Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shofia Nafisa

NIM : 12030119130107

Kelas : akuntansi Pemerintahan

PERTANYAAN DAN JAWABAN PERTEMUAN 5

1. Pertanyaan: Seevaniska Amanda (12030119120033)

1. Menurut kelompok penyaji apakah pemda sudah mempunyai peraturan kepala daerah

tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah? Bila belum dapatkah tim pengelola aset

itu membuat peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi aset tetap?

2. Dan kemudian menurut kelompok penyaji, bagi pemda yang sudah mempunyai peraturan

kepala daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah, apakah sudah mengatur

secara detail terkait pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset? Kalau belum diatur

secara detail apa yang perlu dilakukan oleh tim pengelola aset?

Jawaban:

Anisa Numa Salsabila (NIM.12030119130127)

 Akuntansi Pemerintah Daerah didesain sebagai sebuah sistem yang mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan
mengakomodasi arsitektur Pengelolaan Keuangan Daerah yang dibangun oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019. Pilar utama pengembangan akuntansi pemerintah
daerah terletak pada perumusan kebijakan akuntansi dan pengembangan sistem akuntansi.
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-
konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh Pemerintah Daerah
sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah
untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
Kebijakan akuntansi tersebut disusun oleh Pemerintah Daerah dan ditetapkan dalam
Peraturan Kepala Daerah. Kebijakan akuntansi dibangun secara dinamis dan memuat praktik
spesifik yang dipilih oleh Pemerintah Daerah yang berfungsi sebagai panduan proses
penyusunan laporan keuangan mulai dari entitas akuntansi sampai dengan entitas
pelaporan. Kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah juga meliputi kebijakan akuntansi
pelaporan keuangan dan kebijakan akuntansi akun.

1. Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan


keuangan yang berfungsi sebagai panduan dalam penyajian dan pelaporan keuangan.

2. Kebijakan akuntansi akun mengatur definisi, pengakuan, pengukuran, penilaian, dan/atau


pengungkapan transaksi atau peristiwa sesuai dengan SAP atas:

a) pemilihan metode akuntansi atas kebijakan akuntansi dalam SAP

b) pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi dalam SAP


Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemda tentu sudah mempunyai peraturan kepala daerah
tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah. Contohnya seperti Peraturan Bupati
Sanggau Nomor 75 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah yang
dikeluarkan oleh Bupati Sanggau dari Provinsi Kalimantan Barat.

 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, Pasal 185 sampai dengan Pasal

188, Akuntansi Pemerintah Daerah dilaksanakan berdasarkan (1) Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Daerah, (2) SAPD, dan (3) Bagan Akun Standar (BAS) untuk Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. SAPD tersebut ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah. SAPD
memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan
pada jurnal, posting ke dalam buku besar, penyusunan neraca saldo, dan penyajian laporan
keuangan. SAPD meliputi sistem akuntansi SKPKD dan sistem akuntansi SKPD. SAPD pada entitas
akuntansi dilaksanakan dalam rangkaian prosedur identifikasi transaksi, teknik pencatatan,
pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, serta penyusunan laporan keuangan
entitas akuntansi berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. SAPD pada entitas pelaporan dilaksanakan
dalam rangkaian prosedur pencatatan jurnal penyesuaian konsolidasi, kertas kerja konsolidasi, dan
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemda yang sudah mempunyai peraturan kepala daerah tentang
kebijakan akuntansi pemerintah daerah tentu sudah mengatur secara detail terkait pengakuan,
pengukuran dan pelaporan atas aset melalui SAPD. Contohnya seperti Lampiran II Peraturan Bupati
Pangkajene dan Kepulauan No. 35 Tahun 2014 tentang SAPD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

2. Pertanyaan:Dhanka Brianta Ginting (120301191120018)

Dalam pos penerimaan pembiayaan, terdapat salah satu bagian materi yaitu pencairan dana

cadangan. Apakah terdapat kondisi-kondisi khusus tertentu agar dana cadangan ini dapat

dicairkan dalam suatu penganggaran dan apakah terdapat juga kondisi khusus tertentu suatu

penganggaran tidak dapat mencairkan dana cadangan ini?

Jawaban: Aisya Putri Maharani

Menurut Perda 10/1999 tentang Dana Cadangan Daerah Pasal 9 ayat 1 Dana Cadangan

Daerah digunakan untuk : a) menanggulangi keadaan memaksa yang tidak dapat diduga

sebelumnya yang tidak dapat ditanggulangi dengan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah tahun berjalan dan b) membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan yang bersifat

strategis dan berskala besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Pembentukan dana cadangan harus didasarkan perencanaan yang matang, sehingga jelas tujuan

dan pengalokasiannya. Klasifikasi Dana Cadangan disusun berdasarkan tujuan pembentukannya.


Dalam proses pencairan anggaran dana cadangan Kuasa PA terlebih dahulu melakukan

verifikasi atas bukti-bukti pengeluaran yang belum dipenuhi pada akhir tahun anggaran yang lalu.

Setelah verifikasi selesai dilaksanakan, Kuasa PA atau pejabat yang diberi kuasa segera

mengajukan surat permintaan pencairan Dana Cadangan dengan dilampiri dokumen tagihan

pembayaran kepada Kuasa BUN Pusat. Surat permintaan pencairan Dana Cadangan beserta

dokumen tagihan pembayaran diterima oleh Kuasa BUN Pusat paling lambat tanggal 14 Februari

tahun anggaran berikutnya setelah tahun anggaran penyimpanan Dana Cadangan berakhir. Dalam

hal tanggal 14 Februari bertepatan dengan hari libur, maka surat permintaan pencairan Dana

Cadangan diterima Kuasa BUN pada hari kerja berikutnya. Ketika pemindahan ini dilakukan

maka fungsi akuntansi akan membuat jurnal pengakuan dana cadangan di debit dan kas di Kasda

di kredit berdasarkan dokumen sumber yang relevan. Karena pembentukan dana ini melalui

pengeluaran pembiayaan maka fungsi akuntansi juga mencatat pengeluaran pembiayaan di debet

dan estimasi perubahan SAL di Kredit.

3. Pertanyaan: Witha Handayani (12030119120025)

Dalam hal terdapat selisih dalam pembiayaan anggaran, bagaimana perlakuan terhadap selisih

lebih dan kurang dari anggaran yang diberikan? Apakah akan diakumulasikan untuk periode

selanjutnya, dan bagaimana jika terjadi selisih kurang?

Jawaban: Aisya Putri Maharani

Apabila terjadi selisih lebih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah pada tahun

anggaran yang sama maka kondisi tersebut disebut dengan Surplus APBD. Artinya, surplus

terjadi bila jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah belanja. Surplus anggaran ini dapat

digunakan oleh pemerintah untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah,

pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah lain, dan pembentukan dana cadangan

(misalnya : untuk dana Pilkada, untuk pembangunan infrastruktur). Jika ada selisih anggaran lebih

(SILPA), maka bisa dimasukan ke dana cadangan. Dana cadangan tersebut bisa dipakai di periode

berikutnya sesuai dengan ketentuan yang telah mengatur penggunaannya.

Namun, sebaliknya apabila terjadi selisih kurang antara Pendapatan Daerah dan Belanja

Daerah pada tahun anggaran yang sama maka kondisi tersebut disebut dengan defisit APBD.

Defisit tersebut dapat ditutupi atau dibiayai dengan penerimaan pembiayaan, termasuk dalam

penerimaan pembiayaan tersebut misalnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun

sebelumnya, penggunaan cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang. Selain itu,

ada cara yang bisa digunakan untuk menutupi defisit dengan peningkatan pendapatan daerah,

efisiensi belanja, menagih piutang kepada daerah lain, penjualan aset-aset yang sudah tidak

bermanfaat, dan langkah terakhir adalah hutang.

4. Pertanyaan: Regina Theoni Pakpahan (12030119130101)

Ketika jumlah penerimaan pembiayaan (pinjaman) yang digunakan untuk menutup defisit lebih

besar daripada jumlah defisit anggaran, maka akan menimbulkan kelebihan uang yang tidak

dibelanjakan. Apakah akumulasi saldo anggaran yang lebih ini dapat digunakan untuk hal lain

(seperti belanja daerah) selain untuk menutup defisit anggaran?

Jawaban: Alka Kirani Fauziah

Kelebihan penerimaan pembiayaan dari pinjaman menimbulkan sisa kelebihan uang yang tidak

dibelanjakan, yang disebut sebagai SiLPA. Akumulasi SiLPA dari tahun ke tahun disebut dengan

istilah SAL (Saldo Anggaran Lebih) atau biasa disebut ‘tabungan pemerintah’. Apabila

Tabungan/SAL telah cukup banyak, maka pembiayaan untuk mengatasi defisit anggaran dapat

dilakukan tidak hanya melalui pinjaman, tapi dapat juga dengan mengambil SAL tersebut. Lebih

lanjut, dijelaskan pada peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah yang mengatur bahwa SAL pada pemerintah daerah hanya dapat digunakan

untuk tujuh hal:

1. Menutup defisit anggaran. Hal ini dilakukan oleh sebagian pemerintah daerah terutama

yang tidak banyak memiliki pilihan alternatif pembiayaan.

2. Mendanai kewajiban pemda yang belum tersedia anggarannya.

3. Membayar bunga dan pokok utang atau obligasi daerah yang melampaui anggaran yang

tersedia mendahului perubahan APBD.

4. Melunasi bunga dan pokok utang.

5. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan pegawai ASN akibat adanya kebijakan pemerintah.

6. Mendanai program dan kegiatan yang belum tersedia anggarannya,

7. Mendanai kegiatan yang capaian sasaran kinerjanya ditingkatkan dari yang telah

ditetapkan dalam DPA SKPD tahun anggaran berjalan, yang dapat diselesaikan sampai

dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan. Hal yang

perlu diperhatikan, penggunaan SiLPA tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran

harus diformulasikan terlebih dahulu dalam Perubahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran


(DPA) SKPD serta Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) SKPD.

5. Pertanyaan: Fernandita Hera Dianitasya (12030119140223).

Izin bertanya, bagaimana perlakuan pencatatan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan jika

dinyatakan dalam mata uang asing? Terima kasih

Jawaban : Charissa Viananda Putri

Pengaturan umum akuntansi atas transaksi dalam mata uang asing diatur di dalam Interpretasi

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) yang harus dibaca dalam konteks Paragraf

62 PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran. Pengaturan umum yang diberlakukan

untuk pencatatan transaksi dalam mata uang asing adalah sebagai berikut:

1. Jika tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan dalam

transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan menjabarkan ke

dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

2. Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi dan mata

uang asing tersebut dibeli dengan mata uang Rupiah, maka transaksi dalam mata uang

asing tersebut dicatat dalam Rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar Rupiah yang

digunakan untuk memperoleh mata uang asing tersebut.

3. Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk bertransaksi dan mata uang
asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya, maka:

a. transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs
transaksi.

b. transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam Rupiah berdasarkan kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi.

6. Pertanyaan: Fauziyya Agustina Hakiki (12030119140284)

Izin bertanya, apakah SILPA itu bisa menjadi negatif? Jelaskan bagaimana apa yang terjadi jika SILPA
tersebut negatif?

Jawaban : Asri Nur Rifkiyanti

Iya, SILPA bisa menjadi negatif. Jika angka SILPA menjadi negatif maka hal itu menunjukkan

bahwa pembiayaan netto belum dapat menutup defisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu

dicari jalan keluarnya. Contohnya misal dengan mengusahakan sumber-sumber penerimaan

pembiayaan yang lain seperti pencairan dana cadangan, pinjaman dan lain sebagainya, atau

dengan mengurangi belanja dan/atau mengurangi pengeluaran pembiayaan sehingga angka SILPA

ini sama dengan nol.

Anda mungkin juga menyukai