M Ichwan N - 181734014 - Laprak Modul 5
M Ichwan N - 181734014 - Laprak Modul 5
E Isc
Isc= In
Zs’
Zs Zs”
If Ifn
Dari penukuran, nilai reaktansi sinkronnya dapat dihitung :
Xs = Z ) − (R)
C. Prosedur Percobaan
• Buat rangkaian seperti gambar dibawah ini .
• Putar generator pada kecepatan ratednya .
• Masukkan arus eksitasi dan atur sampai tegangan nominal serta catat meter
meternya.
• Matikan generator –motor set.
• Hubung singkatkan generator dan putar generator pada kecepatan ratednya .
• Atur arus eksitasinya sehingga arus pada jangkar generator mencapai nominal.
• Matikan motor generator set.
D. Alat yang digunakan
• Ampere meter
• Voltmeter
• Tacho meter
• Reostat
E. Data Hasil Pengukuran
N = 3000 rpm
No If (A) Isc (A) Eo (Volt)
1 0 0 13,5
2 0,2 1,0 123,0
3 0,4 2,0 195,0
4 0,6 3,2 225,0
5 0,8 4,2 243,0
6 1,0 5,1 252,0
7 1,2 6,1 264,0
8 1,4 7,0 270,0
9 1,6 7,9 276,0
10 1,8 9 282,0
200
150
100
50
0
0 0,5 1 1,5 2
Arus medan (If)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 0,5 1 1,5 2
Arus medan (If)
Dilihat dari nilai arus nominal pada nameplate generator sinkron eksitasi yang terdapat
pada lab adalah sebesar 1,4 A. Menggunakkan pendekatan regresei linier, persamaan
If terhadap Isc adalah y =4,9583x + 0,1111 dengan y adalah arus hubung singkat (Isc)
dan x adalah arus motor eksitasi (If). Menggunakkan persamaan diatas, didapatkan nilai
Isc pada kondisi If nominal adalah :
Isc = (4,9583x1,4 A) + 0,1111 = 7,05 A
Sehingga nilai Zs pada Isc pada Ifn adalah sebagai berikut
If = 0 A
13,5
Z’s = 7,05 = 0 Ω
If = 0,2 A
123 𝑣 17,45
Z’s = 7,05 𝐴 = 17,45 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 10,07 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,4 A
195 𝑣 27,66
Z’s = 7,05 𝐴 = 27,66 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 15,97 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,6 A
225 𝑣 31,91
Z’s = 7,05 𝐴 = 31,91 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 18,42 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,8 A
243 𝑣 34,47
Z’s = 7,05 𝐴 = 34,47 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 19,9 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1 A
252 𝑣 35,74
Z’s = 7,05 𝐴 = 35,74 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 20,06 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,2 A
264 𝑣 37,45
Z’s = 7,05 𝐴 = 37,45 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 21,62 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,4 A
270 𝑣 38,3
Z’s = 7,05 𝐴 = 38,3 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 22,11 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,6 A
276 𝑣 39,15
Z’s = 7,05 𝐴 = 39,15 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 22,6 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,8
282 𝑣 40
Z’s = 7,05 𝐴 = 40 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 23,09 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
c. Zs Ketika Isc = In
Merujuk kembali pada data nameplate dari generator sinkron 3 fasa pada lab, niali dari
arus nominal (rated current) pada nameplate adalah sebesar 7,6 A pada tegangan 380
V kondisi 3 fasa dan 13,2 A ketika 220 V untuk kondisi 1 fasa. Digunakan In sebesar
7,6 A melihat tegangan terukur pada data yang diberikan merupakan tegangan 3 fasa.
If = 0 A
13,5
Z’’s = 7,6 = 0 Ω
If = 0,2 A
123 𝑣 16,18
Z’’s = 7,6 𝐴 = 16,18 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 9,34 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,4 A
195 𝑣 25,66
Z’’s = 7,6 𝐴 = 25,66 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 14,81 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,6 A
225 𝑣 29,61
Z’’s = 7,6 𝐴 = 29,61 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 17,1 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,8 A
243 𝑣 31,87
Z’’s = 7,6 𝐴 = 31,97 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 18,46 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1 A
252 𝑣 33,16
Z’’s = = 33,16 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 19,14 Ω (kondisi 1 fasa)
7,6 𝐴 √3
If = 1,2 A
264 𝑣 34,74
Z’’s = 7,6 𝐴 = 34,74 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 20,06 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,4 A
270 𝑣 35,53
Z’’s = 7,6 𝐴 = 35,53 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 20,51 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,6 A
276 𝑣 36,32
Z’’s = 7,6 𝐴 = 36,32 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 20,97 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,8
282 𝑣 37,1
Z’’s = 7,6 𝐴 = 37,1 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 21,42 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
Berdasarkan ketiga data yang telah dicari nilai impedansi sinkronnya berdasarkan 3
kondisi :
1. Kenaikan Isc sesuai dengan kenaikan If
2. Ketika Isc sama dengan If pada kondisi nominal
3. Ketika Isc sama dengan In
Pada kondisi 1 diperlihatkan kurva impedansi sinkron yang menurun terhadap
kenaikan If. Hal ini diperlihatkan dari nilai If = 0,2 A didapatkan Zs = 71,01 Ω dan saat
If = 1,8 A didapatkan nilai Zs = 18 Ω.
Pada kondisi 2 diperlihatkan kurva impedansi sinkron yang meningkat terhadap
kenaikan If dimana diperlihatkan Ketika nilai If = 0,2 A didapatkan Z’s = 10,07 Ω dan
saat If = 1,8 A didapatkan nilai Zs = 23,09 Ω.
Pada kondisi 3 diperlihatkan kurva impedansi sinkron yang meningkat terhadap
kenaikan If dimana diperlihatkan Ketika nilai If = 0,2 A didapatkan Z’s = 9,34 Ω dan
saat If = 1,8 A didapatkan nilai Zs = 21,42 Ω.
Jadi pada kedua situasi terakhir, nilai impedansi sinkron terus mengalami peningkatan
terhadap If karena nilai dari arus hubung singkatnya konstan, dimana pada kondisi 2
Isc pada Ifn dan kondisi 3 Isc = In, sedangkan terus terjadi kenaikan tegangan. Lalu,
nilai impedansi sinkron yang ketiga lebih kecil daripada yang kedua sebab arus yang
digunakan sebagai pembagi tegangan pada kondisi 3 (7,4 A) lebih besar daripada
kondisi 2 (7,05 A). Impedansi sinkron pada alternator adalah yang sesuai pada kondisi
nominal dari arus eksitasinya dan tegangan generator sinkronnya, sehingga nilainya
adalah ;
𝐸𝑛 380 𝑣
Zs = 𝐼𝑠𝑐𝑛√3 = 7,4√3 𝐴 = 29,65 Ω
Dimana nilai tersebut paling mendekati pada data Zs sesuai data kondisi 1 ketika If =
1A, yaitu Zs = 28,53 Ω
H. Kesimpulan
• Metode behn eschemberg dapat digunakan untuk mengukur nilai impedansi
sinkron generator 3 fasa menggunakkan hasil percobaan beban nol dan hubung
singkat. Perhitungan dengan metode ini menggunakkan kondisi 1 fasa.
• Dari hasil perhitungan, nilai Zs yang mewakili tahanan alternator adalah pada
kondisi nominalnya, yaitu sebesar 29,65 Ω pada kondisi 1 fasa. Dan nilai yang
plaing mendekati pada pengukuran sebenarnya adalah Ketika If = 1A dengan Zs
= 28,53 Ω
• Perhitungan Zs menggunakkan data percobaan real menunjukkan kurva yang
menurun seiring dengan ditambahkannya nilai If. Sedangkan, Ketika Isc pada
kondisi Ifn dan Isc sama dengan In generator sinkron menunjukkan kenaikan nilai
impedansi sinkron seiring dengan meningkatnya nilai If. Hal demikian terjadi
sebab pada data real, nilai arus dan tegangan meningkat tetapi kenaikan arus lebih
tinggi daripada kenaikan tegangannya, sedangkan pada kondisi 2 dan 3 arus
memiliki nilai yang tetap sednagkan tegangan terus meningkat
I. Daftar Pustaka
Remigius Tandioga, Marhatang, Twenty Tri Rante Payung, Husnul Khatimah. 2013.
“ANALISIS PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR SINKRON TIGA FASA
HUBUNGAN BINTANG AKIBAT PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG”. Makassar :
PNUP
Modul Mesin Sinkron Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung.
J. Tugas Pendahuluan
1. Terangkan dengan jelas cara perhitungan Zs dengan metoda Behn Eschemberg
2. Buat rangkaian pengganti dari alternator dan bagaimana cara memperolehnya
3. Hasil yang diperoleh dengan metoda BE lebih besar dari sebenarnya , terangkan dengan
jelas.
Jawab :
1. Pada perhitungan metoda Behn Eschemberg, pencarian dari impedansi sinkron
menggunakkan data tegangan pada perhitungan beban nol dan data arus hubung singkat
pada uji hubung singkat generator sinkron 3 fasa. Dari hasil bagi tegangan nol terhadap
arus hubung singkatnya, didapatkan nilai impedansi sinkron yang besarnya berubah-
ubah.
2. Untuk rangkaian ekivalen alternator dalam percobaan ini menggunakkan rangkaian
ekivalen satu fasa sesuai dengan metode yang digunakan yaitu behn eschemburg