Anda di halaman 1dari 61

A.

Sejarah :

Pada 20 April 1998 PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi
pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi
Isma'il.

Pada 20 Oktober 1999 PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam
kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk Nurmahmudi Isma'il (saat itu presiden partai)
sebagai calon menteri. Nurmahmudi kemudian mengundurkan diri sebagai presiden partai dan digantikan oleh
Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei 2000. Pada 3 Agustus 2000 Delapan partai Islam (PPP, PBB,
PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara sarasehan dan silaturahmi partai-partai Islam di
Masjid Al-Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.

Akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya batas minimum keikut sertaan parpol pada
pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua persen, maka PK harus mengubah namanya untuk dapat ikut
kembali di Pemilu berikutnya. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan
seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan
Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Sehari kemudian, PK
bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk
anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama
menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Setelah Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat) kemudian terpilih sebagai
ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera.
Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi
Presiden PKS periode 2005-2010. Seperti Nurmahmudi Isma'il dan Hidayat Nur Wahid disaat Tifatul
Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia ke 6 sebagai Menteri Komunikasi
dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai pjs Presiden PK
Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaaq terpilih
menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015. Namun, dalam perjalanannya Luthfi Hasan Ishaaq
mengundurkan diri karena diduga terkena kasus korupsi. Pada tanggal 01 Februari 2013 Hari Jumat Jam 15.15
WIB, Muhammad Anis Mata dipilih menjadi Presiden PKS yang Baru.

B. Visi, dan Misi

1. Visi Umum:

Sebagai partai Da’wah penegak keadilan, dan kesejahteraan dalam bingkai persatuan umat, dan bangsa.

2. Visi Khusus:

Partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang madani.
3. Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :

A. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan kembali umat dan
bangsa di berbagai bidang.
C. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai kekuatan yang secita-cita
dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
D. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.
3. Misi :
A. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir taghyir.
B. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di berbagai bidang sebagai markaz
taghyir dan pusat solusi.
C. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan ajaran Islam yang
solutif dan membawa rahmat.
D. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan dan pemberdayaan hak-
hak kewarganegaraannya.
E. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan kontinyu dalam
bingkai hukum dan etika Islam.
F. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan berbagai unsur atau
kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan
berbagai komponen bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda
reformasi.
G. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak kedhaliman khususnya
terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.

C. Pengurus Partai :

1. Susunan kepengurusan inti PKS :


A. Ketua Majelis Syura: Hilmi Aminudin.
B. Ketua Dewan Syariah Pusat: Surahman Hidayat.
C. Sekretaris: Bakrun Syafei.
D. Ketua Tanfiziyah: Bukhori Yusuf.
E. Ketua Majelis Pertimbangan Pusat: Untung Wahono.
F. Sekretaris: Mardani Ali Sera.

2. Dewan Pengurus Pusat


A. Presiden: Luthfi Hasan Ishaaq.
B. Sekretaris Jenderal: Muhammad Anis Matta.
C. Bendahara Umum: Mahfudz Abdurrahman.
D. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Sumatera: Chairul Anwar.
E. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten: Ma'mur Hasanuddin.
F. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur: Zuber Safawi.
G. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Bali dan Nusa Tenggara: Oktan Hidayat.
H. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Kalimantan: Hadi Mulyadi.
I. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Sulawesi: Najamudin Marahamid Lubis.
J. Ketua Bidang Wilayah Dakwah Indonesia Timur: Muhammad K Renwarin.
K. Ketua Bidang Kaderisasi: Musyafa Ahmad Rahim.
L. Ketua Bidang Pembangunan Keumatan: Ahmad Zainudin.
M. Ketua Bidang Kepanduan Dan Olahraga: Asep Saefullah.
N. Ketua Bidang Generasi Muda dan Profesi: Taufik Ridho.
O. Ketua Bidang Politik, Pemerintahan, Hukum, dan Keamanan: Mustafa Kamal.
P. Ketua Bidang Kelembagaan Pendidikan dan Sosial: Deni Tresnahadi.
Q. Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan: Jazuli Juwaini.
R. Ketua Bidang Kewanitaan: Anis Byarwati .
S. Ketua Badan Penegak Disiplin Organisasi: Aus Hidayat Nur.
T. Ketua Badan Pengembangan Kepemimpinan: Dwi Triyono.
U. Ketua Badan Pemenangan Pilkada: Muhammad Syahfan Badri Sampurno.
V. Ketua Badan Hubungan Luar Negeri: Budiyanto.

D. Kinerja Partai :

1. Dua yayasan Tionghoa di Semarang, yakni Tji Lam Tjay dan Kong Kwe Hoo dapat dukungan dari
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta. Dukungan diberikan oleh Anis karena kedua
yayasan itu telah bekerja keras di bidang pelayanan sosial.
Sebagai informasi, Yayasan Tji Lam Tjay dan Kong Kauw Hwee merupakan yayasan yang bergerak
dalam bidang sosial dan pendidikan. Yayasan Tji Lam Tjay memiliki program pengobatan murah
untuk masyarakat, sedangkan Yayasan Kong Kauw Hwee memiliki program menggratiskan biaya
pendidikan bagi siswanya baik SD dan SMP.
Dalam kunjungannya, Anis berkesempatan bantuan berupa laptop kepada Yayasan Kong Kauw Hwe.
Tujuannya agar dapat menyokong kemajuan pendidikan di yayasan yang menaungi SD dan SMP
Kuncup Melati ini.

Bantuan itu juga merupakan bagian dari apresiasi PKS. Pasalnya, kedua yayasan Tionghoa itu
memiliki program yang sama dengan PKS dalam membangun masyarakat untuk sejahtera. Terutama
dalam bidang pelayanan sosial.

“Kami mengapresiasi penuh yayasan ini atas kerjanya di bidang pelayanan kepada masyarakat,” kata
Presiden PKS Anis Matta di Semarang, Rabu (3/4/2013) kemarin.

Anis menyampaikan partainya akan senantiasa mendukung penuh segala kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat baik dalam lingkup sosial masyarakat atau budaya tanpa melihat latar belakang
masyarakatnya.
2. Pada bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004 bersamaan dengan sukarelawan lainnya PKS pun ikut
mengirimkan banyak sukarelawan untuk membantu penanganan bencana alam dan rekonstruksi ke
Aceh. Selain itu PKS juga dikenal sebagai salah satu partai politik yang selalu peduli bencana. Setiap
ada bencana, kader PKS selalu siap disiagakan untuk membantu masyarakat yang menjadi korban
bencana.

E. Calon Legislatif :
DKI Jakarta I :

1. H. Ahmad Zainuddin, Lc 2. Iiy Sumirat Sundana 3. Ana Mariani Kartasasmita

4. Abdul Aziz 5. Nurmansjah, Se, Ak, Mm 6. Maria Ahdiati

DKI Jakarta II:

1. Dr. Hm. Hidayat Nur Wahid, Ma 2. Dani Anwar 3. Hj. Nurjanah Hulwani

4. Taufik Ramlan Wijaya 5. Igo Ilham 6. Hj. Siti Hafidah Ayub Asnawi, Lc, Ma

DKI Jakarta III :

1. Ahmad Rilyad, Se, Mt 2. Drs. H. Adang Daradjatun 3. Dra. Wirianingsih, M.S

4. Muhamad Idrus 5. Drs. Hasan Kiat 6. Solikhah

7. Haikal Djauhari 8. Hj. Lulu Masluchah, Lc

F. Media Yang Digunakan

1. Media Sosial

2. Spanduk

3. Website
A. Sejarah :

Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi politik empat partai
Islam, Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
dan Partai Islam Perti.

PPP didirikan oleh lima deklarator yang merupakan pimpinan empat Partai Islam peserta Pemilu 1971 dan
seorang ketua kelompok persatuan pembangunan, semacam fraksi empat partai Islam di DPR. Para deklarator
itu adalah;

1. KH Idham Chalid, Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama;


2. H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (Parmusi);
3. Haji Anwar Tjokroaminoto, Ketua Umum PSII;
4. Haji Rusli Halil, Ketua Umum Partai Islam Perti; dan
5. Haji Mayskur, Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR.

PPP berasaskan Islam dan berlambangkan Ka'bah. Akan tetapi dalam perjalanannya, akibat tekanan politik
kekuasaan Orde Baru, PPP pernah menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai
dengan sistem politik dan peratururan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984.

Pada Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan lambang partai berupa
bintang dalam segi lima. Setelah tumbangnya Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto
tanggal 21 Mei 1998 dan dia digantikan oleh Wakil Presiden B.J.Habibie, PPP kembali menggunakan asas
Islam dan lambang Ka'bah. Secara resmi hal itu dilakukan melalui Muktamar IV akhir tahun 1998.

Sesuai dengan Anggaran Dasar PPP yang dihasilkan Muktamar V tahun 2003, pada pasal 3 disebutkan bahwa
tujuan Partai Persatuan Pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera lahir
bathin dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di
bawah ridho Allah Subhanahu Wata'ala.

B. Visi, dan Misi :

1. Visi PPP :

Berdasarkan sejarah perjuangan dan jati diri di atas, maka visi PPP adalah "Terwujudnya masyarakat yang
bertaqwa kepada Allah SWT dan negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis,
tegaknya supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta menjunjung tinggi
harkat-martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keislaman".

A. Di bidang agama, platform PPP menegaskan tentang :


1. perlunya penataan kehidupan masyarakat yang Islami dan berakhlaqul karimah dengan prinsip amar
makruf nahi munkar;
2. pentingnya peran agama (Islam) sebagai panduan moral dan sumber inspirasi dalam kehidupan
kenegaraan;
3. pradigma hubungan antara Islam dan negara yang bersifat simbiotik, sinergis serta saling
membutuhkan dan memelihara, yang berpegang pada prinsip harmoni antara universalitas Islam dan
lokalitas keindonesiaan, dan
4. komitmen pada prinsip dan sikap toleransi antar umat beragama.
B. Bidang Politik :

PPP berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia, terutama pada aspek
penguatan kelembagaan, mekanisme dan budaya politik yang demokratis dan berakhlaqul karimah. PPP
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), menghargai kebebasan berekspresi, berpendapat dan
berorganisasi, terwujudnya good and clean goverment, dan upaya mempertahankan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Platform ekonomi PPP mempertegas keberpihakannya pada konsep dan sistem ekonomi kerakyatan,
terwujudnya keadilan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, penguasaan negara
terhadap cabang-cabang ekonomi yang menguasai hidup orang banyak, maksimalisasi peran BUMN dan
BUMD, dan mendorong peningkatan keswadayaan nasional (unit usaha keluarga/individual, usaha swasta,
badan usaha negara dan koperasi) demi terwujudnya kemandirian ekonomi masyarakat dan bangsa Indonesia.

PPP berkomitmen pada upaya tegaknya supremasi hukum, penegakan HAM, terwujudnya tradisi kepatuhan
hukum dan tradisi berkonstitusi, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, pembaruan hukum nasional,
terciptanya tertib sipil dan rasa aman masyarakat, penguatan institusi dan instrumen penegak hukum, serta
penguatan moralitas penegak hukum.

PPP berjuang demi terwujudnya kehidupan sosial yang religius dan bermoral, toleran dan menjunjung tinggi
persatuan, taat hukum dan tertib sipil, kritis dan kreatif, mandiri, menghilangkan budaya kekerasan,
terpenuhinya rasa aman masyarakat, mencegah segala upaya marjinalisasi dan kolonisasi budaya lokal baik
atas nama agama maupun modernitas dan pembangunan, mengembangkan nilai-nilai sosial budaya yang
bersumber pada ajaran etik, moral dan spiritual agama, serta mengembangkan seni budaya tradisional dan
daerah yang memperkaya seni budaya nasional yang didalamnya dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan.

PPP berkomitmen pada terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang memadai serta kualitas kesehatan yang baik. Program pembangunan kesejahteraan
hendaknya diarahkan pada peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanan umum seperti pendidikan,
kesehatan dan jaminan sosial yang adil dan merata serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat. PPP
bertekad menjadikan bidang pendidikan sebagai prioritas dan titik tolak pembangunan kesejahtaraan, yang
darinya diharapkan lahir manusia Indonesia yang cerdas, trampil, mandiri dan berdaya saing tinggi.

B. Visi Politik Luar Negeri

Visi politik luar negeri PPP diorientasikan pada upaya mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan
aktif, dalam arti bahwa Indonesia ikut aktif memajukan perdamaian dunia dan menentang segala bentuk
penjajahan, menolak ketergantungan terhadap pihak luar manapun yang dapat mengurangi kedaulatan
Indonesia, memelihara persahabatan antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara lain atas dasar
saling menghormati dan kerjasama menuju terwujudnya perdamaian dunia yang adil, beradab dan dengan
prinsip keseimbangan.

2. Misi PPP (Khidmat Perjuangan):

A. PPP berkhidmat untuk berjuang dalam mewujudkan dan membina manusia dan masyarakat yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, meningkatkan mutu kehidupan beragama, mengembangkan
ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Dengan demikian PPP mencegah berkembangnya
faham-faham atheisme, komunisme/marxisme/leninisme, serta sekularisme, dan pendangkalan agama
dalam kehidupan bangsa Indonesia.
B. PPP berkhidmat untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia sesuai
harkat dan martabatnya dengan memperhatikan nilai-nilai agama terutama nilai-nilai ajaran Islam,
dengan mengembangkan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia). Dengan demikian PPP
mencegah dan menentang berkembangnya neo-feodalisme, faham-faham yang melecehkan martabat
manusia, proses dehumanisasi, diskriminasi, dan budaya kekerasan.
C. PPP berkhidmat untuk berjuang memelihara rasa aman, mempertahankan dan memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa dengan mengembangkan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa). Dengan
demikian PPP mencegah dan menentang proses disintegrasi, perpecahan dan konflik sosial yang
membahayakan keutuhan bangsa Indonesia yang ber-bhineka tunggal mika.
D. PPP berkhidmat untuk berjuang melaksanakan dan mengembangkan kehidupan politik yang
mencerminkan demokrasi dan kedaulatan rakyat yang sejati dengan prinsip musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan demikian PPP mencegah dan menentang setiap bentuk otoritarianisme,
fasisme, kediktatoran, hegemoni, serta kesewenang-wenangan yang mendzalimi rakyat.
E. PPP berkhidmat untuk memperjuangkan berbagai upaya dalam rangka mewujudkan masyarakat adil
dan makmur yang diridlai oleh Allah SWT, baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Dengan demikian
PPP mencegah berbagai bentuk kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, kesenjangan budaya, pola
kehidupan yang konsumeristis, materialistis, permisif, dan hedonistis di tengah-tengah kehidupan
rakyat banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

3. Prinsip Perjuangan PPP :

A. Prinsip Ibadah: PPP senantiasa berupaya mendasari perjuangannya dengan prinsip ibadah, dalam arti
yang seluas-luasnya yaitu untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Oleh karena itu, seluruh kegiatan
berpolitik jajaran partai adalah merupakan keterpanggilan untuk beribadah.
B. Prinsip Amar Ma`ruf Nahi Munkar: PPP mendasarkan perjuangannya atas prinsip menyeru dan
mendorong melaksanakan segala perbuatan yang baik serta mencegah segala perbuatan yang tercela
(munkar). Prinsip ini juga melandasi segala landasan perjuangan dalam melaksanakan fungsi untuk
menyerap, menampung, menyalurkan, memperjuangkan dan membela aspirasi rakyat dan
melaksanakan pengawasan atau kontrol sosial. Dengan prinsip ini partai berusaha untuk mendorong
budaya kritis dalam kehidupan masyarakat keseluruhan sehingga tidak terjadi political decay
(pembusukan politik) yang mengakibatkan kemungkaran yang lebih jauh oleh sikap tatanan
masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini juga menumbuhkan keberanian dalam menegakkan
kebenaran.
C. Prinsip Kebenaran, Kejujuran dan Keadilan: Perjuangan PPP selalu didasarkan pada penegakan dan
pembelaan prinsip kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat. Perjuangan partai mengarah pada
perlawanan terhadap kebatilan karena kebenaran berhadapan secara diametral dengan kebatilan.
Meskipun begitu kebenaran yang mutlak hanya Allah SWT yang Maha Benar. Karena itu sepanjang
kebenaran itu masih bersifat manusiawi kebenaran itu bukanlah monopoli siapapun. Sementara itu,
Prinsip kejujuran atau amanah bersifat sentral dan esensial dalam perjuangan PPP. Dengan prinsip
kejujuran ini perjuangan dalam bentuk apapun akan menjamin tegaknya saling pengertian,
keharmonisan, keserasian dan ketenteraman. Prinsip kejujuran merupakan penunaian amanah dan
kepercayaan rakyat yang perlu terus dijaga sehingga terhindar dari perbuatan yang menghianati
amanah rakyat. PPP juga akan terus mempertahankan prinsip keadilan di dalam setiap gerak langkah
perjuangannya. Tegaknya keadilan (justice) adalah essensial dalam kehidpan masyarakat, bangsa dan
negara.
D. Prinsip Musyawarah: PPP berpendirian bahwa musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan dasar
dalam proses pengambilan keputusan. Dengan musyawarah dapat dipelihara sikap saling pengertian,
saling menghargai dan menjamin kemantapan hasilnya serta menumbuhkan tanggung jawab bersama
sehingga demokrasi yang sejati dapat terwujud dengan baik dan nyata. Disamping itu keputusan yang
diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Allah SWT. Apabila dengan
musyawarah tidak dicapai mufakat maka tidak tertutup kemungkinan pengambilan keputusan
ditempuh dengan suara terbanyak dengan mencegah munculnya diktator mayoritas.
E. Prinsip Persamaan, Kebersamaan dan Persatuan: PPP mendasarkan perjuangan atas dasar prinsip
persamaan derajat manusia di hadapan Allah SWT. Ini adalah keyakinan yang mendasar, yang dapat
memberikan motivasi perjuangan kepada seluruh jajaran partai sehingga terhindar dari bahaya kultus
individu dan neo-feodalisme yang dapat memerosotkan kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. PPP berjuang untuk mengembangkan nilai-nilai kebersamaan dalam memikul beban
dan tanggung jawab kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan secara proporsional sehingga
terhindar dari dominasi, perasaan ditinggalkan, dan dikucilkan. Disamping itu, perjuangan PPP juga
didasarkan atas prinsip menegakkan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga
terhindar dari bahaya disintegrasi dan perpecahan.
F. Prinsip Istiqomah: PPP menjadikan prinsip istiqomah atau konsisten sebagai prinsip perjuangan.
Artinya, PPP sebagai institusi dan kader-kadernya harus gigih, kokoh, terguh pendirian dan selalu
konsisten dalam memperjuangkan aspirasi rakyat berdasarkan nilai-nilai kebenaran. Atas dasar
istiqomah sebagai nilai-nilai dasar perjuangan partai, maka keberhasilan akan dapat ditegakkan dan
kemantapan dalam perjuangan partai dalam konteks perjuangan bangsa untuk mencapai cita-cita
nasional.

C. Pengurus Partai:

Pengurus Harian DPP PPP :

1. Ketua Umum: Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si.


2. Wakil Ketua Umum: H. Emron Pangkapi
3. Wakil Ketua Umum: Drs. H. Hasrul Azwar, MM.
4. Wakil Ketua Umum: Ir. H. Suharso Monoarfa, MA.
5. Wakil Ketua Umum: Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin
6. Ketua: Drs. H. Irgan Chairul Mahfiz
7. Ketua: Dra. Hj. Ermalena Muslim
8. Ketua: H. Achmad Farial
9. Ketua: Dra. Hj. Wardatul Asriah
10. Ketua: Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si.
11. Ketua: H. A. Rahman, S.Sn., M.Sn. (Rahman Yacob)
12. Ketua: Muhamad Arwani Thomafi
13. Ketua: Dr. Hj. Reni Marlinawati
14. Ketua: Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar.
15. Ketua: H.M. Sholeh Amin, SH.
16. Ketua: Ir. Hj. Fernita Darwis
17. Ketua: Dra. Hj. Okky Asokawati, S.Psi.
18. Ketua: H. Icuk Sugiarto
19. Ketua: Ir. Aunur Rofik
20. Ketua: Makmun Halim Thohari, SH.
21. Ketua: H. Rusli Effendi, SPd.I, SE, M.Si.
22. Ketua: H. Yusroni Yazid, SE.
23. Ketua: Hj. Hizbiyah Rohim, S.Sos.
24. Ketua: Dr. H. F. Masykur Hasyim, MM, MBA
25. Ketua: H. A. Dimyati Natakusumah, SH.
26. Ketua: H. Andi M. Ghalib, SH, MH.
27. Ketua: H. Iskandar Syaichu.
28. Ketua: H. Usman M. Tokan, MBA.
29. Sekretaris Jenderal: Ir. H. M. Romahurmuziy, MT
30. Wakil Sekretaris Jenderal: Drs. Mansyur Kardi, M.Si.
31. Wakil Sekretaris Jenderal: Drs. H. Isa Muchsin
32. Wakil Sekretaris Jenderal: Hilman Ismail Metareum, SE.
33. Wakil Sekretaris Jenderal: Dyah Anita Prihapsari
34. Wakil Sekretaris Jenderal: Drs. H. Husnan Bey Fananie, MA.
35. Wakil Sekretaris Jenderal Ir. Sigit Hariyanto
36. Wakil Sekretaris Jenderal: Hj. Ratih Sanggarwati
37. Wakil Sekretaris Jenderal: Dra. Hj. Laili Nailulmuna
38. Wakil Sekretaris Jenderal: Joko Purwanto
39. Wakil Sekretaris Jenderal: Ir. Dini Mentari
40. Wakil Sekretaris Jenderal: Ir. M. Qoyyum Abdul Jabbar, M.Si.
41. Wakil Sekretaris Jenderal: Dra. Siti Nurmila Muslih
42. Wakil Sekretaris Jenderal: Akhmad Ghozali Harahap, S.Ag, M.Si.
43. Wakil Sekretaris Jenderal: Dr. Hj. Ariza Agustina, M.Si.
44. Wakil Sekretaris Jenderal: H. M. Ghozi Alfatih, S.Ag.
45. Wakil Sekretaris Jenderal: H. Hasan Husaeri Lubis
46. Wakil Sekretaris Jenderal: Dr. Hj. Elviana, M.Si.
47. Wakil Sekretaris Jenderal: Drs. H. Ridho Kamaluddin
48. Wakil Sekretaris Jenderal: Dra. Hj. Munawaroh
49. Wakil Sekretaris Jenderal: H. Syaifullah Tamliha, S.Pi, MS.
50. Wakil Sekretaris Jenderal: Sitti Maryam Thawil, SE, MM.
51. Wakil Sekretaris Jenderal: H. Ahars Sulaiman, SH, MH
52. Wakil Sekretaris Jenderal: Hj. Etha Aisyah Hentihu
53. Bendahara Umum: Drs. H. Mahmud Yunus
54. Wakil Bendahara: I H. Asmui Suhaimi
55. Wakil Bendahara: II Hj. Emilia Contessa

D. Calon Legislatif :

DKI Jakarta I :

1. Hj. Hizbiyah Rochiem 2. Drs. Mansur Kardi 3. Dr. Agustitin Setyobudi, M.Si

4. Selvia, SE 5. H. Osby Vebro, SE 6. H. Fauzan Harun


DKI Jakarta II :

1. Dra. Hj. Okky Asokawati 2. Drs. H. Ridho Kamaluddin 3. Hj. Lena Maryana Mukti

4. Kivlan Zen, S.Ip, M.Si 5. Usni Hasanudin, M.Si 6. Ridha Fidyana

7. H. Muhammad Rusli, HR

DKI Jakarta III :

1. Dr. H.R. Achmad Dimyati Natakusumah, SH, MH, M.Si

2. H. Abdul Aziz, SE 3. Hj. Nuraini Saifullah, S.Pd.I 4. H. Nashrullah

5. H. Ison Basuni 6. Fillvhiena Andalusia Faisol 7. Nurlan, SH, MH8 Kencana Indriswari

E. Kinerja Partai :

Untuk meraih simpatisan masyarakat maka Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Bone terus
menggalakkan sosialisasi. PPP melakukan kegiatan PPP mendengar yang diprakarsai Ketua DPC PPP
Kabupaten Bone, M Amin, Selasa (16/4/2013)

Kegiatan yang bertemakan PPP mendengar Bone dulu, kini, dan esok ini dihadiri langsung Ketua DPP PPP,
Letnan Jenderal Purnawirawan TNI H Andi M Galib, dan pengurus wilayah Provinsi Sulsel, H Syamsibar.
Tema yang diangkat adalah harapan masyarakat Bone terhadap caleg PPP.

Menurut Andi M Galib dihadapan para Calon Legislatif (Caleg) dan simpatisan PPP, kalau ingin dikenal dan
meraih simpatisan maka PPP harus ada di mana-mana. Jangan pernah menutup diri. Kini sudah waktunya PPP
bangkit.

"Kita punya kesempatan untuk menang karena PPP merupakan partai bersih," ungkap Andi M Galib.

Sementara H Syamsibar mengungkapkan kalau Bone sekarang jauh tertinggal dari Kabupaten Bone. Bone
sekarang sakit sekali. Buktinya Bone hanya dapat DAU hanya 650 milyar tahun, dibandingkan Sinjai
mendapat DAU kurang lebih 500 milyar. Ada apa sekarang di Bone. Ini menandakan ada yang salah di Bone,
namun tidak perlu mencari siapa yang salah. Solusinya hanya satu yakni pemekaran.

Menurut Syamsibar kalau sekarang Bone devisit 120 milyar, sedangkan tahun lalu hanya 60 milyar bahkan
Bone sekarang kena penalti kurang lebih 200 milyar karena terlambat mengesahkan APBD.

"Ini pekerjaan bagi para caleg PPP agar Bone bisa kembali jaya seperti dahulu kala, yang pernah disegani.
Kita berharap agar imam desa adalah PPP semua," terang Syamsibar

F. Media Yang Digunakan :

1 .Spanduk

2. Internet

3. Iklan Televisi
A. Sejarah :

Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu
organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto, PPSK Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.

PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya mantan
Ketua umum Muhammadiyah Prof. Dr. H. Amien Rais, , Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal
Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri, M.A., A.M. Fatwa,
Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.

Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5–6 Agustus 1998 di Bogor, mereka sepakat membentuk Partai
Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN).

PAN bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material, dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan. Selebihnya PAN
menganut prinsip non-sektarian dan non-diskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia Baru, PAN pernah
melontarkan gagasan wacana dialog bentuk negara federasi sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik
sentral dialog adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia dapat benar-
benar merasakan sebagai warga bangsa.

Pada Pemilu 2004, PAN mencalonkan pasangan Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo sebagai calon
presiden dan wakil presiden untuk dipilih secara langsung. Pasangan ini meraih hampir 15% suara nasional.

Pada 11 Desember 2011 Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Rapat Kerja Nasional PAN 2011 di Jakarta
secara resmi mendukung Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai bakal calon presiden dalam Pemilu 2014.

B. Visi, dan Misi :

Membentuk masyarakat Indonesia baru yang berdasarkan moralitas agama, perikemanusiaan dan prinsip-
prinsip demokrasi. Misi ini dalam implementasinya selalu bersandar pada etika dan fatsun politik.

C. Susunan Pengurus :

Susunan Pengurus DPP PAN 2010-2015:

1. Ketua Umum : Ir. H. M. Hatta Rajasa.


2. Wakil Ketua Umum : Dr. Drajad H. Wibowo.
3. Sekretaris Jenderal : Ir. Taufik Kurniawan.
4. Bendahara Umum : Jon Erizal.
5. Ketua Badan Koordinasi Antar Lembaga: Zulkifli Hasan, SE, MM.
6. Ketua Badan Advokasi: Patrialis Akbar, SH.
7. Ketua Badan Komunikasi Politik: Dr. Bima Arya Sugiarto.
8. Ketua Badan Pembinaan Organisasi dan Keanggotaan: Ir. Achmad Hafisz Tohir, MBA.
9. Ketua Badan Perkaderan: Ir. Ichwan Ishak.
10. Ketua Badan Ekonomi: Asman Abnur.
11. Ketua Badan Luar Negeri dan Hubungan Eksternal: Bara Krishna Hasibuan.
12. Ketua Badan Perempuan: Dra. Hj. Welya Safitri, M.Si.
13. Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan: Prof. Dr. Didik J. Rachbini.
14. Ketua Badan Kebijakkan Publik: Ir. Tjatur Sapto Edi.
D. Calon Legislatif :
DKI Jakarta I :

1. Prof .Dr. Didik J. Rachbini 2. Andi Anzhar Cakra Wijaya 3. Dr. Hj. Naomi Dailami, Mph

4. Aulia Prima Kurniawan 5. Dra. Chandra Nursida 6. Gading Marten

DKI Jakarta II :

1. Ir. Ichwan Ishak Djanggawirana, M.Si 2. Hj. Damayanti Hakim Tohir,SE 3. Dwiki Dharmawan S.

4 H. Fadhli Arsil, S.Kom 5 Hj. Elizabeth, BSC 6. Yoga Dirga Cahya

7 Aisyah, SH

DKI Jakarta III :

1. Didi Supriyanto, H. SH. M.Hum 2. Ida Daniar Royani 3. Dr. Ir. H. Bangun Tangke Padang

4. Kanti W Janis, SH.,LL.M 5. Iqbal Farabi 6. Yosep Pagar Pernando Sibarani, SH

7. Hj. Dhifla Wiyani, SH, MH 8. Jeremy Thomas

E. Kinerja Partai :

1. Tanggal 5–7 Juli 1998, dilaksanakan Tanwir Muhammadiyah di Semarang yang dihadiri oleh seluruh
jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta utusan dari tingkat Wilayah(provinsi). Dalam sidang komisi,
mayoritas peserta menginginkan agar warga Muhammadiyah membangun partai yang baru. Namun dalam
keputusan resmi dinyatakan, bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah berubah menjadi parpol, juga tidak
akan membidani lahirnya sebuah parpol. Tetapi warga Muhammadiyah diberi keleluasaan untuk terlibat
dalam parpol sesuai dengan minat dan potensinya.

2. Tanggal 22 Juli 1998, Amien Rais menghadiri pertemuan MARA di hotel Borobudur. Hadir dalam acara
membahas situasi politik terahir ini, antara lain: Goenawan Mohammad, Fikri Jufri, Dawan Raharjo, Ratna
Sarumpaet, Zumrotin, dan Ismet Hadad. Dari hasil diskusi dan evaluasi kinerja MARA, Goenawan kemudian
menyimpulkan bahwa disepakati perlunya MARA memersiapkan pembentukan partai, disamping fungsinya
semula sebagai gerakan moral. Tim kecil yang diharapkan akan membidani lahirnya sebuah parpol kemudian
dibentuk.

F. Media Yang Digunakan :

1. Spanduk

2. Media Sosial.

3. Website
A. Sejarah

Pendirian Partai HANURA dirintis oleh Wiranto bersama tokoh-tokoh nasional yang menggelar pertemuan di
Jakarta pada tanggal 13-14 November 2006.

Forum tersebut melahirkan delapan kesepakatan penting sebagai berikut.

1. Dengan memperhatikan kondisi lingkungan global, regional, dan nasional, serta kinerja
pemerintahan RI selama ini, mengisyaratkan bahwa sejatinya Indonesia belum berhasil
mewujudkan apa yang diamanatkan UUD 1945.
2. Memperhatikan kinerja pemerintahan sekarang ini maka kemungkinan tiga tahun yang akan datang
akan sulit diharapkan adanya perubahan yang cukup signifikan, menyangkut perbaikan nasib
bangsa.
3. Oleh sebab itu perjuangan untuk mewujudkan terjadinya sirkulasi kepemimpinan nasional dan
pemerintahan bukan lagi untuk memenuhi ambisi perorangan atau kelompok, namun merupakan
perjuangan bersama untuk menyelamatkan masa depan bangsa.
4. Perjuangan itu membutuhkan keberanian untuk menyusun strategi jangka panjang pada
keseluruhan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara guna mengembalikan kemandirian dan
kebanggaan kita sebagai bangsa.
5. Untuk itu diperlukan kepemimpimpinan yang jujur, bijak, dan berani yang dapat menggalang
persatuan, kebersamaan, dan keikhlasan, sebagaimana dahulu para pendahulu kita ‘berhimpun
bersama sebagai bangsa untuk mencapai kemerdekaan’. Sekarang saatnya kita berhimpun kembali
sebagai bangsa guna menyelamatkan negeri kita.
6. Kita kembangkan semangat perjuangan, ‘Semua untuk satu, satu untuk semua’. Artinya, semua
harus memberikan yang terbaik untuk satu tujuan bersama, yakni membentuk pemerintahan yang
jujur dan berkualitas. Selanjutnya, pemerintahan itu benar-benar akan bekerja semata-mata untuk
kepentingan rakyat Indonesia.
7. Perjuangan itu akan kita wadahi dalam sebuah partai politik.
8. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati dan melindungi perjuangan yang tulus dan ikhlas
ini demi masa depan Indonesia yang kita cintai bersama.

Delapan kesepakatan itu kemudian ditindaklanjuti dalam wadah partai politik bernama Partai Hati Nurani
Rakyat, disingkat Partai Hanura. Pendeklarasian partai ini diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2006 di
Jakarta.

B. Visi, dan Misi

1. Visi Partai Hanura

A. Kemandirian Bangsa

Bangsa Indonesia saat ini terasa tidak mandiri lagi. Banyak tekanan dan intervensi asing yang sudah
merajalela merugikan kehidupan seluruh bangsa. Kita harus rebut kembali, bangun kembali kemandirian kita
dalam penyelenggaraan negara.

B. Kesejahteraan Rakyat

Sebuah kata yang sudah sangat sering diucapkan tetapi sangat sulit diwujudkan. Semua kader Partai Hanura
yang juga calon pemimpin bangsa, di benaknya harus selalu tertanam kalimat ‘kesejahteraan rakyat
Indonesia’, sekaligus mampu berusaha menghadirkannya.
2. Misi Partai HANURA

A. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa melalui penyelenggaraan negara yang
demokratis, transparan, akuntabel, dengan senantiasa berdasar pada Pancasila, Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Melahirkan pemimpin yang bertakwa, jujur, berani, tegas, dan berkemampuan, yang dalam
menjalankan tugas selalu mengedepankan hati nurani.
C. Menegakkan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi hukum yang berkeadilan secara
konsisten, sehingga dapat menghadirkan kepastian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
D. Membangun sumber daya manusia yang sehat dan terdidik yang didasari akhlak dan moral yang
baik serta memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kaum perempuan dan pemuda untuk
berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
E. Membangun ekonomi nasional yang berkeadilan dan berwawasan lingkungan serta membuka
kesempatan usaha dan lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan rakyat.
F. Memberantas korupsi secara total dalam rangka mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan
bermartabat.
G. Mengembangkan Otonomi Daerah untuk lebih memacu pembangunan di seluruh tanah air dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Susunan Pengurus Partai :

Ketua Dewan Penasehat: Bambang W. Soeharto.

Ketua Umum: H. Wiranto.

Sekretariat Jendral: Dossy Iskandar.

Ketua-ketua DPP :

1. Subagyo H.S. 11. Mutia Rasani 20. Akbar Faizal

2. Chaeruddin Ismail 12. Teguh Samudra 21. Izzul Muslimin

3. Fuad Bawazier 13. Sri Rahma 22. Wahyu Dewanto

5. Yuddy Chrisnandy 14. Berliana Karta Kusuma 23. Wisnu Dewanto

6. Suhaedi Marassabessy 15. A.S. Hikam 24. Jurmaini Syakur

7. Elsa Syarif 16. Kasta Surata 25. Gusti Randa

8. Samuel Koto 17. Siti Hatijah 26. M.T.F Arief

9. Yus Usman S.A.K 18. Nurdin Tampubolon

10. Jaffar Bejifer 19. Tari Sityi Utama


Wakil Sekretariat Jenderal :

1. Dhani P. Thaharsyah 6. Syaful Nur

2. Miyriam 7. Natalis Situmorang

3. Saleh Husen 8. Reni Jayusman

4. Kusnandar.

5. Astasia.

D. Calon Legislatif

DKI Jakarta I :

1. Wijaya Kusuma Subroto SH, MM. 4. Sutrisno SE.

2. H. Mulyano SE, MM. 5. Ir. Doddy Hidayat.

3. Dr. Irene Tri Handayani. 6. Hana Fitriana SH, MH

DKI Jakarta II :

1. Prof. Dr. H. Bambang Marsono. 5. Dr. Drs. Tajuddien Noor Boli Malakalu SH. MH. MM.

2. Andi Saiful Haq. ST. MT. MDS. 6. Chairiyah SH.

3. Hj. Siti Catidjah SKM. 7. Thohir SH.

4. Dr. H. Charletty Choesyana Mpsi.

DKI Jakarta III :

1. Karna Bratalesma 5. Ir. David Chalik.

2. Drs. Hardjadinata Bac. MM. Msi 6. Dr. Hj. Yayah Yarotul Salamah SH. MH.

3. Dewi Andriani Arma SE. MM 7. Carel Ticualu SE. SH

4. Sarbini S.Ip. 8. Debby Wage

E. Kinerja Partai

1. Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo secara simbolis melakukan
penyerahan bantuan sosial berupa sembako untuk masyarakat yang membutuhkan.

Dalam acara penyerahan, Hary Tanoesoedibjo menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan program resmi
Partai Hanura. "Ini dalam rangka program yang kami namakan Hanura Peduli dengan memberikan bantuan
kepada masyarakat yang membutuhkan," kata Hary Tanoesoedibjo di MNC Tower, Kebonsirih, Jakarta, Rabu
(1/5/2013).

Sumbangan ini diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia secara merata, baik yang terkena musibah
maupun masyarakat yang tidak tertimpa musibah, terutama bagi masyarakat miskin.
"Masyarakat yang membutuhkan juga masyarakat yang menjadi korban bencana. Tapi tanpa itupun kita tetap
memberikan bantuan. Serentak dilakukan di seluruh tanah air. Jadi setiap hari Hanura akan melakukan
kegiatan sosial," paparnya.

2. Batam (HK) - Para bakal calon anggota legislatif dari Partai Hanura Batam ikut long march bersama ribuan
buruh dalam memperingati Hari Buruh Se-Dunia (May Day), Rabu (1/5). Aksi ini wujud perhatian dan
dukungannya terhadap buruh.

Ketua DPC Hanura Kota Batam, Iwan Krisnawan menyatakan, setidaknya ada dua hal penting yang ingin
dicapai dalam kegiatan itu. Pertama, Ia ingin para bacaleg Hanura mengetahui betul bagaimana perjuangan
buruh di lapangan, yang berpanas-panas dan kehujanan memperjuangkan nasibnya.

"Kami sengaja turun melihat langsung perjuangan teman-teman (buruh), sehingga saat duduk di DPRD Batam
bisa memperjuangkan kepentingan mereka," ujar Iwan.

Tujuan kedua, lanjut Iwan, kesempatan tersebut merupakan momentum untuk berdialog langsung dengan
buruh. Para bacaleg bisa mendengar langsung tuntutan buruh, baik daerah maupun secara nasional.

"Kami berdialok dengan beberapa buruh, dan ternyata banyak pekerjaan rumah pemerintah yang belum
selesai," katanya.

Padahal menurutnya, keinginan buruh sangat sejalan dengan kepentingan perusahaan. Jika buruh sejahtera,
mereka punya semangat yang lebih baik, dan secara perlahan akan berdampak pada kemajuan perusahaan.

Sekretaris DPC Hanura Batam, Ahmad Surya menambahkan, peringatan May Day tahun ini, Hanura
menjadwalkan dua kegiatan. Pertama berbaur dengan buruh dan melakukan pertemuan dengan perwakilan
serikat buruh/pekerja.

"Kedepan ada pertemuan khusus dengan serikat buruh. Kita ingin menggali lebih jauh apa sebenarnya yang
menjadi persoalan buruh di Batam," pungkasnya.

Setelah buruh membubarkan diri secara tertib, para bacaleg Hanura membubarkan diri dan kembali ke kantor
DPC Hanura Batam.

F. Media Yang Digunakan :

1. Iklan Televisi. 3. Media Sosial (Blogger, dll)

2. Website. 4. Spanduk
A. Sejarah :

1. Bermula dari keprihatinan untuk mengangkat rakyat dari jerat kemelaratan, akibat orang-orang
yang tidak peduli pada kesejahteraan:

Dalam sebuah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara intelektual muda Fadli Zon
dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Ketika itu, November 2007, keduanya membahas politik terkini,
yang jauh dari nilai-nilai demokrasi sesungguhnya. Demokrasi sudah dibajak oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan memiliki kapital besar. Akibatnya, rakyat hanya jadi alat. Bahkan, siapapun yang
tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan politik akan dengan mudah jadi korban. Kebetulan, salah satu korban
itu adalah Hashim sendiri. Dia diperkarakan ke pengadilan dengan tudingan mencuri benda-benda purbakala
dari Museum radya Pustaka, Solo, Jawa tengah. “Padahal Pak Hashim ingin melestarikan benda-benda cagar
budaya,“ kata Fadli mengenang peristiwa itu. Bila keadaan ini dibiarkan, negara hanya akan diperintah oleh
para mafia. Fadli Zon lalu mengutip kata-kata politisi inggris abad kedelapan belas, Edmund Burke: “The
only thing necessary for the triumph [of evil] is for good men to do nothing.” Dalam terjemahan bebasnya,
“kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka para penjahat yang akan bertindak.“ terinspirasi oleh
kata-kata tersebut, Hashim pun setuju bila ada sebuah partai baru yang memberikan haluan baru dan harapan
baru. Tujuannya tidak lain, agar negara ini bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan kesejahteraan
rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja. Sementara kondisi yang sedang berjalan, justru
memaksakan demokrasi di tengah himpitan kemiskinan, yang hanya berujung pada kekacauan.

Gagasan pendirian partai pun kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo
Subianto . Rupanya, tidak semua setuju. Ada pula yang menolak, dengan alasan bila ingin ikut terlibat dalam
proses politik sebaiknya ikut saja pada partai politik yang ada. Kebetulan, Prabowo adalah anggota Dewan
Penasihat Partai Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum. Namun, ketika itu Ketua
Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?” kata Fadli.

Setelah perdebatan cukup panjang dan alot, akhirnya disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar
memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat. Untuk mematangkan konsep partai, pada
Desember 2007, di sebuah rumah, yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir,
berkumpulah sejumlah nama. Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran
Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi dan Haris Bobihoe. Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk. “Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang
Fadli. Karena padatnya jadwal pembuatan AD/ART , akhirnya fisik Fadli ambruk juga. Lelaki yang menjabat
sebagai Direktur Eksekutif di IPS ini harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu.

Fadli tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan partai baru ini. Bahkan dia merasa pesimistis bahwa gagasan
pembentukan partai baru itu akan terus berlanjut. Namun diluar dugaan, ketika Hashim datang menjenguk di
rumah sakit, Hashim tetap antusias pada gagasan awal untuk mendirikan partai politik. Akhirnya,
pembentukan partai pun terus dilakukan secara maraton. Hingga akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan
oleh Hashim sendiri. Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas oleh Prabowo Subianto .

Pembentukan Partai Gerindra terbilang mendesak. Sebab dideklarasikan berdekatan dengan waktu
pendaftaran dan masa kampanye pemilihan umum, yakni pada 6 Februari 2008. Dalam deklarasi itu,
termaktub visi, misi dan manifesto perjuangan partai, yakni terwujudnya tatanan masyarakat indonesia yang
merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan yang berlandaskan
Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945.
Budaya bangsa dan wawasan kebangsaan harus menjadi modal utama untuk mengeratkan persatuan dan
kesatuan. Sehingga perbedaan di antara kita justru menjadi rahmat dan menjadi kekuatan bangsa indonesia.
Namun demikian mayoritas rakyat masih berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tidak mampu
merumuskan dan melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat mayoritas
bangsa indonesia dari kemelaratan. Bahkan dalam upaya membangun bangsa, kita terjebak dalam sistem
ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar telah memporak-porandakan perekonomian bangsa, yang menyebabkan
situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat dan bangsa. Hal itu berakibat menggelembungnya jumlah rakyat yang
miskin dan menganggur. Pada situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa indonesia ini kecuali harus
menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan..

Nah, Partai Gerindra terpanggil untuk memberikan pengabdiannya bagi bangsa dan negara dan bertekad
memperjuangkan kemakmuran dan keadilan di segala bidang.

2. Kisah Gerindra dan Kepala Garuda

Memberi nama partai politik gampang-gampang susah. Karena nama partai berkaitan dengan persepsi yang
akan diingat oleh masyarakat selaku konstituen. Sebelum nama Gerindra muncul, para pendiri partai ini
seperti Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon dan Muchdi Pr juga harus memikirkan nama
yang tepat. Ketika itu di Bangkok, Thailand, mereka berkumpul untuk acara Sea Games Desember 2007, demi
mendukung tim indonesia, terutama polo dan pencak silat yang berhasil lolos untuk dipertandingkan di sana.

Kebetulan Prabowo adalah ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia). Namun ajang kumpul-kumpul
tersebut kemudian dimanfaatkan untuk membahas nama dan lambang partai. Nama partai harus
memperlihatkan karakter dan ideologi yang nasio-nalis dan kerakyatan sebagaimana manifesto Gerindra.
tersebutlah nama “Partai Indonesia Raya”. Nama yang sebenarnya tepat, namun sayang pernah digunakan di
masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. “Kalau begitu pakai kata gerakan, jadi Gerakan
Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh semangat. Peserta rapat pun kemudian menyetujuinya. Selain gampang
diucapkan, juga mudah diingat: Gerindra, begitu bila disingkat. Nah, setelah persoalan nama selesai, tinggal
soal lambang. Lambang apa yang layak digunakan?

Muncul ide untuk menggunakan burung garuda. Namun, ini lambang yang sudah banyak digunakan partai
lain. apalagi simbol Pancasila yang tergantung di dada garuda, mulai dari bintang, padi kapas, rantai, sampai
kepala banteng dan pohon beringin, sudah digunakan oleh partai yang ada sekarang. Untuk menemukan
lambang yang tepat, Fadli Zon mengadakan survei kecil-kecilan.

Hasilnya, sebagian masyarakat justru menyukai bila Gerindra menggunakan lambang harimau. Harimau
adalah binatang yang sangat perkasa dan menggetarkan lawan bila mengaum. Namun, Prabowo memiliki ide
lain, yakni kepala burung garuda, ya hanya kepalanya saja. Gagasan itu disampaikan oleh Prabowo sendiri,
yang juga disetujui oleh pendiri partai yang lain.

Maka jadilah Partai Gerindra yang kita kenal sekarang. Perpaduan antara nama dan lambang yang tepat, sebab
keduanya menggambarkan semangat kemandirian, keberanian dan kemakmuran rakyat. Kepala burung garuda
yang menghadap ke kanan, melambangkan keberanian dalam bersikap dan bertindak. Sisik di leher berjumlah
17, jengger dan jambul 8 buah, bulu telinga 4 buah, dan bingkai gambar segi lima yang seluruhnya
mengandung arti hari kemerdekaan, 17-8-1945. Dalam perjalanannya kemudian, terbukti, Gerindra
mendapatkan tempat di hati masyarakat, meski berusia muda. Ketika iklan kampanye gencar dilakukan,
burung garuda dan suaranya ikut memberi latar belakang sehingga para penonton merasa tergugah dengan
iklan tersebut.
B. Visi, dan Misi :

Visi:

Menjadi partai politik yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial dan tatanan politik
negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasinolisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Misi:

1. Mempertahankan kedaulatan dan tegaknya negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Mendorong pembangunan nasional yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi kerakyatan,
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi seluruh
warga bangsa dengan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing.
3. Membentuk tatanan sosial dan politik masyarakat yang kondunsif untuk mewujudkan kedaulatan
rakyat dan kesejahteraan rakyat.
4. Menegakan supremasi hukum dengan mengedepankan praduga tak bersalah dan persamaan hak di
depan hukum,
5. Merebut kekuasaan pemerintahaan secara konstitusional melalui Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden untuk menciptakan lapisan kepemimpinan nasional yang kuat.

C. Susunan Pengurus :

Susunan Pengurus Inti Partai Gerindra :

1. Ketua Dewan Pembina: Prabowo Subianto


2. Ketua Dewan Penasihat: Mayjend Haryadi Darmawan
3. Ketua Dewan Pakar: Burhanuddin Abdullah
4. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat: Suhardi
5. Wakil Ketua Umum Bidang Politik Hukum dan Keamanan: Fadli Zon
6. Wakil Ketua Umum Bidang Kesejahteraan Rakyat: Ny. Sumarjati Arjoso
7. Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan dan Pembangunan Nasional: Edhy Prabowo
8. Wakil Ketua Umum Bidang Ekonomi: Murphy Hutagalung
9. Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Keanggotaan: Widjono Hardjanto

D. Calon Legislatif :

DKI Jakarta I :

1. Asril Tanjung, SIP. 4. Andrew Walker

2. Dr. Batara Sirait 5. Ferawaty, SPD. MPD.

3. Dra. Nurana Dyah D.

6. Arion Hutagalung
DKI Jakarta II :

1. H. Biem Triani Benjamin, Bsc. MM. 5. H. M. Thahir Mahmud

2. Bondan Winarno 6. Irawan Ronodipuro

3. Pasti Tampubolon 7. Siti Syarifah Mustikarini Sutalaksana

4. Yora Lovita E. Haloho

DKI Jakarta III :

1. Aryo Ps. Djojohadikusumo 5. Dr. Hendrik Job Ruru, PHD.

2. Muh. S. Ralie Siregar 6. Nevy Heriyanti

3. Hj. Dahlia Bachtiar, SH. 7. Marini Kusnad

4. Dr. Eddie Kusuma, SH. 8. Salim Hutajulu

E. Kinerja Partai :

1. Sebagai bentuk kepedulian Anggota Gerindra terhadap lingkungan sekitar khususnya Ranting
Penjaringan yang dimotori oleh Pengurus RW. 016 dan Bp. Naca Supriatna (Bendahara DPC Partai Gerindra,
Jakarta Utara) melaksanakan bhakti sosial yaitu dengan membersihkan dan pengerukan got-got yang mampet
dilokasi wilayah RT. masing-masing, pada hari Jum’at 29 Agustus 2008.

Para anggota Gerindra Ranting Penjaringan yang berjumlah sekitar 75 orang dengan semangat tinggi
melaksanakan kegiatan tersebut secara bergotong royong, ada yang mengeruk got yang mampet, ada yang
menyiapkan konsumsi dan ada pula yang membuang kotoran dengan gerobak (berikut dokumentasi
pelaksanaan kegiatan).

2. Peringatan HUT Ke – 5 Partai Gerindra Kota Tebing Tinggi diwarnai dengan melaksanakan gerakan
sosial menyantuni anak yatim sebanyak 350 orang dilaksanakan dilapangan bekas kolam renang Jalan Sutoyo
Kecamatan Tebing Tinggi Kota Kota Tebing Tinggi, Rabu (27/2/2013).

Dalam kata sambutannya, Walikota Tebing Tinggi Ir.H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM mengatakan, ”
Partai Gerindra merupakan salah satu partai peserta Pemilihan Umum legislatif pada Tahun 2014 dari 10
partai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Hadir dalam acara ini, Wakil Walikota yang juga sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Kota
Tebing Tebing Tinggi H. Irham Taufik, SH, MAP, Camat Tebing Tinggi Kota Sri Imbang dan undangan
lainnya.

Lanjut Umar, kegiatan sosial menyantuni anak yatim yang dilakukan partai Gerindra ini merupakan
bentuk keperdulian terhadap anak yatim. Semoga dengan terlaksananya acara ini partai Gerindra
mendapatkan berkah dan kejayaan dimasa mendatang,” kata Umar.
Kepada seluruh Kader Partai Gerindra agar dapat memberikan sentuhan yang berarti kepada masyarakat
sehingga dikagumi oleh semua kalangan masyarakat dan semua ini sepenuhnya tergantung kepada kemauan
pengurus untuk membesarkan partai,” ucap Umar.

Lebih lanjut dikatakannya, seluruh kader pengurus Partai Gerindra harus terus melakukan konsolidasi dan
jangan sampai pecah kongsi dalam mengurus partai. Menjadi Ketua partai harus memiliki eksistensi, dapat
menggerakkan, mengarahkan , memotivasi , karena hal ini merupakan harapan para kader.

Dalam hal ini, ketua telah membuktikannya dan bukan hanya cuma pandai bicara tetapi mampu membuat
karya-karya nyata,” sebut Umar.

Pemerintah Kota Tebing Tinggi juga akan tetap melakukan pembinaan dan memberikan perhatian kepada
seluruh partai politik, karena partai politik merupakan bahagian dari dinamika serta sistem pemerintah yang
telah ada,” kata Umar.

Sementara itu disela-sela acara, Ketua DPC Partai Gerindra Kota Tebing Tinggi Adlan Lubis yang
didampingi Ketua Panitia kegiatan Asmara Hadi mengatakan,” kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka HUT
Ke 5 Partai Gerindra yang dilahirkan pada tanggal 6 Februari 2008 dan semestinya peringatan ini
dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2013, namun baru saat ini dapat dilaksanakan,” jelasnya.

Kegiatan ini juga merupakan program dari DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto agar melakukan
kegiatan-kegiatan sosial ke masyarakat. Semoga Berkat doa anak-anak yatim melalui kegiatan ini, dapat
membawa Partai Gerindra menjadi lebih baik lagi,” ujar Adlan.

F. Media Yang Digunakan :

1. Spanduk

2. Iklan Televisi.

3. Website.

4. Media Cetak
A. Sejarah

1. Pendirian Partai Kebangkitan Bansga (PKB)

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lahir saat reformasi yakni tepatnya tanggal 23 Juli 1998. Masa orde baru
tumbang membuat para ulama kebanjiran usulan agar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membentuk
partai politik beserta nama dan lambangnya. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin,
PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil Muktamar NU
ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik
manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.

Namun demikian, sikap yang ditunjukan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan
kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi
politik warga NU setempat. Setelah melalui pembicaraan yang cukup panjang, akhirnya keinginan warga NU
pun dipenuhi.

Sebuah partai bernama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lahir dari tangan sang inisiator yakni almarhum
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Selain Gus Dur, partai yang memilki basis di Jawa Timur ini juga
diperkuat dengan deklarator lainnya yaitu Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, A. Mustafa Bisri, A. Muhith Muzadi.
Penentuan nama partai disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajenah, Tim NU, Tim
Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, Ketua-ketua event Organisasi NU, para tokoh pesantren dan tokoh
masyarakat.

2. Deklarasi PKB

Usai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta tanggal 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli
1998. Salah satu bunyi dalam isi deklarasi tersebut adalah bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia adalah terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur, serta untuk
mewujudkan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Bahwa wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah masyarakat beradab dan sejahtera yang
mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber dari hati
nurani, bisa dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan masalah sosial yang bertumpu pada
kekuatan sendiri, bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi, tolong menolong dalam kebajikan, serta
konsisten menjalankan garis/ketentuan yang telah disepakati bersama.

Maka dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Allah SWT serta didorong oleh semangat
keagamaan, kebangsaan dan demokrasi, kami warga Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan ini menyatakan
berdirinya partai politik yang bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis yang diberi nama Partai
Kebangkitan Bangsa.

3. Konflik Di Tubuh PKB

Meski masih terbilang partai muda, PKB telah mengalami konflik internal yang begitu besar. Tanggl 26 Maret
2008 menjadi awal konflik yakni tepatnya saat acara pelepasan Ketua Bappilu PKB, Mahfud MD sebagai
hakim konstitusi berlanjut menjadi rapat rutin gabungan ketua DPP PKB yang membahas munculnya isu
pihak-pihak yang ingin menggelar muktamar luar biasa. Karena hal itu dinilai untuk menggoyang Gus Dur
dari ketua umum dewan syuro PKB. Sedangkan hasil rapat internal itu berujung dicopotnya Muhaimin
Iskandar dari ketua umum dewan tanfidz PKB.
Pemecatan Muhaimin dari jabatannya berbuntut panjang. Tanggal 14 April 2008, PKB Muhaimin secara
resmi mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ia menggugat Gus Dur atas pemecatan
dirinya sebagai ketua dewan tanfidz DPP PKB. Tidak hanya itu, sekjen PKB Muhaimin juga menggugat Gus
Dur karena tidak terima pemecatan dirinya dari sekjen PKB dengan alasan rangkap jabatan. Tidak sampai
disitu, pada 31 April - 1 Mei 2008, PKB pimpinan Gus Dur menggelar muktamar luar biasa (MLB) di ponpes
Al-Asshriyyah, Parung, Bogor. MLB ini menghasilkan keputusan Gus Dur sebagai Ketua Umum Dewan
Syuro PKB. Ali Masykur Musa menggantikan Muhaimin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz, dan Yenny
Wahid tetap sebagai Sekjen.

Mendengar keputusan tersebut, pihak Muhaimin pun tak mau kalah. Satu hari setelah MLM Gus Dur atau
tepatnya tanggal 2-4 Mei 2008, Muhaimin menggal MLB di hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara. Pertemuan
ini menghasilkan keputusan yakni Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB. Sementara KH Aziz Mansyur diplot
sebagai Ketua Dewan Syuro, dan Lukman Edy sebagai Sekjen. Konflik pun semakin panas ketika sidang
perdana sengketa PKB digelar pada tanggal 29 Mei 2008. Kasasi PKB Gus Dur di Mahkamah Agung terkait
konflik PKB ditolak. Dalam putusan kasasi bernomor 441/kasus kasasi/Pdt/2008 itu, MA memutuskan
struktur kepengurusan PKB kembali ke hasil Muktamar Semarang 2005. Gus Dur tetap sebagai Ketua Umum
Dewan Syura, dan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz.

B. Visi, dan Misi :

1. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan


Undang- undang Dasar 1945.
2. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material dan spiritual.
3. Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan berakhlakul karimah.

C. Susunan Pengurus Partai :

Ketua: Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Sc

Sekjen: H. Imam Nahrowi

Bendahara: H. Bachrudin Nasori

1. Dewan Syuro:

1. K.H. Mahfudh Ridlwan 6. Hj. Nurhayati Said Agil Siraj

2. Drs. Muhyiddin Arubusman 7. Drs. Maman Imanul Haq

3. Dr. Ali Maskan Moesa 8. Hj. Fatimah Toyyib

4. K.H. Abdul Azis Afandi 9. Hj. Kholidah Ilyas Rukhiyat

5. K.H. Dimyati Rais 10. Hj. Lily Rozy Munir


2. Dewan Tanfidz:

1. Drs. Muamir Muin Syam 6. Drs. Faisol Reza 11. Drs. M.Munib Huda

2. Drs. Saeful Bahri Anshori 7. Anggie Ermani 12. Drs. Arif Rahman

3. Drs. Saefullah Maksum 8. Drs. Zaenal Arifin Na’im 13. Miranti Dewaningsih

4. Dra. Anna Muawanah 9. Dra. Chusnunia 14. Bambang Susanto

5. Drs. Marwan Dasopang 10. Dra. Margareth Aliyyah

D. Calon Legislatif :

DKI Jakarta I :

1. H.M. Yusuf Mujenih. 4. A. Shepard Supit.

2. Saled Said Bajuri. 5. Dr. Zulkarnain Ph.D.

3. Hesti Pudjiastuti SH. M.Kn. 6. Yusniaty Purba.

DKI Jakarta II :

1. Abdul Wahid Maktub. 5. Moh. Miftah Farid.

2. Dra. Muzaenah Zein. 6. Luckluck Maxneon

3. Hj. Tuty Alawia Ishak. 7. Mohammad Rosul

4. H. Harun Sinuraya, M.Mar.Ph.D.

DKI Jakarta III:

1. A. Soegeng SH. 5. H. Sunarto

2. Ir. Suyapto Tandy A.W. M.Th 6. Lina Adlina.

3. Luluk Hidayah. 7. Irwan Suhanto.

4. Ir. Warman. 8. Drs. Mukhlas Syarkun

E. Kinerja Partai :

1. Sempena memeriahkan dan memperingati Hari Lahir (Harlah) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke-13,
maka Dewan Pimpinan Cabang PKB Inhil menggelar berbagai kegiatan sosial dan olahraga.

“Dalam rangka memperingati dan memeriahkan Harlah PKB ke-13, maka DPC PKB Inhil akan menggelar
kegiatan olahraga dan sosial. Kegiatan ini diharapkan lebih mendekatkan PKB dengan masyarakat dan
konstituennya,” ungkap Ketua DPC PKB Inhil, Dani M Nursalam didampingi politisi PKB Inhil,
Herwanissitas kepada riauterkini.com, Senin (18/7/11) di Sekretariat DPC PKB Inhil.
Peringatan Harlah PKB ini juga akan diisi dengan Seminar Sehari yang mengangkat tema ‘Peran Parpol
Sebagai Lembaga Advokasi Masyarakat’. Juga akan digelar fogging di Jalan Ki Hajar Dewantara dan Jalan
Padupai pada tanggal 21 Juli dan sunatan massal di Sekretariat PKB pada 23 Juli mendatang.

“Sedangkan untuk kegiatan olahraga diawali dengan Turnamen Vooly Ball digelar di Kelurahan Seberang
Tembilahan sejak 10 Juli lalu dan diikuti empat kecamatan,” ujar Ketua Panitia Pelaksana Harlah PKB ke-13,
Mansun didampingi Sekretaris Burhan.

Juga digelar Kompetisi Futsal ‘Garda Bangsa Cup 2011′ Antar Pelajar SLTA se Tembilahan dan Sekitarnya
mulai 19-23 Juli mendatang.

Kemudian pada Jum’at (22/7/11) digelar Seminar Sehari mengangkat tema Peran Parpol Sebagai Lembaga
Advokasi Masyarakat dan ditutup dengan Khataman Al-Qur’an sekaligus resepsi Harlah PKB ke-13 yang
digelar di Sekretariat DPC PKB Inhil pada Sabtu (23/7/11) mendatang.

2. Kegiatan pemberantasan nyamuk sebagai penyebab penyakit DBD yang dilakukan oleh jajaran pengurus
Partai Kebangkitan Bangsa dalam memperingati Hari Kelahiran (Harlah) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
yang ke-13, kamis (21/07) disambut dengan antusias dan didukung oleh masyarakat yang bermukim disekitar
kantor DPC PKB.

Salah seorang ketua RT kepada wartawan mengatakan bahwa dia selaku ketua RT yang mewakili dari
masyarakat dari RT yang dipimpimnnya merasa senang dengan kegiatan yang diadakan oleh PKB ini, apalagi
RT yang dia pimpin tersebut dekat dengan anak sungai sehingga memungkinkan banyak selokan-selokan
berair yang menjadi bersarangnya nyamuk.

“Kita selaku masyarakat tentu saja gembira dengan kegiatan ini, apalagi RT yang saya pimpin tersebut dekat
dengan parit yang menjadi sarang-sarang nyamuk selain itu di RT saya tersebut cukup banyak terdapat anak-
anak yang rawan terhadap penyakit DBD, dengan terlaksananya kegiatan yang diadakan PKB ini saya
berharap agar tidak ada lagi masyarakat saya yang terkena penyakit DBD khususnya anak-anak yang
seringterkena penyakit tersebut,” kata Yogi, ketua RT 05.

Dari pantauan, terlihat banyak anak-anak yang berlari-larian mengikuti petugas yang menyemprotkan asap
fogging tersebut. Mereka terlihat gembira dan senang melihat asap yang akan menghindarkan mereka dari
nyamuk, dengan demikian tentu mereka akan terhindar pula dari penyakit DBD yang sering diderita oleh
anak-anak seusia mereka.

F. Media Yang Digunakan :

1. Website

2. Spanduk
A. Sejarah :

Partai NasDem adalah sebuah partai politik di Indonesia yang baru diresmikan di Hotel Mercure Ancol,
Jakarta Utara pada tanggal 26 Juli 2011. Partai ini didukung oleh Surya Paloh yang merupakan pendiri
organisasi bernama sama yaitu Nasional Demokrat. Hal ini terlihat dari bisnis media yang dipimpinnya, Metro
TV, yang selalu memberikan berita terbaru seputar aktivitas Partai NasDem. Meskipun demikian, ormas
tersebut mengatakan bahwa partai tersebut tidak memiliki kaitan apapun dengan partai ini.

Pada Januari 2013, KPU menetapkan 10 partai politik yang lolos tahapan verifikasi administrasi dan faktual,
dan menjadikan Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Pada
bulan yang sama, partai ini diramaikan oleh isu terjadinya konflik di tataran para elit partai. Ketua Majelis
Tinggi Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh, kabarnya akan dicalonkan sebagai Ketua Umum Partai
NasDem pada Kongres Partai NasDem yang akan diadakan pada 25 Januari 2013 di Jakarta. Pada bulan
tersebut juga terjadi aksi pemecatan terhadap Sekjen DPW DKI Garda Pemuda Nasdem, Saiful Haq, sekaligus
pembekuan kepengurusan DPW tersebut. Pada kongres perdana partai ini, yang diadakan pada Januari 2013,
seluruh peserta kongres Partai NasDem yang berasal dari seluruh Indonesia secara aklamasi sepakat
mengangkat Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem yang baru, menggantikan Patrice Rio Capella.

B. Visi. Dan Misi

1. Visi Partai NasDem :

Kelahiran Partai NasDem bukanlah semata-mata hadir dalam percaturan kekuasaan dan pergesekan
kepentingan. Partai NasDem terjun ke politik untuk suatu tujuan yang mulia. Partai NasDem memasuki
gelanggang politik untuk mencapai tujuan-tujuan besar: memantapkan eksistensi Negara, memperkuat
persatuan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
mendorong keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Misi Partai NasDem :

Partai NasDem adalah sebuah gerakan perubahan yang didasari oleh kenyataan bahwa kehidupan seperti yang
dicita-citakan oleh Proklamasi 1945 belum terwujud hingga saat ini. Partai NasDem bertujuan untuk
menggalang kesadaran dan kekuatan masyarakat untuk melakukan Gerakan Perubahan untuk Restorasi
Indonesia.Restorasi Indonesia adalah gerakan mengembalikan Indonesia kepada tujuan dan cita-cita
Proklamasi 1945, yaitu Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian
secara kebudayaan.

C. Susunan Pengurus Partai :

1. Ketua Umum: Surya Paloh


2. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu): Ferry Mursyidan Baldan
3. Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik: Sri Sajekti Sudjunadi
4. Ketua Bidang Pendidikan Politik dan Kebudayaan: Silverius Sony
5. Ketua Bidang Politik Pemerintahan: Akbar Faizal
6. Ketua Bidang Hukum Advokasi dan HAM: Taufik Basari
7. Ketua Bidang Otonomi daerah (Otda): Siti Nurbaya
8. Ketua Bidang Pertanian dan Maritim: Viktor L.
9. Ketua Bidang Hankam: Laksamana (Purn) Tedjo Edhi
10. Ketua Bidang Energi, SDA, dan LH: Kurtubi
11. Ketua Bidang Agama dan Masyarakat Adat: Hasan Aminuddin
12. Ketua Bidang Hubungan Lua Negeri: Enggartiasto Lukita
13. Ketua Bidang Ekonomi dan Moneter: Antony Budiawan
14. Ketua Bidang Kesehatan Perempuan dan Anak: Irma Chaniago
15. Ketua Bidang Industri Perdagangan: Zulfan Lindan
16. Ketua Bidang Olahraga, Pemuda, dan Mahasiswa: Martin Manurung
17. Sekjen: Patrice Rio Capella
18. Wakil Sekjen: A. Willy Aditya C. Nining Indra Saleh

B. Dedy Pramanta D. Anggraini Siagian.

19. Bendahara Umum: Franky S


20. Wakil Bendahara Umum: A. Guntur Santoso B. Joko P.
21. Ketua Mahkamah Partai: O.C. Kaligis
22. Anggota: A. Prahastuti Aditama B. I.G.K. Manila C. Effendi Syahputra

D. Sahur Hutabarat E. M Prasetyo F. Lalu Sudarmadi.

23. Ketua Dewan Pertimbangan Partai: Endriartono Sutarto


24. Anggota: A. Rachmawati Soekarnoputri B. Elman Saragih
25. Ketua Dewan Pakar: Bachtiar Aly
26. Anggota:

A. Rady A Gani B. Ratlan Pardede C. Yusherman D. Danes Jayanegara

E. Daniel Kameo F. Elwin Tobing H. Murasa Sarkaniputra I. Jeffry Wurangian

J. Addli Malik K. Yohanes Sinungan L. Richard Daulai M. Munawar Fuad

N. Rio M. Thalieb O. Rino Wicaksono P. Bambang Khaerono Q. Pamela Johana

R. Bambang Suroso T. Taufiqul Hadi U. Galumbang Sitinjak V. Martin K.

W. Tutie S X. Hari Tanjung Y. Fatimah Ahmad.

27. Depertemen Keanggotaan dan Kaderisasi; Ketua: Kristianto, Anggota: Ida Halimah, Andres A.
28. Departemen Media dan Komunikasi Publik; Ketua: Legiman M, Anggota: D.Ompusunggu, Sri
Unggul A.
29. Departemen Hukum, Advokasi, dan HAM; Ketua Wibi Adrino, Anggota: Sri Hartati Rahayu, Gloria
R.
30. Departemen Otda, Ketua: Hamdani, Anggota; Edward Sihombing, Atang Irawan
31. Departemen Energi, SDA, dan LH; Ketua Joni F Anggota: Yayan A, Fransiska Endang
32. Deparetmen Agama dan Masyarakat Adat; Ketua Fitri Ani G, Anggota: Rizki W, David K.

D. Calon Legislatif :

DKI Jakarta I :

1. Taufik Basari. SH. M.Hum. LL.M 4. Drs. Bambang. S. Syukur. SH. M. SI

2. Dr. Raphy Tobing. 5. Maria S. A. Wardani

3. Salim Shihab. 6. Faisal Yusuf


DKI Jakarta II:
1. Drs. Dien Naryati. M.Psi 5. Destina Lestari

2. Latifa Marina Al Anshori 6. Dr. Wiwik Sri Widiarty. SH. Mh

3. Pramu Risanto 7. Nurul Husnah Fauziah

4. Muhammad Rais. S.Ip

DKI Jakarta III:

1. Ahmad Sahroni 5. Prof. Yusherman

2. Ulung Rusman 6. Mufilda Muchtar

3. Jane Shalimar 7. Sri Nurmanti. SH

4. Berlian Benyamina Rungkat 8. Ami Varieta

E. Kinerja:

1. TEMPO.CO, Jakarta-Politikus kawakan Effendy Choiri akan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif
lewat Partai Nasdem. Dia akan maju dari daerah pemilihan Jawa Timur 10.

"Saya sebetulnya mau mengurus NasDem saja, keliling kesana-kemari untuk memotivasi dan mendoktrin
kader-kader baru, terutama di Jawa Timur. Tapi saya disuruh Surya Paloh jadi caleg," kata Gus Choi, sapaan
akrab Effendy, saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis, 11 April 2013.

Kata Gus Choi, Ketua Umum NasDem Surya Paloh menyuruh dia tak hanya berdiam diri di partai. "Lima hari
lalu, saya disuruh mencalonkan diri. Akhirnya saya masuk di dapil Jatim 10. Wilayahnya Gresik hingga
Lamongan," ujar dia.

Surya Paloh yakin Gus Choi akan memenangkan kursi legislatif. "Dia bukan baru kemarin berpolitik. Paling
tidak dia bawa kursinya sendiri," kata Surya di tempat yang sama.

Gus Choi baru saja masuk NasDem. Sebelumnya dia adalah kader Partai Kebangkitan Bangsa.
Perpindahannya, menurut dia, bukan aksi politikus kutu loncat. "Saya bukan kutu loncat karena bergabung ke
NasDem. Saya bergabung ke NasDem karena diusir alias dipecat PKB," kata dia.

Gus Choi jadi salah satu kader NasDem yang hadir di hotel JS Luwansa. Kamis, 11 April 2013, 3.800 kader
NasDem diperkenalkan pada publik.

2. Jakarta, Kompas.Com—Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, bergabungnya Akbar Faizal
akan memperkuat struktur kepengurusan partai. Akbar dinilai sebagai sosok muda yang dapat memberikan
kontribusi besar bagi partai ini.

"Bagi Nasdem, (Akbar) itu merupakan vitamin tambahan yang baik," kata Paloh, Jumat (8/2/2013) petang.
Kehadiran Akbar, ujar dia, akan memperkuat jajaran partai. Paloh menilai Akbar adalah anak muda yang
energik, visioner, konsisten, ada keberanian, dan punya pemikiran cerdas.
Setelah mengundurkan diri dari Partai Hanura sekaligus anggota DPR, Jumat pagi, Akbar ternyata langsung
bergabung ke Partai Nasdem pada siang harinya. Ia menempati posisi Ketua Bidang Politik Pemerintahan di
Partai Nasdem.

Namun, Akbar tak terlihat saat pengukuhan pengurus partai siang itu. Paloh tak mempermasalahkan
ketidakhadiran Akbar karena dia mengaku sudah lama mengenal Akbar. "Akbar kan bukan saya kenal baru.
Nasdem tidak mengenal Akbar sebagai orang baru," kata dia.

Paloh menyebutkan, Akbar adalah salah satu ketua dalam struktur Ormas Nasdem, cikal bakal Partai Nasdem.
"Jadi, kami sudah saling mengenal dekat dan punya pandangan (maupun) pikiran yang sama, napas perjalanan
sama," papar Paloh.

Pengukuhan pengurus DPP Partai Nasdem diikuti sejumlah kader lain yang juga baru bergabung di Nasdem.
Mereka adalah Ketua Bidang Keanggotaan dan Kaderisasi Sugeng Suparwoto, Ketua Bidang Media dan
Komunikasi Publik Sri Sajekti Sudjunadi, dan Ketua Bidang Hukum Advokasi dan HAM dijabat Taufik
Basari.

Selain itu, ada mantan Sekjen DPD Siti Nurbaya Bakar yang menjabat Ketua Bidang Otonomi Daerah dan
Kurtubi yang menempati kursi Ketua Bidang Energi, SDA, dan Lingkungan Hidup. OC Kaligis bergabung
pula sebagai Ketua Mahkamah Partai Nasdem, kemudian Sekretaris Jenderal diisi oleh Patrice Rio Capella.
Mantan Sekjen DPR Nining Indra Saleh menempati Wasekjen Bidang Internal dan Kesekretariatan.

F. Media Yang Digunakan

1. Website

2. Iklan Televisi

3. Spanduk
A. Sejarah:

1. Pembentukan Dan Berdirinya Partai Demokrat

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan
terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR
tahun 2001.

Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang menunjukkan popularitas yang
ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya disebut SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya
untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan
untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah
beberapa orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke
kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai
politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim
Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh saudara
Vence Rumangkang. Juga terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk
mempromosikan SBY menjadi Presiden, antara lain : Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan
rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang
mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence Rumangkang, (2). Drs.
A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4). Adhiyaksa Dault, SH, (5).Baharuddin Tonti, (6). Shirato
Syafei. Di lingkungan kantor Menkopolkampun diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi
kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY
memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam
pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap
dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.

Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu oleh saudara Drs. Sutan
Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik.
Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan
konsep-konsep pendirian sebuah partai politik yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA.;
(3) Drs. A. Yani Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan Tanjung; (6)
RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof.
Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS. Disamping nama-nama tersebut, ada juga
beberapa orang yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh
Bapak SBY.

Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50
(limapuluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi
dilengkapi saja menjadi 99 (sembilanpuluh sembilan) orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai
penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha
Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan
bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai Demokrat. 53
(lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara Vence
Rumangkang. Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra
Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar
pulau jawa dan beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta
saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung
sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence Rumangkang.
Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai
pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun ke 52
selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai Demokrat. Dalam laporannya, saudara Vence
melaporkan bahwa Partai Demokrat akan didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok
hari yakni pada tanggal 10 September 2001.

2. Pengesahan Partai Demokrat

Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan
HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan
Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF.
Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian
pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138
tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat
telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen
Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang
Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di
Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat
Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan
Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.

Sejalan dengan deklarasi berdirinya Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Sebagai langkah awal maka pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART
yang pertama sebagai peraturan sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi sekaligus
didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai Persyaratan berdirinya Partai Demokrat. Sejak
pendaftaran tersebut, AD/ART Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada perubahan oleh
forum Kongres ini.

B. Visi. Dan Misi

1. Visi Partai

Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar
mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur,
menjunjung tinggi semangat Nasionalisme, Humanisme dan Internasionalisme, atas dasar ketakwaan kepada
Tuhan yang maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera.

2. Misi Partai

1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan yang signifikan di
dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang dijiwai oleh semangat reformasi serta
pembaharuan dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam
formasi semula sebagaimana telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi
kemerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya
mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraaan.
2. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam melanjutkan dan merevisi
strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran partai Demokrat adalah
melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, sejak melawan penjajah merebut Kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD
1945, mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi.
3. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban Warganegara tanpa membedakan ras,
agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat sipil (civil society) yang kuat,
otonomi daerah yang luas serta terwujudnya representasi kedaulatan rakyat pada struktur lebaga
perwakilan dan permusyawaratan.

C. Susunan Pengurus Partai:

Majelis Tinggi:

1. Ketua Umum: Susilo Bambang Yuhoyono

2. Wakil Ketua Umum: Marzuki Alie

3. Sekretaris: Jero Wacik

Anggota:

1. Syarif Hassan 2. Edie Baskoro Yudhoyono 3. EE Mangindaan

4. TB Silalahi 5. Jhonny Allen Marbun 6. Max Sopacua

7. Totok Rianto

II. Dewan Pembina PD:

1. Ketua: EE Mangindaan

2. Sekretaris: Ajeng Ratna Suminar

III. Dewan Kehormatan:

1. Ketua, Amir Syamsudin

2. Wakil Ketua, Melani Lemina Suhari

3. Sekretaris, Deni Kailimang

Anggota:

1. Roy Suryo 2. Suaidi Marasabessy

IV. Dewan Harian:

1. Ketua Harian: Syarief Hasan


2. Wakil Ketua Umum I: Drh. Jhonny Allen Marbun, MM
3. Wakil Ketua Umum II: Max Sopacua, SE, M.Sc
4. Wakil Ketua Umum III:Nurhayati Ali Assegaf, M. Si.
5. Wakil Ketua Umum IV:Dr. Soekarwo
6. Wakil Ketua Umum V:Ir. Agus Hermanto, MM
7. Sekretaris Jenderal: Edhie Baskoro Yudhoyono, M.Sc
8. Wakil Sekretaris Jenderal I: Saan Mustopa
9. Wakil Sekretaris Jenderal II: Drs. Ramadhan Pohan, MIS
10. Wakil Sekretaris Jenderal III: Syofwatillah Mohzaib, S.Sos.I
11. Wakil Sekretaris Jenderal IV:Andi Nurpati
12. Bendahara Umum: Handoyo Mulyadi
13. Wakil Bendahara Umum I: Siswanto
14. Wakil Bendahara Umum II: Indrawati Sukadis
15. Direktur Eksekutif: Toto Riyanto
16. Wakil Direktur Eksekutif I: Bambang Susanto
17. Wakil Direktur Eksekutif II: Fadjar Sampurno
18. Wakil Direktur Eksekutif III: Bonggas Adhi Chandra

V. Divisi-divisi:

1. Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum

Ketua : H.M. Gagoek Soebagyanto, SH

2. Divisi Pembinaan Anggota

Ketua: Yosef Tahir Ma’ruf

3. Divisi Pembinaan Organisasi

Ketua: Cornel Simbolon

4. Divisi Program Pro Rakyat

Ketua: Tri Yulianto, SH

5. Divisi Tanggap Darurat

Ketua: Drs. Umar Arsal

6. Divisi Logistik

Ketua: Sartono Hutomo

7. Divisi Kaderisasi Pendidikan dan Pelatihan

Ketua: H. G. Radityo Gambiro

8. Divisi Komunikasi Publik

Ketua: Hinca I. P. Pandjaitan-XIII, SH, MH, ACCS

9. Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Ketua: Iwan Djalal

10. Komisi Pemenangan Pemilu

Ketua: Drs. Putu Suasta, MA


11. Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan

Ketua: Ulil Abshar Abdalla

D. Calon Legislatif:

DKI Jakarta I:
1. Hayono Isman. Sip 4. Cornel Simbolon

2. H. Tri Yulianto. SH 5. Edwin Jannerli Tandjung. SE

3. Dwi Astuti Wulandari 6. Dra. Luki Ferrial. M.Hum

DKI Jakarta II:

1. Hj. Melani Leimena Suharli 6. Lukmanul Hakim

2. Kastorius Sinaga 5. Ir. Darmizal. MS

3. Fadjar Sampurno 7. Hj. Hasnaeni. SE. MM

4. Jenny Rachman

DKI Jakarta III:

1. Dr. H. Marzuki Alie 5. Mexicana Leo Hananto Wibowo

2. Hj. Vera Febyanthy 6. Agatha A. Lidyawati Rafli. Bsc. SH. MH

3. Panangian Simanungkalit 7. Dr. Hj. Andi Nurpati. M.Pd

4. M. Farhat Abbas. SH. MH 8. Julianto Hendro Cahyono. SE. MM

E. Kinerja Partai:

1. Sumedang: Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Linda Megawati memiliki kepedulian tinggi terhadap
lingkungan hidup di tanah air. Tak heran, Linda yang mewakili Dapil Jabar IX (meliputi Kab Subang; Kab
Sumedang; dan Kab Majalengka) melakukan penanaman seribu pohon di areal penambangan pasir di Dusun
Cipanteneun, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Rabu (1/5).

Areal penambangan pasir yang bermedan berat ternyata tidak sedikit pun mengurangi semangat Linda untuk
melakukan bakti sosial di dapilnya tersebut. Linda terlihat sangat antusias saat melakukan penanaman pohon.

“Kita semua tentu sangat prihatin terhadap kerusakan lingkungan di areal penambangan pasir. Mudah-
mudahan apa yang kami lakukan ini bisa bermanfaat untuk pemulihan lingkungan hidup di daerah ini,” kata
Linda dalam rilisnya kepada web demokrat.

Saat melakukan penanaman seribu pohon tersebut, Linda didampingi Bupati Sumedang Terpilih Endang
Sukandar (diusung Partai Demokrat dan PPP), Dandim Sumedang, Pimpinan Polres Sumedang, unsur
Muspida Sumedang, ormas Buah Batu Corps Sumedang, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta warga sekitar.
Linda  memang dikenal sebagai Anggota DPR-RI yang sangat peduli terhadap lingkungan hidup. Tak heran
bila dalam setiap reses di dapilnya, ia kerap melakukan berbagai program untuk menyelamatkan lingkungan
hidup.

Terkait dengan kunjungan ke dapil, Linda telah hampir dua minggu berada di dapilnya. Sebelumnya Linda
telah mengunjungi Kabupaten Subang untuk menyerap aspirasi, melakukan bakti sosial, serta mengawal
program Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selepas dari kunjungan ke Kab Sumedang,
Linda akan mengunjungi Kab Majalengka untuk melakukan kegiatan yang sama.

Selama berada di dapil, Linda selalu berangkat mengunjungi masyarakat sejak pagi dan selalu pulang larut
malam. Sebagai kader Partai Demokrat, Linda tentu menyempatkan diri melakukan pertemuan dengan para
kader Partai Demokrat di Dapil Jabar IX.

Linda pun senantiasa menyosialisasikan keberhasilan program pembangunan yang digagas dan dilaksanakan
Pemerintahan Presiden SBY serta mengawal program-program pro-rakyat. Linda menegaskan, keberhasilan
Pemerintahan Presiden SBY akan berdampak sangat positif kepada Partai Demokrat sebagai partai utama
pendukung Pemerintah.

2. Jakarta: Gubernur Lemhanas Prof Dr Budi Susilo Soepandji, Wakil Gubernur Lemhanas Marsdya TNI
Dede Rusamsi, para Deputi dan Direktur Lemhanas RI menerima delegasi DPP Partai Demokrat yakni Wakil
Ketua Umum III DPP-PD Dr Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Divisi Pembinaan Organisasi DPP-PD Letjen TNI
(Purn) Cornel Simbolon, Ketua Divisi Pembinaan Anggota DPP-PD Yosep Taher Ma’aruf dan Ketua Biro
Dep Hublu DPP-PD Taufiqurokhman, di Gedung Utama Lemhanas RI,Selasa, 23 April 2013.

Dalam kesempatan tersebut Gubernur Lemhanas mengucapkan banyak terima kasih kepada Ketua Delegasi
yang juga Ketua Fraksi Demokrat DPR-RI beserta rombongan karena sudah mengunjungi sekolah Lemhanas,
kawah candradimuka bagi calon para pemimpin bangsa Indonesia.

Gubernur lemhanas memaparkan, di tahun politik sekarang ini, seperti sering disebutkan Presiden RI Dr
Susilo Bambang Yudhoyono, masyarakat dan partai politik hendaknya sama-sama menyukseskan serta
menjaga ketertiban dan keamanan serta kedamaian pelaksanaan Pemilu 2014. Menyambung pernyataan
Presiden SBY beberapa hari ini, Gubernur Lemhanas sudah membuat program bagi seluruh kader partai
politik untuk ikut Kursus Singkat Lemhanas selama dua (2) minggu, untuk delapan angkatan.

Menurut Prof. Supanji, dengan mengadakan kursus tersebut paling tidak memberikan atau menularkan virus-
virus positif untuk tetap mengedepankan semangat nasionalisme, kepentingan bangsa, dan negara serta terus
memperkuat jati diri dan semangat kebangsaan.

Nurhayati Ali Assegaf mendukung sepenuhnya program Lemhanas untuk tetap memperkuat semangat
nasionalisme kebangsaan dan memperkuat jati diri bangsa. Bahkan Nurhayati akan menyosialisasikan serta
mengajak seluruh kader partai politik untuk mengirimkan delegasi untuk mengikuti kursus singkat yang
waktunya 2 minggu tersebut.

Dukungan senada juga disampaikan Cornel Simbolon, Yosep Taher Ma’aruf, serta Taufiqurokhman. Delegasi
Partai Demokrat menegaskan, partai berlambang bintang segitiga merah putih siap mengirimkan serta
mendukung program yang bermanfaat untuk kader-kader bangsa dan negara. Selanjutnya program tersebut
akan didiskusikan lebih lanjut di internal Partai Demokrat, terkait para kader yang akan dikirim ke kursus
singkat yang akan dimulai Juni 2013.

Cornel dan Yosep bahkan menginginkan agar jumlah utusan partai politik yang mengikuti program ini
diperbanyak. Jika perlu, para anggota DPR-RI yang belum mengikuti Pendidikan Lemhanas bisa dilibatkan
sebagai peserta. Sementara yang sudah mengikuti bisa menjadi nara sumber di kursus Lemhanas tersebut.
F. Media Yang Digunakan:

1. Surat Kabar

2. Iklan Televisi

3. Website
A. Sejarah:

Pada tahun 1964 untuk menghadapi kekuatan PKI (dan Bung Karno), golongan militer, khususnya perwira
Angkatan Darat ( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda,
wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).

Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI
beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin
meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan fungsional/golongan karya murni yang tidak
berada dibawah pengaruh politik tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena
golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front Nasional menyadari bahwa
perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945.
Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.

Dengan adanya pengakuan tentang kehadiran dan legalitas golongan fungsional di MPRS dan Front Nasional
maka atas dorongan TNI dibentuklah Sekretariat Bersama Golongan Karya, disingkat Sekber GOLKAR, pada
tanggal 20 Oktober 1964. Terpilih sebagai Ketua Pertama, Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono sebelum
digantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I,
Desember 1965.

Pada awal pertumbuhannya, Sekber GOLKAR beranggotakan 61 organisasi fungsional yang kemudian
berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Ini terjadi karena adanya kesamaan visi di antara masing-
masing anggota. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudian
dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)


2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
4. Organisasi Profesi
5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
7. Gerakan Pembangunan

Untuk menghadapi Pemilu 1971, 7 KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber GOLKAR tersebut,
mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970 untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui
satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971, tetap
dipertahankan sampai sekarang.

Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang
remeh keikutsertaan GOLKAR sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan kemampuan komunikasi politik
GOLKAR kepada grassroot level. NU, PNI dan Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau
sangat yakin keluar sebagai pemenang. Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal
mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR.

Hasilnya di luar dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara atau 62,79 %
dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun cukup merata di seluruh propinsi, berbeda dengan parpol
yang berpegang kepada basis tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai
Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan
Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR.
Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali kehidupan politik
Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber GOLKAR mengubah dirinya menjadi GOLKAR. GOLKAR
menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik
dengan mengesampingkan pembangunan dan karya.

September 1973, GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya. Mayjen Amir
Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun mulai berjalan seiring dibentuknya
wadah-wadah profesi, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia (HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan
militer, melancarkan aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan
Bung Karno.

Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru. Semua politik Orde
Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde
Baru berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki
oleh kader-kader Golkar.

Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu
pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G
untuk lingkungan sipil di luar birokrasi. Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap
Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis.

Setelah Soeharto mengundurkan diri pada 1998, keberadaan Golkar mulai ditentang oleh para aktivis dan
mahasiswa.

B. Visi, Dan Misi Partai:

1. Visi:

Sejalan dengan cita-cita para bapak pendiri negara (the founding fathers) kita bahwa tujuan kita bernegara
adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan ikut menciptakan perdamaian dunia, maka Partai GOLKAR sebagai
pengemban cita-cita Proklamasi menegaskan visi perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai
cita-citanya.

Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan
makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter,
berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan
semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi.

Dengan visi ini maka Partai GOLKAR hendak mewujudkan kehidupan politik nasional yang demokratis
melalui pelaksanaan agenda-agenda reformasi politik yang diarahkan untuk melakukan serangkaian koreksi
terencana, melembaga dan berkesinambungan terhadap seluruh bidang kehidupan. Reformasi pada sejatinya
adalah upaya untuk menata kembali sistim kenegaraan kita disemua bidang agar kita dapat bangkit kembali
dalam suasana yang lebih terbuka dan demokratis. Bagi Partai GOLKAR upaya mewujudkan kehidupan
politik yang demokratis yang bertumpu pada kedaulatan rakyat adalah cita-cita sejak kelahirannya.
2. Misi:

Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi tersebut Partai GOLKAR dengan ini
menegaskan misi perjuangannya, yakni: menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai
dasar Negara dan idiologi bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
mewujudkan cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang untuk
mewujudkan masyarakat yang demokratis, menegakkan supremasi hukum, mewujudkan kesejahteraan rakyat,
dan hak-hak asasi manusia.

Dalam rangka membawa misi mulia tersebut Partai GOLKAR melaksanakan fungsi-fungsi sebagai sebuah
partai politik modern, yaitu:

Pertama, mempertegas komitmen untuk menyerap, memadukan, mengartikulasikan, dan memperjuangkan


aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik.

Kedua, melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualitas melalui sistem prestasi (merit system) untuk
dapat dipilih oleh rakyat menduduki posisi-posisi politik atau jabatan-jabatan publik. Dengan posisi atau
jabatan politik ini maka para kader dapat mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk
diabdikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Ketiga, meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan partisipatif, yaitu
membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.

C. Susunan Pengurus:

1. Ketua Dewan Pertimbangan: Akbar Tandjung


2. Ketua Umum: Aburizal Bakrie
3. Wakil Ketua Umum: HR Agung Laksono
4. Wakil Ketua Umum: Theo L Sambuaga
5. Ketua Bidang Kaderisasai: Hafiz Zawawi
6. Ketua Bidang Organisasi dan Daerah: Mahyudin
7. Ketua Bidang Hubungan Eksekutif dan Yudikatif: HM Rusli Zainal
8. Ketua Bidang Hubungan Legislatif dan Lembaga Politik: Priyo Budi Santoso
9. Ketua Bidang Informasi dan Penggalangan Opini: Fuad Mansyur
10. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera: Andi Ahmad Dara
11. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT: Syarif Cicip Sutarjo
12. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Maluku dan Papua: Fredi Latumahina
13. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Kalimantan: Ahmadi Nur Supit
14. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sulawesi: Fachri Andi Leluasa
15. Ketua Bidang Perempuan: Ratu Atut Chosyiah
16. Ketua Bidang Pemuda: Yorrys Raweyay
17. Ketua Bidang Pekerja, Tani, dan Nelayan: Yamin Tawari
18. Ketua Bidang Usaha dan Koperasi: Firman Subagyo
19. Ketua Bidang Keagamaan dan Kebudayaan: Hajriyanto Tohari
20. Ketua Bidang Kemahasiswaan dan LSM: Fadel Muhammad
21. Ketua Bidang Kerja Sama Internasional: Iris Indira Munti
22. Ketua Bidang Pemikiran dan Kajian Kebijakan: Rizal Mallarangeng
23. Ketua Bidang Pendidikan: Indra Bambang Utoyo
24. Ketua Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup: Ade Komarudin
25. Ketau Bidang Penanganan Kerawanan Sosial: Ponco Sutowo
26. Ketua Bidang Hukum dan HAM: Muladi
27. Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat: Agus Gumiwang Kartasasmita
28. Sekjen: Idrus Marham
A. Wasekjen: Riki Rahmadi
B. Wasekjen: Harry Azhar Aziz
C. Wasekjen: Musfihin Dahlan
D. Wasekjen: Muhidin
E. Wasekjen: Ahmad Dolly Kurnia
F. Wasekjen: Titiek Soeharto
G. Wasekjen: Mujib Rahmad
H. Wasekjen: Nurul Arifin
I. Wasekjen: Happi Bone Zulkarnain
J. Wasekjen: Hasanuddin Mochdar
K. Wasekjen: I Made Sumarjaya Linggih
L. Wasekjen: Emmanuel Blegur
M. Wasekjen: Oktaviano
N. Wasekjen: Leo Nababan
O. Wasekjen: Roem Kono
29. Bendara Umum: Setya Novanto
A. Wakil Bendahara Umum: Airlangga Hartarto
B. Wakil Bendahara Umum: Erwin Aksa
C. Wakil Bendahara Umum: Hariara Tambunan
D. Wakil Bendahara Umum: Suharsoyo
E. Wakil Bendahara Umum: Ridwan Mukti
F. Wakil Bendahara Umum: Bobby Suhardiman
G. Wakil Bendahara Umum: Melchias Mekeng
H. Wakil Bendahara Umum: Tri Hanurita Sudwikatmono
I. Wakil Bendahara Umum: Mustoko Weni
J. Wakil Bendahara Umum: Bambang Atmanto Wiyogo
K. Wakil Bendahara Umum: Watty Amir
L. Wakil Bendahara Umum: Hamzah Sangaji
M. Wakil Bendahara Umum: Rahman Akil

D. Calon Legislatif:

DKI Jakarta I:

1. Bambang Atmanto Wiyogo 4. Charles Bonar Mt Sirait

2. Muhammad Fahreza Sinambela. S.Sos. M.Si 5. H. Baskara Harimukti Sukarya

3. Dr. Liliek Nurlinda Diyani 6. Dra. Henny Ida Astuti


DKI Jakarta II:

1. Ir.Fayakhun Andriadi M.Kom 5. Musthafa Bakri

2. Dra. Hj Retno Susilowati Amir. SH 6. Chandra Kusuma Dewi. Msi

3. Jusuf Djuhir. DM. H. SH. MH 7. Yovita Lasti Handini. M.Sc

4. Egy Massadiah

DKI Jakarta III:

1. Tantowi Yahya 5. H. Badaruddin Andi Picunang

2. DRS. H.M. Ade Surapriatna. SH. MH. 6. Betty Parede

3. Ir.Dra. Sri Woerjaningsih. MPD 7. Tintin Surtini. SH. MH. Mkn. P

4. Arman Amir 8. Ivan Doly Gultom

E. Kinerja Partai:

MEDAN | DNA - Saat berkunjung di Medan dalam menghadiri apel Akbar Dewan Pimpinan Daerah (DPD)
Partai Golongan Karya (Golkar) Ketua Umum DewanPimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Ir Aburizal Bakrie
mengatakan, Kota Medan merupakan ukuran dari keberhasilan partai Golkar di Sumatera Utara (Sumut),
bahkan kunci keberhasilan Partai Golkar di seluruh Indonesia.

Karena itulah kepada seluruh kader parai Golkar baik yang ada di DPD IImaupun DPD I harus mengikuti
semangat yang digali oleh DPD II Partai Golkar Kota Medan dibawah kepemimpinan HM Syaf Lubis ini.

"Sebab Partai Golkar Kota Medan telah mampu memenangkan Pemilihan KepalaDaerah (PIlkada) Kota
Medan dengan mengantarkan Bapak Rahudman dan BapakDzulmi Eldin sebagai Walikota dan Wakil
Walikota Medan priode20010-2015,"urai Aburizal Bakrie dalam amanat di depan ribuan kader partai Golkar
Kota Medan yang hadir pada apel akbar tersebut.

Karenanya dia meminta kepada seluruh kader partai Golkar baik yang adatingkat I, maupun tingkat II
dituntut untuk memenagkan Pilkada, sekaligusmemangkan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2014
secara nasional, ungkap Ical panggilan populer Aburizal Bakrie tersebut.

Dikatakannya, Partai Golkar didirikan 20 Oktober 1964 bertujuan untukmempertahankan negera Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), karenanya siapa saja yang ingin mencoba mengganggu kedaulatan NKRI, Partai
Golkar siapberada di depan. Partai Golkar bertekat akan mengamankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

Ia menjelaskan, pasang surut telah dilalui Partai Golkar, masa kejawaan dankekalahan pernah dilalui oleh
Partai Golkar, dimana pada tahun 2004 PartaiGolkar pernah mengalami kejayaan, namun pada Pemilu tahun
2009 partai Golkarjuga pernah mengalami kekalahan, semuanya merupakan ujian dan cobaan dari Allah
SWT, mudah-mudahan pada Pemilu tahun 2014 Partai Golkar kembalimeraih kejayaannya, menjadi partai
nomor satu pemenang Pemilu di Indonedia, harap Ical.
"Kader merupakan ujung tombak dalam sebuah partai, karenanya saya banggasekali melihat begitu banyaknya
kader partai Golkar Kota Medan yangmengikuti apel akbar ini, untuk itu saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada Ketua DPD II Partai Golkar Kota Medan HM Syaf Lubis, atas penghormatan dan pengharaan
ini,"ujarnya.

F. Media Yang Digunakan:

1. Website 2. Surat Kabar 3. Iklan Televisi


A. Sejarah:

Murba didirikan pada tanggal 7 November 1948 setelah Tan Malaka keluar dari penjara. Murba adalah
gabungan Partai Rakyat, Partai Rakyat Jelata dan Partai Indonesia Buruh Merdeka.Menurut data Kementrian
Penerangan RI tentang "Kepartaian di Indonesia" seri Pepora No. 8, Jakarta, 1981, istilah Murba mengacu
pada pengertian "golongan rakyat yang terbesar yang tidak mempunyai apa-apa, kecuali otak dan tenaga
sendiri".

Proses fusi terjadi sebenarnya hanya untuk menjamin kemenangan kekuatan Orde Baru. Pada saat itu
penguasa Orde Baru mengaktifkan Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) yang proses
pembentukannya didukung oleh militer. Tap MPRS No.XXII/MPRS/1966 tentang Kepartaian, Keormasan,
dan Kekaryaan disebutkan agar Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-GR)
segera membuat Undang-Undang untuk mengatur kepartaian, keormasan dan kekaryaan yang menuju pada
penyederhanaan. Gagasan agar supaya fusi untuk pertama kali tahun 1970.

Tepatnya 7 Januari tahun 1970. Soeharto memanggil 9 partai politik untuk melakukan konsultasi kolektif
dengan para pimpinan 9 partai politik tersebut. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Soeharto melontarkan
gagasan pengelompokan partai politik dengan maksud untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih
tentram lebih damai bebas dari konflik agar pembangunan ekonomi bisa di jalankan. Partai politik
dikelompokan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama disebut kelompok materiil spirituil yang
menekankan pada aspek materiil dan kedua adalah spirituil materiil yang menekankan pada aspek spiritual.

Kelompok materiil spirituil menjadi Partai Demokrasi Indonesia dan kelompok spirituil materiil itu kemudian
menjadi Partai Persatuan pembangunan. Setelah diskusi-diskusi seperti itu tokoh-tokoh partai coba mulai
bertemu dan mulai mendiskusikan gagasan ini. Pertemuan kemudian berlanjut pada tanggal 27 Februari 1970
Soeharto mengundang lima partai politik yang dikategorikan kelompok pertama yaitu PNI (Partai Nasiona
Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia) dan Murba. Ide pengelompokan yang dilontarkan Soeharto menjadi perhatian masyarakat umum
dan ditengah-tengah proses pengelompokan tersebut berkembang rumor yang sangat kuat isu pembubaran
partai-partai politik jika tidak dicapai kesepakatan untuk mengadakan pengelompokan sampai batas waktu 11
Maret 1971.

Karena partai sangat lamban, mulai muncul gerakan di sejumlah daerah yang paling terkenal adalah di Jawa
Barat. Panglima daerah di Jawa Barat pada waktu adalah Jenderal Darsono melakukan buldoser secara besar-
besar ke partai di Jawa Barat. Muncul gagasan tentang dwi partai..

Namun pemerintah Orde Baru saat itu tetap menginginkan pengelompokan sesuai yang diajukan sebelumnya
hingga akhirnya gagasan yang diusulkan oleh tokoh-tokoh tersebut tidak pernah terwujud.

Tim perumus menghasilkan "Pernyataan Bersama" yang ditanda tangani oleh ketua partai masing-masing,
yakni Hardi (PNI), M Siregar (Parkindo), VB Da Costa (Partai Katolik), achmad sukarmadidjaja (IPKI) dan
Sukarni (Murba).

Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 10 Januari 1973 tepat jam 24.00 dalam pertemuan
Majelis Permusyawaratan Kelompok Pusat (MPKP) yang mengadakan pembicaraan sejak jam 20.30 di
Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, Kelompok Demokrasi dan Pembangunan
melaksanakan fusi 5 Partai Politik menjadi satu wadah Partai yang bernama Partai Demokrasi Indonesia
meskipun pada awal fusi sebenarnya muncul 3 (tiga) kemungkinan nama untuk fusi menjadi :
1. Partai Demokrasi Pancasila

2. Partai Demokrasi Pembangunan

3. Partai Demokrasi Indonesia

Deklarasi ditandatangani oleh wakil kelima partai yaitu MH. Isnaeni dan Abdul Madjid mewakili Partai
Nasional Indonesia, A. Wenas dan Sabam Sirait Mewakili Partai Kristen Indonesia, Beng Mang Rey Say dan
FX. Wignyosumarsono mewakili Partai Katolik, S. Murbantoko R. J. Pakan mewakili Partai Murba dan
Achmad Sukarmadidjaja dan Drs. Mh. Sadri mewakili Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
(IPKI). Dengan dideklarasikannya fusi kelima partai tersebut, maka lahirlah Partai Demokrasi Indonesia.

Setelah deklarasi fusi tersebut, selanjutnya untuk memenuhi poin 3 Deklarasi fusi, dibentuk tim penyusun
Piagam Perjuangan, AD/ART, struktur organisasi dan prosedur yang diperlukan melaksanakan fusi tersebut.

Tim yang dikenal sebagai Tim 10 itu semula diketuai Sunawar Sukowati (PNI) tapi kemudian diganti
Sudjarwo (PNI) karena penugasan Sunawar sebagai duta besar

DPP PDI bersama Tim 10 pada tanggal 8-10 Juni 1973 di Cibogo Bogor berhasil menyelesaikan AD/ART
PDI dan telah disahkan dalam rapat DPP PDI tanggal 26 Juli 1973 serta dikukuhkan dalam rapat MPP PDI di
kediaman hasyim Ning pada tanggal 4 Agustus 1973.

Sementara Piagam dan Program Perjuangan Partai dikukuhkan dalam rapat MPP PDI tanggal 19-20
September 1973.

Untuk memenuhi poin 4 Deklarasi Fusi, kelima partai yakni PNI, Parkindo, Partai Katolik, IPKI, Murba
mengadakan forum internal masing-masing partai. PNI menyelenggarakan Munas tanggal 27-28 Januari 1973
di Jakarta yang memutuskan bahwa masalah fusi dengan partai-partai lain tidak dipersoalkan dan menyetujui
kebijakan DPP PNI dalam menghadapi fusi. Parkindo mengadakan Sidang Dewan Partai VII yang diperluas
pada tanggal 8-10 Juli 1973 di Sukabumi hasilnya menyetujui kebijakan DPP Parkindo berfusi dalam PDI.

Terbentuknya DPP diiringi terbentuknya kepengurusan Cabang (kepengurusan tingkat kabupaten) sebanyak
154 Cabang. Tahun 1974 kepengurusan Cabang bertambah 77 Cabang, tahun 1975 bertambah 20 Cabang,
tahun 1976 bertambah 6 Cabang.

Musyawarah nasional adalah bentuk pertemuan besar PDI yang pertama pasca fusi. Setelah mendapat restu
Presiden Soeharto tanggal 18 Juni 1973 dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengku Buwono IX tanggal 19 Juni
1973, DPP PDI melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas).

Dalam praktik, Munas I ini mengambil nama "Konpernas" (Konsultasi dan Penataran Nasional) di Jakarta
tanggal 20-24 september 1973. Konpernas dihadiri utusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD), MPP, Dewan
Pertimbangan Pusat (Deperpu), Anggota Fraksi PDI di DPR, dan tokoh-tokoh Pemerintah seperti mayjen Ali
Murtopo, Mayjen Subiyono (Wakil Dephankam), JB sumarlin (Wakil Bappenas), Mayjen Sunandar (Wakil
Mendagri), Sulaiman (Wakil Menlu) dan Prof Sunario (Wakil Dewan Harian Angkatan 1945).

Kongres I PDI berlangsung dari tanggal 12 - 13 April 1976. Pelaksanaan Kongres I ini sempat tertunda-tunda
akibat adanya konflik internal. Di dalam Kongres I ini intervensi pemerintah sangat kuat, pemerintah memplot
Sanusi Hardjadinata agar terpilih. Dan hasilnya Sanusi Hardjadinata terpilih secara aklamasi sebagai Ketua
Umum DPP PDI.
Susunan DPP hasil Kongres I yang susunan personalianya sudah disempurnakan atas kesepakatan antara Mh
Isnaeni dan Sunawar. Kepengurusan tersebut karena adanya konflik diantara pengurus DPP, maka pada
tanggal 16 Januari 1978, susunan DPP PDI hasil penyelesaian politik bersama Bakin.Kongres II dilaksanakan
pada tahun 1981 di Jakarta, meskipun ada penolakan dari "Kelompok Empat" (Usep, Abdul Madjid,
Walandauw dan Zakaria Ra'ib) yang mengajukan keberatan atas penyelenggaraan Kongres II kepada
pemerintah.

Namun Kongres II PDI tetap berlangsung pada tanggal 13-17 Januari 1981 mengambil tema : "Dengan
Menggalang Persatuan dan Kesatuan Dalam Rangka Memantapkan Fusi, Meningkatkan Peranan dan
Partisipasi PDI Untuk Mensukseskan Pembangunan".Di dalam Kongres II ini campur tangan pemerintah
semakin kuat.

Pasca Kongres II PDI konflik internal masih terjadi yaitu perselisihan antara Hardjanto dengan Sunawar.
Kelompok hardjanto mendesak diselenggarakannya Kongres Luar Biasa sedangkan Kubu Sunawar hanya
menghendaki Munas. Kubu Sunawar menginginkan Kongres III PDI diselenggarakan setelah pemilu 1987,
sementara kubu Hardjanto menginginkan sebelum Pemilu.

Akhirnya Kongres III PDI diselenggarakan sebelum Pemilu yaitu pada tanggal 15-18 April 1986 di Wisma
haji Pondok Gede, Jakarta. Kongres III dapat diselenggarakan karena Sunawar Soekawati meninggal dunia.
Di dalam Kongres ini semaki menegaskan kuatnya ketergantungan PDI pada Pemerintah.

Kongres IV PDI diselenggarakan tanggal 21-25 Juli 1993 di Aula Hotel Tiara, Medan, Sumatera Utara dengan
peserta sekitar 800 orang.

Dalam Kongres tersebut muncul beberapa nama calon Ketua Umum yang akan bersaing dengan Soerjadi,
yakni Aberson Marle Sihaloho, Budi Hardjono, Soetardjo Soerjogoeritno dan Tarto Sudiro, kemudian muncul
nama Ismunandar yang merupakan Wakil Ketua DPD DKI Jakarta. Budi Hardjono saat itu disebut-sebut
sebagai kandidat kuat yang didukung Pemerintah.

Tarto Sudiro maju sebagai calon Ketua Umum didukung penuh oleh Megawati Soekarnoputri. Saat itu posisi
Megawati belum bisa tampil mengingat situasi dan kondisi politik masih belum memungkinkan.

Kongres IV PDI di Medan dibuka oleh Presiden Soeharto dan acara tersebut berjalan lancar. Namun beberapa
jam kemudian acara Kongres menjadi ricuh karena datang para demonstran yang dipimpin oleh Jacob Nuwa
Wea mencoba menerobos masuk ke arena sidang Kongres namun dihadang satuan Brimob. Acara tetap
berlangsung sampai terpilihnya kembali Soerjadi secara aklamasi sebagai Ketua Umum, namun belum sampai
penyusunan kepengurusan suasana Kongres kembali ricuh karena aksi demonstrasi yng dipimpin oleh Jacob
Nuwa Wea berhasil menerobos masuk ke arena Kongres.

Kondisi demikian membuat pemerintah mengambil alih melalui mendagri Yogie S Memed
mengusulkan membentuk caretaker. Dalam rapat formatur yang dipimpin Latief Pudjosakti Ketua DPD PDI
jatim pada tanggal 25-27 Agustus 1993 akhirnya diputuskan susunan resmi caretaker DPP PDI .

Setelah gagalnya Kongres IV PDI yang berlangsung di Medan, muncul nama Megawati Soekarnoputri yang
diusung oleh warga PDI untuk tampil menjadi Ketua Umum.

Megawati Soekarnoputri dianggap mampu menjadi tokoh pemersatu PDI.


Dukungan tersebut muncul dari DPC berbagai daerah yang datang kekediamannya pada tanggal 11 September
1993 sebanyak lebih dari 100 orang yang berasal dari 70 DPC. Mereka meminta Megawati tampil menjadi
kandidat Ketua Umum DPP PDI melalui Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar pada tanggal 2-6 Desember
1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.

Untuk menyelesaikan konflik PDI, beberapa hari setelah KLB, Mendagri bertemu Megawati, DPD-DPD dan
juga caretaker untuk menyelenggarakan Munas dalam rangka membentuk formatur dan menyusun
kepengurusan DPP PDI. Akhirnya Musyawarah Nasional (Munas) dilaksanakan tanggal 22-23 Desember
1993 di Jakarta dan secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI.

Dalam Munas ini dihasilkan kepengurusan DPP PDI periode 1993-1998. Berakhirnya Munas ternyata tidak
mengakhiri konflik internal PDI.

Kelompok Yusuf Merukh membentuk DPP PDI Reshuffle walau tidak diakui oleh Pemerintah namun
kegiatannya tidak pernah dilarang. Disamping itu kelompok Soerjadi sangat gencar melakukan penggalangan
ke daerah-daerah dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan menggelar Kongres.

Dari 28 pengurus DPP PDI, 16 orang anggota DPP PDI berhasil dirangkulnya untuk menggelar Kongres.

Ketua Umum DPP PDI, Megawati Soekarnoputri menolak tegas diselenggarakannya "Kongres",
kemudian pada tanggal 5 Juni 1996, empat orang deklaratir fusi PDI yakni Mh Isnaeni, Sabam Sirait, Abdul
Madjid dan Beng Mang Reng Say mengadakan jumpa pres menolak Kongres.Kelompok Fatimah Achmad
yang didukung oleh Pemerintah tetap menyelenggarakan Kongres pada tanggal 2-23 Juni 1996 di Asrama
Haji Medan dengan didukung penjagaan yang sangat ketat dari aparat keamanan lengkap dengan panser.

Warga PDI yang tetap setia mendukung Megawati demonstrasi secara besar-besaran pada tanggal 20 Juni
1996 memprotes Kongres rekayasa yang diselenggarakan oleh kelompok Fatimah Achmad, demontrasi itu
berakhir bentrok dengan aparat dan saat ini dikenal dengan "Peristiwa Gambir Berdarah".

Tanggal 25 Juli 1996 Presiden Soeharto menerima 11 pengurus DPP PDI hasil Kongres Medan yang dipimpin
oleh Soerjadi selaku Ketua Umum dan Buttu Hutapea selaku Sekretaris Jenderal. Hal ini semakin membuat
posisi Megawati dan para pengikutnya semakin terpojok.

Pasca peristiwa 27 Juli, Megawati beserta jajaran pengurusnya masih tetap eksis walaupun dengan
berpindah-pindah kantor dan aktivitas yang dilakukan dibawah pantauan Pemerintah.

Pada Pemilu 1997 Megawati melalui Pesan Hariannya menyatakan bahwa PDI dibawah pimpinannya tidak
ikut kampanye atas nama PDI. Pemilu 1997 diikuti oleh PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan hasil
Pemilu menunjukan kuatnya dukungan warga PDI kepada Megawati karena hasil Pemilu PDI merosot tajam
dan hanya berhasil meraih 11 kursi DPR.

Tahun 1998 membawa angin segar bagi PDI dibawah kepemimpinan Megawati.Di tengah besarnya keinginan
masyarakat untuk melakukan reformasi politik, PDI dibawah kepemimpinan Megawati kian berkibar. Pasca
Lengsernya Soeharto, dukungan terhadap PDI dibawah kepemimpinan Megawati semakin kuat, sorotan
kepada PDI bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.Pada tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI
dibawah kepemimpinan Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang berlangsung di Denpasar Bali.

Kongres ini berlangsung secara demokratis dan dihadiri oleh para duta besar negara sahabat. Kongres ini
disebut dengan "Kongres Rakyat". Karena selama kegiatan Kongres berlangsung dari mulai acara pembukaan
yang diselenggarakan di lapangan Kapten Japa, Denpasar sampai acara penutupan Kongres, jalan-jalan selalu
ramai dipadati warga masyarakat yang antusias mengikuti jalannya Kongres tersebut.
Di dalam Kongres V PDI, Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP PDI periode
1998-2003 secara aklamasi.

Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat
menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak
153 orang. Dalam perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH
Abdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia.

Untuk pertama kalinya setelah berganti nama dari PDI menjadi PDI Perjuangan, pengurus DPP PDI
Perjuangan memutuskan melaksanakan Kongres I PDI Perjuangan meskipun masa bakti kepengurusan DPP
sebelumnya baru selesai tahun 2003.

Di dalam sidang paripurna pertama, sidang sempat ricuh saat pembahasan tata tertib yang diikuti beberapa
peserta walk out dari arena sidang.

Namun sidang paripurna tetap berlangsung setelah Ir. Sutjipto selaku pimpinan sidang mengajukan penawaran
kepada peserta yang menolak Pasal 7 tata tertib untuk berdiri dan yang menyetujui tetap duduk, ternyata dari
1822 peserta hanya beberapa orang yang berdiri dan sidang dilanjutkan kembali.

Kongres II PDI Perjuangan akhirnya berakhir pada tanggal 31 Maret 2005 setelah Megawati dikukuhkan
sebagai Ketua Umum terpilih karena seluruh peserta dalam pemandangan umumnya mengusulkan Megawati
menjadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2005-2010.

B. Visi, Dan Misi:

1. Visi PDI Perjuangan

Visi Partai adalah keadaan pada masa depan yang diidamkan oleh Partai, dan oleh karena itu menjadi arah
bagi perjuangan Partai.

Berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai PDI Perjuangan adalah :

1. Terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam


Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Terwujudnya masyarakat Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis adil
dan makmur

2 .Misi PDI Perjuangan

Misi Partai adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus menjadi dasar pemikiran atas
keberlangsungan eksistensi Partai, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7,8 dan 9 Anggaran Dasar Partai,
yaitu :

1. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan politik Partai.
2. Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik penyelenggaraan Negara.
3. Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan Rakyat guna membangun masyarakat
Pancasila.
4. Menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi Rakyat dalam merumuskan dan menetapkan
kebijakan Negara.
5. Memperjuangkan kepentingan Rakyat dibidang ekonomi, social dan budaya secara demokratis.
6. Berjuang mendapatkan kekuatan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang
melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.
7. Membentuk dan membangun karakter bangsa.
8. Mendidik dan mencerdaskan Rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya
sebagai warga Negara.
9. Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga Negara.
10. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia
11. Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
12. Mempersiapkan kader Partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan public melalui mekanisme
demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan jender dan
13. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan Negara, agar terwujud pemerintahan yang
bersih dan berwibawa.

C. Susunan Pengurus:

1. Ketua Umum: Megawati Soekarnoputri


2. Ketua Dewan Pimpinan Pusat:
A. Bidang Kehormatan Partai: Sidharto Danusubroto
B. Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga Negara: Puan Maharani
C. Bidang Keanggotan Kaderisasi dan Rekrutmen: Idham Samawi
D. Bidang Organisasi: Djarot Syaiful Hidayat
E. Bidang Bidang Informasi dan Komunikasi: Rano Karno
F. Bidang Sumber Daya dan Dana: Effendi Simbolon
G. Bidang Pertanian Perikanan dan Kelautan: Mindo Sianipar
H. Bidang Kesehatan dan Tenaga Kerja: Ribka Tjiptaning
I. Bidang Pendidikan Keagamaan, dan Kebudayaan: Hamka Haq
J. Bidang Industri Perdagangan: Nusyirwan Sujono
K. Bidang Perempuan dan Anak: Wiryanti Sukamdani
L. Bidang Pemuda dan Olahraga: Maruarar Sirait
M. Bidang Infrastruktur dan Perumahan: I Made Urip
N. Bidang Energi dan Pertambangan dan Lingkungan Hidup: Bambang Mulyanto
O. Bidang Kehutanan dan Perkebunan: Muhammad Prakosa
P. Bidang Keuangan dan Perbankan: Emir Moeis
Q. Bidang Hukum HAM dan Perundang-undangan: Trimedya Panjaitan
R. Bidang Pertahanan dan Keamanan dan Hubungan Internasional: Andreas Pareira
S. Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah: Komaruddin Watubun
3. Sekretaris Jenderal: Tjahjo Kumolo
A. Wakil Bidang Internal: Eriko Sotarduga
B. Wakil Bidang Program: Ahmad Basarah
C. Wakil Bidang Kesekretariatan: Hasto Kristianto
4. Bendahara:
A. Umum: Olly Dondokambey
B. Wakil Bidang internal: Rudianto Tjen
C. Wakil Bidang Program: Juliari Pieter Batubara
D. Calon Legislatif:

DKI Jakarta I:

1. Dra. SB. Wiryanti Sukamdani. CHA 4. Abadi Parulian Hutagalung. SH

2. R. Adang Ruchiatna Puradiredja 5. Ni Gusti Ayu Eka Sukmadewi. SH

3. H. Fadjar Panjaitan 6. Ir. H. Rasyidi, HY, MM, CPA, MA

DKI Jakarta II:

1. Ir. Eriko Sotarduga. BPS 5. Syahriz Ferdian Aziz, BSc, MBA

2. Amendi Nasution 6. Dr. Dra. Gene Waani. SH. M.Si

3. Masinton Pasaribu. SH 7. Setiana Widjaja

4. Herman Tji'din

DKI Jakarta III:

1. Drs. Effendi Ms. Simbolon 5. Srimastuti

2. Darmadi Durianto 6. Ir. Hm. Nurcahyo Riswanto

3. S.F. Agustiani Tio Fridelina Sitorus 7. Charles Honoris

4. Richard Sam Bera 8. Risa Bhinekawati. SE. MBA. MIPP

E. Kinerja Partai:

1. Megawati Soekarnoputri mengajak seluruh seluruh eleman bangsa untuk terus bisa menanamkan dan
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa. Empat pilar itu adalah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia/NKRI. Pasalnya, jika salah satunya runtuh maka semua pondasi
bangsa ini akan runtuh. Hal ini disampaikan beliau saat menghadiri peluncurkan buku Ketua MPR, Taufik
Kiemas, yang berjudul 'Empat Pilar untuk Satu Indonesia : Visi Kebangsaan dan Pluralisme Taufik Kiemas',
di gedung MPR, Senayan, Jakarta, Rabu (22/2).

Presiden RI kelima itu menegaskan ia berbicara Empat Pilar Bangsa bukan lantaran dirinya anak Soekarno.
"Mungkin kalangan generasi muda bertanya kenapa Mega katakan seperti itu? Bahkan dulu saya ditembak
langsung, dikatakan tentu saja Mega kan anak biologis Bung Karno. Tapi, bukan dalam konteks seperti itu,"
kata beliau menjelaskan.

Megawati mengatakan, empat pilar itu merupakan harga mati dan harus ditancapkan dari sekarang ini.
"Bagaimana pun Empat Pilar Bangsa harus menjadi harga mati," ujar beliau.

Sementara itu, Ketua MPR RI, Taufiq Kiemas, mengatakan hasil survei MPR beberapa waktu lalu,
menunjukan mayoritas rakyat mengakui dan mendukung sosialisasi dan pelaksanaan Empat Pilar Bangsa.

“Hasil survei mengatakan, 96 persen menyetujui pemahanam bangsa Indonesia, sebanyak 97 persen
menyatakan keyakinan Pancasila sebagai harga mati, dan 95 persen mengakui Bhinekka Tunggal Ika, dan
sebanyak 91 persen mengikuti empat pilar dengan sukarela," ujar beliau.
“Adalah kehendak sejarah apabila Indonesia lahir dari keberagaman. Kebhinekaan adalah kekayaan negara
yang harus diterima dengan baik, beraneka ragam tapi masih satu dalam Indonesia," sambung politisi senior
PDI Perjuangan tersebut.

2. Ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dengan sumringah
memasuki Rumah Sakit Tanpa Kelas (RSTK) Mega Gotong Royong di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Blok
Petoran Desa Gebang Mekar Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon Jawa Barat Rabu (20/2).

Didampingi Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat dari PDIP, Rieke Diah Pitaloka dan
Teten Masduki, tak hanya Megawati yang sumringah hari itu. Tokoh masyarakat Gebang Mekar yang juga
mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Dr Rokhmin Dahuri turut berbahagia.

Yang tak kalah berbahagianya adalah Dr Ribka Tjiptaning, ketua Komisi IX DPR RI yang menggagas
berdirinya rumah sakit tersebut. Atas kegigihannya, konsep RSTK (Pratama) diterima partai.

Ini sejalan dengan Kongres III PDIP cita-cita yang melekat dalam sejarah partai adalah mengutamakan
perjuangan yang mengangkat harkat dan martabat wong cilik demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Ide dasar pendirian RSTK Mega Gotong Royong adalah hasil kunjungan Komisi IX DPR RI ke beberapa
negara yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada tahun 2009. Dari hasil kunjungan tersebut, ketua
Komisi IX DPR RI Dr Ribka Tjiptaning menggagas berdirinya Rumah Sakit Tanpa Kelas (Pratama).

Secara konsepsi, Dr Ribka menjelaskan, Rumah Sakit Tanpa Kelas (Pratama) adalah rumah sakit yang
didirikan baik pemerintah maupun swasta yang pelayanannya hanya ada kelas tiga. ''Tidak terdapat kelas di
atasnya, termasuk VIP,'' jelasnya.

Selain meresmikan beroperasinya Rumah Sakit Tanpa Kelas Mega Gotong Royong, Megawati juga melantik
Relawan Kampung Donor Darah dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Mega Gotong Royong di desa
Nelayan Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.

Sebagai penanggung jawab sekaligus tuan rumah, Prof Rokhmin mampu mengombinasikan acara kampanye
Pemilukada Gubernur Jabar dengan kegiatan produktif dan bermanfaat langsung bagi rakyat, yakni peresmian
RSTK (Rumah Sakit Pratama) Mega Gotomg Royong dengan pelantikan Relawan Kampung Donor Darah
dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Mega Gotong Royong.

Pertimbangannya, sebagai teknokrat dan akademis yang baru bergabung dengan PDI-P lima bulan lalu,
Rokhmin mengemas acara tersebut berdasarkan pada pemahamannya tentang ideologi PDI Perjuangan, baik
dari berbagai pidato dan arahan Megawati Soekarnoputri maupun berbagai literatur yang terkait dengan PDI
Perjuangan dan Bung Karno.

Tujuan utama dan akhir dari PDI Perjuangan adalah mewujudkan Indonesia sebagai bangsa besar yang maju,
adil-makmur dan berdaulat. Sebagai sasaran antara dari cita-cita luhur tersebut, paling lambat tahun 2025
Indonesia harus mampu mewujudkan TRISAKTI yang dicanangkan Dr (HC) Ir Soekarno, Presiden RI
Pertama: berdikari di bidang ekonomi, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Rokhmin menyebutkan, RS Tanpa Kelas (Pratama) Mega Gotong Royong adalah wujud kepedulian dan
konsistensi PDI Perjuangan yang meyakini kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia. ''Kesehatan
adalah salah satu variable utama yang menentukan kesehatan, kecerdasan, produktivitas, dan daya saing
bangsa,'' ujarnya.
Di sisi lain, kata Guru Besar IPB ini, fakta empiris menunjukkan secara kasat mata masih begitu banyak
rakyat Indonesia yang tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dari pemerintah.

''Oleh sebab itu, PDI Perjuangan menjadi Parpol pertama yang membangun RS Tanpa Kelas, yaitu rumah
sakit yang didedikasikan untuk masyarakat ekonomi lemah yang selama ini tidak bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan dari rumah sakit konvensional,'' ujarnya menambahkan.

F. Media yang Digunakan :

1. Surat Kabar 2. Website 3. Jejaring Sosial

Anda mungkin juga menyukai