Disusun Oleh :
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Oleh :
(..................................................) (..............................................)
Mengetahui,
Kepala Ruang
(..............................................)
A. LATAR BELAKANG
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh.
Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun, sehingga
mengakibatan kerusakan jaringan. Jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat
umum dan merupakan bahan utama pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang
jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan
tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa
nyeri dan lelah berkepanjangan merupakan salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena
itu, pengidap SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas, meski hanya mengalami
gejala ringan
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, sasaran mampu memahami dan
mengerti tentang SLE
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan peserta penyuluhan
mampu memahami dan mengerti tentang SLE
C. METODE
Diskusi, Ceramah
D. MEDIA
PPT, LCD
E. JOB DESCRIPTION
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam
diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi
jalannya penyuluhan.
F. MATERI
Terlampir
G. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
\
LAMPIRAN MATERI
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi
tubuh dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap lupus, sistem
imun justru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi yang disebabkan
oleh lupus bisa menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain:
Sel darah.
Paru-paru.
Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru
gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah
penanganan yang kurang tepat. Penyakit ini dibedakan dalam beberapa jenis, salah
satunya lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).
Setidaknya ada sepertiga pengidap jenis lupus ini yang juga memiliki kondisi autoimun
lainnya, seperti penyakit tiroid atau sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada
munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan. Di samping itu,
proses pengobatannya juga bisa membuat pengidapnya rentan terhadap infeksi serius.
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan terjadi lupus, antara lain:
Usia, lupus memang bisa menyerang segala usia, tetapi usia 15 sampai 40 tahun
merupakan usia yang paling sering didiagnosis penyakit ini.
Jenis kelamin, lupus lebih sering menyerang wanita daripada pria.
Ras, lupus lebih sering terjadi pada ras Asia, Afrika, dan Hispanik.
Sementara itu, faktor risiko SLE bisa meliputi faktor genetik, masalah hormonal, dan
lingkungan (infeksi virus dan bakteri, stres, paparan sinar UV, hingga merokok).
Jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat umum dan merupakan bahan utama
pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja
dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan
tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa
nyeri dan lelah berkepanjangan merupakan salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena
itu, pengidap SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas, meski hanya mengalami
gejala ringan.
DLE pada dasarnya hanya menyerang kulit. Namun, dampak yang ditimbulkan oleh
lupus jenis ini mampu menyerang jaringan dan organ tubuh lainnya. DLE umumnya
bisa dikendalikan dengan menghindari paparan langsung sinar matahari dan obat-
obatan. Berikut beberapa gejala DLE:
Rambut rontok.
Pitak permanen.
Ruam merah dan bulat, seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan
menjadi bekas luka.
Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Kira-kira ada lebih dari 100 jenis
obat yang bisa menimbulkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus pada orang-
orang tertentu.
Gejala lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti mengonsumsi obat
tersebut, sehingga tidak perlu menjalani pengobatan khusus. Namun, jangan lupa untuk
selalu berbicara dengan dokter sebelum memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat
dengan resep dokter.
Meski gejala SLE bervariasi, tetapi ada tiga gejala utama yang umumnya selalu muncul,
yaitu:
Ruam yang menyebar pada batang hidung dan pipi merupakan ciri khas dari SLE.
Gejala ini dikenal dengan istilah ruam kupu-kupu (butterfly rash) karena bentuknya
yang mirip sayap kupu-kupu.
Selain hidung dan pipi, tangan dan pergelangan tangan merupakan bagian tubuh lain
yang mungkin mengalami ruam. Ruam pada kulit akibat SLE dapat membekas secara
permanen dan bertambah parah jika terpapar sinar matahari akibat reaksi
fotosensitivitas.
Gejala utama lain dari SLE adalah rasa nyeri. Pada sebagian besar kasusnya, gejala ini
muncul pada persendian tangan dan kaki. Rasa nyeri juga mungkin dapat berpindah
dengan cepat dari sendi satu ke sendi lain. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak
akan menyebabkan kerusakan atau cacat permanen pada persendian.
Ada beragam gejala lain yang dapat muncul selain yang gejala di atas. Berikut beberapa
gejala SLE lain yang mungkin dialami pengidapnya:
.
SLE yang tidak terkontrol atau serius bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam
nyawa. Misalnya, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, stroke (jika lupus
menyerang otak), hingga kematian jaringan tulang.
SLE tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala
serta mencegah kerusakan organ pada pengidap SLE. Bahkan, beberapa dekade lalu
penyakit ini dipandang sebagai penyakit terminal (tdak memiliki harapan sembuh) yang
bisa berujung pada kematian.
Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang meninggal dunia
akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE.
Namun, kini obat-obatan untuk SLE terus berkembang, sehingga dapat membantu
hampir semua pengidapnya bisa hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal.
Selain itu, bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan
penting dalam membantu para pengidap SLE dalam menghadapi penyakit ini.
Ada berbagai hal yang bisa anda lakukan untuk mencegah diri dari serangan penyakit
lupus, di antaranya:
Dita Garnita, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007),
FKM UI, 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Hasil Riskesdas 2018 WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016
Herlena, E., Widyaningsih. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita
Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parkesit
Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1, 58-74.
Mohan D., Raj D., Shanthiram CS. 2005. Awareness and knowledge of diabetes in
Cheruiai-The Chennai urban rural epidemiology study. European Journal of Research in
Medical Sciences Vo;.3 No.1. ISSN2056-600X. www.idpublication.org
Pratama, Permadi Aziz dan , Fahrun Nur Rosid, S.Kep., Ns., M.Kes. (2016) Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tentang Pengelolaan
Diet Diabetes Mellitus Di Puskesmas Boyolali I. Skripsi skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endoktrin. Trans Info
Media. Jakarta.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-sedunia-
2018.pdf. diakses 3 september 2019