Anda di halaman 1dari 2

RESUME MODUL PENGASUHAN DAN PENDIDIKAN ANAK

SESI 2 MEMAHAMI PERILAKU ANAK

Oleh : Nurin Swasti Kanthi, S.Geo


Pendamping Sosial Kecamatan Gamping, Sleman, DIY
Diklat P2K2 Gelombang 8 Angkatan 100 BBPPKS Yogyakarta

Pembelajaran sesi kedua ini memiliki tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada orangtua untuk meningkatkan perilaku baik anak serta memberikan metode yang tepat
dalam mengurangi perilaku buruk anak. Setiap anak selalu memiliki sisi terbaiknya, sebagai
orang tua kita harus bisa membuat anak menumbuhkan perilaku-perilaku baik dan mengurangi
bahkan mencegah anak berbuat perilaku yang buruk.

Menurut modul PPA P2K2 PKH meningkatkan perilaku baik pada anak dapat dilakukan
dengan dua langkah mudah yaitu memberikan pujian setiap anak berperilaku baik serta
memberikan penghargaan atau apresiasi kepada anak setiap mereka melakukan perilaku yang
baik. Saat melakukan penyuluhan setiap peserta dapat diminta untuk mengingat dan
mengidentifikasi kelebihan dan perilaku baik setiap putra putrinya. Kelebihan pada anak dapat
berupa sifat anak yang suka berbagi, atau anak yang rajin sholat dan belajar, dll. Setiap perilaku-
perilaku baik tersebut hendaknya orangtua memberikan pujian, saat kita memuji anak, anak akan
merasa diberi sugesti untuk terus melakukan hal baik tersebut. Selain pujian kita juga bisa
memberikan apresiasi kepada anak. Apresiasi tidak perlu hal yang mahal atau sulit, cukup hal
yang sederhana tetapi membuat anak bahagia, seperti diajak jalan-jalan atau dimasakan
makanan kesukaannya, dll. Kedua cara tersebut harus dilakukan secara konsisten agar anak
juga konsisten melakukan perilaku baik, ditambah dengan menceritakan hal baik yang dilakukan
anak kepada anggota keluarga lain dihadapan anak dapat membuat anak merasa bahwa
kebaikan yang dia lakukan didukung oleh banyak orang.

Meningkatkan perilaku baik pada anak harus diikuti pula dengan mengurangi perilaku
buruk pada anak. Menurut www.parenting.co.id dan modul PPA P2K2 PKH sesi 2, ada 5 cara
mengurangi perilaku buruk pada anak yaitu:
1. Jangan bereaksi ketika anak mengamuk atau tantrum. Seringkali anak hanya mencari
perhatian, jika kita bereaksi saat anak mengamuk, anak akan sering menjadikannya
senjata saat menginginkan sesuatu. Sama seperti cerita dimodul PPA P2K2 PKH sesi 2
saat Ita ingin beli es krim dikala bu Lili sedang arisan. Berikan anak waktu untuk
menenangkan diri atau alihkan perhatian anak saat mereka berperilaku buruk.
2. Menetapkan kesepakatan bersama anak. Mulai dari anak usia 2 tahun, anak sudah dapat
diajak untuk membuat kesepakatan bersama. Misalnya kesepatakan untuk seminggu
sekali beli es krim, kesepakatan jam main dan lain-lain.
3. Konsisten dengan kesepakatan yang telah dibuat. Suasana hati orang tua tidak boleh
mempengaruhi kesepakatan yang telah dibuat. Misalnya jika disepakati main HP 15 menit
dalam sehari maka orang tua tetap harus konsisten dengan kesepakatan tersebut apapun
yang terjadi.
4. Sabar dengan perilaku buruk anak karena mengurangi perilaku buruk pada anak tidak
bisa instan.
5. Hindari kekerasan fisik dan non-fisik. Kekerasan fisik dapat membuat anak menjadi
agresif dan tidak konsentrasi dalam belajar. Kekerasan non-fisik seperti bentakan dapat
membuat anak tidak percaya diri dan murung.
Pembelajaran sesi kedua ini mengajak orangtua agar bisa meningkatkan perilaku baik
dan serta mengurangi perilaku buruk anak. Dalam meningkatkan perilaku baik pada anak, orang
tua harus dapat menganalisis kelebihan anak, kemudian memberikan pujian dan apresiasi atas
perilaku baik pada anak. Sedangkan untuk mengurangi perilaku buruk pada anak, ada beberapa
cara yang dapat dilakukan seperti tidak bereaksi atau mengabaikan perilaku anak yang hanya
mencari perhatian dan tidak berbahaya, menetapkan kesepakatan bersama anak, konsisten
dengan kesepakatan, sabar dan tidak menggunakan kekerasan fisik dan non fisik pada perilaku
buruk anak karena efek negative dari kekerasan ini sangatlah berbahaya bagi pertumbuhan anak.

Saran untuk sesi kedua ini bisa ditambahkan kasus real dampak kekerasan fisik dan non
fisik pada anak, seperti ada yang anak hingga meninggal karena kekerasan fisik, atau kasus
lainnya agar peserta dapat instropeksi dan tidak melakukan kekerasan-kekerasan tersebut pada
anak, tentunya dengan menyembunyikan identitas pelaku.

Anda mungkin juga menyukai