Seks bebas (free sex) adalah hubungan seks yang dilakukan di luar pernikahan sebagaimana
ditentukan dalam hukum perkawinan. Saat ini masalah seks bebas ini sepertinya bukan lagi
hal yang tabu di kalangan remaja. Maraknya seks bebas di kalangan pelajar dan mahasiswa
seolah menjadi trend bahwa jika seorang siswi/mahasiswi masih perawan maka akan
tergolong siswi/mahasiswi yang “nggak gaul” dan terkucilkan dalam pergaulan anak zaman
sekarang.
Hasil survey Perkumpulan Keluarga Berencana terhadap 100 remaja SMP dan SMA
menunjukkan bahwa 56 % pelajar sudah berhubungan seks. Sementara itu survey Synovate
Researc menunjukkan bahwa: 44 % mengaku punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun; 16
% mengaku pengalaman seks didapat di usia 13-15 tahun; tempat melakukan seks: di rumah
40 %, kamar kos 26 %, dan di hotel 26 % (http:/www.slideshare.net/dwiswati50/makalah
seks bebas).
Perilaku seks bebas ini tentu sangat merisaukan kita, mengingat perilaku ini berpotensi
melahirkan berbagai kejahatan dan dampak sosial. Pengguguran kandungan (aborsi) dan
pembunuhan anak adalah kejahatan-kejahatan yang dipastikan akan terjadi menyertai perila-
ku seks bebas ini. Kejahatan-kejahatan ini dipastikan akan terjadi manakala akibat dari seks
bebas tersebut membawa kehamilan dan/atau kelahiran, sementara kehamilan dan/atau
kelahiran tersebut tidak dikehendaki oleh perempuan dan/atau kalau laki-laki pasangan seks
bebas tidak bertanggung jawab.
Sementara itu dampak sosial yang sudah pasti akan timbul dari kelahiran anak dari hasil seks
bebas ini adalah kelahiran anak tanpa ayah, serta berbagai bahaya dan/atau penyakit yang
ditimbulkannya, seperti: penyakit HIV/AIDS.
Maraknya perilaku seks bebas ini tentu dikarenakan oleh banyak hal, salah satunya adalah
karena perilaku ini tidak dilarang oleh Hukum Pidana sebagai hukum positif (hukum yang
berlaku). Oleh Hukum Pidana perilaku ini tidak dikualifikasikan sebagai tindak pidana (baca:
perbuatan kriminal), oleh karena itu pelakunya tidak dapat dipidana/dihukum. Per-
buatan/tindakan yang dilarang oleh Hukum Pidana dalam lapangan kesusilaan (seksualitas)
ini sebagaimana ditentukan dalam Bab XIV, Pasal 281-303 KUHP terbatas hanya dalam hal:
merusak kesopanan, pornografi, zina, perkosaan, bersetubuh dengan perempuan pingsan,
dengan perempuan yang belum cukup umurnya 15 tahun, perbuatan cabul, mengadakan
tempat pelacuran, memperdagangkan perempuan atau laki-laki untuk pelacuran. Mengenai
pornografi, saat ini saat ini telah dibentuk undang-undang tersendiri/khusus di luar KUHP,
yakni Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
Apabila dijelaskan mengapa Hukum Pidana (baca: KUHP) tidak melarang perilaku seks
bebas ini, jawabnya adalah karena KUHP yang berlaku sekarang ini adalah peninggalan
Pemerintah Kolonial Belanda, yang berlaku berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan: “segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
Sebagai buatan negara penjajah Belanda, nilai-nilai (prinsip-prinsip) yang melandasi KUHP
adalah nilai-nilai barat. Salah satu nilai itu adalah nilai kebebasan (libertarianisme). Faham
yang mengedepankan hak-hak individu dan membatasi pemerintah. Menurut faham ini setiap
orang bebas melakukan apa saja yang mereka mau sepanjang tidak melanggar kehendak
orang lain. Seks bebas adalah perilaku yang terjadi atas kehendak kedua belah pihak (berarti
tidak melanggar hak orang lain), sehingga wajar kemudian tidak dilarang dalam Hukum
Pidana mereka.
Sebagai masyarakat yang relegius dan berbudaya ke-Timur-an, tentu kita prihatin. Perilaku
seks bebas ini bertentangan dengan ajaran agama dan budaya ke-Timur-an. Tidak ada ajaran
agama dan budaya di negara ini (baca: Indonesia) yang membenarkan perilaku seks bebas.
Islam sebagai salah satu agama di Indonesia dengan tegas melarang perilaku seks bebas ini.
Memang tidak ditemukan aturan yang secara khusus menyebut kata seks bebas di dalam
Islam (baca: Hukum Islam), namun bukan berarti Islam tidak melarang, tidak ditemukannya
larangan seks bebas di dalam Islam adalah dikarenakan kata seks bebas sendiri merupakan
istilah dari barat yang mereka sebut free sex, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan istilah seks bebas. Dalam Hukum Islam, seks bebas ini tersimpul dalam
pengertian zina.
Hukum Islam sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Wardi Muslich (Ahmad Wardi Muslich,
2016) memandang setiap hubungan kelamin di luar nikah sebagai zina dan mengancamnya
dengan hukuman, baik pelaku sudah kawin atau belum, dilakukan atas dasar suka sama suka
atau tidak. Dari penjelasan ini nampak jelas bahwa seks bebas termasuk dalam pengertian
zina yang dilarang oleh Hukum Islam, oleh karena Islam memandang setiap hubungan
kelamin di luar nikah sebagai zina, sekalipun dilakukan atas dasar suka sama suka.
Berbeda dengan KUHP yang dilandasi oleh nilai-nilai kebebasan, yang menganggap seks
bebas sebagai urusan pribadi yang hanya menyangkut individu, tidak menyangkut
masyarakat, Hukum Islam sebagaimana lebih lanjut dijelaskan oleh Ahmad Wardi Muslich
(Ahmad Wardi Muslich, 2016) melarang zina (seks bebas) oleh karena seks bebas akan
merusak sistem kemasyarakatan dan mengancam keselamatannya.
Dicontohkan oleh Ahmad Wardi Muslich, apa yang dihadapi oleh negara-negara bukan Islam
berupa krisis politik, penyebabnya adalah karena dibolehkannya zina. Di beberapa negara,
keturunan (populasi manusia) sudah mulai menyusut sedemikian rupa, yang apabila dibiarkan
lama kelamaan akan mengakibatkan kepunahan negara tersebut atau terhenti
pertumbuhannya. Berkurangnya populasi keturunan ini, sebabnya adalah karena keengganan
kebanyakan orang untuk melakukan perkawinan, di mana keengganan tersebut muncul
dikarenakan seorang laki-laki merasa telah dapat memperoleh apa yang diinginkannya dari
seorang wanita tanpa harus melakukan perkawinan. Di samping itu, alasannya adalah karena
mereka tidak yakin akan kesetiaan isterinya setelah kawin, berhubung dengan kebiasaannya
sebelum kawin, mereka sudah sering melakukan hubungan dengan pria lain.
Sebaliknya seorang wanita yang menurut fitrahnya bertugas mengurus rumah tangga dan
mendidik anak yang lahir dari hasil perkawinannya, banyak yang enggan melakukan
perkawinan, dan tidak mau diikat oleh seorang laki-laki. Sebabnya adalah karena ia merasa
yakin dengan mudah dapat memperoleh apa yang diinginkannya dari berpuluh-puluh laki-laki
tanpa harus diikat dan dibelenggu dengan tali perkawinan dan tanpa banyak menanggung
risiko.
Di samping itu Ahmad Wardi Muslich menjelaskan dilarangnya seks bebas oleh Islam adalah
karena bahayanya terhadap akhlak dan agama, dan jasmani atau badan. Bahaya terhadap akh-
lak dan agama dari perbuatan seks bebas adalah menimbulkan kemarahan dan kutukan Allah
SWT. Di samping itu perbuatan zina itu mengarah pada lepasnya keimanan dari hati
pelakunya, sehingga andaikata ia mati pada saat ia melakukan zina tersebut, maka ia akan
mati dengan tidak membawa iman. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari, Rasulullah bersabda yang artinya: tidaklah berzina seorang pezina kalau pada waktu
berzina itu ia dalam keadaan beriman.
Di samping itu, wanita berzina akan kehilangan kehormatannya, rasa malunya, agamanya,
dan di mata masyarakat ia sudah jatuh dan tidak ada harganya lagi. Selain daripada itu juga
menjatuhkan nama baik keluarga.
Dampak negatif lain dari perbuatan zina ini adalah timbulnya penyakit kelamin, yaitu suatu
penyakit yang diawali dengan tumbuhnya gelembung-gelembung bernanah yang menyerang
kulit atau alat kelamin penderita. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya dan
menular.
Penyakit lain yang ditimbulkan oleh perbuatan seks bebas adalah penyakit AIDS, yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang mengakibatkan hilangnya kekebalan (daya
tahan) tubuh.
Demikianlah besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku seks bebas tersebut, sehingga
Islam melarangnya dan mengancamnya dengan hukuman yang berat. Adapun hukuman untuk
perbuatan zina ini dibagi kepada 2 macam tergantung kepada keadaan pelakunya, apakah ia
belum berkeluarga (ghair muhshan) atau sudah berkeluarga (muhshan).
Hukuman untuk zina ghair muhshan ada 2 macam, yakni: 1. Dera seratus kali; dan 2.
Pengasingan selama satu tahun. Sehubungan dengan hukuman ini Allah berfirman dalam
surah an-Nur ayat (2) yang artinya: perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada
Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.
Sehubungan dengan firman Allah ini Rasulullah telah bersabda yang artinya: dari Ubadah ibn
Ash-Shamit ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Ambillah dari diriku, ambillah dari
diriku, sesungguhnya Allah telah memberikan jalan keluar bagi mereka (pezina). Jejaka
dengan gadis hukumannya dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun, sedangkan
duda dan janda hukumannya dera seratus kali dan rajam (Hadis riwayat Muslim, Abu Dawud,
dan Tumudzi).
Begitu pula halnya dengan hukuman untuk zina muhshan juga terdiri dari 2 macam, yakni: 1.
Dera seratus kali; dan 2. Rajam. Hukuman dera seratus kali untuk zina muhshan ini sama
halnya dengan zina ghair muhshan didasarkan kepada al-Qur’an surah an-Nur ayat (2) dan
hadis yang telah dikemukakan, sedangkan hukuman rajam juga didasarkan kepada hadis nabi,
baik qauliah maupun fi’liah.
Dari masa jahiliah hingga kini, pergaulan bebas sudah mulai ada dan terbentuk dalam suatu
masyarakat. Termasuk dalam masa kini. Yang berbeda adalah penerpaan, jenis, dan
teknologinya. Akan tetapi, masyarakat yang bebas hidupnya, tidak ada nilai-nilai dan juga
panduan dalam hidup pasti akan bebas hidupnya berdasarkan atas hawa nafsu mereka sendiri.
Untuk itu ada peraturan mengenai Pergaulan Dalam Islam, Hukum Wanita Tidak Berjilbab
dalam Islam, Hukum Memakai Jilbab dalam Islam, agar pergaulan tidak diumbar sebebas
mungkin yang dibuat oleh Allah SWT untuk manusia.
Pergaulan bebas sendiri bisa jadi, menjadi hal yang menyenangkan dan membahagiakan bagi
sebagian orang atau masyarakat. Ia tidak dipenuhi dan direpotkan oleh berbagai aturan yang
mengekang dan juga harus diterapkan oleh dirinya. Padahal, bagaimanapun juga pergaulan
bebas adalah sistem yang rusak. Tidak setiap aturan yang mengikat itu membebani atau
membatasi diri. Bisa jadi malah membantu dan membuat seseorang itu lebih baik dan tidak
terkena oleh berbagai kesesatan.
1. Munculnya Perzinahan
Perzinahan adalah salah satu perbuatan keji yang dibenci oleh Allah. Dengan adanya
pergaulan bebas, perzinahan bisa sanagt memungkinkan muncul bahkan perzinahan yang
dilakukan terang-terangan serta dilegalisasi oleh pemerintah bisa saja terjadi.
Dari perilaku perzinahan juga akan muncul berbagai macam hal yang bisa merusak keluarga,
hilangnya akar keluarga dari anak, penyakit berbahaya dan lain sebagainya. Untuk itu, jangan
sampai pergaulan bebas ada karena efeknya bisa terjadi pada perzinahan.
Zina Dalam Islam, adalah hal yang sangat dibenci Allah. Untuk itu ada Cara Menghapus
Dosa Zina, sebagai Amalan Penghapus Doza Zina,Cara Bertaubat Dari Zina, dari
perbuatan Hukum Zina yang haram. Maka jangan dekatiklah sedikitpun perbuatan zina,
karena yang dilarang Allah bukan hanya perbuatan Zina, melainkan mendekatinya saja tidak
boleh.
2. Rusaknya Moralitas
Moralitas bisa rusak dari adanya pergaulan bebas. Aturan-aturan kebenaran universal dan
islam tetapkan tidak akan dilakukan oleh orang-orang yang bergaul secara bebas. Pergaulan
bebas akan mengedepankan kepada hawa nafsu dan kesenangan pribadi. Minum minuman
khamr, membuak aurat, tanpa ada batasan lawan jenis tentu akan membuat moral masyarakat
menjadi rusak tidak terkendali. Untuk itu, kerusakan moral bisa juga bermula dari pergaulan
bebas tanpa batas.
Dari pergaulan bebas juga bisa berpotensi muncul hilangnya fitrah manusia. Hal ini bisa kita
lihat di zaman sekarang bahwa potensi LGBT atau homoseksual dan berbagai kelainan
manusia lainnya muncul akibat salah dari pergaulan dan mengenal fitrah manusia. Pergaulan
bebas yang tidak mengenal batas tersebut akan membuat manusia menjadi hilang kendali dan
tidak dilingkupi oleh nilai-nilai islam yang membawa pada fitrah.
Kerusakan sistem masyarkaat bisa terjadi karena pergaulan bebas. Penerapan pergaulan bebas
di masyrakat bisa berefek terhadap rendahnya kesadaran masyarakat, egoisitas diri, sistem
pendidikan yang melemah, dan juga ekonomi yang rusak karena beredarnya barang-barang
untuk melegalkan seks bebas atau barang-barang haram lainnya.
Untuk menghindari pergaulan bebas islam telah menetapkan aturan-aturan baku agar umat
islam tidak merusaknya. Berikut adalah hal-hal yang harus dijaga dan diikuti oleh umat islam
agar tidak terjebak kepada pergaulan bebas.
1. Menjaga Aurat
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang
Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan
Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab : 59)
Di dalam ayat di atas ditunjukkan bahwa setiap wanita memiliki kewajiban untuk menutupi
auratnya dan dilarang untuk memperlihatkannya kepada yang bukan muhrim. Hal ini juga
serupa sebagaimana yang disampaikan oleh Allah pada Nabi Adam, dalam QS Al A’raf
berikut.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-
mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al-A’raf :26)
Setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban untuk menutupi aurat dan
dilarang untuk memperlihatkannya kepada orang lain selain dari yang muhrim. Bahkan
terhadap muhrim pun ada batasan yang juga harus dijaga, mengingat bahwa manusia adalah
makhluk yang bisa mengundang kesalahan dan khilaf. Untuk itu, menghindari pergaulan
bebas maka mulai lah dari menjaga aurat kita masing-masing.
2. Menjaga Pandangan
Di dalam ayat di atas, diperintahkan manusia untuk menjaga pandangannya. Cara Menjaga
Pandangan Mata dan Cara Menjaga Pandangan Menurut Islam sangat ditekankan. Hal ini
dikarenakan dari matalah kemaksiatan dan segala hawa nafsu bisa bermula. Untuk itu,
menjaga pandangan adalah hal yang harus dilakukan. Menjaga agar tidak terjadi pergaulan
bebas bisa bermula dari menjaga pandangan kita sendiri untuk tidak melihat hal-hal yang di
luar dari yang dihalalkan.
Antara muhrim dan non muhrim atau lawan jenis, hendaknya kita pun menjaga pergaulan.
Dengan lawan jenis hendanya tidak terlalu mengumbar perasaan, apalagi sampai
menimbulkan hal yang berpotensi fitnah. Selain itu dalam pergaulan hendaknya ada batasan
hijab bukan berarti harus hijab secara fisik namun hijab secara jarak dan pembicaraan.
Hendaklah pembicaraan tidak membicarakan hal-hal yang berbau seksual atau sensual, agar
kejernihan pikirna tetap terjaga.
Yang lebih penting dari itu semua adalah menjaga nilai-nilai islam dalam pergaulan. Jangan
sampai pergaulan kita rusak karena tidak ada nilai-nilai islam didalamnya. Untuk itu hal-hal
dalam rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam
dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman harus tetap dipegang teguh dalam setiap
pergaulan dan kehidupan sosial kita.
Pengertian Zina
Zina adalah melakukan hubungan biologis layaknya suami isteri di luar tali pernikahan
yang sah. Bisa juga dikatakan sebagai tindakan menyalahgunakan kesucian alat kemaluan.
Zina merupakan penghinaan terhadap hakikat jati diri manusia, dan dibenci serta dilaknat
oleh Allah karena termasuk perbutan keji dan dosa besar.
Dalam pandangan Islam, zina merupakan perbuatan kriminal (jarimah) yang
dikatagorikan hukuman hudud, yakni sebuah jenis hukuman atas perbuatan maksiat yang
menjadi hak Allah SWT.
Ø Jenis-jenis Zina :
Artinya :
“Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: "Sesungguhnya manusia itu
telah ditentukan nasib perzinaannya yang tidak mustahil dan pasti akan dijalaninya. Zina
kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lidah adalah
berbicara, zina kedua tangan adalah menyentuh, zina kedua kaki adalah melangkah, dan
zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan semua itu akan ditindak
lanjuti atau ditolak oleh kemaluan." (HR. Muslim)
· Jenis-jenis zina:
1. Zina Mukhshan : Yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang sudah baligh, berakal,
merdeka, sudah pernah nikah secara sah. Maksudnya adalah yang dilakukan oleh suami, istri,
duda, atau janda. Atau dengan kata lain selingkuh
2. Zina ghairu mukhshan : yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum pernah nikah.
Atau dengan kata lain pacaran
· Arti :
“Dari Qatadah telah mengabarkan kepada kami Anas mengatakan; aku mendengar Nabi
SAW bersabda: "diantara tanda kiamat adalah ilmu diangkat, kebodohan merajalela,
khamer ditenggak, zina mewabah, (jumlah) laki-laki menyusut dan (jumlah) wanita
melimpah ruah, hingga jika ada lima puluh wanita itu berbanding dengan seorang laki-
laki." (HR Bukhari)
· Kisah nabi :
Dikisahkan pada saat Rasulullah melakukan Isra’ dan Mi’raj beliau diperlihatkan ada
sekelompok orang yang menghadapi daging segar tapi mereka lebih suka memakan daging
yang amat busuk dari pada daging segar. Itulah siksaan dan kehinaan bagi pelaku zina.
Mereka selingkuh padahal mereka mempunyai istri atau suami yang sah. Kemudian
Rasulullah juga diperlihatkan ada satu kaum yang tubuh mereka sangat besar, namun bau
tubuhnya sangat busuk, menjijikkan saat dipandang, dan bau mereka seperti bau tempat
pembuangan kotoran (comberan). Rasul kemudian bertanya, ‘Siapakah mereka?’ Dua
Malaikat yang mendampingi beliau menjawab, “Mereka adalah pezina laki-laki dan
perempuan’.”
· Akibat zina :
“Rasulullah SAW bersabda Apabila perbuatan zina (pelacuran, pergaulan bebas) sudah
meluas di masyarakat dan dilakukan secara terang-terangan (dianggap biasa), maka infeksi
dan penyakit yang mematikan yang sebelumnya tidak terdapat pada zaman nenek moyang
akan menyebar di antara mereka.”
Arab: