Anda di halaman 1dari 15

55

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR


MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT TALI
PADA USIA 5-6 TAHUN DI PAUD TUNAS MEKAR PLUS
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SUHARTINI
PG PAUD, FKIP, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
( Artiniku@yahoo.com )
JARWOKO
PG PAUD, FKIP, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
( jarwoko19@gmail.com )

ABSTRAK
The researcher conducted a classroom action research to improve students gross
motor skill, especially for the physical motor skill such as strength and balance
through traditional game jumping rope. This study was conducted in group B at
Tunas MekarPlus Playgroup and involved thirteen students as the research subjects.
Moreover, two cycles were applied in this study with three meeting in each cycle.
To collect the data, observation and documentation were employed. In addition, the
data was analyzed through mean score analysis by determining the progress of
students’ gross motor skill in each cycle which then displayed in table for better
understanding. Having analyzed the data, students’ average score in cycle 1 was
47% and then increased into 80% in cycle 2. It shows that students’ gross motor
skill has developed as expected, i.e.: ability to jump. Regarding to the strength,
students have reached the targeted standard, i.e.; 60%-79%, classified in ‘develop as
expected’.

Key words: gross motor skill, jumping rope

PENDAHULUAN menyebutkan bahwa: “anak usia dini


Pendidikan anak usia merupakan adalah sekelompok individu yang
salah satu pendidikan yang diterapkan berada pada rentang usia antara 0-8
sejak anak di dalam kandungan sampai tahun. menurut definisi ini anak usia
lahir. Jadi anak usia dini merupakan dini merupakan kelompok manusia yang
anak yang berusiaantara 0-6 tahun. yang berada dalam proses pertumbuhan dan
menurut direktorat pendidikan anak usia perkembangan hal ini mengisyaratkan
dini, anak usia dini adalah anak usia 0-6 bahwa anak usia dini adalah individu
tahun,baik yang terlayani maupun yang yang unik dimana ia memiliki pola
tidak terlayani di lembaga pendidikan pertumbuhan dan kemampun dalam
anak usia dini. NAEYC (Natonal aspek fisik, koknitif, socialemosional,
Association Education For Young kreatifitas, bahasa, dan komunikasi yang
Children) dalam Sofia Hartati (2005:7) khusus sesui dengan tahapan yang
56

dilalui oleh anak tersebut.” Undang- kasar merupakan keterampilan yang


undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang bercirikan gerak yang melibatkan
sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 sekelompok otot-otot besar sebagai
angka 14 menyatakan bahwa pendidikan dasar utama gerakannya. Santrock
anak usia dini adalah suatu upaya (2009: 209) menyatakan bahwa
pembinaan yang ditujukan kepada anak keterampilan motorik kasar (gross
sejak lahir sampai dengan usia enam motor skill) merupakan keterampilan
tahun yang dilakukan melalui yang melibatkan aktivitas otot besar
pemberian rangsangan pendidikan untuk seperti tangan seseorang untuk bergerak
membantu pertumbuhan dan dan berjalan, sedangkan menurut
perkembangan jasmani dan rohani, agar Bambang Sujiono (2005: 1.13) gerakan
anak memiliki kesiapan dalam motorik kasar adalah kemampuan yang
memasuki pendidikan lebih lanjut, baik membutuhkan koordinasi sebagian
pendidikan secara formal di sekolah besar bagian tubuh anak gerakan ini
maupun secara nonformal. memerlukan tenaga karena dilakukan
Motorik kasar erat kaitannya oleh otot-otot anak yang tertentu yang
dengan pertumbuhan dan perkembangan dapat membuat mereka meloncat,
anak usia dini (PAUD). Kemampuan memanjat, berlari, menaiki sepeda roda
fisik yang baik akan menunjang tiga, serta berdiri dengan satu kaki.
kemampuan motorik kasar maupun Menurut Amisisilia sari (2012) motorik
motorik halus anak. Motorik kasar kasar adalah bagian dari aktivitas
merupakan gerakangerakan yang motorik yang mencakup keterampilan
melibatkan otot-otot besar anak baik otot-otot besar, gerakan ini lebih
kaki maupun tangan. Menurut Santrock menuntut kekuatan fisik dan
(Nelva Rolina, 2012: 16), motorik kasar keseimbangan, geakan motorik kasar
(gross motor skill) meliputi kegiatan melibat kan aktivitas otot tangan, kaki,
otototot besar seperti menggerakkan dan seluruh anak, gerakan ini
lengan dan berjalan, sementara itu mengandal kan kematangan dalam
motorik halus meliputi gerakan-gerakan koordinasi, berbagai gerakan motorik
menyesuaikan secara lebih halus seperti kasar yang di capai ank sangat beguna
ketangkasan jari. Perkembangan bagi kehidupannyakelak, seperti,
motorik saling merupakan perubahan merangkak, berjalan, berlari,
gerakan kemampuan gerak bayi dari melompatatau berenang.
lahir sampai dengan dewasa yang Novi Mulyani (2016:78) permainan
melibatkan aspek dan perilaku gerak. tradisional lompat tali dapat melatih.
Menurut Sumantri (2005: 271), motorik kemampuan motorik kasar anak,. Dalam
57

permaian ini , anak akan belajar cara dengan nilai baik atau berkembang
atau teknik melompat yang baik, cara sesuai harapan. Faktanya anak belum
mendarat yang baik, mengukur tinggi dapat mengontrol gerak tubuh atau
lompatan, dan sebagainya. Inilah yang mengkoordinasikan seluruh anggota
akan membuat anak tumbuh menjadi tubuhnya secara terampil karena
cekatan,berisi, kuat, serta terlatih. kurangnnya latihan fisik.
Lompat tali juga bisa mengurangi Berdasarkan observasi yang
obesitas pada anak. Selain itu, emosi dilakukan peneliti di PAUD Tunas
anak turut ikut dilatih, yakni keberanian Mekar Plus Ketika dilakukan observasi
untuk melakukan lompatan yang pada anak kelompok B yang sedang
tantangannya semaki tinggi. Dalm melakukan kegiatan melompat, kegiatan
permainan lompat tinggi secara yang dilakukan yaitu lompat dari
kelompok, anak membutuhkan teman keramik satu ke tehel/keramik yang
hingga memberi kesempatan untuk berukuran 40 cm yang didepannya
bersosialisasi. Ia juga dapat belajar secara horizontal. Kemudian melakukan
empati, bergiliran, menaati peraturan, lompat tali yaitu hanya dengan
dan lain-lain. menggunakan seutas tali sebagai media
Bermain dilakukan sambil belajar anak melompat dengan dengan
dilakukan dengan rileks tanpa paksaan ketinggian 30 cm, ketika anak
sehingga menjadi suatu yang melakukan kegiatan melompat, masih
menyenangkan. Taman Kanak-Kanak ditemukan 6 anak atau 46% dari 13
(TK) harus membimbing dan anak kurang baik melakukan lompatan.
mengawasi anak dalam melakukan Guru lebih banyak melakukan
setiap gerakan yang dilakukan oleh anak kegiatan motorik kasar di ruang kelas.
dalam bermain sehingga semua aspek Anak-anak yang sering melakukan
perkembangan dapat berkembang secara bermain sendiri di luar kelas, guru
optimal. PAUD Tunas Mekar Plus jarang mengamati aktivitas anak yang
kelompok B dengan jumlah 13 siswa berkaitan dengan gerakan anak untuk
yang terdiri dari laki-laki 7 dan 6 mengembangkan kekuatan dan
perempuan motorik kasar anak masih keseimbangannya. Oleh karena itu,
rendah. Dengan ratarata nilai 50-55 untuk mengoptimalkan kemampuan
dengan kreteria kurang atau belum motorik ini diperlukan adanya kegiatan
berkembang, dan hanya beberapa anak yang sesuai. Unsur yang menunjang
saja yang dapat dikatakan kemampuan kemampuan motorik kasar khususnya
motorik kasarnya berkembang sesuai komponen kekuatan dan keseimbangan
harapan dengan nilai rata-rata 70-75 kurang diperhatikan oleh guru. Upaya
58

yang sudah dilakukan guru untuk METODOLOGI PENELITIAN


meningkatkan komponen fisik motorik Desain Penelitian
kasar untuk kekuatan dan keseimbangan Jenis penelitian ini termasuk jenis
dilakukan senam rutin setiap hari Sabtu penelitian Tindakan Kelas (PTK),
dalam seminggu, selain itu dalam proses Penelitian tindakan kelas adalaha
pembelajaran guru mengajak anak penelitian yang dilakukan terhadap
melakukan gerakan-gerakan berupa perilaku dan tindakan yang muncul di
pemanasan, memantulkan bola besar dalam proses pembelajaran yang
dan bola kecil, serta adanya permainan- berlangsung di kelas. PTK dilaksanakan
permainan yang lain. Oleh karena itu, sebagai usaha untuk meningkatkan
untuk mengoptimalkan kemampuan kualitas pmembelajaran yang dilakukan
motorik ini dilakukan kegiatan yang guru di kelas, serta untuk memahami
sesuai, agar menunjang kemampuan aspek-aspek yang berkenaan dengan
motorik kasar khususnya komponen peserta didik dan lingkungan yang ada
kekuatan dan keseimbangan masih di sekitar kelas. PTK tidak mengganggu
kurang diperhatikan oleh guru. proses pembelajaran karena dilakukan
Berdasarkan masalah yang telah dalam proses pembelajaran yang
ditemukan pada saat observasi, maka dialami di kelas, sesuai dengan jadwal
peneliti menentukan cara untuk pembelajaran (Arikunto dalam
meningkatkan kemampuan motorik Zulfaidah Indriana 2013 : 2). PTK
kasar anak dengan menggunakan media bersifat situasional, kontekstual berskala
atau permainan. Kegiatan yang kecil, terlokalisasi dan secara relevan
dilakukan untuk meningkatkan langsung berhubungan dengan situasi
kemampuan motorik kasar khususnya nyata di dalam kelas. PTK melibatkan
komponen fisik-motorik kekuatan dan peserta didik dan kolaborator sebagai
keseimbangan anak Kelompok B Paud mitra guru. Dalam Sulifan (2007:18)
Tunas Mekar Plus adalah dengan Peneliti Tindakan Kelas berbentuk
Permainan Tradisional Lompat siklus, setiap siklus terdiri dari 4
Tali.Oleh karena itu, ada keinginan (empat) tahap yaitu : perencanaan,
peneliti untuk meneliti ”Meningkatkan pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Kemampuan Motorik Kasar Melalui Penelitian tindakan kelas berupa
Permainan Tradisional Lompat Tali bagaimana memperbaiki kinerja guru
Pada Usia 5-6 Tahun di” Paud Tunas dan aktifitas siswa beruhaha untuk
Mekar Plus Tahun Pelajaran 2017/2018. meningkatkan keberhasilan belajar
siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
59

(PTK) yang dimaksud dengan proses Pelaksanaan tindakan ini merupakan


belajar mengajar pada kelompok B Paud pelaksanaan tindakn dari persiapan
Tunas Mekar Plus Samarinda pembelajaran yang telah direncanaka
kecematan sungai pinang menggunakan dalam rencana pelaksanaan
Permainan Tradisional Lompat Tali pembelajaran. Dalam proses
guna meningkatkan motorik kasar oleh pembelajaran dilaksanakan peneliti
anak kelompok B. selaku guru. Rencana kegiatan
Subyek Penelitian Mingguan (RKM) dan Rencana
Subyek penelitian tindakan kelas Pembelajran Harian (RPPH).
ini meliputi seluruh anak Paud Tunas 3. Pengamatan.
Mekar Plus kelompok B yang meliputi Pada tahap ini merupakan kegiatan yang
13 anak yang terdiri dari laki-laki 7 dan dilaksanakan peneliti untuk melakukan
6 perempuan. pengamatan terhadap aktivitas prosedur
Obyek Penelitian belajar setiap siswa. Pengamatan tersbut
Obyek penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengenali,
yaitu untuk meningkatkan motorik kasar mengumpulkan data dari setiap
melalui Permainan Tradisional Lompat indicator mengenai unjuk kerja siswa
Tali pada usia 5-6 tahun di Paud Tunas dalam proses belajar mengajar, dan
Prosedur Penelitian objek pengamatan itu adalah hasil
Prosedur penelitian dilakuakan 2 kemampuan motorik kasar dengan
siklus, yaitu setiap siklus terdiri dari 3 indikator.
kali pertemuan yang dilaksankan 4. Refleksi.
dengan menggunakan prosedur : Pada tahap refleksi, peneliti
1. Perencanaan. menyimpulkan hasil dari tindakan pada
Pada tahap ini peneliti merumuskan dan setiap akhir pelaksanaan tindakan yang
mempersiapkan, rencana jadwal telah terkumpul kemudian ditindak
pelaksanaan tindakan dengan membuat lanjuti dengan melakukan analisa,
Rencana Persiapan Pembelajaran sehingga hasil dapat diketahui dari
(RPPM) dan Rencana Persiapan pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah Sehingga peneliti dapat menyimpulkan
disiapkan sebelum pembelajaran untuk siklus berikutnya.
berlangsung dan mempersiapkan Instrumen Peneltian
kegiatan pembelajaran yang akan Dalam penelitian ini instrument yang
diberikan dan dicontohkan kepada anak. digunakan adalah lembar observasi dan
2. Pelaksanaan tindakan. catatan lapangan. Indikator pencapaian
keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat
60

dengan adanya meningkatkan motorik membuktikan hipotesis yang telah


kasar melalui permainan tradisional dirumuskan. Pada penelitian tindakan
lompat tali. kelas analisis data berdasarkan pada
Teknik Pengumpulan Data observasi kegiatan pembelajaran dan
Pengumpulan data untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan analisis
motorik kasar yang digunakan teknik data ini digunakan untuk melakukan
observasi yaitu melakukan pengamatan refleksi agar peneliti dapat mengambil
secara langsung, teliti, cermat dan hati - tindakan dalam siklus berikutnya. Data
hati. Observasi yang dilakukan meliputi motorik kasar anak di analisis
membandingkan hasil pencapaian anak komparatif yang dicapai dengan riil
dengan indikator penelitian setiap pencapaian pembelajaran pada setiap
siklus. Jenis data pembelajaran siklus.
Permainan Tradisional Lompat Tali Analis data menggunakan
adalah : Persentase siswa dihitung berdasarkan
1. Sumber data adalah anak yang perolehan nilai kategori dan dihitung
mengikuti pembelajaran Permainan berapa persen untuk setiap kategori.
Tradisional Lompat Tali, guru dan Untuk mencapai Persentase ketuntasan
media pembelajaran. belajar dengan menggunakan rumus :
2. Pengambilan data dilakukan 𝑎
Persentase = 𝑥 100%
𝑏
dengan cara :
Keterangan :
a. Pengamatan atau observasi
a = Jumlah siswa yang memenuhi kriteri
dalam ranggka pengumpulan
b = Jumlah siswa keseluruhan
data dengan mengamati
( sumber : Sudjana, 2002)
kegiatan permainan lompat tali
Kriteria penelitian
dan mengumpulkan data dengan
Adapun data tentang lembar
mengamati aktifitas guru.
aktifitas anak menggunakan rumus : 1 =
b. Dokumentasi yaitu
belum berkembang, 2 = mulai
mendokumentasikan segala
berkembang, 3 = berkembang sesuia
kegiatan selama penelitian.
harapan, 4 = berkembang sangat baik.
Dokumen berupa foto-foto
Alat yang digunakan untuk observasi
kegiatan proses bermain lompat
aktivitas anak berupa nilai, yaitu sebagai
tali.
berikut :
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan
teknik yang digunakan untuk
menganalisis data hasil penelitian untuk
61

Tabel 1. Observasi Aktivitas Anak belum mencapai nilai yang diharapkan.


No Tingkat kategori
Kriteria
keberhasilan sehingga dilanjutkan pada siklus 2.
1 Belum 1
< 25%
berkembang Tabel 3. Hasil Pengamatan Anak Dengan
2 25-59 %
Mulai
2 Kemampuan BSH dan BSB Siklus 1
berkembang P1 P2 P3
Aspek
3 Berkembang 3 Penilaian Jmlh Jmlh Jmlh
60-79 % anak
%
anak
%
anak
%
sesui harapan
Berlari
4 Berkembang 4 Sambil
>80% 15 23 54
sangat baik Melompat 2 3 7
% % %
dari Jari 40
cm
Keseimbang 23 54
Kriteria keberhasilan an Badan
1 8% 3
%
7
%
Meloncat
15
Kriteria keberhasilan penelitian Dengan
2 % 4
31
5
34
Ketinggian % %
%
dinyatakan berhasil apabila 75% jumlah 30 cm
13 19 47
Rata-rata
anak memperoleh kriteria nilai adalah ≥ % % %

berkembang sesui harapan yaitu


Aspek penilaian dan proses
mendapat angka tiga (3).
pembelajaran siklus 1
Indikator penilaian
a. Hasil penilaian siklus 1 pertemuan
Adapun indikator penilaian yang
1 kemampuan motorik kasar anak
digunakan adalah sebagai berikut :
dengan aspek penilaian melompat
1. Kemampuan melompat sambil
sambil berlari dari jarak 40 cm,
berlari dengan jarak 40 cm (20
keseimbangan melompat dan
cm sebelum tali dan 20 cm
melompat dengan ketinggian 30
sesudah tali).
cm, jika dirata-ratakan mencapai
2. Keseimbangan anak dalam
hasil 13%. Hal ini menunjukkan
melompat tali.
bahwa kemampuan motorik anak
3. Kemampuan anak melompat
belum berkembang dikarenakan
ketinggian 30 cm
anak belum mengenal permainan

Tabel 2. Kriteria Penilaian lompat tali. Anak masih ragu-ragu,


NO SKOR KRITERIA
1 4 Berkembang Sangat Baik (BSB) kurang percaya diri bahkan tidak
2 3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
3 2 Mulai Berkembang (MB)
mau melakukan lompatan sama
4 1 Belum Berkembang (BB)
sekali.
b. Hasil penilaian siklus 1 pertemuan
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
2 kemampuan motorik kasar anak
Hasil Pengamatan
dengan aspek penilaian melompat
Siklus 1
sambil berlari dari jarak 40 cm,
Berdasarkan penelitian selama
keseimbangan melompat dan
pelaksanaan pada siklus 1 inisudah ada
melompat dengan ketinggian 30
peningkatan anak mulai antusias
cm, jika dirata-ratakan mencapai
terhadap permainan lompat tali, namun
hasil 19%. Hal ini menunjukkan
62

bahwa kemampuan motorik anak lebih lanjut yaitu pelaksanaan


mulai berkembang anak sudah siklus 2.
mulai mau melakukan permainan Siklus 2
lompat tali. Berdasarkan penelitian selama
c. Hasil penilaian siklus 1 pertemuan pelaksanaan pada siklus 2 telah terjadi
3 kemampuan motorik kasar anak peningkatan seknifikan dan dapat
dengan aspek penilaian melompat dikatakan telah mencapai nilai yang
sambil berlari dari jarak 40 cm, diharapkan Adapun aspek-aspek dalam
keseimbangan melompat dan penilaian dan proses pembelajaran
melompat dengan ketinggian 30 siklus 2.
cm, jika dirata-ratakan mencapai 1. Hasil penilaian siklus 2 pertemuan
hasil 47%. Hal ini menunjukkan 1 kemampuan motorik kasar anak
bahwa kemampuan motorik anak dengan aspek penilaian melompat
mulai berkembang anak sudah sambil berlari dari jarak 40 cm,
mulai mau dan tertarik melakukan keseimbangan melompat dan
permainan lompat tali. melompat dengan ketinggian 30
d. Hasil penilaian siklus 1 pertemuan cm, jika di rata-ratakan mencapai
1, 2 dan 3 penilaian aktifitas guru hasil 52%. Hal ini menunjukan
dalam hal ini adalah: kemampuan motorik kasar anak
1) Guru sulit mengkondisikan anak dalam permainan lompat tali
ketika berbaris. Anak keluar semakin meningkat dikarenakan
barisan dan berlari-lari. anak-anak semakin senang
2) Guru memberikan penjelasan mengikuti permainan lompat tali
melompat hanya pada awal akan namun hasil kemampuan motorik
dilakukan saja. Pemberian contoh anak belum mencapai nilai
atau demontrasi hanya dilakukan ketuntasan dan dilanjutkan pada
sekali sebelum anak-anak pertemuan ke 2.
melakukan lompat 2. Hasil penilaian siklus 2 pertemuan
3) Guru kurang memberikan reward 2 kemampuan motorik kasar anak
kepada anak sehingga anak kurang dengan aspek penilaian melompat
motivasi anak sehingga sambil berlari dari jarak 40cm,
kemampuan anak melakukan keseimbangan melompat dan
permainan lompat tali belum melompat dengan ketinggian 30
mencapai target yang diharapkan cm, jika di rata-ratakan mencapai
sehingga perlu diadakan tindakan hasil 58% mengalami peningatan
lagi.dikarenakan anak-anak mulai
63

suka dan serius melakukan c. Guru memberikan motivasi


permainan lompat tali namun hasil berupa reward stiker gambar
kemampuan motorik anak belum kepada anak setelah anak
mencapai nilai ketuntasaan melakukan kegiatan lompat
sehinnga dilanjutkan ke pertemuan tali. sehingga anak dapat
ke 3. melakukan permainan lompat
3. Hasil penilaian siklus 2 pertemuan tali pada kelas B sudah
3 kemampuan motorik kasar anak mencapai nilai yang
dengan aspek penilaian melompat diharapkan.
sambil berlari dari jarak 40cm, Tabel 4. Hasil Pengamatan Anak Dengan
Kemampuan BSH dan BSB Siklus 2
keseimbangan melompat dan Aspek P1 P2 P3
Jmlh Jmlh Jmlh
Penilaian anak
%
anak
%
anak
%
melompat dengan ketinggian 30 Berlari
Sambil
cm, jika di rata-ratakan mencapai Melompat 9
69
9
69
11
85
% % %
dari Jari 40
hasil 77%. Hal ini menunjukan cm
Keseimban 8 62 62 77
bahwa kemampuan motorik anak gan Badan %
8
%
10
%
Meloncat
dalam permaina lompat tali Dengan 6 46 54 77
7 10
Ketinggian % % %
semakin ada peningkatan yang 30 cm
59 62 80
maksimal. ini dikarenakan anak Rata-Rata
% % %

semakin suka, serius, dan aktif


dalam melakukan permainan Pembahasan Hasil Penelitian

lompat tali sehingga hasil yang Kemampuan motorik kasar

diperoleh sesuai dengan nilai yang merupakan salah satu aspek yang

diharapkan. penting untuk perkembangan dan

4. Hasil penilaian siklus 1 pertemuan pertumbuhan anak. Pertumbuhan anak

1, 2 dan 3 penilaian aktifitas guru usia dini sangat bergantung terhadap

dalam hal ini adalah: kemampuan motorik kasar yang

a. guru sudah bisa dilakukannya. Penelitian ini merupakan

mengkondisikan anak ketika penelitian tindakan kelas yang terdiri

berbaris. Sehingga anak tidak dari 2 Siklus yaitu Siklus I dan Siklus II

keluar barisan dan berlari-lari. yang dilakukan sebanyak 3 kali

b. Guru memberikan penjelasan pertemuan setiap Siklus. Pada awal

kepada anak tidak hanya dilakukan observasi kemampuan

diawal kegiatan, tetapi disela- motorik kasar dengan kreteria melompat

sela ketika anak melakukan sambil berlari dari jarak 40 cm,

kegiatan. keseimbangan badan dan melompat dari


ketinggian 30 cm masih kurang baik.
64

Ketika dilakukan pra tindakan terdapat dari hasil pratindakan tersebut maka
15% dari kreterian nilai berkembang masih perlu ditingkatkannya
sesuai harapan (3). anak tidak mau kemampuan motorik kasar anak.
untuk melakukan gerakan motorik Diperlukan kegiatan yang sederhana dan
kasar, kebanyakan dari mereka berlari- menarik untuk mengajak anak agar
larian atau mengganggu teman. Anak terlibat langsung didalamnya, kegiatan
yang mau melakukan harus dibantu oleh yang menyenangkan dan membuat anak
guru. untuk selalu ingin mengulanginya.
Kegiatan motorik kasar yang Kegiatan tersebut adalah lompat tali.
dilakukan oleh guru masih kurang Dalam penelitian ini peningkatan
menarik dan pelaksanaannya masih kemampuan motorik kasar anak melalui
didalam kelas sehingga anak kurang lompat tali secara sederhana dan
leluasa dan masih malas-malasan untuk menyenangkan. Kegiatan lompat tali
melakukan. Gerakan motorik kasar dapat dilakukan dengan baik oleh anak
tidak dilakukan di awal pembelajaran, Kelompok B Paud Tunas Mekar Plus
akan tetapi sefleksibel guru untuk dengan ketinggian 30 cm. Hal ini
memberikan kegiatan motorik kasar sependapat dengan Bambang Sujiono
tersebut. Terdapat beberapa anak yang (2005: 3.23) yang menyatakan bahwa
kurang bisa untuk menirukan gerakan anak dapat melompat dari ketinggian
motorik kasar, beberapa anak tidak bisa ≤60-70 cm dan melompati tali yang
melakukan. Dengan adanya kegiatan tingginya 30 cm. Hal ini dikarenakan
lompat tali dalam kegiatan motorik ketika anak diminta untuk lompat tali
kasar anak diharapkan mampu untuk dengan
menigkatkan kebugaran jasmani anak Hurlock (1978:320) bermain
yaitu kekuatan dan keseimbangan. merupakan setiap kegiatan yang
Berdasarkan hasil observasi pra dilakukan untuk kesenangan yang
tindakan yang dilaksanakan tanggal 17 ditimbulkan tanpa mempertimbangkan
Juli 2017 menunjukkan bahwa hasi akhir. Pendapat tersebut sama
kemampuan motorik kasar anak dengan halnya dengan pendapat Mayke. S
kreteria melompat sambil berlari dari Tedjasaputra (2001: 11) menyatakan
jarak 40 cm, keseimbangan badan dan bahwa bermain memungkinkan anak
melompat dari ketinggian 30cm masih untuk bereksplorasi terhadap
kurang baik. Anak masih belum mau kemungkinan yang ada untuk
melakukan lompatan, dan beberapa meningkatkan kemampuan motorik
anak masih menyentuh tali, dan terjatuh kasar maka dilakukan dengan kegiatan
setelah melakukan lompatan. Dilihat yang menyenangkan, sehingga secara
65

tidak langsung anak tertarik dan selanjutnya karena belum mencapai


menikmati permainan atau kegiatan indicator keberhasilan yang ditetapkan
tersebut. Kegiatan lompat tali yaitu 80% . Beberapa kendala yang
merupakan kegiatan yang sangat ditemui pada Siklus I yaitu guru kurang
sederhana untuk dilakukan anak agar mampu mengkondisikan anak, sehingga
anak merasa senang. Hal ini sependapat banyak anak yang berlarian sendiri.
dengan Hurlock (1996) yang Kesempatan yang dimiliki anak hanya
menyatakan bahwa keterampilan sekali. Anak yang sudah
motorik anak dapat menghibur dirinya melakukan kegiatan mengganggu teman
untuk memperoleh perasaan senang lain yang belum melakukan. Kurangnya
seperti memainkan tali. Dengan motivasi yang diberikan oleh guru dan
kegiatan lompat tali, otot-otot kaki anak kekuaan otot kaki anak yang belum
menjadi kuat, serta melatih optimal. Kendala Siklus I mampu
keseimbangan anak dalam melakukan teratasi di Siklus II. Sebelum kegiatan
gerakan. Kegiatan sederhana ini tidak dilakukan anak melakukan pemanasan
membuat anak bosan karena anak selalu dengan gerakan sederhana. Agar
ingin mengulanginya dan membuat anak kondusif guru memecah barisan menjadi
menjadi lebih percaya diri. Pernyataan dua barisan, kondisi anak sudah mampu
tersebut sesuai dengan pendapat dikontrol oleh guru dan sudah kondusif
Sumantri (2005: 70) menyatakan bahwa seperti yang diharapkan. Anak yang
peningkatan motorik terjadi sejalan sebelumnya tidak mau melakukan
dengan meningkatnya kemampuan lompat tali, hanya mau melihat saja
koordinasi mata, tangan, dan kaki. perlahan menjadi mau melakukan. Guru
perkembangan motorik bisa terjadi berulang kali memberikan contoh agar
dengan baik apabila anak memperoleh kekuatan anak dalam melompat optimal,
kesempatan yang cukup besar untuk dan ketika mendarat setelah melompat
melakukan aktivitas fisik dalam bentuk keseimbangan anak baik motivasi serta
gerakan-gerakan yang melibatkan reward yang diberikan ke anak untuk
seluruh tubuh. menunjang semangat dan tertarik
Berdasarkan hasil pelaksanaan terhadap kegiatan tersebut. Berdasarkan
tindakan Siklus I dapat terlihat hasil penelitian pada Siklus II
perolehan anak mengalami peningkatan menunjukkan bahwa sebanyak 80%
yaitu 47% anak berada pada kriteria anak sudah mencapai nilai ketuntasan
berkembang sesuai harapan (3). yaitu berkembang sesai harapan (3).
Berdasarkan hasil data tersebut maka Dari hasil yang diperoleh tersebut dapat
dilaksanakan perbaikan tindakan diketahui adanya peningkatan pada
66

kemampuan motorik kasar anak Rata-Rata 47% 80%

Kelompok B Paud Tunas Mekar Plus


PENUTUP
Pemberian reward pada Siklus II berupa
Kesimpulan
stiker bergambar sangat efektif untuk
Berdasarkan hasil penelitian dan
menunjang semangat dan rasa percaya
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
diri anak untuk melakukan lompat tali.
kemampuan motorik kasar anak
Motivasi yang diberikan juga berupa
kelompok B Paud Tunas Mekar Plus
lisan kepada setiap anak sebelum maju
yang terjadi dapat terlihat dari tahap
diberi motivasi oleh guru.
penelitian, yaitu observasi yang
Berdasarkan hasil observasi
dilakukan saat pratindakan, pelaksanaan
sebelum tindakan, Siklus I, dan Siklus
tindakan pada Siklus I dan Siklus 2.
II, maka diperoleh hasil peningkatan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam
yang sedemikian rupa dari indikator
kegiatan lompat tali ini adalah guru
yang sudah ditentukan. Dengan
mempersiapkan tempat yang akan
demikian dapat dikatakan bahwa
digunakan, kemudian mempersiapkan
melalui kegiatan lompat tali dapat
alat yang akan digunakan.
meningkatkan kemampuan motorik
Anakdikondisikan berbaris menjadi dua
kasar anak khususnya unsur kekuatan
barisan. Kemudian guru memberikan
dan keseimbangan tubuh anak.
intruksi kepada anak cara melakukan
Berdasarkan hasil penelitian sejalan
dan memberikan contoh melompat yang
dengan pendapat Bambang Sujiono
benar. Kegiatan lompat tali ini
(2005: 6.25) mengatakan dengan
dilakukan menjadi dua kelompok,setiap
melakukan lompat dapat meningkatkan
anak melompat satu persatu dari anak
kekuatan dan kecepatan otot-otot
yang berbaris paling depan hingga anak
tungkai. Manfaat lain adalah kegiatan
terkahir. Setiap anak diberi dua kali
lompat tali ini menyenangkan untuk
kesempatan untuk melompat pada tali.
anak dan tidak memiliki resiko bahaya
Kegiatan diawali dengan melakukan
yang besar, sehingga kemampuan
nyanyian dan gerakangerakan
motorik kasar anak dapat berkembang
pemanasan agar otot kaki anak kuat,
dengan baik.
tubuh tidak kaku dan semangat.
Tabel. 4.5 Aspek Penilian
Aspek Siklus Siklus Pemberian reward juga dilakukan untuk
Penilaian 1 2
Berlari Sambil
54% menunjang semangat dan percaya diri
Melompat dari 85%
Jari 40 cm anak, diberikan pada setiap anak yang
Keseimbangan
54% 77%
Badan mau melakukan lompat. Komponen
Meloncat
Dengan
38% 77% fisik motorik kasar, kekuatan dan
Ketinggian 30
cm
67

keseimbangan melalui lompat tali tali dengan variasi ketinggian


mampu meningkat dengan baik. Hal ini berbeda. Komponen motorik yang
ditandai oleh peningkatan presentase diteliti juga dapat dikembangkan
ketuntasan nilai 3 (berkembang sesuai kembali, tidak hanya kekuatan dan
harapan) yaitu dari semula 15% pada keseimbangan, tetapi kelincahan
hasil observasi pra tindakan, menjadi dan kelentukan dapat dijadikan
47% pada siklus 1 kemudian menjadi komponen penelitian selanjutnya.
80% pada siklus 2.
Saran DAFTAR PUSTAKA
Dalam kesempatan ini, peneliti
ingin memberikan saran – saran kepada Ali hamdani. 2014. Makalah
karakteristik pendidikan anak,
Pengelola PAUD : (online),
1. Tunas Mekar Plus samarinda yaitu http//hamdanial.blogsport.co.id/2
014/04/makalah-karakteristik-
bahwa hasil penelitian ini sebagai pendidikan anak.html=1, di askes
acuan untuk meningkatkan motorik 13 Otober 2017)

kasar anak Indriana Zulfaidah 2013. Pengertian dan


2. Bagi Pendidik PAUD. Pelaksanaan karakteristik penelitian Tindakan
Kelas.(http://zulfaidah-
kegiatan lompat tali atau kegiatan indriana.blogspot.com/2013/05/p
yang berkaitan dengan motorik engertian-dankarakteristik
penelitian.html?=1, diakses 24
kasar yang diberikan guru kepada juli 2017)
anak-anak sebaiknya dilakukan
Mansyur. 2005. Pendidikan Anak Usia
pemanasan terlebih dahulu. Guru Dini Dalam Islam. Yogyakarta:
lebih giat memberikan motivasi Pustaka Pelajar. Mayke S
Tedjasaputra. 2001. Bermain,
kepada anak, agar anak tetap Mainan, dan Permainan. Jakarta:
bersemangat dan anak mampu PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
lebih percaya diri ketika melakukan
kegiatan lompat tali atau kegiatan Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu
Khorida. 2013. Pendidikan
yang berkaitan dengan motorik Karakter Anak Usia Dini: Konsep
kasar. dan Aplikasinya dalam PAUD.
Yogyakarta: ArRuzz Media
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, Kegiatan
lompat tali ini yang dilakukan Nelfa Rolina, Santrock. 2012. Alat
Permainan Edukatif Anak Usia
dapat dijadikan sebagai referensi
Dini. Yogyakarta: Penerbit
lebih disempurnakan kembali. Ombak.Misbach, Mulyani Novi
(2016). Super Asyik permainan
Kegiatan lompat tali dapat divariasi
Tradisional. Diva Press:
kembali tidak menggunakan satu Yogyakarta
tali tetapi menggunakan 2 atau 3
68

Mulyani Novi (2016). Super Asyik http://portalkurikulum.blogspot.co.id/20


permainan Tradisional. Diva 16/08/faktor-faktor-yang-
Press :Yogyakarta mempengaruh Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan
Nelfa Rolina, Santrock. (2012). Alat motorik anak usia dini
Permainan Edukatif Anak Usia PAUDi.html. diakses 24 Agustus
Dini. Yogyakarta: Penerbit 2017
Ombak.
http://amisisiliasari.blogspot.co.id/2012/
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan 12/perkembangan-motorik-kasar-
Nasional. (2007). Kamus Besar anaktk.html diakses 24 Agustus
Bahasa Indonesia Jakarta: Balai 2017
Pustaka.

Richard D, Hurlock, (2017). Panduan


Mengembankan Kecerdasan
Motorik Siswa. Yogyakarta :Diva
Press Samsudin. 2008.
Pembelajaran Motorik di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada
Media Group. Sari Indah
Pravista, Gallahue 2015 Upaya
meningkatkan motorik kasar anak
melalui lompat tali
(eprints.uny.ac.id
/23969/1/pravista%
20indah%20saridiakses 24 juli
2017)

Sari Indah Pravista, Santrock 2015


Upaya meningkatkan motorik
kasar anak melalui lompat
tali(eprints.uny.ac.id/23969/1/pra
vista%20indah%20saridiakses 24
juli 2017) Sujiono Bambang et al.
2008. Metode Pengembangan
Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka

Sulifan 2007. Classroom Action


Research Tehnik Penulisan dan
Contoh Proposal PTK Rahayas.
Jakarta : Rineka Cipta

Sumantri. 2005. Model Pengembangan


Keterampilan Motorik Anak Usia
Dini.Jakarta: Depdikbud

Yunus Ahmad, Mulyani Novi (2016).


Super Asyik permainan
Tradisional. Diva Press
:Yogyakarta
69

Anda mungkin juga menyukai