NIM : 12030119130107
1. Menurut kelompok penyaji apakah pemda sudah mempunyai peraturan kepala daerah
tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah? Bila belum dapatkah tim pengelola aset
itu membuat peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi aset tetap?
2. Dan kemudian menurut kelompok penyaji, bagi pemda yang sudah mempunyai peraturan
kepala daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah, apakah sudah mengatur
secara detail terkait pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset? Kalau belum diatur
secara detail apa yang perlu dilakukan oleh tim pengelola aset?
Jawaban:
Akuntansi Pemerintah Daerah didesain sebagai sebuah sistem yang mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan
mengakomodasi arsitektur Pengelolaan Keuangan Daerah yang dibangun oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019. Pilar utama pengembangan akuntansi pemerintah
daerah terletak pada perumusan kebijakan akuntansi dan pengembangan sistem akuntansi.
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-
konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh Pemerintah Daerah
sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah
untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
Kebijakan akuntansi tersebut disusun oleh Pemerintah Daerah dan ditetapkan dalam
Peraturan Kepala Daerah. Kebijakan akuntansi dibangun secara dinamis dan memuat praktik
spesifik yang dipilih oleh Pemerintah Daerah yang berfungsi sebagai panduan proses
penyusunan laporan keuangan mulai dari entitas akuntansi sampai dengan entitas
pelaporan. Kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah juga meliputi kebijakan akuntansi
pelaporan keuangan dan kebijakan akuntansi akun.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, Pasal 185 sampai dengan Pasal
188, Akuntansi Pemerintah Daerah dilaksanakan berdasarkan (1) Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Daerah, (2) SAPD, dan (3) Bagan Akun Standar (BAS) untuk Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. SAPD tersebut ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah. SAPD
memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan
pada jurnal, posting ke dalam buku besar, penyusunan neraca saldo, dan penyajian laporan
keuangan. SAPD meliputi sistem akuntansi SKPKD dan sistem akuntansi SKPD. SAPD pada entitas
akuntansi dilaksanakan dalam rangkaian prosedur identifikasi transaksi, teknik pencatatan,
pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, serta penyusunan laporan keuangan
entitas akuntansi berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. SAPD pada entitas pelaporan dilaksanakan
dalam rangkaian prosedur pencatatan jurnal penyesuaian konsolidasi, kertas kerja konsolidasi, dan
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemda yang sudah mempunyai peraturan kepala daerah tentang
kebijakan akuntansi pemerintah daerah tentu sudah mengatur secara detail terkait pengakuan,
pengukuran dan pelaporan atas aset melalui SAPD. Contohnya seperti Lampiran II Peraturan Bupati
Pangkajene dan Kepulauan No. 35 Tahun 2014 tentang SAPD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Dalam pos penerimaan pembiayaan, terdapat salah satu bagian materi yaitu pencairan dana
cadangan. Apakah terdapat kondisi-kondisi khusus tertentu agar dana cadangan ini dapat
dicairkan dalam suatu penganggaran dan apakah terdapat juga kondisi khusus tertentu suatu
Menurut Perda 10/1999 tentang Dana Cadangan Daerah Pasal 9 ayat 1 Dana Cadangan
Daerah digunakan untuk : a) menanggulangi keadaan memaksa yang tidak dapat diduga
sebelumnya yang tidak dapat ditanggulangi dengan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah tahun berjalan dan b) membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan yang bersifat
strategis dan berskala besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan harus didasarkan perencanaan yang matang, sehingga jelas tujuan
verifikasi atas bukti-bukti pengeluaran yang belum dipenuhi pada akhir tahun anggaran yang lalu.
Setelah verifikasi selesai dilaksanakan, Kuasa PA atau pejabat yang diberi kuasa segera
mengajukan surat permintaan pencairan Dana Cadangan dengan dilampiri dokumen tagihan
pembayaran kepada Kuasa BUN Pusat. Surat permintaan pencairan Dana Cadangan beserta
dokumen tagihan pembayaran diterima oleh Kuasa BUN Pusat paling lambat tanggal 14 Februari
tahun anggaran berikutnya setelah tahun anggaran penyimpanan Dana Cadangan berakhir. Dalam
hal tanggal 14 Februari bertepatan dengan hari libur, maka surat permintaan pencairan Dana
Cadangan diterima Kuasa BUN pada hari kerja berikutnya. Ketika pemindahan ini dilakukan
maka fungsi akuntansi akan membuat jurnal pengakuan dana cadangan di debit dan kas di Kasda
di kredit berdasarkan dokumen sumber yang relevan. Karena pembentukan dana ini melalui
pengeluaran pembiayaan maka fungsi akuntansi juga mencatat pengeluaran pembiayaan di debet
Dalam hal terdapat selisih dalam pembiayaan anggaran, bagaimana perlakuan terhadap selisih
lebih dan kurang dari anggaran yang diberikan? Apakah akan diakumulasikan untuk periode
Apabila terjadi selisih lebih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah pada tahun
anggaran yang sama maka kondisi tersebut disebut dengan Surplus APBD. Artinya, surplus
terjadi bila jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah belanja. Surplus anggaran ini dapat
digunakan oleh pemerintah untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah,
pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah lain, dan pembentukan dana cadangan
(misalnya : untuk dana Pilkada, untuk pembangunan infrastruktur). Jika ada selisih anggaran lebih
(SILPA), maka bisa dimasukan ke dana cadangan. Dana cadangan tersebut bisa dipakai di periode
Namun, sebaliknya apabila terjadi selisih kurang antara Pendapatan Daerah dan Belanja
Daerah pada tahun anggaran yang sama maka kondisi tersebut disebut dengan defisit APBD.
Defisit tersebut dapat ditutupi atau dibiayai dengan penerimaan pembiayaan, termasuk dalam
penerimaan pembiayaan tersebut misalnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun
sebelumnya, penggunaan cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang. Selain itu,
ada cara yang bisa digunakan untuk menutupi defisit dengan peningkatan pendapatan daerah,
efisiensi belanja, menagih piutang kepada daerah lain, penjualan aset-aset yang sudah tidak
Ketika jumlah penerimaan pembiayaan (pinjaman) yang digunakan untuk menutup defisit lebih
besar daripada jumlah defisit anggaran, maka akan menimbulkan kelebihan uang yang tidak
dibelanjakan. Apakah akumulasi saldo anggaran yang lebih ini dapat digunakan untuk hal lain
Kelebihan penerimaan pembiayaan dari pinjaman menimbulkan sisa kelebihan uang yang tidak
dibelanjakan, yang disebut sebagai SiLPA. Akumulasi SiLPA dari tahun ke tahun disebut dengan
istilah SAL (Saldo Anggaran Lebih) atau biasa disebut ‘tabungan pemerintah’. Apabila
Tabungan/SAL telah cukup banyak, maka pembiayaan untuk mengatasi defisit anggaran dapat
dilakukan tidak hanya melalui pinjaman, tapi dapat juga dengan mengambil SAL tersebut. Lebih
lanjut, dijelaskan pada peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah yang mengatur bahwa SAL pada pemerintah daerah hanya dapat digunakan
1. Menutup defisit anggaran. Hal ini dilakukan oleh sebagian pemerintah daerah terutama
3. Membayar bunga dan pokok utang atau obligasi daerah yang melampaui anggaran yang
5. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan pegawai ASN akibat adanya kebijakan pemerintah.
7. Mendanai kegiatan yang capaian sasaran kinerjanya ditingkatkan dari yang telah
ditetapkan dalam DPA SKPD tahun anggaran berjalan, yang dapat diselesaikan sampai
dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan. Hal yang
Izin bertanya, bagaimana perlakuan pencatatan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan jika
Pengaturan umum akuntansi atas transaksi dalam mata uang asing diatur di dalam Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) yang harus dibaca dalam konteks Paragraf
62 PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran. Pengaturan umum yang diberlakukan
untuk pencatatan transaksi dalam mata uang asing adalah sebagai berikut:
1. Jika tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan dalam
transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan menjabarkan ke
dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
2. Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi dan mata
uang asing tersebut dibeli dengan mata uang Rupiah, maka transaksi dalam mata uang
asing tersebut dicatat dalam Rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar Rupiah yang
3. Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk bertransaksi dan mata uang
asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya, maka:
a. transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs
transaksi.
b. transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam Rupiah berdasarkan kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi.
Izin bertanya, apakah SILPA itu bisa menjadi negatif? Jelaskan bagaimana apa yang terjadi jika SILPA
tersebut negatif?
Iya, SILPA bisa menjadi negatif. Jika angka SILPA menjadi negatif maka hal itu menunjukkan
bahwa pembiayaan netto belum dapat menutup defisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu
pembiayaan yang lain seperti pencairan dana cadangan, pinjaman dan lain sebagainya, atau
dengan mengurangi belanja dan/atau mengurangi pengeluaran pembiayaan sehingga angka SILPA