Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan informasi pada abad 21 berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan

manusia. Hal tersebut berpengaruh pula pada proses pendidikan yang mengedepankan proses

untuk membentuk manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan

memiliki kemampuan berpikir yang tinggi. Persiapan ini harus dilakukan sejak pendidikan

tingkat dasar hingga menengah sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal. Pendidikan di abad

21 tidak lagi membentuk cara belajar yang monoton, tapi menuntut pebelajar untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan penalaran tingkat tinggi serta berpikir

dan kreativitas ilmiah, sehingga cara-cara lama seperti menghafal dan mengingat tidak lagi

menjadi acuan.

Salah satu kecakapan hidup (lifeskill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan

di abad 21 adalah keterampilan berpikir, hal tersebut dikarenakan kemampuan seseorang dalam

memecahkan masalah akan menentukan keberhasilan seseorang dalam proses pendidikan yang

dijalani [ CITATION Zan16 \l 1057 ] . Kemampuan berpikir krtits merupakan salah satu bagian dari

pendidikan profesional dan sebagai hasil yang sangat diharapkan dalam proses pendidikan.

Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan dalam memahami suatu permasalahan dan

mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut, serta selalu berpikiran terbuka terhadap hal-

hal baru untuk menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi [ CITATION Yua18 \l

1057 ]. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam mengembangkan kemapuan membuat

keputusan (decision-making) [ CITATION Tiw03 \l 1057 ]. Menurut Yuanita (2018), kemampuan

lainnya yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran abad 21 yaitu kreativitas ilmiah.
Pembelajaran dituntut untuk memberikan pengalaman-pengalaman kepada siswa untuk lebih

mengerti dan mengembangkan pengetahuannya melalui serangkaian proses kreatif yang berbasis

ilmiah.

Beberapa studi yang mempelajari kemampuan berpikir kritis dan kreativitas ilmiah

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada calon guru sains, masih memiliki rata-rata

yang rendah hingga medium [ CITATION Dem14 \l 1057 ]. Menurut Gunawan dkk (2014),

mahasiswa masih banyak megalami kesulitan dalam mengaplikasikan teori dan

mengintegrasikan teori tersebut dengan kehidpan sehari-hari yang memerlukan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis mencakup beberapa komponen yaitu

kemampuan menganalisis pendapat, membuat kesimpulan, mengevaluasi dan kemampuan

pemecahan masalah. Kemampuan berpiki kritis mencakup dua kemampuan yakni keterampilan

kognitif dan karakter. Keterampilan karakter dapat dilihat dari sikap, termasuk didalamnya

kemampuan berpikir secara terbuka (open-minded), keinginan untuk memperoleh informasi serta

menghargai pendapat yang beragam [ CITATION Lai11 \l 1057 ].

Kemampuan berpikir kreatif dan kreativitas ilmiah sangat penting dimiliki oleh mahasiswa,

karena dapat memudahkan dalam mempertajam dan memperdalam kemampuan mahasiswa

untuk menganalisis berbagai permasalah yang muncul dalam mempelajari suatu materi atau

teori. Kemampuan tersebut dapat mempermudah mahasiswa pada saat mengaplikasikan suatu

materi atau ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan dan lingkungan sekitarnya

[ CITATION Gun14 \l 1057 ] . Kemampuan berpikir kritis dan kreativitas ilmiah yang dimiliki

mahasiswa PGSD nantinya mampu untuk memfasilitas mahasiswa pada saat menerapkan

pembelajaran di sekolah. Hal tersebut memudahkan mahasiswa mencari hubungan terkait dengan
materi dan kondisi siswa sehari-hari, karena mahasiswa telah terbiasa berpikir secara luas dan

terarah sehingga berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilakukan nantinya.

Kemampuan berpikir kritis dan kreativitas ilmiah dapat mengembangkan keterampilan

karakter, motivasi belajar, kreativitas serta kemampuan metakognisi seseorang [ CITATION Lai11 \l

1057 ]. Pendidikan dengan keterampilan berpikir krtits serta memiliki kreativitas ilmiah selama

ini masih kurang optimal diterapkan, sehingga perlu diterapkan serangkaian proses yang dapat

membantu mahasiswa mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas ilmiah yang

dimiliki. Hal ini dapat membentuk mahasiswa menjadi calon guru yang memiliki integritas dan

kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga pembelajaran yang dilakukan nantinya tidak hanya

berbasis pada hafalan, tetapi mengajak siswa untuk berpikir lebih kreatif dan mampu mengatasi

tantangan pendidikan abad 21 yang terus menuntut adanya inovasi dalam pengembangan cara

mengajar dari guru maupun calon guru.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreativitas Ilmiah Ditinjau dari

Kecenderungan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD FKIP UNRAM”.


DAFTAR PUSTAKA

Demirhan, E., & Koklukaya, A. N. (2014). The Critical Thinking Dispositions of Preospective
Science Teachers. Procedia - Social and Behavioral Sciences 116, 1551-1555.

Gunawan, I., Suraya, S. N., & Tryanasari, D. (2014). Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Kritis dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Konsep Sains II Prodi
PGSD IKIP PGRI Madiun. Premiere Educandum Vol. 4 No.1, 10-40.

Lai, E. R. (2011). Critical Thinking: A Literature Review. London: Pearson.

Tiwari, A., Avery, A., & Lai, P. (2003). Critical Thinking Disposition of Hong Kong Chinese
and Australian Nursing Students. Journal of Advanced Nursing 44(3), 298-307.

Yuanita. (2018). Analisis Keterampilan Proses Sains Melalui Praktikum IPA Materi Bagian-
Bagian Bunga dan Biji pada Mahasiswa PGSD STKIP Muhammadiyah BAngka
Belitung. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD Vol.6 No.1, 27-35.

Zanthy, L. S. (2016). Pengaruh Motivasi Belajar Ditinjau dari Latar Belakang Pemilihan Jurusan
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa di STKIP Siliwangi Bandung.
Teorema Vol.1 No.1.

Anda mungkin juga menyukai