Anda di halaman 1dari 6

C.

Hasil dan Pembahasan


SAMPEL A
1. Tuliskan data nilai Rf sampel glukosa pada tabel berikut!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel

1. n-butanol : asam asetat


0,19 0,25
glasial : aquades (4:1:5)
Perhitungan Rf:

Rumus = Rf= Jarak yang ditempuh substansi


Jarak yang ditempuh oleh pelarut
● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)
1,5
Rf standar = = 0,19
7,9

2
Rf sampel = = 0,25
7,9

2. Tuliskan data nilai Rf sampel laktosa pada tabel di bawah ini!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel


1. n-butanol : asam asetat
glasial : aquades (4:1:5)
Perhitungan Rf:

● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)


Rf standar =

Rf sampel =

3. Tuliskan data nilai Rf sampel maltosa pada tabel di bawah ini!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel

1. n-butanol : asam asetat


glasial : aquades (4:1:5) 0,06 0,09

● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)


0,5
Rf standar = = 0,06
7,9
0,75
Rf sampel = = 0,09
7,9
SAMPEL B
1. Tuliskan data nilai Rf sampel glukosa pada tabel berikut!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel


1. n-butanol : asam asetat
0,19 0,19
glasial : aquades (4:1:5)
Perhitungan Rf:

Rumus = Rf= Jarak yang ditempuh substansi


Jarak yang ditempuh oleh pelarut
● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)
1,5
Rf standar = = 0,19
8
1,5
Rf sampel = = 0,19
8

2. Tuliskan data nilai Rf sampel laktosa pada tabel di bawah ini!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel

1. n-butanol : asam asetat


0,04 0,04
glasial : aquades (4:1:5)
Perhitungan Rf:

● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)


0,3
Rf standar = = 0,04
8

0,3
Rf sampel = = 0,04
8

3. Tuliskan data nilai Rf sampel maltosa pada tabel di bawah ini!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel


1. n-butanol : asam asetat
glasial : aquades (4:1:5)

● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)


Rf standar =

Rf sampel =
SAMPEL C
1. Tuliskan data nilai Rf sampel glukosa pada tabel berikut!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel


1. n-butanol : asam asetat
glasial : aquades (4:1:5)
Perhitungan Rf:

Rumus = Rf= Jarak yang ditempuh substansi


Jarak yang ditempuh oleh pelarut
● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)
Rf standar =

Rf sampel =
2. Tuliskan data nilai Rf sampel fruktosa pada tabel di bawah ini!
No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel
1. n-butanol : asam asetat
0,38 0,38
glasial : aquades (4:1:5)
Perhitungan Rf:

● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)


2,8
Rf standar = = 0,38
7,3

2,8
Rf sampel = = 0,38
7,3
3. Tuliskan data nilai Rf sampel maltosa pada tabel di bawah ini!

No. Larutan pengembang Rf standar Rf sampel

1. n-butanol : asam asetat


0,37 0,36
glasial : aquades (4:1:5)
● Larutan Pengembang n-butanol:asam asetat glasial:aquades (4:1:5)
2,7
Rf standar = = 0,37
7,3

2,6
Rf sampel = = 0,36
7,3
4. Bahas dan bandingkan nilai Rf standar dan sampel!

Prinsip dari kromatografi lapis tipis adalah memisahkan campuran dari substansi sampel
menjadi komponen-komponen berdasarkan perbedaan kepolaran. Metode ini dilakukan pada
2 fase, yaitu fase diam dan fase geraj. Fase diam berupa penyerap berukuran kecil dengan
diameter partikel 10-30 µm. semakin kecil ukuran partikel fase diam maka akan semakin
baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusi.. sedangkan fase gerak (eluen) biasanya
terdiri dari campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut mudah
diatur dan pemisahan komponen sampel menjadi optimal. Pemilihan eluen didasarkan pada
polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda
polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Kepolaran eluen sangat berpengaruh
terhadap nilai Rf yang diperoleh.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada sampel A g;lukosa
dengan perbandingan n-butanol: asam asetat glasial: aquades= 4:1:5 didapatkan nilai Rf
jarak yang ditempuh substansi
standar sebesar 0,19 dengan rumus Rf = . Dengan rumus yang
jarak yang ditempuh pelarut
sama didapatkan hasil Rf sampel sebesar 0,25. Sedangkan pada sampel A maltosa dengan
perbandingan n-butanol: asam asetat glasial: aquades= 4:1:5 didapatkan nilai Rf standar
jarak yang ditempuh substansi
sebesar 0,06 dengan rumus Rf = . Dengan rumus yang sama
jarak yang ditempuh pelarut
didapatkan hasil Rf sampel sebesar 0,09. Sedangkan untuk sampel B glukosa dengan
perbandingan n-butanol: asam asetat glasial: aquades= 4:1:5 didapatkan nilai Rf standar
jarak yang ditempuh substansi
sebesar 0,19 dengan rumus Rf = . Dengan rumus yang sama
jarak yang ditempuh pelarut
didapatkan hasil Rf sampel sebesar 0,19. Pada sampel B laktosa dengan perbandingan n-
butanol: asam asetat glasial: aquades= 4:1:5 didapatkan nilai Rf standar sebesar 0,04 dengan
jarak yang ditempuh substansi
rumus Rf = . Dengan rumus yang sama didapatkan hasil Rf
jarak yang ditempuh pelarut
sampel sebesar 0,04. Sedangkan pada sampel C fruktosa dengan perbandingan n-butanol:
asam asetat glasial: aquades= 4:1:5 didapatkan nilai Rf standar sebesar 0,38 dengan rumus
jarak yang ditempuh substansi
Rf = . Dengan rumus yang sama didapatkan hasil Rf sampel
jarak yang ditempuh pelarut
sebesar 0,38. Dan pada sampel C maltose dengan perbandingan n-butanol: asam asetat
glasial: aquades= 4:1:5 didapatkan nilai Rf standar sebesar 0,37 dengan rumus
jarak yang ditempuh substansi
Rf = . Dengan rumus yang sama didapatkan hasil Rf sampel
jarak yang ditempuh pelarut
sebesar 0,36. Hal ini telah sesuai dengan literature bahwa metode analisis kromatografi
menyediakan
informasi tentang homogenitas, ukuran molekul dan struktur karbohidrat dan memberikan
informasi yang berguna terutama nilai Rf yang digunakan dalam identifikasi senyawa yang
diinginkan. Nilai RF (laju aliran, yaitu jarak yang digerakkan oleh zat terlarut dibagi dengan
jarak yang digerakkan oleh pelarut) suatu senyawa, ditentukan dalam kondisi tertentu,
bersifat karakteristik dan dapat digunakan sebagai bantuan untuk mengidentifikasi. Nilai RF
bervariasi dari 0,0 hingga 1,00. Ekstrak kuantitatif obat mentah disiapkan dan dibandingkan
secara kromatografis dengan solusi referensi standar dari konstituen yang diketahui PC, nilai
RF dari sampel getah, 0,32 dan 0,15 terkait erat untuk arabinosa (0,32), galaktosa (0,17) dan
glukosa (0,16) di sistem pelarut, BEW (4: 1: 2.2), setelah penyemprotan dengan anilin

ftalat dan dipanaskan pada suhu 105⁰C selama 10 menit. hidrolisis polisakarida dari getah A.
occidentale dihasilkan arabinosa, galaktosa, glukosa, rhamnose. Gom A. occidentale tidak
teratasi dengan baik dalam Butanol-EthanolWater (BEW) 4: 1: 2.2 sebagai sistem pelarut
dibandingkan dengan Butanol-Asam asetat-Air (4: 1: 5) atau dalam asam Butanol-
AsetatEther-Water (BAEW) 9: 6: 3: 1 karena sistem pelarut polaritas. Jadi BEW (4: 1: 2.2)
kurang polar dibandingkan BAW (4: 1: 5) (Dafam., el al, 2014).

Dafam, D.G. 2014. “Pharmacognostic Studies and Chromatographic Analysis of the Gum of
Anacardium occidentale L (Anacardiaceae).” Journal of Applied Pharmaceutical Science, 4(2):
61-63.

Anda mungkin juga menyukai