Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Operasi Mesin Listrik II

Impedansi Sinkron dengan Metode Behn Eschemburg

Nama : Muhammad Ichwan Nugraha


181734014
Dosen pembimbing :
Achmad Mudawari

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
A. Tujuan
Menggambarkan dan menentukan impedansi sinkron dari generator sinkron 3 fasa dengan
menggunakan metoda behn Eschemburg.
B. Dasar Teori
Impedansi sinkron suatu generator besarnya dipengaruhi oleh beberapa hal yang antara
lain :
• Sifat kejenuhan dari besi
• Arus beban
Sedangkan impedansi sinkron suatu generator ( Zs ) dapat dihitung dengan cara :
• Percobaan beban nol.
• Percobaan hubung singkat
Dalam keadaan tanpa beban tegangan terminal generator sama dengan tegangan outputnya
Akan tetapi pada saat berbeban tegangan terminalnya tidak sama dengan tegangan
outputnya .Hal ini karena adanya impedansi dalam dari generator itu sendiri yang disebut
dengan impedansi sinkron (Zs).
Dari gambar terlihat bahwa besarnya impedansi sinkron (Zs) tergantung pada tingkat
kejenuhan inti besinya yang dipengaruhi oleh beberapa keadaan :
• Arus eksitasi
• Arus beban
• cos phi jumlah dari beban
Karena nilai Zs berubah-ubah, maka yang biasanya yang diambil sebagai referensi adalah
yang diukur pada :
• Rated eksitasi
• Rated arus jangkar

E Isc

Isc= In

Zs’
Zs Zs”

If Ifn
Dari penukuran, nilai reaktansi sinkronnya dapat dihitung :

Xs = Z ) − (R)

C. Prosedur Percobaan
• Buat rangkaian seperti gambar dibawah ini .
• Putar generator pada kecepatan ratednya .
• Masukkan arus eksitasi dan atur sampai tegangan nominal serta catat meter
meternya.
• Matikan generator –motor set.
• Hubung singkatkan generator dan putar generator pada kecepatan ratednya .
• Atur arus eksitasinya sehingga arus pada jangkar generator mencapai nominal.
• Matikan motor generator set.
D. Alat yang digunakan
• Ampere meter
• Voltmeter
• Tacho meter
• Reostat
E. Data Hasil Pengukuran
N = 3000 rpm
No If (A) Isc (A) Eo (Volt)
1 0 0 13,5
2 0,2 1,0 123,0
3 0,4 2,0 195,0
4 0,6 3,2 225,0
5 0,8 4,2 243,0
6 1,0 5,1 252,0
7 1,2 6,1 264,0
8 1,4 7,0 270,0
9 1,6 7,9 276,0
10 1,8 9 282,0

F. Tugas dan Analisa


1. Buat data dari percobaan yang saudara lakukan
2. Buat garafik Eo = f ( If ), Isc = f (If ) pada satu grafik
3. Hitung Zs untuk table yang dibuat .
4. Hitung juga Z’s = Eo/ Isc ( pada If nominal )
Z’’s = Eo / Isc (pada Isc = In )
5. Analisa hasil perhitungan saudara dan tentukan Zs alternator
G. Pembahasan
Data yang digunakan pada percobaan modul 5 mengenai perhitungan impedansi sinkron
ini melibatkan data yang sudah didapatkan pada praktikum sebelumnya, yaitu data
pengukuran beban nol dan hubung singkat generator sinkron tiga fasa. Berdasarkan
permintaan, data tegangan beban nol dan arush hubung singkat digambarkan kurvanya
dengan sumbu x adalah arus medan (If) dan didapatkan gambar sebagai berikut :
If terhadap Eo
350
y = 120,86x + 105,57
300

Tegangan beban nol (Eo)


250

200

150

100

50

0
0 0,5 1 1,5 2
Arus medan (If)

Gambar 1. Kurva Beban Nol Generator Sinkron 3 Fasa


If terhadap Isc
10
9 y = 4,9583x + 0,1111
Arus hubung singkat (Isc)

8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 0,5 1 1,5 2
Arus medan (If)

Gambar 2. Kurva hubung singkat Generator Sinkron 3 Fasa

Dalam kedua gambar tersebut, diperlihatkan bahwa Generator mencapai kondisi


jenuh (saturasi) Ketika pemberian If sebesar 1,8 menghasilkan tegngan pada beban nol
pada kondisi jenuh dengan nilai 282 V dan arus hubung singkat pada kondisi arus meda
yang sama didapatkan nilai 9,04 A.
Berdasarkan data yang diketahui, dapat dicari nilai dari impedansi sinkron
menggunakkan data arus hubung singkat dan tegangan nolnya dengan rumus
𝐸𝑜
Zs =
𝐼𝑠𝑐
a. Impedansi sinkron sesuai perubahan nilai If
If = 0 A
13,5
Zs = 0 = 0 Ω
If = 0,2 A
123 𝑣 123
Zs = = 123 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 71,01 Ω (kondisi 1 fasa)
1𝐴 √3
If = 0,4 A
195 𝑣 97,5
Zs = 2 𝐴 = 97,5 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 56,29 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,6 A
225 𝑣 70,31
Zs = 3,2 𝐴 = 70,31 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 40,59 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,8 A
243 𝑣 57,86
Zs = 4,2 𝐴 = 57,86 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 33,41 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1 A
252 𝑣 49,41
Zs = 5,1 𝐴 = 49,41 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 28,53 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,2 A
264 𝑣 43,28
Zs = 6,1 𝐴 = 43,28 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 24,98 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,4 A
270 𝑣 38,57
Zs = 7 𝐴 = 38,57 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 22,27 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,6 A
276 𝑣 34,94
Zs = 7,9 = 34,94 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 20,17 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,8
282 𝑣 31,19
Zs = 9,04 = 31,19 Ω (kondisi 3 fasa), Zs = = 18 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
b. Impedansi sinkron ketika Isc pada If dalam keadaan nominal

Dilihat dari nilai arus nominal pada nameplate generator sinkron eksitasi yang terdapat
pada lab adalah sebesar 1,4 A. Menggunakkan pendekatan regresei linier, persamaan
If terhadap Isc adalah y =4,9583x + 0,1111 dengan y adalah arus hubung singkat (Isc)
dan x adalah arus motor eksitasi (If). Menggunakkan persamaan diatas, didapatkan nilai
Isc pada kondisi If nominal adalah :
Isc = (4,9583x1,4 A) + 0,1111 = 7,05 A
Sehingga nilai Zs pada Isc pada Ifn adalah sebagai berikut
If = 0 A
13,5
Z’s = 7,05 = 0 Ω
If = 0,2 A
123 𝑣 17,45
Z’s = 7,05 𝐴 = 17,45 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 10,07 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,4 A
195 𝑣 27,66
Z’s = 7,05 𝐴 = 27,66 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 15,97 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,6 A
225 𝑣 31,91
Z’s = 7,05 𝐴 = 31,91 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 18,42 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,8 A
243 𝑣 34,47
Z’s = 7,05 𝐴 = 34,47 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 19,9 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1 A
252 𝑣 35,74
Z’s = 7,05 𝐴 = 35,74 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 20,06 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,2 A
264 𝑣 37,45
Z’s = 7,05 𝐴 = 37,45 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 21,62 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,4 A
270 𝑣 38,3
Z’s = 7,05 𝐴 = 38,3 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 22,11 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,6 A
276 𝑣 39,15
Z’s = 7,05 𝐴 = 39,15 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 22,6 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,8
282 𝑣 40
Z’s = 7,05 𝐴 = 40 Ω (kondisi 3 fasa), Z’s = = 23,09 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
c. Zs Ketika Isc = In
Merujuk kembali pada data nameplate dari generator sinkron 3 fasa pada lab, niali dari
arus nominal (rated current) pada nameplate adalah sebesar 7,6 A pada tegangan 380
V kondisi 3 fasa dan 13,2 A ketika 220 V untuk kondisi 1 fasa. Digunakan In sebesar
7,6 A melihat tegangan terukur pada data yang diberikan merupakan tegangan 3 fasa.
If = 0 A
13,5
Z’’s = 7,6 = 0 Ω
If = 0,2 A
123 𝑣 16,18
Z’’s = 7,6 𝐴 = 16,18 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 9,34 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,4 A
195 𝑣 25,66
Z’’s = 7,6 𝐴 = 25,66 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 14,81 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,6 A
225 𝑣 29,61
Z’’s = 7,6 𝐴 = 29,61 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 17,1 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 0,8 A
243 𝑣 31,87
Z’’s = 7,6 𝐴 = 31,97 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 18,46 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1 A
252 𝑣 33,16
Z’’s = = 33,16 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 19,14 Ω (kondisi 1 fasa)
7,6 𝐴 √3
If = 1,2 A
264 𝑣 34,74
Z’’s = 7,6 𝐴 = 34,74 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 20,06 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,4 A
270 𝑣 35,53
Z’’s = 7,6 𝐴 = 35,53 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 20,51 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,6 A
276 𝑣 36,32
Z’’s = 7,6 𝐴 = 36,32 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 20,97 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
If = 1,8
282 𝑣 37,1
Z’’s = 7,6 𝐴 = 37,1 Ω (kondisi 3 fasa), Z”s = = 21,42 Ω (kondisi 1 fasa)
√3
Berdasarkan ketiga data yang telah dicari nilai impedansi sinkronnya berdasarkan 3
kondisi :
1. Kenaikan Isc sesuai dengan kenaikan If
2. Ketika Isc sama dengan If pada kondisi nominal
3. Ketika Isc sama dengan In
Pada kondisi 1 diperlihatkan kurva impedansi sinkron yang menurun terhadap
kenaikan If. Hal ini diperlihatkan dari nilai If = 0,2 A didapatkan Zs = 71,01 Ω dan saat
If = 1,8 A didapatkan nilai Zs = 18 Ω.
Pada kondisi 2 diperlihatkan kurva impedansi sinkron yang meningkat terhadap
kenaikan If dimana diperlihatkan Ketika nilai If = 0,2 A didapatkan Z’s = 10,07 Ω dan
saat If = 1,8 A didapatkan nilai Zs = 23,09 Ω.
Pada kondisi 3 diperlihatkan kurva impedansi sinkron yang meningkat terhadap
kenaikan If dimana diperlihatkan Ketika nilai If = 0,2 A didapatkan Z’s = 9,34 Ω dan
saat If = 1,8 A didapatkan nilai Zs = 21,42 Ω.
Jadi pada kedua situasi terakhir, nilai impedansi sinkron terus mengalami peningkatan
terhadap If karena nilai dari arus hubung singkatnya konstan, dimana pada kondisi 2
Isc pada Ifn dan kondisi 3 Isc = In, sedangkan terus terjadi kenaikan tegangan. Lalu,
nilai impedansi sinkron yang ketiga lebih kecil daripada yang kedua sebab arus yang
digunakan sebagai pembagi tegangan pada kondisi 3 (7,4 A) lebih besar daripada
kondisi 2 (7,05 A). Impedansi sinkron pada alternator adalah yang sesuai pada kondisi
nominal dari arus eksitasinya dan tegangan generator sinkronnya, sehingga nilainya
adalah ;
𝐸𝑛 380 𝑣
Zs = 𝐼𝑠𝑐𝑛√3 = 7,4√3 𝐴 = 29,65 Ω
Dimana nilai tersebut paling mendekati pada data Zs sesuai data kondisi 1 ketika If =
1A, yaitu Zs = 28,53 Ω
H. Kesimpulan
• Metode behn eschemberg dapat digunakan untuk mengukur nilai impedansi
sinkron generator 3 fasa menggunakkan hasil percobaan beban nol dan hubung
singkat. Perhitungan dengan metode ini menggunakkan kondisi 1 fasa.
• Dari hasil perhitungan, nilai Zs yang mewakili tahanan alternator adalah pada
kondisi nominalnya, yaitu sebesar 29,65 Ω pada kondisi 1 fasa. Dan nilai yang
plaing mendekati pada pengukuran sebenarnya adalah Ketika If = 1A dengan Zs
= 28,53 Ω
• Perhitungan Zs menggunakkan data percobaan real menunjukkan kurva yang
menurun seiring dengan ditambahkannya nilai If. Sedangkan, Ketika Isc pada
kondisi Ifn dan Isc sama dengan In generator sinkron menunjukkan kenaikan nilai
impedansi sinkron seiring dengan meningkatnya nilai If. Hal demikian terjadi
sebab pada data real, nilai arus dan tegangan meningkat tetapi kenaikan arus lebih
tinggi daripada kenaikan tegangannya, sedangkan pada kondisi 2 dan 3 arus
memiliki nilai yang tetap sednagkan tegangan terus meningkat
I. Daftar Pustaka
Remigius Tandioga, Marhatang, Twenty Tri Rante Payung, Husnul Khatimah. 2013.
“ANALISIS PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR SINKRON TIGA FASA
HUBUNGAN BINTANG AKIBAT PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG”. Makassar :
PNUP
Modul Mesin Sinkron Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung.

J. Tugas Pendahuluan
1. Terangkan dengan jelas cara perhitungan Zs dengan metoda Behn Eschemberg
2. Buat rangkaian pengganti dari alternator dan bagaimana cara memperolehnya
3. Hasil yang diperoleh dengan metoda BE lebih besar dari sebenarnya , terangkan dengan
jelas.
Jawab :
1. Pada perhitungan metoda Behn Eschemberg, pencarian dari impedansi sinkron
menggunakkan data tegangan pada perhitungan beban nol dan data arus hubung singkat
pada uji hubung singkat generator sinkron 3 fasa. Dari hasil bagi tegangan nol terhadap
arus hubung singkatnya, didapatkan nilai impedansi sinkron yang besarnya berubah-
ubah.
2. Untuk rangkaian ekivalen alternator dalam percobaan ini menggunakkan rangkaian
ekivalen satu fasa sesuai dengan metode yang digunakan yaitu behn eschemburg

3. Perhitungan impedansi sinkron yang didapatkan menggunakkan metode BE akan


menghasilkan nilai yang lebih kecil daripada Zs yang terukur karena perhitungan secara
teoritis melibatkan nilai pada kondisi nominalnya (kondisi maksimum arus dan
tegangannya) sedangkan data terukur adalah data yang belum sampai kondisi
nominalnya sehingga didapatkan nilai impedansi sinkron yang lebih kecil ketimbang
perhitungan metode BE secara teoritis.

Anda mungkin juga menyukai