Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu wata'ala, sepenuh langit dan

bumi serta sepenuh sesuatu yang Dihendaki-Nya setelah itu. Shalawat dan berkah

kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan juga keluarganya.

Alhamdulillah atas Izin dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul "Murabahah dan Penerapannya di Perbankan Syariah".

Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Kami ucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi untuk mendukung dan

membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Maka dari itu,

kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk

penyempurnaan makalah ini.

Lempung, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. I
KATA PENGANTAR.............................................................................. II
DAFTAR ISI............................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Masalah............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Murobahah...................................................................... 3
B. Landasan Hukum Murobahah...................................................... 6
C. Rukun dan Syarat Murobahah...................................................... 7
D. Teknis Penerapan murobahah di perbankan syariah................... 7
E. Mekanisme Murobahah................................................................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belakangan ini banyak kita lihat bank-bank syariah yang bermunculan,

baik itu bank syariah itu sendiri, bank hasil konversi yang sebelumnya

menggunakan sistem bunga ataupun cabang daripada bank yang menggunakan

dual system tersebut. (Mardani. 2012:34) Agar tidak khawatir apakah bank

yang kita pilih benar-benar menggunakan sistem syariah (pembiayaan)

hendaknya kita perlu mengetahui apa saja yang termasuk dalam pembiayaan

tersebut, definisi dan praktiknya, seperti halnya murabahah. Murabahah

merupakan salah satu jual beli yang sering digunakan dalam dunia perbankan

Islam, untuk lebih mengetahui lebih rinci tentang murabahah maka di sini

kami memaparkan beberapa penjelasan mengenai murabahah.

B. Pembatasan Masalah

1. Definisi murabahah.

2. Landasan hukum murabahah.

3. Rukun dan syarat murabahah.

4. Teknis penerapan murabahah di perbankan syariah.

5. Mekanisme akad murabahah

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi murabahah.

2. Mengetahui landasan hukum murabahah.

3. Mengetahui rukun dan syarat murabahah.

4. Mengetahui teknis penerapan murabahah di perbankan syariah.

5. Mengetahui akad murabahah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Murabahah

Murabahah atau disebut juga ba' bitsmanil ajil. Kata murabahah berasal

dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga murabahah berarti saling

menguntungkan. Secara sederhana murabahah berarti jual beli barang

ditambah keuntungan yang disepakati.( Nurul Huda dan Mohamad Heykal.

2010:29 )

Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan saling

menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang

membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga

pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan

keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan

secara tunai atau angsur.

Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian

dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian

terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang

transparan. Atau singkatnya jual beli murabahah adalah akad jual beli barang

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati

oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural

3
certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate

profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).

Secara istilah para ahli telah mendefinisikan pengertian dari

murabahah, di antaranya sebagai berikut.

1. Menurut Adiwarman A. Karim, murabahah (al- ba’ bi tsaman ajil) lebih

dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah yang berasal dari kata ribhu

(keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah

keuntungan yang diperoleh. Bank bertindak sebagai penjual, sementara

nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok

ditambah keuntungan (margin).

2. Sunarto Zulkifli, Bai' al-murabahah adalah prinsip bai' (jual beli) dimana

harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan

(ribhun) yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan

pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tangguh

atau cicilan.

3. Karnain Perwataatmadja, murabahah berarti barang dengan pembayaran

ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Pembiayaan murabahah

adalah pembiayaan yang memberikan kepada nasabah dalam rangka

pemenuhan kebutuhan produksi. Pembiayaan mirip dengan kredit modal

kerja yang bisa diberikan oleh bank-bank konvensional, dan karena

pembiayaan murabahah berjangka waktu dibawah 1 tahun (short run

finacing).

4
4. Yusak Laksmana, murabahah adalah pembiayaan jual beli dimana

penyerahan barang dilakukan diawal akad. Bank menetapkan harga jual

barang itu harga pokok perolehan barang ditambah sejumlah margin

keuntungan bank. harga jual yang telah disepakati diawal akad tidak boleh

berubah selama jangka waktu tertentu.

5. Para Fukaha, mendefinisikan murabahah adalah sebagai penjualan barang

seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up

margin keuntungan yang disepakati.

B. Landasan Hukum Murabahah

Landasan hukum murabahah ini berdasarkan kepada al-Quran dan Hadis.

QS. Al-Baqarah: 275

ۚ ‫ ۡي ٰطَنُ ِمنَ ۡٱل َم‬I‫ٱلش‬


ۡ‫أَنَّهُم‬IIِ‫كَ ب‬IIِ‫سِّ ٰ َذل‬ َّ ُ‫ه‬Iُ‫و ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّط‬IIُ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱلرِّ بَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَق‬

‫ى‬Iٰ َ‫ة ِّمن َّربِّ ِهۦ فَٱنتَه‬ٞ َ‫قَالُ ٓو ْا إِنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱل ِّربَ ٰو ۗ ْا َوأَ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱلرِّ بَ ٰو ۚ ْا فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َم ۡو ِعظ‬
ٓ
َ‫ار هُمۡ فِيهَا ٰخَ لِ ُدون‬ َ ِ‫فَلَ ۥهُ َما َسلَفَ َوأَمۡ ُر ٓۥهُ إِلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن عَا َد فَأُوْ ٰلَئ‬
ۡ َ‫ك أ‬
ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit

gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah

telah Menghalalkan jual beli dan Mengharamkan riba. Orang-orang yang

telah sampai kepadanya Larangan dari Tuhan-nya, lalu terus berhenti (dari

5
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum

datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang

kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya.

QS. An-Nisa: 29

ۚۡ‫ َراض ِّمن ُكم‬I َ‫ َرةً عَن ت‬I‫وا اَل ت َۡأ ُكلُ ٓو ْا أَمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل إِٓاَّل أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج‬
ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ٖ
‫َواَل ت َۡقتُلُ ٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Selain kedua ayat tersebut, skim murabahah juga berlandaskan pada sabda

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Shuhaib bin

Sinan Ar Rumy r.a (Arifin, 2001: 25): "Tiga hal yang di dalamnya terdapat

keberkahan adalah: pertama, menjual yang pembayaran tangguh (murabahah);

kedua, muqarradhah (mudarabah) dan ketiga, mencampuri tepung dengan

gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan".

6
C. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun dan syarat murabahah terdiri dari pihak yang berakad, objek yang

diperjualbelikan dan akad/sighat,( Adiwarman A. Karim. 2004:89)

penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Pihak yang berakad:

- Cakap hukum; dan

- Sukarela (rida), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/dibawah

tekanan.

2. Objek yang diperjualbelikan:

- Tidak termasuk yang diharamkan/dilarang;

- Bermanfaat;

- Penyerahannya dari penjual ke pembeli dapat dilakukan;

- Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad; dan

- Sesuai spesifikasinya yang diterima pembeli dan diserahkan penjual.

3. Akad/sighat:

- Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad;

- Antara ijab kabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi

barang maupun harga yang disepakati;

- Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan

transaksi pada hal/kejadian yang akan datang; dan

7
- Tidak membatasi waktu, misal: saya jual ini kepada anda untuk jangka

waktu 10 bulan setelah itu jadi milik saya kembali.

Rukun dan syarat yang ada dan berlaku di dalam transaksi murabahah

ini merupakan rukun dan syarat yang sama dengan yang ada di dalam fikih.

Adapun syarat-syarat yang lain seperti barang, harga, serta cara pembayaran

yang bersangkutan adalah sesuai dengan kebijakan yang diambil oleh bank

tersebut.

D. Teknis Penerapan Murabahah di Perbankan Syariah

Skim Pembiayaan Murabahah

Skim pembiayaan murabahah merupakan skim yang muncul karena bank

tidak memiliki barang yang diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus

melakukan transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak

lainnya yang disebut supplier. Dengan demikian, dalam skim ini bank

bertindak selaku penjual di satu sisi, dan di sisi lain bertindak sebagai pembeli.

Kemudian bank akan menjualnya lagi kepada pembeli dengan harga yang

telah disesuaikan yaitu harga beli bank dan margin keuntungan yang telah

disepakati. Pembiayaan murabahah merupakan salah satu dari konsep

pembiayaan yang berdasarkan jual beli yang bersifat amanah. (Sunarto

Zulkifli. 2003:08)

8
Secara sederhana yang dimaksudkan dengan murabahah adalah suatu

penjualan seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati, atau

merupakan jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan

keuntungan yang telah disepakati antara penjual dan pembeli. Dalam teknis

yang ada di perbankan Islam, murabahah merupakan akad jual dan beli yang

terjadi antara pihak bank Islam selaku penyedia barang yang menjual dengan

nasabah yang memesan dalam rangka pembelian barang itu. Keuntungan yang

diperoleh dari pihak bank Islam dalam transaksi ini merupakan keuntungan

jual beli yang telah disepakati secara bersama. Harga jual bank Islam

merupakan harga beli dari para pemasok ditambah keuntungan yang telah

disepakati. Dengan begitu pihak nasabah mengetahui besarnya keuntungan

yang diambil oleh pihak bank Islam.

Produk dengan skim murabahah merupakan produk yang paling populer

dan banyak digunakan oleh perbankan Islam di seluruh dunia, termasuk di

Indonesia. Beberapa alasan yang mendasari adalah:

a) Murabahah merupakan suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka

pendek yang cukup memudahkan serta menguntungkan pihak bank

Islam dibandingkan dengan konsep profit and lost sharing atau bagi

hasil yang dianut oleh konsep mudarabah dan musarakah.

b) Mark-up dalam murabahah ditetapkan sedemikian rupa yang

memastikan bahwa bank Islam akan dapat memperoleh keuntungan

9
yang sebanding dengan keuntungan berbasis bunga yang menjadi

saingan bank-bank Islam.

c) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pendapatan dari

bisnis-bisnis dengan sistem PLS.

d) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri

manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab

hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditor

dan debitur. (Saeed, 121; 2004)

Di bawah ini merupakan gambar 1 pembiayaan murabahah:

Berdasarkan ketentuan dari gambar tersebut, akad murabahah

(pengikatan) dilaksanakan setelah barang secara prinsip dimiliki oleh bank dan

bank tidak boleh melakukan pengikatan (menjual barang kepada nasabah),

sementara barang tersebut belum dimiliki bank.

10
Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan

barang investasi. Skim ini paling banyak digunakan karena sederhana dan

menyerupai kredit investasi pada bank konvensional.

Karakteristiknya sebagaimana ditulis oleh tim pengembangan

perbankan syariah Institut Bankir Indonesia (2003., hal. 66.) adalah penjual

harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan tingkat

keuntungan sebagai tambahannya.

Skim murabahah sangat berguna bagi sesorang yang membutuhkan

barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Ia kemudian meminta pada

bank agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya

pada saat barang diterima. Harga jual pada pemesanan adalah harga pokok

ditambah keuntungan yang disepakati. Kesepakatan harga jual dicantumkan

dalam akad jual beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih mahal selama

berlakunya akad.

Proses pembiayaan murabahah dapat digambarkan dalam gambar 2 berikut:

11
Sumber: (Zulkifli, 2003., hal.40.)

Dari gambar 2.1 diatas dapat dijelaskan proses pembiayaan murabahah adalah

sebagai berikut:

1. Negosiasi dan persyaratan, pada tahap ini melakukan negosisasi

dengan pihak bank yang berhubungan dengan spesifikasi produk yang

diinginkan oleh nasabah, harga beli dan harga jual, jangka waktu

pembayaran atau pelunasan, serta persyaratan-persyaratan lainnya

yang harus dipenuhi oleh nasabah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku pada bank syariah.

2. Bank membeli produk/barang yang sudah disepakati dengan nasabah

tersebut. Bank biasanya membeli ke supplier.

3. Akad jual beli, setelah bank membeli produk sesuai dengan spesifikasi

yang diinginkan nasabah, maka selanjutnya bank menjualnya kepada

12
nasabah, disertai dengan penandatanganan akad jual beli antara bank

dan nasabah, pada akad tersebut dijelaskan hal-hal yang berhubungan

dengan jual beli murabahah. Rukun dan syarat-syaratnya harus

terpenuhi.

4. Supplier mengirim produk/barang yang dibeli oleh bank ke alamat

nasabah, atau sesuai dengan akad perjanjian yang telah disepakati

antara bank dan nasabah sebelumnya.

5. Tanda terima barang dan dokumen, ketika barang sudah sampai ke

alamat nasabah, maka nasabah harus menandatangani surat tanda

terima barang, dan mengecek kembali kelengkapan dokumen-

dokumen produk/barang tersebut.

6. Proses selanjutnya adalah nasabah membayar harga produk/barang

yang dibelinya dari bank, biasanya pembayaran dilakukan secara

angsuran/cicilan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati

sebelumnya.

Perbedaan Jual Beli Murabahah dengan Bunga

No JUAL BELI MURABAHAH BUNGA/RIBA


1 Barang sebagai objek, nasabah Uang sebagai objek, nasabah

berhutang barang, bukan berhutang uang.

berhutang uang.
2 Sektor moneter terkait dengan Sektor moneter dan riil terpisah,

sektor riil, sehingga tidak ada keharusan mengaitkan

menyentuhlangsung sektor riil. sektor moneter dan riil.

13
3 Mendorong percepatan arus Tidak mendorong percepatan arus

barang, mendorong produktivitas barang, karena tidak mewajibkan

dan entrepreneuship, yang pada adannya barang, tidak mendorong

gilirannya meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya

employment. menciptakan unemployment.


4 Pertukaran barang dengan uang. Pertukaran uang dengan uang.
5 Margin tidak berubah. Bunga berubah sesuai tingkat

bunga.
6 Akad jual beli dan memenuhi Tidak ada akad jual beli, tetapi

rukun jual beli. uang langsung sebagai komoditas.


7 Bila macet tidak ada bunga Terjadi compound interest.

berbunga.
8 Jika nasabah tidak mampu Denda/bunga.

membayar, tidak ada denda. (QS.

2: 283)
9 Jika nasabah dinilai mampu, Denda/bunga berbunga cenderung

tetapi tidak bayar, dikenakan menzalimi/eksploitasi, tidak

denda untuk mendidik. Dananya mendidik dan denda bunga menjadi

untuk sosial, bukan pendapatan pendapatan bank.

bank.
10 Terjadi pemindahan kepemilikan, Tidak ada pemindahan

barang sekaligus sebagai jaminan. kepemilikan.


11 Tidak membuka jalan spekulasi. Bunga membuka peluang/menjadi

lahan spekulasi.
12 Sah, halal, dan penuh berkah. Tidak sah, haram, dan jauh dari

berkah serta mendapat laknat.


13 ‫و أحل هّٰللا البيع‬ ‫و حرم لربا‬
14 Uang sebagai alat tukar Over supply of money (inflasi dan

(purchasing power). devaluasi).

14
E. Mekanisme Murabahah

Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai perukaran harga atas

dasar saling rela. Menurut (Sabiq, 2008) jual beli adalah memindahkan milik

dengan ganti (iwad) yang daapat dibenarkan (sesuai syariah). Salah satu

bentuk akad jual beli yaitu akad murabahah. Kata murabahah diambil dari

bahasa Arab “ar-ribhu” yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan).

Sedangkan menurut istilah murabahah dapat diartikan yang dapat diartikan

sebagai transaksi penjualan barang dengan harga perolehan dan keutungan

(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual

beli tanpa dapat dilakukan secara tunai (bai’ naqdan) dan tangguh (Bai’

Mu’ajjal/Bai’ Bi’tsaman Ajil). Pertukan dapat dilakukan anata uang dengan

barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter daan uang

dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal

adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok

barang tersebut dan berapa keuntungan yang diinginkan. Pembeli dan penjual

dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehigga

akhirnya diperoleh kesepakatan.

Harga beli menggunakan harga pokok yaitu harga beli dikurangi

dengan diskon pembelian. apabila diskon diberikan secara akad, maka diskon

15
yang di dapat akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan

kespakatan mereka di awal akad. Dalam PSAK 102 dijelaskan lebih lanjut,

jika akad tidak akan mengatur, maka diskon tersebut menjadi milik penjual.

Namun pada hakikatnya, diskon pembeli adalah hak pembeli. Sehingga akan

lebih baik jika prosedur operasional perusahaan menyatakan bahwa diskon

setiap akad murabahah adalah hak pembeli.

a) Jenis Akad Murabahah

Ada dua jenis akad murabahah, yaitu :

1. Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang

setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan data

bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang

yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus

membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan

pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual,

dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai

sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut

menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.

Skema Murabahah dengan Pesanan

Penjualan Pembeli
(1)

(4)

16 Produsen
Supplier
(5)

(2) (3)

Keterangan :

(1) Melakukan akad murabahah

(2) Penjualan memesan dan membeli dan supplier/produsen

(3) Barang diserahkan dari produsen

(4) Barang diserahkan kepada pembeli

(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli.

2. Murabahah tanpa pesanan murabahah jenis ini bersifat tidak

meningkat

Maksudnya adalah ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau

tidak, Bank Syariah menyediakan dagangannya, penyediaan barang

pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan

ada tidaknya pesanan atau pembeli.

(1)
Penjualan Pembeli
(2)

17
(3)
Keterangan :

(1) Melakukan akad murabahah

(2) Barang diserahkan kepada pembeli

(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

b) Dasar Syariah

1) Sumber Hukum Akad Murabahah

 Al – quran

”hai orang – orang yang beriman! Janganlah kamu saling

memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang bathil

(tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan sukarela diantaramu… “ (QS 4:29)

“Hai orang – orang yang beriman penuhilah akad – akad itu…”

(QS 5:1)

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

(QS 2:275)

“…dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka

berilah tangguh sampai ia berkelapangan.” (QS 2:280)

“…dan tolong menlonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa…” (QS 5:2)

 Al – Hadist

18
Dari Abu Sa’id Al – Khudri bahwa Rasullullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR

Al – Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban).

Rasulullah bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan:

jual beli secara tangguh, muqadharah (mudharabah), dan

mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah

tangga bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah dari Shuhaib)

c) Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Murabahah

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau

cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya

perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Bank

atau penjual dapat memberikan potongan (diskon) apabila nasabah :

1. Mempercepat pembayaran cicilan, atau;

2. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.

Diskon yang terkait dengan pembelian barang (PSAK No.102 par 11),

antara lain meliputi :

a. Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian barang.

b. diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka

pembelian barang.

c. Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan

pembelian barang.

19
Apabila akad penjualan secara tangguh dan pembeli dapat

melunasinya secara tepat waktu saat melakukan pelunasan lebih cepat dari

periode yang telah ditetapkan, maka penjual boleh memberikan potongan.

Namun demikian, besarnya potongan tidak boleh diperjanjikan di awal

akad (untuk mengindari adanya unsur riba).

Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan

waktu yang ditetapkan, penjual tidak diperbolehkan mengenakan denda

atas keterlambatan pada pembeli karena kelebihan pembayaran atas suatu

utang sama dengan riba. Pengecualian berlaku, apabila pembeli tersebut

tidak membayar bukan karena mengalami kesulitan keuangan tapi karena

lalai. Denda tidak boleh diakui sebagai pendapatan penjual tapi harus

digunakan untuk dana kebijakan/sosial (dana qard) yang akan disalurkan

pada orang yang membutuhkan. Tujuan dikenakannya denda adalah

sebagai hukuman/sanksi bagi orang yang lalai agar ia lebih disiplin dalam

menunaikan kewajiban membayar hutangnya.

Restrukturisasi piutang dilakukan terhadap debitor yang mengalami

penurunan kemampuan pembayaran piutang yang bersifat permanen.

Restrukturisasi piutang dapat dilakukan dalam membentuk (PSAK ED

108):

a. Memberikan potongan sisa tagihan, sehingga jumlah angsuran menjadi

lebih kecil.

20
b. Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling), di mana jumlah tagihan

yang tersisa tetap (tidak boleh ditambahkan) dan perpanjang masa

pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan kedua pihak sehingga

besarnya angsuran lebih kecil.

c. Mengonverensi akad murabahah, dengan cara menjual objek

murabahah kepada penjual sesuai dengan nilai pasar, kemudian dari

uang yang akan ada digunakan untuk melunasi sisa tagihan.

Akad murabahah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi

jual beli di mana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan

dari penjualan barang. Sangat bebeda dengan praktik riba di mana nasabah

meminjam uang sejumlah tertentu untuk membeli suatu barang kemudian

atas pinjaman tersebut nasabah harus membayar kelebihan dan ini adalah

riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang harus dilunasi sebesar

pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba, tidak tergantung dari

besar kecilnya kelebihan yang diminta juga tidak tergantung kelebihan

tersebut nilainya tetap atau tidak tetap sepanjang waktu pinjaman.

Dengan penjualan tangguh, maka akan muncul utang piutang,

pembeli mempunyai utang dan penjual mempunyai piutang. Untuk

mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau untuk menghindari

risiko, penjual dapat mengadakan perjanjian khusus dengan pembeli dan

meminta jaminan. Dalam hal ini, objek akad murabahah yaitu barang yang

diperjual-belikan dapat dipergunakan sebagai jaminan.

21
Untuk penjualan tidak tuani (tangguh), sebaiknya dibuatkan

kontrak/perjanjiannya secara terulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak

memuat antara lain besarnya utang pembeli karena membeli barang, jangka

waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa yang berhak

atas diskon pembelian barang setelah akad pembeli atau penjual.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Murabahah atau disebut juga ba' bitsmanil ajil. Kata murabahah berasal

dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga murabahah berarti saling

menguntungkan. Secara sederhana murabahah berarti jual beli barang

ditambah keuntungan yang disepakati.

2. Landasan hukum murabahah ini berdasarkan kepada al-Quran dan Hadis.

3. Rukun dan syarat murabahah terdiri dari pihak yang berakad, objek yang

diperjualbelikan dan akad/sighat.

4. Skim pembiayaan murabahah merupakan skim yang muncul karena bank

tidak memiliki barang yang diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus

melakukan transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak

lainnya yang disebut supplier. Dengan demikian, dalam skim ini bank

bertindak selaku penjual di satu sisi, dan di sisi lain bertindak sebagai

pembeli. Kemudian bank akan menjualnya lagi kepada pembeli dengan

harga yang telah disesuaikan yaitu harga beli bank dan margin keuntungan

yang telah disepakati.

B. Saran

Agar terciptanya perekonomian yang bebas dari riba/bunga hendaknya

para pelaku ekonomi di Indonesia khususnya umat Islam benar-benar

memahami dan menerapkan sistem syariah dalam setiap kegiatan yang

23
berkaitan dengan perekonomian. Jika belum terlalu memahami mengenai

ekonomi Islam itu sendiri paling tidak dalam menabung, kita sudah memilih

bank dengan sistem syariah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.

Nurul Huda dan Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan

Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana.

Adiwarman A. Karim. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Sunarto Zulkifli. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari'ah. Jakarta:

Zikrul Hakim.

Kernain Perwataatmadjha. 1993. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta:

PT. Intermasa..

Yusak Laksmana. 2009. Panduan Praktis Accaunt Officer Bank Syari'ah. Jakarta:

PT. Elex Media Komputine.

Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press.

Imron al Hushein. Murabahah. diakses dari

25

Anda mungkin juga menyukai