yang baik,

terverivikasi menyangkut quality control harian pada setiap shift dan juga pada

setiap perubahan nomor lot reagen.

2.6.3 Reagen

Reagen harus diperlakukan sesuai aturan yang telah diberikan pabrik

produksi termasuk cara penyimpanan, penggunaan, dan expired nya. Pemakaian

reagen yang sudah rusak karena telah expired maupun salah dalam suhu

penyimpanan akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit, leokosit, dan

trombosit. Hal ini dapat diatasi dengan penyimpanan reagen pada suhu dan
penggunaan reagen sebelum expired yang telah ditentukan oleh pabrik.

2.6.4 Pemeriksa

Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan

jumlah eritrosit, leokosit, dan trombosit. Hal ini akan terjadi apabila sampel tidak

dicampur/dikocok dengan benar sebelum dilakukan pembacaan pada alat atau

pada saat sampel dihisap oleh penghisap sampel tidak sampai pada dasar tabung

sampel, maka hasil pemeriksaan jumlah eritrosit, leokosit, dan trombosit menjadi

rendah.

2.6 Kerangka Teori

BAB III

KESIMPULAN

Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat.

Farmakodinamika mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau memelajari pengeruh
obat terhadap fisiologi tubuh.

Jadi, macam – macam jenis farmakologi.


DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2009). Sariawan Bayi. (http//febryan.com/?p=38) diakses 22 Mei 2010

Pukul 17.30 WIB

Anurogo, Dito. (2008). Tips Praktis mengatasi Sariawan.

(http://www.pewartakabarindonesia.blogspot.com) di akses 21 juni 2010

Pukul 12.00 WIB

Effendi, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai