Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)

Disusun Oleh :

Choirul Achmad 1914314901038


Moh. Nur Hasan 1914314901041
Reno Kalidupa 1914314901049
Sri Windiyani 1914314901045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MAHARANI MALANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal : Desember 2020

Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(..................................................) (..............................................)
Mengetahui,

Kepala Ruang

(..............................................)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
Pokok bahasan : SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari / tanggal : , November 2020
Tempat :
Pukul : 10.00 – 11.00 WIB
Penyuluh : Choirul Achmad 1914314901038
Moh. Nur Hasan 1914314901041
Reno Kalidupa 1914314901049
Sri Windiyani 1914314901045

A. LATAR BELAKANG
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh.
Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun, sehingga
mengakibatan kerusakan jaringan. Jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat
umum dan merupakan bahan utama pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang
jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan
tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa
nyeri dan lelah berkepanjangan merupakan salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena
itu, pengidap SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas, meski hanya mengalami
gejala ringan

B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, sasaran mampu memahami dan
mengerti tentang SLE
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan peserta penyuluhan
mampu memahami dan mengerti tentang SLE
C. METODE
Diskusi, Ceramah
D. MEDIA
PPT, LCD
E. JOB DESCRIPTION
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam
diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi
jalannya penyuluhan.
F. MATERI
Terlampir

G. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1 2 menit Pembukaan : 1.Menjawab salam


1.Membuka kegiatan dengan 2.Mendengarkan
salam 3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan diri 4.memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4.Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5.Menjelaskan kontrak waktu
6.Menjelaskan aturan dalam
Penyuluhan

2 10 menit Isi : 1.Mendengarkan


1. Definisi SLE 2. Memperhatikan
2. Klasifikasi SLE
3. Gejala-gejalaSLE
4. Cara menghindari Tumor
Wilms

3 5 menit Evaluasi : 1.Bertanya 2.


1.Memberikan kesempatan pada Menjawab
peserta untuk bertanya
2.Menjawan pertanyaan peserta
3.Memberi kesempatan peserta
untuk menanggapi jawaban
4 3 menit Penutup : 1.Mendengarkan
1.Menanyakan kembali pada 2.Menjawab salam
peserta tentang materi yang
disampaikan
2.Menyimpulkan materi
3.Memberi salam
H. KRITERIA EVALUASI
a.Evaluasi Proses
1.Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2.Tidak ada anggota keluarga yang meninggalkan acara atau tempat penyuluhan
3.Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
b. Evaluasi Hasil
Keluarga mampu memahami tentang Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

\
LAMPIRAN MATERI
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Pengertian Penyakit Lupus

Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi
tubuh dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap lupus, sistem
imun justru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi yang disebabkan
oleh lupus bisa menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain:

 Sel darah.
 Paru-paru.

Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru
gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah
penanganan yang kurang tepat. Penyakit ini dibedakan dalam beberapa jenis, salah
satunya lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).

Setidaknya ada sepertiga pengidap jenis lupus ini yang juga memiliki kondisi autoimun
lainnya, seperti penyakit tiroid atau sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada
munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan. Di samping itu,
proses pengobatannya juga bisa membuat pengidapnya rentan terhadap infeksi serius.

Faktor Risiko Penyakit Lupus

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan terjadi lupus, antara lain:

 Usia, lupus memang bisa menyerang segala usia, tetapi usia 15 sampai 40 tahun
merupakan usia yang paling sering didiagnosis penyakit ini.
 Jenis kelamin, lupus lebih sering menyerang wanita daripada pria.
 Ras, lupus lebih sering terjadi pada ras Asia, Afrika, dan Hispanik.

Sementara itu, faktor risiko SLE bisa meliputi faktor genetik, masalah hormonal, dan
lingkungan (infeksi virus dan bakteri, stres, paparan sinar UV, hingga merokok).

Penyebab Penyakit Lupus

Berikut beberapa penyebab dan jenis penyakit lupus:


1. SLE

Jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat umum dan merupakan bahan utama
pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja
dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.

Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan
tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa
nyeri dan lelah berkepanjangan merupakan salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena
itu, pengidap SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas, meski hanya mengalami
gejala ringan.

2. Lupus Eritematosus Diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE).

DLE pada dasarnya hanya menyerang kulit. Namun, dampak yang ditimbulkan oleh
lupus jenis ini mampu menyerang jaringan dan organ tubuh lainnya. DLE umumnya
bisa dikendalikan dengan menghindari paparan langsung sinar matahari dan obat-
obatan. Berikut beberapa gejala DLE:

 Rambut rontok.
 Pitak permanen.
 Ruam merah dan bulat, seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan
menjadi bekas luka.

3. Lupus Akibat Obat

Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Kira-kira ada lebih dari 100 jenis
obat yang bisa menimbulkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus pada orang-
orang tertentu.

Gejala lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti mengonsumsi obat
tersebut, sehingga tidak perlu menjalani pengobatan khusus. Namun, jangan lupa untuk
selalu berbicara dengan dokter sebelum memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat
dengan resep dokter.

Gejala Penyakit Lupus

Meski gejala SLE bervariasi, tetapi ada tiga gejala utama yang umumnya selalu muncul,
yaitu:

1. Rasa Lelah yang Ekstrem


Melakukan rutinitas sehari-hari yang sederhana, misalnya tugas rumah tangga atau
rutinitas kantor, dapat membuat penderita SLE merasa sangat lelah. Rasa lelah yang
ekstrem ini mungkin saja tetap dialami pengidapnya meski sudah mendapatkan istirahat
yang cukup.

2. Ruam pada Kulit

Ruam yang menyebar pada batang hidung dan pipi merupakan ciri khas dari SLE.
Gejala ini dikenal dengan istilah ruam kupu-kupu (butterfly rash) karena bentuknya
yang mirip sayap kupu-kupu.

Selain hidung dan pipi, tangan dan pergelangan tangan merupakan bagian tubuh lain
yang mungkin mengalami ruam. Ruam pada kulit akibat SLE dapat membekas secara
permanen dan bertambah parah jika terpapar sinar matahari akibat reaksi
fotosensitivitas.

3. Nyeri pada Persendian

Gejala utama lain dari SLE adalah rasa nyeri. Pada sebagian besar kasusnya, gejala ini
muncul pada persendian tangan dan kaki. Rasa nyeri juga mungkin dapat berpindah
dengan cepat dari sendi satu ke sendi lain. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak
akan menyebabkan kerusakan atau cacat permanen pada persendian.

Ada beragam gejala lain yang dapat muncul selain yang gejala di atas. Berikut beberapa
gejala SLE lain yang mungkin dialami pengidapnya:

 Sariawan yang terus muncul.


 Demam tinggi (38 derajat Celsius atau lebih).
 Tekanan darah tinggi.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Rambut rontok.
 Mata kering.
 Sakit dada.
 Hilang ingatan.
 Napas pendek akibat inflamasi paru-paru, dampak ke jantung, atau anemia.
 Tubuh menyimpan cairan berlebihan, sehingga terjadi gejala seperti
pembengkakan pada pergelangan kaki
 Jari-jari tangan dan kaki yang memutih atau membiru jika terpapar hawa dingin
atau karena stres (fenomena Raynaud). 

.
 

Komplikasi Penyakit Lupus

SLE yang tidak terkontrol atau serius bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam
nyawa. Misalnya, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, stroke (jika lupus
menyerang otak), hingga kematian jaringan tulang.

Pengobatan Penyakit Lupus

SLE tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala
serta mencegah kerusakan organ pada pengidap SLE. Bahkan, beberapa dekade lalu
penyakit ini dipandang sebagai penyakit terminal (tdak memiliki harapan sembuh) yang
bisa berujung pada kematian.

Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang meninggal dunia
akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE.
Namun, kini obat-obatan untuk SLE terus berkembang, sehingga dapat membantu
hampir semua pengidapnya bisa hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal.
Selain itu, bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan
penting dalam membantu para pengidap SLE dalam menghadapi penyakit ini.

Pencegahan Penyakit Lupus

Ada berbagai hal yang bisa anda lakukan untuk mencegah diri dari serangan penyakit
lupus, di antaranya:

 Hindari stres dan terapkan pola hidup sehat.


 Kurangi kontak langsung yang berlebihan dengan sinar matahari terutama pada
siang hari.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Lakukan diet nutrisi.
Daftar Pustaka

Dita Garnita, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007),
FKM UI, 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Hasil Riskesdas 2018 WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Herlena, E., Widyaningsih. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita
Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parkesit
Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1, 58-74.

Mohan D., Raj D., Shanthiram CS. 2005. Awareness and knowledge of diabetes in
Cheruiai-The Chennai urban rural epidemiology study. European Journal of Research in
Medical Sciences Vo;.3 No.1. ISSN2056-600X. www.idpublication.org

Pratama, Permadi Aziz dan , Fahrun Nur Rosid, S.Kep., Ns., M.Kes. (2016) Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tentang Pengelolaan
Diet Diabetes Mellitus Di Puskesmas Boyolali I. Skripsi skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endoktrin. Trans Info
Media. Jakarta.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-sedunia-
2018.pdf. diakses 3 september 2019

Anda mungkin juga menyukai