Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 5s

Anggota : Muhammad Arief Phonna (1701103010055)

: Fajar Mufti (1701103010090)

: Ikhsanul Ilham (1701103010091)

: Fitri Fahira Andriani (1701103010030)

A. Analisis LKPD Satu Tahun Anggaran

Analisis LKPD satu tahun anggaran dilakukan untuk melihat hubungan dan
pembandingan antar komponen LKPD pada Pemda yang sama. Hubungan yang bisa dilihat
diantaranya adalah:

1. Realisasi Belanja Modal dalam LRA dan LO dikaitkan dengan penambahan Aset Tetap
di Neraca. Oleh karena data yang ada hanya satu tahun, maka kenaikan Aset Tetap
diperoleh dari pembandingan dengan tahun sebelumnya yang ada di Neraca.
 Kota Langsa
Realisasi Belanja Modal pada laporan realisasi anggaran Kota Langsa
menunjukkan angka Rp 333.296.714.479,35 dengan persentase realisasi dari
anggaran sebesar 96,21%. Dapat kita lihat pada akun Aset Tetap di neraca pada
tahun 2017 menunjukkan angka Rp 1.445.647.584.717,70 Terjadi peningkatan
pada akun aset tetap milik Kota Langsa dari tahun 2016 yaitu sebesar Rp
1.278.520.177.158,48 Maka dalam hal ini, terjadi peningkatan pada aset tetap di
Kota Langsa sebesar Rp 167.127.407.559,22
 Kota Lhoksumawe
Realisasi Belanja Modal pada laporan realisasi anggaran Kota Langsa
menunjukkan angka Rp 223.594.518.755,00 dengan persentase realisasi dari
anggaran sebesar 93,32%. Dapat kita lihat pada akun Aset Tetap di neraca pada
tahun 2017 menunjukkan angka Rp 1.443.566.365.751,74 Terjadi peningkatan
pada akun aset tetap milik Kota Langsa dari tahun 2016 yaitu sebesar Rp
1.361.939.171.519,33 Maka dalam hal ini, terjadi peningkatan pada aset tetap di
Kota Langsa sebesar Rp 81.627.186.232,41
2. Membandingkan Pendapatan dalam LRA dengan pendapatan dalam LO. LRA
menggunakan basis Kas, sedangkan LO menggunakan basis Akrual, sehingga besaran
angka pendapatan dan belanja/beban berbeda.
a. Bandingkan Pendapatan dalam LRA dengan pendapatan dalam LO. Mana
yang lebih besar? Apa alasannya?
 Kota Langsa
Jumlah pendapatan dalam LRA Kota Langsa tahun 2017 adalah sebesar Rp
1.014.888.423.313,13 Sedangkan jumlah pendapatan dalam LO sebesar Rp
1.056.938.765.428,47
 Kota Lhoksumawe
Jumlah pendapatan dalam LRA Kota Langsa tahun 2017 adalah sebesar Rp
901.721.200.897,32 Sedangkan jumlah pendapatan dalam LO sebesar Rp
915.352.626.636,05

Dapat kita simpulkan bahwa kedua laporan keuangan diatas memiliki nilai
pendapatan di Laporan Operasional lebih besar dibandingkan pendapatan di laporan
Realisasi Anggaran. Maka sudah selayaknya pendapatan di LO lebih besar, karena
Laporan Operasional menggunakan basis akrual dimana basis tersebut melakukan
pencatatan saat terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima. Berbeda dengan
Laporan Realisasi Anggaran yang menggunakan basis cash, dimana pencatatan
dilakukan jika ada penerimaan.

b. Bandingkan Belanja dalam LRA dan Beban dalam LO. Belanja adalah biaya
yang dibayarkan selama satu tahun anggaran dan diakui dengan menggunakan
basis kas, sedangkan Beban menggunakan basis Akrual. Mana yang lebih besar,
Belanja atau Beban? Apa alasannya?
 Kota Langsa
Jumlah belanja yang dilakukan oleh Kota Langsa di LRA tahun 2017 adalah
sebesar Rp 918.455.638.870,35 Sedangkan beban di LO tahun 2017 sebesar Rp
828.498.977.791,35 .
 Kota Lhoksumawe
Jumlah belanja yang dilakukan oleh Kota Langsa di LRA tahun 2017 adalah
sebesar Rp 870.168.392.236,00Sedangkan beban di LO tahun 2017 sebesar Rp
714.140.812.534,17 .
Dalam hal ini, dalam LKPD Kota Langsa dan Kota Lhoksumawe menyatakan
bahwa beban di LO lebih kecil daripada belanja di LRA. Padahal semestinya, sesuai
pemahaman akuntansi, beban di LO harus lebih besar karena menggunakan basis
akrual. Hal ini terjadi karena akun belanja dan jumlah belanja yang ada di LRA lebih
banyak dibandingkan beban yang diakui pada LO

c. Bandingkan Surplus/Defisit antara LRA dan LO. Mana yang lebih besar? Apa
alasannya?
 Kota Langsa
Di laporan Realisasi Anggaran Kota Langsa, terjadi Defisit dalam realisasi anggaran
sebesar Rp 6.792.904.621,22. sedangkan di Laporan Operasional, terjadi Surplus
sebesar Rp 226.522.123.320,12

LO pada LKPD Kota Langsa mengalami surplus sedangkan LRA pada LKPD
Kota Langsa mengalami defisit. Perbedaan besaran surplus/defisit antara LRA dan
LO disebabkan dalam LO menggunakan akrual basis untuk akun pendapatan,
terutama untuk pajak daerah dan retribusi daerah, dan beban, terutama untuk
penyusutan dan piutang tak tertagih. Kemudian hal ini juga disebabkan karena
pendapatan yang ada di LO lebih besar dibandingkan dengan beban yang ada di LO,
sedangkan pendapatan yang ada di LRA lebih kecil dibandingkan dengan belanja
yang ada di LRA.

 Kota Lhoksumawe
Di laporan Realisasi Anggaran Kota Langsa, terjadi Defisit dalam realisasi anggaran
sebesar Rp 31.552.808.661,32. sedangkan di Laporan Operasional, terjadi Surplus
sebesar Rp 201.005.415.101,88

LO dan LRA pada LKPD Kota Lhokseumawe mengalami surplus, dimana


surplus pada LO lebih besar dibandingkan dengan surplus pada LRA. Perbedaan
besaran surplus/defisit antara LRA dan LO disebabkan adanya pengakuan akrual
dalam LO untuk akun pendapatan, terutama untuk pajak daerah dan retribusi daerah,
dan beban, terutama untuk penyusutan dan piutang tak tertagih. Kemudian hal ini
juga disebabkan karena pada LO dan LRA pendapatannya jauh lebih besar
dibandingkan dengan beban pada LO dan belanja pada LRA.

B. Pembandingan dua LKPD


1. Urutan penyajian LKPD.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
No. Pemda
LRA LPSAL Neraca LO LAK LPE CALK

1. Langsa 4 5 1 3 6 2 7

2. Lhokseumawe 2 3 1 4 6 5 7

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan Peraturan


Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 demikian juga dengan Permendagri No. 64 tahun 2013,
yakni: (1) laporan realisasi anggaran; (2) laporan perubahan saldo anggaran lebih; (3) neraca;
(4) laporan operasional; (5) laporan arus kas; (6) laporan perubahan ekuitas; dan (7) catatan
atas laporan keuangan.

2. Komponen dalam LKPD.

a. Pembandingan akun dalam Neraca:

 Komponen Aset lancar

Langsa Lhokseumawe
 Komponen Aset tetap

Langsa Lhokseumawe

 Apakah terjadi kenaikan/penurunan dalam nilai Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang,
dan Aset Tetap?

1) Langsa

Pada neraca di LKPD Kota Langsa perbandingan nilai aset lancar tahun 2016 dan 2017
mengalami penurunan sebesar Rp 4.970.299.800,30. Kemudian untuk perbandingan nilai
Investasi Jangka Panjang tahun 2016 dan 2017 juga mengalami penurunan sebesar Rp
866.759.809,94 . Dan perbandingan nilai aset tetap tahun 2016 dan 2017 mengalami
kenaikan sebesar Rp 167.127.407.559,22 .

2) Lhokseumawe

Pada neraca di LKPD Lhokseumawe perbandingan nilai aset lancar tahun 2016 dan 2017
mengalami kenaikan sebesar Rp 10.322.059.934,75. Kemudian untuk perbandingan nilai
Investasi Jangka Panjang tahun 2016 dan 2017 juga mengalami kenaikan sebesar Rp
677.223.666,00. Dan perbandingan nilai aset tetap tahun 2016 dan 2017 juga mengalami
kenaikan sebesar Rp 81.627.186.232,41.

 Apakah terjadi kenaikan Kewajiban atau Hutang?

1) Langsa

Pada neraca di LKPD Aceh Timur perbandingan nilai Kewajiban atau Hutang tahun
2016 dan 2017 mengalami kenaikan sebesar Rp 3.039.803.659,01

2) Lhokseumawe

Pada neraca di LKPD Lhokseumawe perbandingan nilai Kewajiban atau Hutang tahun
2016 dan 2017 mengalami penurunan sebesar Rp 154.573.486.015,42.

 Apakah format dan jumlah kolom dalam Neraca sama untuk kedua LKPD?

Format dan dan jumlah kolom dalam Neraca sama untuk kedua LKPD, jumlah
kolomnya sebanyak 4 kolom dan formatnya terdiri dari uraian, reff, tahun laporan
keuangan 2016 dan 2017.

b. Pembandingan akun dalam LRA:

 Apakah sama komponen PAD di antara kedua LKPD?


Komponen PAD di antara kedua LKPD tersebut sama. Diantaranya:
 Pendapatan pajak daerah

 Pendapatan retribusi daerah

 Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

 Bandingkan proporsi PAD terhadap Total Pendapatan !

 Proporsi PAD terhadap total Pendapatan LKPD Langsa pada tahun 2017 sebesar 11,83%

 Proporsi PAD terhadap total Pendaptan LKPD Lhokseumawe pada tahun 2017 sebesar
6,98%

 Apakah terjadi Surplus/Defisit dalam Anggaran dan Realisasi?

 Pada LKPD Langsa terjadi defisit pada anggaran dan realisasi. Pada anggaran terjadi
defisit sebesar (30.610.413.704,96) dan pada realisasi terjadi defisit sebesar
(6.792.904.621,22)

 Pada LKPD Lhokseumawe terjadi defisit pada anggaran dan surplus pada realisasi.
Pada anggaran terjadi defisit sebesar (23.780.603.121,23) dan pada realisasi terjadi
surplus sebesar 31.552.808.661,32.

c. Pembandingan akun dalam LO (Laporan Operasional):

 Perbandingan pendapatan LO antar dua LKPD. Pendapatan LO pada LKPD Langsa


sebesar Rp 226.522.123.320,12 dan pendapatan LO pada LKPD Lhokseumawe sebesar
Rp 915.352.626.636,05. Jadi pendapatan LO pada LKPD Kota langsa lebih kecil
dibandingkan dengan LO pada LKPD Lhokseumawe.

 Perbandingan Belanja (LRA) dengan Beban (LO) pada kedua LKPD dan perbandingan
dari kedua hasil tersebut.

 Perbandingan belanja LRA dan beban LO pada LKPD Langsa yaitu LRA sebesar Rp
918.455.638.870,35 , sedangkan LO sebesar Rp 828.498.977.791,35, maka beban
LO lebih kecil dibandingkan belanja LRA.

 Perbandingan belanja LRA dan beban LO pada LKPD Lhokseumawe yaitu LRA
sebesar Rp 870.168.392.236,00, sedangkan LO sebesar Rp 714.140.812.534,17,
maka beban LO lebih kecil dibandingkan dengan belanja LRA.
 Perbandingan beban LO dan belanja LRA dari kedua LKPD tersebut menunjukkan
bahwa kedua LKPD memiliki LO lebih kecil dibandingkan belanja LRA.

d. Pembandingan format dan substansi Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

 Cara penomoran CaLK yang menjadi referensi atau catatan dalam LKPD utama
(khususnya Neraca, LRA dan LO yang memutuhkan penjelasan lebih rinci dalam CaLK)

Pada LKPD Langsa penomoran CaLK yang menjadi referensi atau catatan dalam
LKPD utama dibuat sesuai dengan urutan penyajian LKPD yaitu dengan nomor 1 untuk
Neraca, nomor 2 untuk Laporan Perubahan Ekuitas, nomor 3 untuk Laporan Operasional,
nomor 4 untuk Laporan Realisasi Anggaran dan nomor 5 untuk Laporan Saldo Anggaran
Lebih, nomor 6 untuk Laporan Arus Kas dan nomor 7 untuk Catatan Atas Laporan
Keuangan. Sedangkan pada LKPD Lhokseumawe penomoran CaLK yang menjadi referensi
atau catatan dalam LKPD utama dibuat sesuai dengan BAB penjelasan atas pos-pos laporan
keuangan yaitu pada BAB 5 di CaLK, maka di setiap Laporan Keuangan diatambahkan
angka 5 di depannya, hal ini dibuat untuk memudahkan pengguna laporan keuangan untuk
menemukan penjelasan atas pos-pos laporan keuangan di CaLK.

 Cara penyajian informasi dalam CaLK

Pada BAB I Pendahuluan CaLK di LKPD Langsa dan Lhokseumawe secara garis
besar format penyajiannya sudah sama, tetapi terdapat beberapa poin yang berbeda yaitu pada
CaLK di LKPD Langsa terdapat sistematika penulisan CaLK namun pada CaLK di LKPD
Lhokseumawe tidak disajikan. Namun pada CaLK di LKPD Lhokseumawe terdapat format
informasi umum.
Pada BAB II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja
APBK, CaLK di LKPD Langsa dan Lhokseumawe secara garis besar format penyajiannya
sudah sama, tetapi terdapat beberapa poin bagian yang berbeda yaitu pada CaLK di LKPD
Langsa Kebijakan Makro memiliki poin-poin penting yang dibahas didalamnya, namun pada
CaLK di LKPD Lhokseumawe Kebijakan Mikro tidak membahas poin-poin penting yang di
bahas secara terperinci di dalamnya, begitu juga dengan penyajian kebijakan keuangan dan
pencapaian target kinerja APBK pada CaLK di LKPD Lhokseumawe tidak membahas poin-
poin penting secara terperinci.
Pada BAB III secara garis besar penulisan poin-poin penting pada CaLK di LKPD
Langsa dan Lhokseumawe kesamaan, maksud dan tujuannya hampir sama. Dimana judul
besar dari penyajian BAB III pada CaLK di LKPD Langsa tertulis Ikhtisar Pencapaian
Kinerja Keuangan, sama dengan yang terdapat pada CaLK di LKPD Langsa dan
Lhokseumawe cara penyajian informasi dalam CaLK membuat rincian akun beserta nilai
rupia2hnya.
Pada BAB IV kebijakan akuntansi format yang disajikan sama antar dua LKPD.
Pada BAB V terdapat perbedaan cara penyajiannya pada LKPD Langsa dijelaskan
akun akun secara sistematis.Namun, pada pada CaLK di Lhoksumawe digabungkan urutan
penyajian laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas.
Pada BAB VI penutup, pada CaLK di LKPD Langsa dan Lhokseumawe memiliki
perbedaan dalam format penyajiannya, dimana pada CaLK di LKPD Langsa terdapat dua
poin yaitu permasalahan dan pemecahannya sedangkan pada CaLK di LKPD Lhokseumawe
hanya melampirkan pernyataan telah diselesaikannya CaLK dan ditandatangani oleh walikota
Lhokseumawe.

C. Catatan Penting

1. Teori Sinyal (Signaling Theory). Menyatakan bahwa perusahaan yang berkinerja baik
ingin menyampaikan informasi lebih lengkap kepada public (pengguna laporan
keuangan), namun perusahaan yang mengalami masalah keuangan memiliki
kecenderungan untuk mengungkapkan sesedikit mungkin. Apakah hal ini berlaku
untuk Pemda pada saat menyajikan LKPD?

Hal tersebut berlaku untuk Pemda pada saat menyajikan LKPD, dimana ada saatnya
pemerintah daerah mengungkapkan sesedikit mungkin masalah yang terjadi pada keuangan
pemerintah daerah untuk menutupi semua masalah tersebut demi mendapatkan opini WTP
dari BPK. Masalah yang sering terjadi pada laporan keuangan Pemda yaitu fraud berupa
korupsi. Jika pada perusahaan yang beroperasi dalam bidang bisnis yang memiliki tujuan
untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya mereka memang sering melakukan earning
management untuk kepentingan perusahaannya dalam menarik investor, namun jika pada
Pemda semuanya froud itu bertujuan untuk kepentingan pribadi.

2. Salah satu masalah dalam pelaporan keuangan berbasis akrual adalah terjadinya
manajemen laba (earnings management) atau accrual management melalui
perekayasaan terhadap Pendapatan dan Beban. Pada Pemda, hal ini berimplikasi pada
besaran Pendapatan-LO, Beban, dan Surplus/Defisit-LO.
 Apakah Pemda “miskin” melakukan manajemen akrual lebih besar dari pemda
“kaya”?
Memang, menggunakan pencatatan berbasis akrual dapat meningkatkan pendapatan,
hal ini terjadi dikarenakan pencatat berbasis akrual mengakui pendapatan bahkan
sebelum diterima kas/bank sehingga menghasilkan pendapatan yang terlihat banyak.
Tetapi, hal ini tidak membuat kesimpulan bahwa pemda “miskin” akan melakukan
manajemen akrual lebih besar dari pemda “kaya”
 Apakah Kapasitas Fiskal daerah dapat memprediksi kecenderungan pengaturan
akrual ini?

Kapasitas fiskal atau pajak daerah dapat kita gunakan sebagai salah satu hal penting
untuk memprediksi kecenderungan pemda melakukan manajemen akrual, dikarenakan
penerimaan pajak yang terlihat banyak dapat berindikasi pajak hasil dari manajemen
akrual, yang mana penerimaannya telah dicatat sebelum pendapatan itu benar-benar
masuk secara kas/bank.

Iya, dikarenakan pemda yang melakukan pencatatan dengan metode akrual memiliki laporan
keuangan operasional yang pendapatanya akan tampak lebih banyak, hal ini di sebabkan
pendapatan pendapatan yang belum di terima secara cash dapat langsung di catat sebagai
pendapatan

Anda mungkin juga menyukai