Anda di halaman 1dari 17

TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012-2013 ELIKSIR

ELIKSIR
(edited by: Egi & Ita; rechecked by: shirly)
1. Definisi
 Farmakope Indonesia Ed. III 1976, hal 8:
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat
juga zat tambahan seperti gula dan atau pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi dan zat pengawet;
digunakan sebagai obat dalam.
Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelarutan obat. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol; sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula.

 Farmakope Indonesia Ed. IV. 1995, hal. 15 :


Larutan adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal : terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.
Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya larutan oral, mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven air.
Pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol, dapat menyebabkan
pengendapan bahan terlarut.
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup. Larutan
sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau sirup simpleks. Penggunaan istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk
suspensi oral.
Di samping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol dan gliserin dapat digunakan
dalam larutan oral untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa dan sifat
lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan anti mikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri,
jamur dan ragi. Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven dinyatakan sebagai eliksir.

 Fornas Ed. II, hal. 313 :


Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung selain
obat juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat
pewangi, untuk digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol 90% yang
dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilen
glikol.sebagai pengganti gula dapat ditambahkan sirup simpleks.
Eliksir merupakan produk yang kurang umum. Eliksir umumnya mengandung obat yang poten seperti
antibiotik, antihistamin dan sedatif, dan diformulasikan dengan rasa yang enak dan biasanya sangat
stabil. Jika perlu rasa pahit dan rasa yang memabukkan (nauseous) ditutupi dengan flavour, dan
pewarna buatan dapat ditambahkan untuk memberikan penampilan yang menarik.

1
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Eliksir merupakan produk yang jernih, tidak seperti mixtura yang seringkali keruh akibat dari minyak
atau bahan tumbuhan lain yang tersuspensi. Kejernihan dapat dicapai dengan pemilihan pembawa
yang tepat dan beberapa hal dalam pembuatannya.
Beberapa zat aktif yang dibuat eliksir (contoh: pheneticillin dan phenoxy methipenisilin) ditandai
dengan bentuk bubuk atau granul kerena zat aktif itu tidak stabil dalam larutan. Zat itu ditambahkan
sejumlah volume tertentu dalam botol dan kocok hingga terlarut sempurna. Sediaan ini diberi label,
disimpan ditempat yang dingin dan umur sediaan hanya 7 hari.
Contoh eliksir adalah Chloral eliksir, untuk pengobatan anak (paediatric) harus dibuat segera tetapi
stabil, dikemas dan disimpan yang cocok, shelf life dapat dianggap kira – kira 2 tahun.

 BP 2001, hal. 800 :


Cairan oral adalah sedian cair yang homogen, biasanya terdiri dari larutan, suspensi atau emulsi dengan
satu atau lebih zat aktif dalam pembawa yang cocok. Dimaksudkan untuk diminum dengan diencerkan
atau setelah dilarutkan terlebih dahulu.
Pembawa untuk partikel cairan oral seharusnya dipilih yang baik untuk zat aktif atau bahan –bahan lain
sehingga memiliki karakteristik organoleptik yang cocok untuk digunakan dalam sediaan.
Eliksir adalah larutan oral yang jernih dan memiliki rasa dan bau yang enak, mengandung satu atau
lebih zat aktif yang dilarutkan dalam pembawa yang biasanya mengandung sukrosa yang tinggi atau
polihidrik alkohol atau alkohol yang cocok, dan dapat juga mengandung etanol (96%) atau pelarut
etanol.

 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Ansel). hal. 304 :


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak
dimasukkan kedalam golongan produk lainnya. Larutan obat-obatan dalam air yang mengandung gula
digolongkan sebagai sirup, larutan yang mengandung hidroalkohol yang diberi gula (kombinasi dari air
dan etil alkohol) disebut eliksir.
Larutan oral, sirup dan eliksir dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang ada. Dalam
sediaan ini zat obat umumnya diharapkan dapat memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat –
obat itu diberikan dalam bentuk larutan biasanya berarti bahwa absorbsinya dalam sistem saluran
cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat daripada dalam bentuk sediaan
suspensi atau padat dari zat obat yang sama.
Dalam larutan yang diberikan secara oral biasanya terdapat zat - zat lain selain bahan obat. Bahan –
bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi warna, pemberi rasa, pemanis atau penstabil larutan.
Dalam penyusunan formula atau pencampuran larutan farmasi, ahli farmasi harus memanfaatkan
keterangan tentang kelarutan dan kestabilan dari masing – masing zat terlarut yang ada dengan
memperhatikan pelarut atau sistem pelarut yang digunakan. Ahli farmasi harus berhati – hati
menghadapi penggunaan kombinasi obat atau bahan – bahan farmasi yang akan menimbulkan
interaksi kimia atau fisika yang akan mempengaruhi mutu terapeutik atau stabilitas farmaseutik
produk.
Untuk larutan dengan zat terlarut tunggal dan terutama untuk larutan dengan zat terlarut yang banyak
macamnya, ahli farmasi harus mengetahui sifst – sifat kelarutan yang khas dari zat terlarut, dan cara -

2
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

cara melarutkannya dari pelarut farmasi tertentu. Setiap bahan kimia mempunyai kelarutan sendiri-
sendiri dalam pelarut yang digunakan.
Eliksir yang mengandung > 10-12 % alkohol bersifat sebagai pengawet sendiri (self preservative) dan
tidak membutuhkan penambahan zat antimikroba untuk pengawetnya.

 Remington Pharmaceutical Science hal. 746


Konsentrasi alkohol yang terdapat dalam sediaan OTC oral berdasarkan FDA :
Anak < 6 tahun : maksimal 0,5 %
Anak 6-12 tahun : maksimal 5 %
Anak > 12 tahun dan dewasa : maksimal 10 %

Pada RPS 2005 hal 756, disebutkan bahwa eliksir termasuk ke dalam golongan larutan non-aqueous
dengan kandungan alkohol bervariasi mulai dari 3-5 % sampai 21-23 %.

 British Pharmacopeia Codex 1973


Dalam contoh sediaan elixir yang terdapat dalam pustaka tsb, digunakan etanol 90 dan 95% v/v.
Konsentrasi etanol dalam sediaan bervariasi; ada sediaan yang mengandung etanol 90% v/v sampai
40%.

2. Tujuan Pembuatan Sediaan Elixir (Catatan kuliah)


1. Mempertinggi kelarutan zat berkhasiat
2. Agar homogenitas lebih terjamin
3. Zat berkhasiat lebih mudah terabsorbsi dalam keadaan terlarut
4. Sediaan berasa manis dan aroma lebih sedap
5. Dapat digunakan oleh orang yang sukar menelan obat seperti anak-anak dan orang tua.

3. Keuntungan dan Kekurangan Elixir


Keuntungan :
1. Lebih mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak,
dan orang tua.
2. Segera diabsorbsi karena sudah dalam bentuk larutan.
3. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan (ANSEL hal 341-342)
4. Bersifat hidroalkohol sehingga eliksir lebih mampu mempertahankan komponen larutan yang
larut dalam air dan larut dalam alkohol dibandingkan daripada sirup.
5. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam pembuatan (lebih disukai darpada sirup)
6. Kemudahan penyesuaian dosis dan pemberian terutama pada anak-anak. (Dispensing of
Pharmaceutical Student, hal 67; Disp of med, hal 502)
7. Dosis selalu seragam (bentuk larutan) sehingga tidak perlu pengocokan.
8. Dosis dapat diubah sesuai kebutuhan penggunaannya (dari sendok takar yang digunakan).
9. Waktu absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat (tidak butuh desintegrasi dahulu).
10. Sifat mengiritasi dari obat bisa diatasi dengan bentuk sediaan larutan karena adanya faktor
pengenceran. Contoh: KI dan KBr dalam keadaan kering menyebabkan iritasi.

3
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

11. Anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul, akan lebih mudah
menelan sediaan larutan.
12. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan pewangi, pemanis, atau pewarna untuk
meningkatkan penampilan.

Kekurangan :
1. Voluminus sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut atau disimpan.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek dibanding bentuk tablet atau kapsul terutama bila
bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme.
4. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menakar.
5. Rasa obat yang kurang enak akan lebih terasa dalam bentuk larutan dibanding dalam bentuk
tablet. (ANSEL hal 341)
6. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung
kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang efektif dalam menutupi rasa obat dibanding
dengan sirup.
7.Sediaan cair umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat (tablet atau kapsul) dan
ada beberapa obat yang tidak stabil dalam air.
8.Obat cairan memerlukan wadah yang besar sehingga merepotkan dibawa-bawa.
9.Beberapa obat yang mengandung bau yang kurang menyenangkan sukar ditutupi.
10. Memerlukan alat sendok untuk pemberian dosisnya
11. Jika terjadi wadah obat bentuk larutan pecah maka isi akan terbuang semua.
(Dispensing of Pharmaceutical Student, hal 67;Disp of med, hal 502)

4 Cara-cara Meningkatkan Kelarutan Suatu Zat :


a. Menggunakan pelarut campur (kosolven)
Penggunaan pelarut campur dapat meningkatkan kelarutan suatu zat dengan melihat kelarutan
maksimum pada masing masing pelarut. Pemilihan pelarut campur untuk sediaan farmasi cukup
sulit, karena sifat toksisitas dan iritasinya. Penting diperhatikan konsentrasi maksimum komponen
pelarut campur yang masih diperbolehkan. Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut
campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai
harga konstanta dielektrik antara 25 sampai 80. kombinasi pelarut campur yang banyak digunakan
dalam sediaan farmasi adalah campuran air-alkohol atau pelarut lain yang sesuai antara lain
sorbitol, gliserin, propilen glikol, dan sirupus simpleks (The Theory And Practice Of Industrial
Pharmacy, hal 460-461). Kepolaran pelarut campur mendekati kepolaran zat terlarut (catatan kuliah
bu Cici). Pelarut campur yang digunakan : etanol, propilen glikol, gliserol, dan sorbitol. Perhatikan
konsentrasi toksik dari pelarut campur yang digunakan tersebut.
Pemilihan pelarut campur didasarkan :
 Kelarutan: alkohol 10%, propilen glikol x%, air (90-x)%
 Kd (jika diketahui Kd zat aktif)
 Kd campuran = (% air x Kd air) + (% alkohol x Kd alkohol) + (% pro.glikol x Kd prop.glikol)
Misal:
Untuk zat yang ke arah polar : Kd camp > Kd zat aktif

4
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Untuk zat yang ke arah non-polar: Kd camp < Kd zat aktif

Jika Kd zat aktif tidak diketahui, maka dilakukan penentuan Kd dengan cara sbb:
(dari catatan bu Cici)
 Data kelarutan ZA yang diketahui (misal zat X terlarut di etanol, maka dilarutkan di etanol
kemudian dititrasi dengan air sampai keruh), dicatat jumlah air yang diperlukan.
Kd zat = Kd pelarut x jumlah air yang diperlukan
 Pembuatan beberapa seri larutan agar hasil hitungan lebih akurat
 Perhitungan Kd
Usahakan pelarut organik serendah mungkin (jika tetap tidak bisa, buat suspensi). Contoh : gliserin
konsentrasi tinggi menyebabkan diare

b. Pengontrolan pH
Suatu senyawa yang bersifat asam atau basa lemah akan berubah kelarutannya dalam air dengan
mengubah pH larutan. Perubahan pH dapat merubah bentuk senyawa asam atau basa lemah
menjadi bentuk garamnya yang lebih mudah larut. Parameter yang perlu diketahui adalah harga pKa
dan pKb senyawa tersebut.
Berapa pH yang harus dimiliki sediaan untuk membuat sejumlah X zat A terlarut dapat dihitung
dengan rumus :

Ks Ka
[H+] =
ST - Ks
Ks = Konstanta kelarutan zat A
Ka = Konstanta disosiasi asam lemah
ST = Kelarutan total zat A (yang diinginkan)

Penggunaan harga Ks dan harga Ka atau Kb suatu zat harus diperhatikan dalam elixir, terutama bila
kadar zat nya tinggi, karena kosolven yang digunakan seperti alkohol atau gliserin secara umum
memiliki efek meningkatkan harga K s dan menurunkan konstanta disosiasi suatu zat bila kadar
zatnya tinggi.

Pertimbangan lain dalam menentukan pH yang dipilih :


 pH tidak mempengaruhi kebutuhan lain dari produk seperti stabilitas dan kompatibilitas
fisiologis
 Jika pH yang diperlukan untuk mempertahankan kelarutan zat cukup kritis (misal :
rentangnya sempit), maka diperlukan sistem dapar
(The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, hal.458-459)

c. Solubilisasi miselar
Penambahan bahan yang bersifat aktif permukaan dapat meningkatkan kelarutan suatu zat. Salah
satu contoh adalah penambahan surfaktan. Mekanismenya adalah karena terjadi asosiasi senyawa
yang bersifat non polar dengan misel yang terbentuk dalam larutan setelah tercapai konsentrasi

5
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

misel kritik (KMK) surfaktan. Konsentrasi surfaktan yang ditambahkan tidak boleh terlalu besar,
karena selain sifatnya yang toksik dan harganya yang mahal juga akan terjadi busa pada saat
pembuatan sediaan yang sukar dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
konsentrasi surfaktan tertentu dapat mengurangi ketersediaan hayati obat karena terjadinya
adsorpsi yang kuat di dalam misel. Harga HLB surfaktan dapat dipakai untuk memperkirakan
kelarutan dan kemampuan tercampurnya dalam pelarut yang digunakan.

Beberapa surfaktan yang umum digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween, ester-ester asam
lemak, monoester sukrosa, ester lanolin. (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, hal.462-
464)

d. Kompleksasi
Mekanisme meningkatkan kelarutan suatu zat berdasarkan adanya interaksi dari senyawa yang
tidak larut dengan senyawa yang larut baik dapat membentuk kompleks intramolekuler yang larut.
(The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, hal.464-466). Misal suatu ZA diinklusi dengan
kompleks siklodekstrin (karena ukuran rongga cocok, dimana molekul yang masuk ke rongga
siklodekstrin harus < ukuran rongga).

5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Elixir :


1. Pertumbuhan kristal yang disebabkan oleh perubahan suhu, keseragaman ukuran, dll.
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan untuk menghindari
terjadinya pengendapan. Dasar pemilihan pelarut campur: toksisitas, kelarutan, konstanta dielektrik
pelarut, ketercampuran bahan.
3. Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30 % harus diperhatikan terjadinya cap locking pada
tutup botol sediaan. Karena itu perlu diberikan anti cap locking. Contoh anti cap locking yaitu
gliserin, sorbitol dan poliol lainnya. Penambahan gliserin sebagai anti cap locking harus
diperhatikan karena gliserin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan diare.
4. Untuk meningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkat rasa dengan penambahan pemanis
dalam sediaan, disamping itu ditambahkan rasa dan warna yang sesuai. Antara warna dan essens
yang ditambahkan harus ada kesuaian. (modul praktikum semsol, hal 14-16)
5. Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian (rasa dan bau).
6. Pemanis yang digunakan : gula, sirupus simpleks, sorbitol, siklamat, aspartam.
7. Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu ditambahkan pengawet. Pengawet yang dapat
digunakan :
- Nipagin-nipasol = 9 : 1 (0,18 : 0,02)
- Asam benzoat dengan konsentrasi 0,01-0,1%
(Sumber : Handbook of Exicipient, 2003, hal 50,390)
8. Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang cukup (aliran yang baik) untuk
memudahkan penuangan. Tetapi biasanya pelarut campur yang digunakan sudah cukup kental
untuk memudahkan penuangan.

6. Formulasi

6
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Formula Umum
R/ - zat berkhasiat
- pelarut utama (etanol dan air dengan perbandingan tertentu sesuai dengan daya melarut
zat berkhasiat)
- pelarut tambahan (gliserol, sorbitol, propilen glikol)
- bahan pembantu (pemanis; pewangi; pewarna; pengawet; anticaplocking agent; penstabil
kimia seperti pendapar, pengompleks, antioksidan)
(Modul praktikum Semsolid, 2003, hal 13)

Pembawa dan Perhitungan Konstanta Dielektrik


Pembawa elixir berbeda dengan pembawa mixtura karena:
a. Produksi larutan yang jernih
Kekeruhan dari bahan pewangi (flavour) yang terdiri dari minyak essensial dan pengendapan dari
ekstrak tumbuhan tidak boleh ada dalam eliksir. Kira-kira 10-20% alkohol yang digunakan untuk
melarutkan minyak termasuk gliserol yang juga sebagai pelarut pewangi berminyak.

b. Suatu ZA dengan kelarutan yang rendah dalam air


Kadang-kadang jika suatu ZA yang poten memiliki kelarutan yang rendah harus diberikan maka
dibuat sebagai larutan dengan pelarut campur yang akan melarutkan dengan sempurna, contoh :
- Fenobarbital sukar larut dalam air tapi dapat menghasilkan larutan yang jernih jika dibuat
dengan melarutkan alkohol dan kemudian dilarutkan dalam gliserol dan air.
- Suatu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 7 bagian alkohol, 9 bagian propilen
glikol, dan 40 bagian gliserol. Dalam eliksir parasetamol digunakan alkohol, propilen glikol,
dan gliserol sbg pelarut campur.

Alkohol bila digunakan pada konsentrasi cukup rendah akan memberikan aktivitas fisiologis dan
apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi memberikan rasa terbakar. Alkohol juga menekan
rasa asin yang kurang dari bromida, garam iodida dan lainnya. Bila memungkinkan, eliksir yang
ditujukan penggunaannya untuk anak-anak diformulasikan mengandung sedikit alkohol atau tidak
sama sekali, sebab alkohol tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak sebagai pelarut.
Propilen glikol digunakan sebagai pelarut minyak essensial dari bahan kimia organik yang tidak larut
air. Propilen glikol memberikan rasa manis seperti gliserol.

c. Produksi sediaan yang berasa enak


Kandungan utama dari eliksir adalah sirup atau sirup yang mengandung flavour. Jenis-jenis bahan
pembawa adalah sbb: sebagai pelarut utama digunakan etanol 90%, dapat ditambah gliserol,
sorbitol, dan prop.glikol. (Fornas ed. II hal 313)

Etanol Kd 25,7
Konsentrasi > 10% : mencegah pertumbuhan mikroba
Pelarut oral liquid : bervariasi (< 10%)
Gliserin Kd 42,5
Pemanis : sampai 20%

7
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Pembasah : sampai 30%


Anticaplocking agent
Sorbitol Humektan 3-15%
Pembawa larutan 25-90%
Anticaplocking agent 15-30%
Pemanis 25-30%
Pengental 25-30%
Lar. Oral 20-35% ;suspensi oral 70% (HOPE 2003 hal 596)
Prop.glikol Kd 33
Solven atau kosolven oral 10-35% (10-25%, HOPE hal 521)
Pengawet (untuk larutan semsol) 15-30 %

Untuk mengetahui berapa banyak pelarut campur yang digunakan, dapat dihitung dari nilai
konstanta dielektrik total pelarut yang digunakan yang sesuai dengan konstanta dielektrik ZA.

Cara menghitung konstanta dielektrik adalah :


Jumlah dari hasil perkalian masing-masing konstanta dielektrik pelarut dengan fraksi (%) dari masing-masing
pelarut. (petunjuk praktikum farfis, 2002, hal 35). Misal :
Pelarut Jumlah Kontanta dielektrik
Etanol A% 25,7
Gliserol B% 43,0
Propilen glikol C% 33,0
Air D% 80,4

Maka konstanta dielektrik campuran pelarut adalah: 25,7A + 43B + 33C + 80,4D
100
Nilai Konstanta Dielektrik Beberapa Obat
Zat aktif Konstanta dielektrik
As. Asetil Salisilat 2,583
Androsteron 2,214
Barbital 2,256
Kolesterol 2,213
Dehidrokolesterol 2,211
Metiltestoteron 2,213
Fenobarbital 2,247
Sulfanilamide 2,349
Testoteron 2,217
Metil salisilat 9,41
Metanol 32,6
Gliserol 42,5
(Sumber: Martin, Physical Pharmacy, hal.87)

Solvent Solut Perkiraan

8
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

KD
Garam organik & anorganik, gula 80
Air
tannin
Glikol Sugar, tannins 50
Metanol dan etanol Castor oil, wax 30
Aldehid, keton, alkohol BM Resin, minyak atsiri, barbituirat, 20
tinggi, ester, eter, dan oksida alkaloid, fenol
Heksan, benzen, CCl, etil eter, 5-0
Fixed oil, lemak padat, vaselin,
PAE, minyak mineral, fixed
parafin, & hidrokarbon lain
vegetable oil
(Sumber: Martin, Physical Pharmacy, hal.214)

Data Konstanta Dielektrik Bahan Pelarut


Nama Bahan ∑ Nama Bahan ∑
N-metilformamid 190 Kloroform 4,8
Air 80,4 Asam hidroklorida 4,6
Gliserin 43 Etil eter 4,34
Metil alkohol 33,7 Minyak zaitun 3,1
Etil alkohol 25,7 Minyak biji kapas 3
n-propil alkohol 21,8 Asam oleat 2,45
Aseton 21,4 Toluen 2,39
Benzaldehid 17,8 Benzen 2,28
Amil alkohol 15,8 Dioksan 2,26
Benzil alkohol 13,1 Minyak lemon 2,25
Fenol 9,7 Karbon tetraklorida 2,24
Metil salisilat 9
Etil asetat 6,4
(Sumber : Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 35)

Bahan Pembantu
1. Pengawet
Pertumbuhan jamur dan fermentasinya dalam eliksir dapat dihambat jika pembawa
mengandung lebih dari 20% alkohol, gliserol dan propilen glikol (Coopers & Gunn’s hlm
76). Sirup yang mengandung kurang lebih dari 85% gula dapat menahan pertumbuhan
mikroba oleh pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroba. Sirup dengan
kadar kurang dari 85% dengan penambahan poliol (seperti sorbitol, gliserin, propilen glikol atau
PEG) juga memiliki efek yang sama. Tekanan uap fenol lebih besar dari tekanan uap normal cairan
dan daerah penutup area (cap area) permukaan sehingga dapat mengurangi potensial
pertumbuhan mikroba sebagai hasil pengenceran permukaan. (The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, hal.467-468)

Konsentrasi pengawet untuk sediaan oral (Handbook of Exipient,hal 50, 390, 521, 526, 588) :
- Metil paraben 0,015-0,2%

9
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

- Propil paraben 0,01-0,02%


- Asam benzoat 0,01-0,10% untuk oral solution, dan 0,15% untuk oral sirup.
- Asam dan garam sorbat 0,05-0,2%

Konsentrasi pengawet yang dapat digunakan (RPS 2005 hal 748)


- Alkohol > 15% (batas max penggunaan alkohol 15%)
- Propilen glikol 15- 30%
- Metil paraben 0,1- 0,25%
- Propil paraben 0,1- 0,25%
- As. Benzoat 0,1- 0,5%

Kriteria pengawet yang ideal (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, hal.467) :
- Efektif terhadapmikroba dan berspektrum luas
- Stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap life time produk
- Tidak toksik, cukup melarut, tersatukan dengan komponen formula lainnya, rasa dan bau
dapat diterima pada konsentrasi yang digunakan
Sebagai pengawet dapat digunakan turunan hidroksi-benzoat, misalnya metil p- hidroksibenzoat
dan propil p- hidroksibenzoat. Pemakaian pengawet ini didasarkan atas rentang kerja pengawet
tsb pada pH 4-8. Kombinasi keduanya sering digunakan, karena dapat memperluas spektrum
kerja menjadi anti jamur dan anti bakteri.

Konsentrasi kombinasi :
- Metil paraben 0,18% (fungistatik)
- Propil paraben 0,02% (bakteriostatik)
Propil paraben memiliki kelarutan yang rendah dalm air sehingga harus dilarutkan dahulu
dalam etanol
(HOPE ed 4 hal 390, 391, 527)

2. Penstabil kimia (pengkelat, pendapar, antioksidan)


Penggunaan pelarut khusus dalam kebanyakan eliksir sering diperhitungkan terhadap
pertimbangan stablitas, tetapi diperlukan penambahan penstabilisasi, sebagai contoh Neomiksin
Eliksir BPC yang diatur pH 4-5 dengan asam sitrat untuk mengurangi timbulnya warna hitam saat
penyimpanan, ditambahkan juga Na EDTA sebagai pemisah terhadap logam yang mengkatalisa
penguraian antibiotik.

Sebagai pengatur pH untuk sediaan oral biasa digunakan NaOH, asam sitrat, dapar phosphat.
Sedangkan sebagai antioksidan biasa ditambahakn asam askorbat 0,01-0,1% (Excipient ed 4 hal
32) dengan pH stabilitas 5,4 dan sodium metabisulfit 0,01-1% (Excipient ed 4 hal 571)

Untuk contoh perhitungan dapar dapat dilihat pada sediaan larutan.

3. Bahan Pewarna

10
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Bahan pewarna yang biasa digunakan dalam eliksir:


Larutan Hasil warna Eliksir
Amaranth Magenta red Parasetamol paed.
Streptomisin paed.
Seny tartrazin Safiron Ephedrin, Isoniazid, Neomisin, Fenobarbital
Piperazin sitrat
Green S Hijau
Konsentrasi yang biasa digunakan 0,01-0,1%
(Cooper & Gunn’s, Dispensing for Pharmaceutical students hlm 76)

4. Pemanis
Penambahan bahan pemanis digunakan untuk sirup yang mengandung pewangi, gliserol,
sorbitol, sirup onvert dan Na sakarin. Sakarin dapat membantu menutupi rasa pahit dari sediaan
antibiotika seperti neomisin (Cooper & Gunn’s, Dispensing for Pharmaceutical students hlm 76).

Pemanis yang biasa digunakan pada eliksir adalah gula atau pemanis lain sebagai pengganti gula
dapat digunakan sirupus simpleks (FI III).

Catatan : Larutan gula encer merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan cendawan, ragi
dan jasad renik lain, karena itu semua alat yang dipakai dalam pembuatan sirup harus benar-
benar bersih. Pertumbuhan jasad renik umumnya diperlambat jika kadar sakarosa lebih besar
dari 65%, tetapi kepekatan ini memungkinkan terjadinya penghabluran sukrosa. Selain itu dapat
menyebabkan caplocking pada tutup botol. Oleh karena itu kadar yang dipakai sekitar 20-35%
saja.

5. Pewangi/Flavour
Untuk sediaan eliksir, bahan pemanis dan pewangi rasa buah lebih banyak digunakan daripada
pembawa aromatik dan ekstrak cairan liquorice. Pewangi rasa buah yang sering digunakan
adalah:
- Black currant syrups dalam Eliksir Chloral paed.
- Juice Raspberry pekat dengan sirup invert dalam Parasetamol Eliksir.
- Lemon spirit dengan sirup dan sirup invert dalam Ephedrin Eliksir.
- Compound Orange Spirit dengan gliserol dalam Phenobarbital Eliksir.
Raspberry dan Black currant sangat dikenal oleh anak-anak, dan sangat baik untuk menutupi rasa
pahit obat. Flavour orange efektif untuk menutupi rasa agak pahit barbiturat, sedangkan as.
Sitrat dan Na sitrat membantu menutupi rasa sedikit pahit dari streptomisin. (Cooper & Gunn’s,
Dispensing for Pharmaceutical students hal 76)

Contoh Flavour (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, hal.470)

Rasa Flavour
Asin Vanila, maple, peach, apricot
Pahit Cherry, walnut, coklat

11
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Manis Buah-buahan, vanila, berry


Asam Jeruk, rootbeer, rasberry
Catatan : Konsentrasi q.s dengan memperhatikan stabilitas dan konsentrasi dalam pembawa.

Flavour dalam Farmasi


USP XVIII NF XIII
Aromatic elixir Acacia syrup
Cherry syrup Aromatic Eriodictyon syrup
Citric acid syrup High alkoholic elixir
Cocoa syrup Iso-alkoholic elixir
Glycyrrhizae syrup Low alkoholic elixir
Orange syrup Tolu balsam syrup
Raspberry syrup Tolu balsam tincture
Wild cherry syrup

Flavours & Perfumes (USP 27/NF 22 hlm 2810)


Anethole
Benzaldehide
Ethyl vanillin
Mentol
Metil salisilat
Monosodium Glutamat
Peppermint oil
Peppermint spirit
Rose oil
Rose water, stronger
Thymol
Vanillin
Monte-Bove peppermint air (mengandung minyak pedas) pekat mempunyai formula sebagai
berikut :
Peppermint oil USP 7,5
Tween 20 42,5
Aquadest ad 100
Ambil 1 mL minyak pekat, encerkan hingga 100 mL, maka larutan peppermint air setara dengan
aromatic air yang dibuat berdasarkan USP.

Bahan terapeutik yang khas dan penggolongan bahan pewangi mempunyai nama khas dengan
formulasi tertentu. Flavour orange mint secara khusus berpengaruh dalam menutupi rasa
difenhidramin pada formulasi ekspektoran. Penggunaan spice vanila flavour untuk sediaan
fenilefrin dan klorfeniramin maleat (CTM) telah diajukan sebagai pertimbangan. Rasa strawberry
sangat sesuai untuk formulasi transquilizer. Kombinasi rasa apel dengan butterscotch sangat
sesuai untuk mengurangi rasa adsorben dari kaolin dan pektin, juga dianjurkan untuk aminofilin
dan teofilin.

12
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

6. Anti-caplocking Agent
Biasanya digunakan gliserin dan sorbitol yang berfungsi juga sebagai pemanis, karena sirupus
simpleks yang digunakan hanya sekitas 20-35%.

7. Pembuatan Sediaan Eliksir

Contoh formula :
R/ Zat aktif 100 mg
Sorbitol solution 30 %
Alkohol 10%
Propilenglikol 5%
(% b/v dari volume 5mL)
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,03%
Pewangi q.s
Pewarna q.s
Aquades ad. 5 ml
Misalkan : akan dibuat sediaan eliksir, dengan kekuatan sediaan 100 mg/5mL sebanyak 10 botol.
Jumlah yang akan diserahkan sebanyak 10 botol ditambah untuk uji mutu sediaan akhir dibutuhkan :

Penentuan bobot jenis


1 Botol
Penetapan pH
Karena dari
Penetapan viskositas dan rheologi 2 botol
seluruh uji
(viscometer Brookfield)
diatas ada uji
Volume terpindahkan (non-destruktif) 3 botol
Identifikasi 3 botol yang tidak
Penetapan kadar 3 botol destruktif
Penetapan potensi antibiotika .. botol sehingga dapat
(jika ZA antibiotika) digunakan untuk
JUMLAH 30 botol uji evaluasi yang
lain. Jadi jumlah
eliksir yang akan dibuat adalah 10 + 30 = 40 botol.

Perhitungan
 Jumlah yang akan diserahkan sebanyak 10 botol, ditambah untuk uji mutu sediaan akhir
dibutuhkan 30 botol. Maka akan dibuat total : 40 botol.
 Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang
dari botol. Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044.
 Volume sediaan tiap botol = 100 ml + (3 % x 100 ml) = 103 ml
 Total volume sediaan yang akan dibuat : 40 botol x 103 ml = 4120 ml
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10% sehingga
volume total yang dibuat = 4120 ml + (10% x 4120) ml = 4532 ml.

13
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Catatan editor: melebihkan bahan 10% masih menjadi perdebatan. Menurut Ibu Sasanti hal ini tidak
perlu dilakukan (kecuali untuk semisolid)- perlu didiskusikan!

Penimbangan
Bahan yang
Untuk volume 5 ml Untuk volume 4532 ml
ditimbang
Zat aktif 100 mg 100 mg/ 5ml x 4532 ml = 90640 mg
Sorbitol
30% b/v x 5 ml = 1,5 g 1,5 mg/ 5ml x 4532 ml = 1359,6 mg
solution
Alkohol 10% b/v x 5 ml = 0,5 g 10% b/v x 4532 ml = 453,2 g
Propilen
5%b/v x 5 ml = 0,25 g 5% b/v x 4532 ml = 226,6 g
glikol
Metil
0,2% b/v x 5 ml = 0,01 g 0,2% b/v x 4532 ml = 9,064 g
paraben
Propil
0,03% b/v x 5 ml = 0,0015 0,03% b/v x 4532 ml = 0,0015
paraben
Pewangi qs (dalam bentuk persen)
Pewarna qs (dalam bentuk persen)
Aquadest Ad 5 ml Ad 4532 ml
Prosedur Pembuatan
1. Air sebagai pembawa harus dididihkan kemudian didinginkan.
2. Bahan aktif dan bahan pembantu (jumlah yang diminta + evaluasi) ditimbang.
3. Pembuatan larutan sakarosa (FI. III. 567). Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben
0,25 % b/v hingga terbentuk 100 bagian sirupus simpleks yang berfungsi sebagai pengental dan
pemanis.
4. Bahan aktif dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dalam satu pelarut yang paling
melarutkan zat-zat tersebut. Apabila kelarutan bahan berkhasiat di dalam masing-masing pelarut
yang akan dikombinasikan tidak tinggi, maka zat aktif dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam
pelarut campur tersebut.
5. Bahan pembantu dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dalam pelarut yang paling
melarutkan zat-zat tersebut.
6. Tambahkan berturut-turut larutan pengawet, larutan pewangi, larutan pewarna kedalam larutan zat
aktif. (Sedapat mungkin penambahan zat-zat pembantu dalam keadaan terlarut)
7. Tambahkan sisa pelarut campur
8. Masukkan pemanis.
9. Genapkan dengan air sampai volume yang diinginkan.
10. Masukkan kedalam wadah, tutup dan beri etiket.
(Modul Praktikum Semisolida, 2003, hal 15,18).

8. Evaluasi & Penyimpanan

Evaluasi
1. Evaluasi Fisika

14
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

 Evaluasi organoleptik : bau, rasa, warna, kejernihan, selain itu juga diperiksa kelengkapan etiket,
brosur dan penandaan pada kemasan.
 Evaluasi kejernihan FI IV hal 998 (881) : 5 ml
 Berat jenis FI IV hal 1030 (981) : 10 ml
 pH FI IV hal 1039 (1071) : 1 botol
 Volume terpindahkan FI IV hal 1089 (1201) : 30 wadah (tetapi dapat dipakai untuk uji-uji lainnya)
 Viskositas (petunjuk prak farmasi fisika hal 9-12 atau Physical Pharmacy, Martin, hal. 463).
Viskosimeter Hoppler membutuhkan kurang lebih 120 ml (2 botol).
Alat : Viskometer Hoppler
Prosedur :
- Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai penuh)
- Masukkan bola yang sesuai
- Tambahkan cairan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada gelembung
udara)
- Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan oleh bola untuk
menempuh jarak tertentu melalui cairan tabung
- Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer
- Viskositas cairan dihitung dengan rumus :

η=β ( ρ1 −ρ2 ) t
Keterangan :
η = viskositas cairan β = konstanta bola
ρ1 = bobot jenis bola ρ2 = bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

2. Evaluasi kimia
 Identifikasi
 Penetapan kadar (termasuk dalam pengujian Keseragaman Sediaan <911> Suplemen FI IV hal 1543-
1544
( sesuai monografi)
3. Evaluasi Biologi
 Penetapan potensi antibiotik untuk eliksir dengan zat aktif antibiotika (FI. IV hal 891-899).

Prosedur evaluasi sama dengan larutan!!

Penyimpanan
Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah
menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan pada wadah tertutup rapat
dan tahan cahaya. (Ansel hal 343)

9. Contoh Sediaan Di Pasaran


1. Eliksir parasetamol

15
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Contoh : dapyrin, decadol elixir


2. Eliksir teofilin
contoh : bronchophylin, bufabron, brodilex, tusapres
3. Eliksir piperazin sitrat
contoh : ascari, combantrinneo ultraxon
4. Eliksir ambroxol HCl
contoh : mucopect

BP 2002 hal 1883.


1. Ephedrine Elixir
2. Phenobarbital Elixir
3. Piperazin Citrate Elixir
Eliksir Fenobarbital
R/ Fenobarbital 4g
Orange Oil 0,25 mL
Propilen glikol 100 mL
Alkohol 200 mL
Sorbitol solution 600 mL
Pewarna q.s
Aquadest ad to 1000 mL
Eliksir Teofilin
(Lachman Teori dan Praktek Industri, hal 342)
R/
Teofilin 5,3 g
Asam sitrat 10 g
Liquid glukosa 44 g
Syrup 132 mL
Glycerin 50 mL
Sorbitol Solution 324 mL
Alkohol 200 mL
Sodium saccharin 5g
Lemon oil 0,5 g
FDC yellow No. 5 0,1 g
Aquadest ad 1000 mL

Eliksir Teofilin (RPS hal 758)


R/
Teofilin 5,3 g
Asamsitrat 10,0 g
Syrup 132,0 g
Glycerin 50,0 g
Sorbitol Solution 324,0 g

16
TEORI SEDIAAN APT ITB OKT 2011-2012 ELIKSIR

Eliksir Asetaminofen (Fornas hal 300)


Komposisi:
Tiap 5 mL mengandung
Asetaminofen 120mg
Gliserol 2,5mL
Prop. Glikol 500μL
Sorbitol Solution 70% 1,25mL
Etanol 500 μL
Zat tambahan yang cocok q.s
Aquadest ad to 5mL

17

Anda mungkin juga menyukai