BUKU FIKSI KUMPULAN PUISI I. Sumber Judul Buku : Tebaran Mega Penerbit : Dian Rakyat Widya Utama TahunTerbit : 2007 II. Tabel Analisis Puisi:
No Puisi Sinopsis Analisis
1. Judul : Air Mata Ngalir,’Ngalirlah air mata, A. Tema :Kepedihan
Penulis : Sutan Aku tiada akan ‘nahanmu. B. Tipografi : Dalam puisi tersebut terdiri dari 4 bait Takdir Alisjahbana Apa gunanya aku halangi, yang terdiri dari 3 – 4 baris yang masing – masing Engkau ‘ngalirkan penuh kalbuku. terdiri dari 4 kata. Puisi tersebut menggunakan huruf kapital pada semua awal baris. Dan Seperti air jernih memancar penggunaan tanda baca seperti titik, koma dan Dari celah gunung rimbun, tanda petik. Seperti hujan sejuk gugur C. Majas Dari mega berat mengandung. 1. Majas Perumpamaan adalah majas yang membandingkan sesuatu dengan keadaan Ngalirlah,wahai air mata, lainnya di karenakan persamaan sifat. Engkau pun mendapat hakmu Contoh: Dari Chalik yang satu. “Seperti air jernih memancar” “Seperti hujan sejuk gugur” Ngalir,’ngalirlah air mata, D. Rima : Aku hendak merasa nikmat 1. Rima bersilang (a-b-a-b) Adalah baris rima Panasmu ‘ngalir pada pipiku. pertama sama dengan rima ketiga,sedangkan baris rima kedua sama dengan rima keempat. Contoh: “ Seperti air jernih memancar Dari celah gunung rimbun, Seperti hujan sejuk gugur Dari mega berat mengandung.” E. Nada/Suasana : Sedih Contoh : “ Ngalir, ‘Ngalirlah air mata” F. Pencitraan : 1. Pencitraan Perasaan adalah membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan. Contoh: “Aku hendak merasa nikmat” “Panasmu ‘ngalir pada pipiku” G. Amanat : Janganlah terlalu tenggelam dalam kesedihan karena Allah telah menuliskan kisah baru yang lebih baik untukmu. 2. Judul : Tak Mengerti Semuda itu lagi, A. Tema : Seorang lelaki yang telah memupuk Penulis : Sutan Sebanyak itu cita dikandung, Harapan kepada kekasihnya di tinggalkan Takdir Alisjahbana Sebesar itu harapan di dada, B. Tipografi : Dalam puisi tersebut terdiri dari 5 bait Segembira itu menyambut hidup. yang terdiri dari 2 – 4 baris yang masing – masing terdiri dari 4 kata . Puisi tersebut menggunakan Mungkinkah kau Ni tiada lagi, huruf kapital pada semua awal baris. Dan Berjalan pergi tiada kembali, penggunaan tanda baca seperti titik,koma dan Merantau jauh tiada tentu tanda tanya. Negeri mana tempat berhenti ? C. Majas: 1. Majas Retorik Adalah gaya bahasa yang Bunga mawar segar kembang, berupa kalimat tanya tetapi sebetulnya tak Girang sorak dijunjung tangkai. perlu untuk dijawab. Contoh: Berderai gugur jatuh ke bumi “Negeri mana tempat berhenti ?” Sekonyong-konyong tiada tersangka, 2. Majas Personifikasi Adalah majas yang membandigkan benda-benda mati seperti Wahai Tuhanku maha tinggi, seolah-olah memiliki sifat manusia. Petunjuk beta tak mengerti. Contoh: “ Bunga mawar segar kembang, Girang sorak dijunjung tangkai.” D. Rima: 1. Rima Aliterasi Adalah pengulangan Berdasarkan bunyi konsonan. Contoh: “Semuda itu lagi, Sebanyak itu cita dikandung, Sebesar itu harapan di dada, Segembira itu menyambut hidup.” 2. Rima Patah Adalah apabila dalam bait- bait puisi ada kata yang tidak berima sedangkan kata- kata lain pada tempat yang sama di baris-baris lain memilikinya. Contoh: Mungkinkah kau Ni tiada lagi, (a) Berjalan pergi tiada kembali, (a) Merantau jauh tiada tentu (b) Negeri mana tempat berhenti ? (a) E. Nada/Suasana: Menggunakan nada melankolik karena menggambarkan suasana yang sedih,dalam puisi tersebut digambarkan sesosok lelaki yang telah memupuk harapan kepada kekasihnya ditinggalkan. F. Pencitraan: 1. Pencitraan Gerak Adalah pencitraan dalam puisi yang berkaitan dengan anggota manusia. Contoh: “Berjalan pergi tiada kembali, Merantau jauh tiada tentu” 2. Pencitraan Penglihatan Adalah pencitraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Contoh: “Bunga mawar segar kembang” G. Amanat: Sejauh apapun kita pergi, segembira apapun kita menyambut hidup apabila kita tak menyertakan Tuhan dalam setiap langkah kita maka tak ada artinya hidup kita. 3. Judul :Perjuangan Tenteram dan damai? A. Tema:Kematian Penulis :Sutan Takdir Tidak, tidak tuhanku! B. Tipografi:Dalam puisi tersebut terdiri dari satu Alisjahbana Tenteram dan damai waktu tidur di bait. Dan bait tersebut terdiri dari 13 baris.Setiap malam sepi. baris terdiri dari 2-6 kata.Posisi puisi memenuhi Tenteram dan damai berbaju putih di tepi kiri baris buku.Jumlah kata-kata tiap baris dan dalam kubur jumlah baris bait memperlihatkan adanya variasi Tetapi hidup ialah perjuangan. dalam menampilkan fisik bait puisi.Tampilan yang Perjuangan semata lautan segara. bervariasi pada setiap bait tidak memudarkan Perjuangan semata alam semesta. keterkaitan dan keterikaan makna dan maksud Hanya dalam berjuang beta merasa anatrbait, sehingga makna puisi secara keseluruhan tenteram dan damai. tetap terjaga. Hanya dalam berjuang berkobar C. Majas: Engkau Tuhanku di dalam dada. 1. Majas Retorik Adalah gaya bahasa yang berupa kalimat tanya tetapi sebetulnya tak perlu di jawab. Contoh: “Tenteram dan damai?” 2. Majas Repetis Adalah majas pengulangan suatu kata dalam beberapa frasa dengan tujuan menegaskan suatu maksud. Contoh: “Tentram dan damai waktu tidur di malam Sepi” “Tentram dan damai berbaju putih di dalam kubur” D. Rima: 1. Rima Patah Adalah apabila dalam bait-bait puisi ada kata yang tidak berima sedangkan kata-kata lain pada tempat yang Sama di baris- baris lain memilikinya. Contoh: “ Tenteram dan damai? Tidak, tidak tuhanku! Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi” 2. Rima Aliterasi Adalah pengulangan berdasarkan bunyi konsonan. Contoh: “ T idak,t idak t uhanku!” E. Nada/Suasana:Puisi ini memiliki nada haru dan sedih seperti dalam kutipan : “Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur Tetapi hidup ialah perjuangan. Perjuangan semata lautan segara.” F. Pencitraan: 1. Pencitraan Perabaan Adalah pencitraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca yang seolah-olah dapat meraba sesuatu yang di deskripsikan penyair dalam puisi. Contoh: “Hanya dalam berjuang beta merasa Tenteram dan damai” 2. Pencitraan penglihatan Adalah pencitraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Contoh: “Perjuangan semata lautan segara. Perjuangan semata alam semesta.” G. Amanat: Semakin kita memperjuangkan sesuatu maka pada hakikatnya kita akan semakin dekat dengan sang pencipta karena kita memohon bantuanNya.
4. Judul :Kenangan Dari jendela sinar memburu gelap. A. Tema:Kenangan
Penulis :Sutan Takdir Aku melihat mereka duduk di alam B . Tipografi:Terdiri dari 2 bait, bait pertama Alisjahbana terang: memiliki 6 baris,bait kedua memiliki 3 baris. Aman damai seluruh kamar. Menggunakan huruf kapital pada awal kata Mesra berbisik pena di kertas; Dan tanda baca pada akhir kata dalam puisi. Jarum renda gelisah turun naik di tangan C. Majas: halus. 1. Majas Personifikasi Adalah majas yang Apabila dua pasang mata bersua membandigkan benda – benda mati seperti melayang dewi menyebar bahagia. seolah – olah memiliki sifat manusia. Contoh: Dalam gelap mendingin rasa hatiku. “Jarum renda gelisah turun naik di tangan Pilu kenangan mengawan di sawang. halus” Alangkah sayupnya melambai tanda 2. Majas Hiperbola Adalah gaya bahasa daratan! dengan ungkapan yang melebih – lebihkan dari kenyataan aslinya. Contoh: “Apabila dua pasang mata bersua melayang dewi menyebar bahagia.” D. Rima: 1. Rima Asonansi Adalah pengulangan berdasarkan bunyi vokal dalam baris. Contoh: “Pilu kenangan mengawan di sawang” 2. Rima Aliterasi Adalah pengulangan berdasarkan bunyi konsonan. Contoh: “Apabila dua pasang mata bersua” E. Nada/Suasana: Menggunakan nada melankolik karena menggambarkan suasan yang sedih, dalam puisi tersebut digambarkan kesedihan seseorang yang tengah mengingat segala kenangan-kenangannya seperti pada kutipan “Dalam gelap mendingin rasa hatiku. Pilu kenangan mengawan di sawang. Alangkah sayupnya melambai tanda daratan” F. Pencitraan: 1. Pencitraan penglihatan Adalah pencitraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Contoh: “Apabila dua pasang mata bersua” 2. Pencitraan Perasaan adalah membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan. Contoh: “Dalam gelap mendingin rasa hatiku.” G. Amanat:Kemanapun kita pergi ,janganlah lupakan tempat yang mememiliki memori indah dalam hidup. 5. Judul :Nikmat Hidup Api menyala di dalam kalbu, A. Tema:Keyakinan masa depan dan keagungan Penulis :Sutan Takdir Ganas membakar tiada beragak. Tuhan. Alisjahbana Hangus badan rasa seluruh, B. Tipografi:Penulisan puisi tersebut tersusun Kepada penuh bersabung sinar. rapi,menggunakan huruf kapital diawal Malam mata tiada terpicing, kalimat,serta menggunakan tanda baca.Terdiri dari Gelisah duduk sepanjang hari. 4 bait ,setiap bait terdiri dari 3-4 baris dan setiap Rasa dicambuk rasa didera, baris terdiri dari dari 4-5 kata,penulis juga Jiwa ngembara tiada sentosa . menggunakan tanda seru pada kata “ya Tuhanku!” Untuk memperjelas maksud penulis posisi puisi Ya Allah ,ya Tuhanku! memenuhi tepi kiri baris buku . Biarlah api nyala di kalbu, C. Majas: Biarlah badan hangus tertunu. 1. Majas Hiperbola Adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang melebih-lebihkan dari Api jangan Engkau padamkan, kenyataan aslinya. Mata jangan Engkau picakan, Contoh: Jiwa jangan Engkau lelapkan. “ Api menyala di dalam kalbu, Ganas membakar tiada beragak. Hangus badan rasa seluruh, Kepada penuh bersabung sinar.” D. Rima: 1. Rima Lurus Adalah rima pertama ,kedua,ketiga dan keempat sama. Contoh: “ Ya Allah ,ya Tuhanku! (a) Biarlah api nyala di kalbu, (a) Biarlah badan hangus tertunu.”(a) 2. Rima Akhir sempurna Adalah persamaan bunyi pada suku kata terakhir. Contoh: “ Api jangan Engkau padamkan, Mata jangan Engkau picakan, Jiwa jangan Engkau lelapkan.” E. Nada/Suasana:Puisi ini memiliki nada yang keras dan penuh dengan semangat yang dibuktikan oleh kutipan “Ya Allah ,ya Tuhanku! Biarlah api nyala di kalbuku Biarlah badan hangus tertunu.” F. Pencitraan: 1. Pencitraan perabaan Adalah pencitraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca yang seolah-olah dapat meraba sesuatu yang di deskripsikan penyair dalam puisi. Contoh: “Hangus badan rasa seluruh, Kepala penuh bersabung sinar.” 2. Pencitraan Penglihatan Adalah pencitraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah – olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Contoh: “Malam mata tiada terpicing” G. Amanat:Seberapa kecilnya nikmat yang diberikan Allah, kita wajib mensyukurinya, bukan saja untuk menunjukan ketaatan kapada Allah SWT, tetapi dengan senantiasa mensyukurinya. Buku yang berjudul Tebaran Mega merupakan kumpulan sajak karya Sutan Takdir Alisjahbana Komentar menurut saya isi dari keseluruhaan buku tersebut mengandung makna kesedihan,kepedihan dan harapan hidup. Mengandung keindahan kata-kata sehingga mengandung makna yang tersirat. Kualitas buku yang bagus dan memiliki corak pada setiap lembarnya sehingga tertarik untuk dibaca