Anda di halaman 1dari 38

Peran Perawat Dalam Promosi Kesehatan

1. Pemberi layanan keperawatan. Perawat memberikan pelayanan keperawatan


secara langsung maupun tidak langsung melalui pendekatan proses keperawatan kepada
individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat.
2. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien secara mandiri
maupun melibatkan kader kesehatan.
3. Perawat merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan mengevaluasi
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung dengan melibatkan peran
aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas.
4. Perawat memberi konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga, atau
kelompok mengenai masalah kesehatan komunitas.
5. Perawat harus melindungi dan memfasilitasi keluarga maupun masyarakat
dalam pelayanan keperawatan komunitas.
6. Perawat melakukan penelitian untuk dapat mengembangkan keperawatan
komunitas.
Konsep, Teori, dan Prinsip Belajar Mengajar

1.      `Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien


Craven  And  Himle  (1996)  Dalam  Suliha  (2002)  Mendefinisikan  Bahwa Pendidikan 
Atau  Edukasi  Merupakan  Penambahan  Pengetahuan  Dan  Kemampuan Seseorang 
Melalui  Teknik  Praktik  Belajar  Atau  Instruksi  Dengan  Tujuan  Untuk Mengangkat 
Fakta  Dan  Kondisi  Nyata  Dengan  Cara  Memberi  Dorongan  Terhadap Pengarahan
Diri (Self-Direction), Aktif Dalam Memberikan Informasi Atau Ide Baru. Pendidikan
Dapat Menyebabkan  Perubahan Kemampuan  Intelektual Dan Memperbaiki
Keterampilan Seseorang Dalam  Menggunakan  Dan  Mengevaluasi Informasi. Sementara
Itu, Wingroot (2005) Menyesuaikan Edukasi Dengan Bidang Kesehatan Sehingga Ia
Mengatakan Bahwa Edukasi Kesehatan Dapat Meningkatkan Kemampuan  Seseorang 
Untuk  Mengatur  Kesehatan  Mereka  Hingga  Mengubah Perilaku Klien Dengan Tujuan
Agar Klien Dapat Mempertahankan Atau Memperbaiki Kesehatannya. Dalam Usaha
Pendidikan/Edukasi Pasien, Perawat Harus Menyertakan Nilai-Nilai Psikososial,
Spiritual, Dan Budaya Yang Dimiliki Pasien Serta Keinginan Untuk Berpartisipasi Aktif.
Pendidikan Atau Edukasi Untuk Klien Dapat Dibagi Menjadi Dua Yaitu:
A. Pendidikan Pasien Klinis
Pendidikan  Pasien  Klinis  Merupakan Proses  Belajar-Mengajar  Yang Terencana, 
Sistematis,  Dan  Logis Yang Dapat  Digunakan  Dalam  Segala  Situasi Klinis. 
Pendidikan  Pasien  Klinis Pada  Umumnya  Berlangsung  Secara Berkesinambungan.
B. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan  Kesehatan Merupakan  Proses  Belajar-Mengajar  Yang  Lebih
Berkonsentrasi Pada Promosi Kesehatan Pendidikan/Edukasi  Pasien/Klien  Sebagai 
Salah  Satu  Dimensi Caring Keperawatan  Adalah  Aplikasi  Kiat  Dan  Ilmu  Tentang 
Manusia  Melalui Transaksi Caring  Transpersonal Untuk  Membantu  Seseorang
Mencapai Keselarasan Pikiran-Tubuh-Jiwa  Yang  Menimbulkan  Pengetahuan  Diri, 
Pengendalian  Diri, Perawatan  Diri,  Dan  Penyembuhan  Diri  (Watson,  1990). Dalam 
Memberikan Pendidikan/Edukasi  Kepada  Pasien/Klien  Sebagai  Salah  Satu  Bentuk 
Intervensi Keperawatan, Diperlukan Suatu Esensi Teori Sebagai Landasan Untuk
Melakukan Tata Laksana  Proses  Pendidikan/Edukasi  Tersebut.  Hal  Ini  Diterangkan 
Watson  (1979) Dalam Theory  Of  Human  Caring Bahwa Caring Adalah  Sejenis 
Hubungan  Dan Transaksi Yang Diperlukan Untuk Meningkatkan Rasa Aman Pada
Pasien/Klien Dan Melindungi Klien Sebagai Manusia, Dengan Demikian Mempengaruhi
Kesanggupan Klien Untuk Dapat Sembuh. Caring Yang Efektif Akan Meningkatkan
Status Kesehatan Dan  Perkembangan  Individu  Dan  Keluarga, Caring  Environment
Menyediakan Perkembangan Potensi Dan Memberukan Keleluasaan Memilih Kegiatan
Yang Terbaik Bagi Diri Seseorang Dalam Waktu Yang Telah Ditentukan.Pada Tahun
1997, Watson Dan Lea Menyusun Instrumen Yang Dikembangkan. Untuk Meneliti
Perilaku Caring Perawat Yang Disebut Dengan Caring Dimensions. Inventory (Cdi).
Terdapat 25 Daftar Dimensi Caring Tersebut, Salah Satunya Yaitu, Memberikan
Pengetahuan Kepada Klien Sebagai Individu Yang Berhubungan Dengan Pendidikan 
Klien.  Proses  Keperawatan  Identik  Dengan  Caring.  Dalam Caring Dimensions 
Inventory  (Cdi)  Terdapat  Pendidikan  Klien  Sebagai  Salah  Satu  Hal Terpenting 
Untuk  Mencapai  Sehat  Pada  Klien.  Dalam  Proses  Pendidikan  Klien, Perawat  Harus 
Memastikan  Bahwa Klien,  Keluarga,  Dan  Masyarakat  Menerima Informasi  Yang 
Dibutuhkan  Untuk  Memulihkan  Dan  Mempertahankan  Kesehatan Yang Optimal.

PERAN PENDIDIKAN/EDUKASI PASIEN DALAM PELAYANAN KESEHATAN


Kesehatan Bernilai Penting Sehingga Kesehatan Menjadi Indikator Pengukur
Kesejahteraan  Seseorang. Tetapi,  Di  Indonesia,  Pengetahuan  Masyarakat  Akan
Kesehatan Masih Sangat Minim. Hal Ini Ditandai Dengan Masih Rendahnya Angka
Harapan Hidup Indonesia Dari Standar Angka Harapan Hidup Yaitu 85 Tahun. Karena
Model Proses Dalam Pendidikan Kesehatan Pasien Menurut  Susan  B.  Bastable  (1999),
Terdapat Beberapa  Model  Proses  Dalam Pendidikan Kesehatan, Antara Lain:
1. Health Belief Model Adalah Model Yang Dimodifikasi Oleh Becker (1974)
Untuk  Menangani  Permasalahan  Kepatuhan  Pada  Program  Pengobatan Teraupetik. 
Terdapat  Dua  Alasan  Utama  Yang  Menjadi  Dasar  Dibentuknya Model Ini Yaitu
Keberhasilan Terhadap Pencegahan Penyakit Dan Program Penyembuhan Yang
Memerlukan Kepatuhan Klien Untuk Berpartisipasi Dan Keyakinan Bahwa Kesehatan
Memang Sangat Dihargai.
2. Health Promotion Model, Adalah Model Yang Dikembangkan Oleh Pender
(1987) Dan Digunakan Dalam  Disiplin  Keperawatan.  Model  Ini Menggambarkan
Komponen Dan Mekanisme Yang Menjadi Faktor Penentu Pada Gaya Hidup Yang
Mempromosikan Kesehatan.
3. Self-Efficacy  Theory Adalah  Model  Yang Dikembangkan  Dari Perspektif
Sosial-Kognitif  Dan  Didasarkan  Pada  Harapan  Seseorang  Yang  Berkaitan Dengan
Rangkaian Tindakan Tertentu (Bandura, 1977a, 1977b, 1986). Teori Ini  Merupakan 
Teori  Prediktif  Perihal  Suatu  Keyakinan  Bahwa  Seseorang Dapat Mengerjakan
Perilaku Tertentu Dalam Mencapai Hasil Yang Diharapkan Sesuatu Dengan Kompetensi
Dan Kapabilitasnya.
4. Theory Of Reasoned Action Adalah Model Yang Berkaitan Dengan Prediksi
Dan  Pemahaman  Semua  Bentuk  Perilaku  Manusia  Dalam  Konteks  Sosial. Teori  Ini 
Didasarkan  Pada  Alasan  Bahwa  Manusia  Merupakan  Pembuat Keputusan  Yang 
Rasional  Yang  Memanfaatkan  Informasi  Apapun  Yang Tersedia Bagi Mereka.
5. Model Precede (Predisposing, Reinforcing, And Enabling Constructs
In  Educational  Diagnosis  And  Evaluation)-Proceed (Policy, Regulatory,  And 
Organizational  Constructs  In  Educational  And Envirinment Development) Adalah
Model Yang Memiliki Harapan Untuk Mengurangi  Tingkat Kematian.  Inti  Dari  Model 
Ini  Adalah  Pendidikan
BELAJAR DAN MENGAJAR
1.      Pengertian Belajar
Menurut  Kozier  (200)  Belajar  Merupakan  Berubahnya  Kemampuan Seseorang Yang
Terus Berlanjut Dalam Suatu Waktu. Sementara Itu, Menurut Patricia Potter Dan Anne
Perry (2005), Belajar Adalah Proses Memperoleh Ilmu, Sikap, Dan Kemampuan Baru
Melalui Latihan Dan Pengalaman. Berdasarkan Beberapa Arti Dari Belajar Di Atas,
Belajar Dapat Disimpulkan Sebagai Kegiatan Dalam Memperoleh Hal- Hal  Baru 
Terutama  Ilmu  Yang  Didapat  Melalui  Latihan  Atau  Menempa  Diri  Serta
Pengalaman.
2.      Mengajar
Mengajar  Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  Mempunyai  Arti Memberi
Pelajaran  Atau  Pelatihan. Sementara Itu,  Menurut  The Free Dictionary, Mengajar
Merupakan Suatu Aktivitas  Untuk  Mendidik  Atau  Melatih  Dan  Di  Dalam Aktivitas 
Mengajar,  Pengajar  Berusaha  Memberi  Atau  Menanamkan  Pengetahuan Atau
Keterampilan Kepada Para Pelajar. Selain Definisi – Definisi Di Atas, Mengajar Juga
Memiliki Beberapa Definisi Yang Berasal Dari Berbagai Tokoh Yaitu:
A. Mengajar Tak Hanya Menyampaikan Pengetahuan Tetapi Juga Merangsang
Terjadinya Proses Berpikir, Tumbuhnya Sikap Kritis, Atau Hingga Mengubah
Pandangan  Para Pelajar (Rooijakkers, 1991).
B. Mengajar Atau Pembelajaran Merupakan Perolehan Pengetahuan, Perilaku, Dan
Keterampilan Baru. (Bastable, 2003 Dalam Potter Dan Perry, 2010)
Dari  Beberapa  Definisi  Di  Atas,  Mengajar  Dapat  Disimpulkan  Sebagai  Suatu
Kegiatan Yang Bertujuan Untuk Menularkan Ilmu Pengetahuan Yang Dimiliki Kepada
Orang  Yang  Belajar  Sehingga  Dapat Menumbuhkan  Sikap  Kritis  Dari  Para  Pelajar
Hingga Mengubah Sikap Pelajar Dan Juga Agar Dapat Diaplikasikan Dalam Kehidupan
Sehari – Hari.

TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori Behavior
Teori  Belajar  Behavior  Berpandangan  Bahwa  Belajar  Adalah  Proses Perubahan 
Perilaku.  J.B.  Watson  Yang  Dikenal  Sebagai  Bapak  Teori  Behavior Mempelajari 
Studi  Yang  Dilakukan  Oleh  Ivan  Pavlov  Tentang  Eksperimennya Terhadap Respon
Seekor Anjing Yang Dikondisikan Pada Kondisi Berulang. Watson Menyimpulkan
Bahwa Belajar Adalah Proses Penerimaan Respon Dari Stimulus Yang Dapat Diukur Dan
Dapat Diobservasi.Belajar Dapat Dicapai Melalui Perilaku Yang Tepat Dari Sejumlah
Respon Dan Melalui Pendekatan Penguatan.
2. Teori Kognitif
Teori Kognitif Melihat Kegiatan Belajar Sebagai Sesuatu Yang Aktif. Mereka
Berinisiatif  Mencari  Pengalaman  Untuk  Belajar,  Mencari  Informasi  Untuk
Menyelesaikan  Masalah,  Mengatur  Kembali,  Dan  Mengorganisasi  Apa  Yang  Telah
Mereka Ketahui Untuk Mencapai Pelajaran Baru. Teori Belajar Kognitif Juga Sering
Disebut Sebagai Teori Perseptual Karena Menurut Teori Ini, Kegiatan Belajar Adalah
Perubahan Persepsi Yang Terkadang Tidak Dapat Diamati Dan / Atau Diikuti. Menurut
Teori Ini Pula, Proses Belajar Akan Berjalan Dengan Baik Jika Materi Pelajaran Atau
Informasi Baru Beradaptasi Dengan Struktur Kognitif Yang Telah Dimiliki Seseorang.
Teori Belajar Kognitif Dikemukakan Oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, Dan Robert M.
Gagne
3. Teori Humanistik
Menurut  Teori Humanistik, Tujuan  Belajar  Adalah  Untuk  Memanusiakan Manusia.
Hal Itu Dikarenakan Menurut Teori Ini, Kepribadian Individu Tidak Hanya Berasal Dari
Pembelajaran Lingkungan Tetapi Juga Hasil Pembelajaran Dan Motivasi Dari Dalam Diri
Individu Tersebut. Contoh Pembelajaran Dari Dalam Diri Individu Tersebut Adalah
Kebebasan Utnuk Memilih, Dan Motivasi Untuk Mencapai Aktualisasi Diri  Atau 
Memenuhi  Keunikan  Mereka  Sebagai  Manusia. Menurut  Teori  Ini  Pula, Terdapat
Dua Tipe Belajar Yaitu Tipe Belajar Kognitif Atau Tipe Belajar Berdasarkan Makna Dan
Tipe Belajar Eksperiensial Atau  Tipe Belajar Berdasarkan Pengalaman. Tetapi, Secara
Umum Teori Ini Bersifat Elektif Sehingga Teknik Belajar Apapun Dapat Dialakukan
Oleh Seorang Individu Agar Tujuan Belajar Dapat Tercapai. Hingga Saat Ini,  Terdapat
Tiga Tokoh  Pelopor  Teori Humanistik Yaitu Arthur Combs,  Abraham Maslow, Dan
Carl Rogers.
4. Teori Sibernetik
Menurut Teori Ini, Belajar Adalah Pengolahan Informasi (Nursalam Dan Ferry Efendi, 
2008).  Teori  Ini  Lebih  Mementingkan  Sistem  Informasi  Daripada  Proses. Sistem 
Informasi  Adalah Suatu  Cara  Tertentu  Untuk  Menyediakan Informasi  Yang
Dibutuhkan Oleh Organisasi Agar Dapat Beroperasi Secara Benar Dan Menguntungkan
(Teguh  Wahyono,  2010).  Tokoh  Yang  Mengembangkan  Teori  Sibernetik  Adalah
Landa Yang Berpendapat Bahwa Ada Dua Macam Proses Berpikir, Algoritmik (Proses
Berpikir Linier, Konvergen, Dan Lurus Menuju Ke Satu Target Tertentu.

Konsep dan Teori Promosi Kesehatan

1. Definisi
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep
pendidikan kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma
kesehatan masyarakat (public health). Menurut Lawrence Green (1984) definisi
promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi , politik, dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan
Victoria (Victorian Health Foundation Australia, 1997) bahwa promosi kesehatan
adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam
konteks masyarakatnya, bukan hanya perubahan perilaku(within people), tetapi
juga perubahan lingkungannya.Menurut Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986)
bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengidentifkasi dan mewujudkan aspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan untuk
mengubah atau mengatasi lingkungan (Notoatmodjo, 2005).
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut diatas, WHO
memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai “ the procces of enabling
individuals and communities to increase control over the determinants of health
and thereby improve their health “ (proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya).
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut di Indonesia
pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai berikut : “ upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”
(Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen Kesehatan
RI, 2005)
2. Tujuan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatnya kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan
mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya
lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
Tujuan khususnya adalah :
1. Individu dan keluarga
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung
maupun media massa
b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
c. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga
atau rumah tangga yang sehat
d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi
keluarganya
e. Berperan aktif dalam upaya/ kegiatan kesehatan
2. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum
a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
b. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat
3. Organisasi kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM dan media massa
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat
b. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
c. Menciptakan suasana yang kondisuf untuk mendukung perubahan perilaku
masyarakat
4. Program/ petugas kesehatan
a. Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan
kesehatan
b. Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat,
khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga, dan atau kelompok
yang menjadi kliennya
c. Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan
yang memberikan kepuasan kepada masyarakat
5. Lembaga Pemerintah/ politisi/ swasta
a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan
lingkungan dan perilaku sehat
b. Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan dampak di bidang kesehatan (Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 2005)
3. Manfaat
a. Mempererat kerjasama dengan berbagai pihak
b. Meningkatkan hubungan terhadap program kesehatan
c. Meningkatkan percaya diri terhadap kesehatan
d. Meningkatkan pembangunan lingkungan, sistem dan kebijakan kesehatan

4. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/ keluarga; tatanan
kesehatan , institusi pendidikan, tempat kerja, dan tempat umum; organisasi
kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM/ dan media massa; program/ petugas
kesehatan; dan lembaga pemerintah/ politisi/ swasta.
Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan pada tiga daerah
utama yaitu sekolah, tempat kerja dan kelompok/ masyarakat. Dalam pelaksanaan
program promosi kesehatan, telah terbukti bahwa promosi kesehatan di masyarakat,
sekolah dan tempat kerja cenderung paling efektif (Carleton, 1991). Kolbe (1988)
menambahkan sasaran lain dalam promosi kesehatan adalah pelayanan medis dan
media.
Agar lebih spesifik sasaran promosi kesehatan dibagi menjadi sasaran primer,
sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang
diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar
dari perubahan perilaku tersebut.Sasaran sekunder adalah individu atau keompok
yang memiliki pengaruh oleh sasaran primer, dan diharapkan mampu mendukung
pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.Sasaran tersier adalah para
pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh di berbagai
tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan ).
5. Strategi
Penerapan promosi kesehatan dalam program kesehatan pada dasarnya
merupakan bentuk penerapan strategi global, yang dijabarkan dalam berbagai
kegiatan. Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari 3 hal yaitu :
1. Advokasi
Upaya pendekatan pada pimpinan atau pengambil keputusan supaya dapat
memberikan dukungan, kemudahan, pada upaya pembangunan kesehatan.
Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan sebagainya.
Kegiatannya bisa secara formal dan informal.Secara formal misalnya
presentasi atau seminar tentang issu atau usulan program yang ingin
dimintakan dukungan. Secara informal misalnya datang kepada pejabat untuk
minta dukungan dalam bentuk dana atau fasilitas lain.
2. Dukungan sosial
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (toma) baik formal maupun infromal.Bentuk kegiatannya berupa
pelatihan para toma, bimbingan pada toma.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok dan masyarakat agar berkembang
kesadaran , kemauan, dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Bentuk kegiatannya yaitu penyuluhan kesehatan, pelatihan.(Heri M,
2009)
Berdasarkan Piagam Ottawa, 1986 strategi baru promosi kesehatan adalah
1. Kebijakan berwawasan kebijakan (Healhty Public Policy)
Bahwa kebijakan yang diambil harus berorientasi pada kesehatan publik dan
harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
2. Lingkungan yang mendukung (supportive Environment)
Bahwa pemerintah atau pengelola tempat umum harus menyediakan
fasilitasyang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Bahwa penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
harus melibatkan dan memberdayakan masyarakat.
4. Ketrampilan individu (Personnel Sklill)
Dengan memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit , mencari pengobatan.
5. Gerakan masyarakat (Community Action)
Promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan di masyarakat
dalam mewujudkan kesehatan mereka.(Notoatmodjo, 2005)
Berdasarkan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (2004), strategi
peningkatan promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Kebijakan Promosi Kesehatan daerah
2. Peningkatan Sumber daya Promosi Kesehatan
3. Pengembangan Organisasi Promosi Kesehatan
4. Integrasi dan Sinkronisasi Promosi Kesehatan
5. Pendayagunaan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Promosi Kesehatan
6. Peningkatan kerjasama dan kemitraan
7. Pengembangan Metode, Teknik dan Media
8. Fasilitasi Peningkatan Promosi Kesehatan

Konsep dan Teori Perilaku

1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert),
Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda
tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka,
misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi.
B. Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab
itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
2. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior).
Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau
kecelakaan.Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan ini.
3. Perilaku hidup sehat.
Adalah perilaku –perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup
antar lain :
1) Menu seimbang
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalian stress
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan
sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang
layak.
3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).
C. Domain Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respon terhada stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin,, dsb.
2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial,
budaya ekonomi, politik , dsb
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku
manusia itu ke dalam 3 dominan yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan yakni:
2. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang:
a. Proses Adopsi perilaku
Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
§ Awareness
§ Interest
§ Evaluation
§ Trial
§ Adoption
b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
2. Sikap
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek
Diagram:
Proses terbentuknya sikap dan reaksi
a. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok:
1) kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
b. Berbagai tingkatan sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan:
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggungjawab (responsible)
c. Praktek atau tindakan (practice)
Mempunyai beberapa tingkatan:
1) persepsi (perception)
2) respon terpimpin (guide response)
3) mekanisme (mecanism)
4) adopsi (adoption)
D. Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya
Adalah suatu roses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara
teori perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam
kehidupannya melalui 3 tahap:
1. Pengetahuan
Dikelompokkan menjadi:
a. pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b. pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
c. pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2. Sikap
Dikelompokkan menjadi:
a. sikap terhadap sakit dan penyakit
b. sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c. sikap terhadap kesehatan lingkungan
3. Praktek dan Tindakan
Indikatornya yakni:
a. tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
b. tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
E. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan atau perubahan perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan
belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan
dalam bentuk perilaku.
F. Determinan dan Perubahan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis
besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan
sosial.
Asumsi Determinan Perilaku Manusia
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan antar lain:
1. Teori Lawrence Green
Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik
tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B, Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu
merupakan fungsi dari:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatanya (behavior intention)
b. Duikungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(acesssebility of information)
d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy)
e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).
3. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku
tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek.
a. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-
orang yang dianggap penting.
e. Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok masyarakat.
f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan.
Analisa Perilaku terapan
Antecedent – Behavior – Consequence
Anteseden :
Peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu perilaku (“naturally occuring
antecedents”)
Konsekuen :
Peristiwa lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku, yang juga menguatkan,
melemahkan/menghentikan perilaku
– Reinforcement positif
– Reinforcement negatif (juga menguatkan)
– Punishment : konsekuensi (-) yg melemahkanperilaku
 
1. Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina
suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan
demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama
dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
4. Tatanan
Adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan
lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat
Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten Sehat/Kota Sehat
Adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan.
kecamatan yang secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan
kehidupan sosial, serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman, nyaman dan
sehat secara mandiri.
6. Manajemen PHBS
Adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap kegiatan.yaitu 1).
Pengkajian, 2).Perencanaan, 3).penggerakkan pelaksanaan, 4). pemantauan dan
penilaian.
Faktor perilaku
Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaga hidup merupakan
pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis
pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun
hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Contoh seseorang yang mengidolakan
aktor atau artis yang tidak merokok.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentuyaitu
faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.

Konsep dan Teori dalam pembuatan perencanaan pembelajaran (SAP)

1. PerencanaanPembelajaran
a) Definisi PerencanaanPembelajaran.

Pembelajaran menurut Agustina (2011) pada dasarnyamerupakan

prosesaktivitasyangdilakukansecaratertatadanteratur,berjalansecara

logis dan sistematis mengikuti aturan-aturan yang telahdisepakati

sebelumnya. Setiap kegiatan pembelajaran bukan merupakanproyeksi

keinginan dari guru secara sebelah pihak, akan tetapimerupakan

perwujudandariberbagaikeinginanyangdikemasdalamsuatukurikulum.

Kurikulumsebagaiprogrampendidikan,masihbersifatumumdan

sangat ideal. Untuk merealisasikan dalam bentuk kegiatan yanglebih

operasional yaitu dalam pembelajaran, terlebih dahulu guru harus

memahami tuntutan kurikulum, kemudian secara praktisdijabarkan

kedalam bentuk perencanaan pembelajaran untuk dijadikan pedoman

operasional pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaandan

pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan


pembelajaran, tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum,
juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada
disekolahmasing-masing.Halinitentusajaakanberimplikasipadamodel
atau isi perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru,
disesuaikandengankondisinyatayangdihadapisetiapsekolah.(Agustina:
2011)
Perencanaan sebagai program pembelajaran memiliki beberapa

pengertianyangmemilikimaknayangsamayaitusuatuprosesmengelola,

mengaturdanmerumuskanunsur-unsurpembelajaransepertimerumuskan

tujuan,materiatauisi,metodepembelajarandanmerumuskanevaluasi

pembelajaran.

Selainitu,berkenaandenganperencanaanWilliamH.Newmandalam

bukunya Administrative Action Techniques of Organization and

Managementmengemukakanbahwa:Perencanaanadalahmenentukanapa

yang akan dilakukan . Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian

putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan,penentuan

kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode danproedur

tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.

Terry (Majid, 2006:16) menyatakan bahwa perencanaanadalah

menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompokuntuk

dapat mencapai tujuan yang telah digariskan. Perencanaan mencakup

kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuanuntuk

mengadakanvisualisasidanmelihatkedepangunamerumuskansuatupola
tindakanuntukmasamendatang.Pengajarandapatdiartikansebagaisuatu
proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantudan
mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Pengajaran adalah suatu cara bagaimana menyiapkan pengalaman belajar
bagi peserta didik.
Kesimpulandaripengertianperencanaandanpembelajaranyangtelah

diuraikandiatas,makadapatdisimpulkanpengertiandariperencanaan

pembelajaranadalahprosespengambilankeputusanhasilberpikirsecara

rasionaltentangsasarandantujuanpembelajarantertentu,yaituperubahan

tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagaiupaya

pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan

sumber belajar yang ada. Hasil dari proses pengambilan keputusan

tersebut adalah tersusunnya dokumen yang dapat dijadikan acuan dan

pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. (Agustina: 2011)

b) Dimensi PerencanaanPembelajaran

Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan

dengancakupandansifat-sifatdaribeberapakarakteristikyangditemukan

dalamperencanaanpengajaran.Pertimbanganterhadapdimensi-dimensi

itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yangmenalar

dan efisien menurut Harjanto (2010: 4-6), yakni:

(1) Signifikansi..
Tingkat signifikansi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan

pendidikanyangdiajukan.Dalammencapaitujuanitu,pengambil

keputusan perlu mempunyai garis pembimbing yang jelas dan


mengajukan kriteria evaluasi. Seklai keputusan telah diambil dan
tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan dapat
mengadakan evaluasi kontribusi perencanaan, dan signifikansi dapat
ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun sesama
proses perencanaan.
(2) Feasibilitas

Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan

pengajaran. Salah satu faktor penentu adalah otoritas polotikal yang

memadai,sebabdenganitufeasibilitasteknikdanestimasibiayaserta

aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yangrealistik.

(3) Relevansi

Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaanpengajaran

memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifikpada

waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.

(4) Kepastian ataudefinitiveness

Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebetulandapat

dimasukkan dalam perencanaan pengajaran, namun perludiupayakan

agar sebanyak mungkin hal-hal tersebut dimasukkan dalam


pertimbangan. Penggunaan teknik atau metode simulasisangat

menolong mengantisipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian

meminimumkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak

terduga.

(5) Ketelitian atauparsimoniusness

Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan


pembelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, sertaperlu
diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara
berbagai komponen. Dalam penerapan prinsip ini berarti diperlukan
waktu yang lebih banyak dalam menggali beberapaalternatif,
sehingga perencanaan dan pengambilan keputusan dapat

memkpertimbangkan alternatif mana yang paling efisien.

(6) Adaptabilitas

Diakui bahwa perencanaan pembelajaran bersifat dinamik,sehingga

perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik ataubalikan.

Kalau perencanaan pembelajaran sudah lengkap, penyimpangan-

penyimpangan sudah semakin berkurang dan aktifitas-aktifitas

spesifik dapat ditentukan. Penggunaan berbagai proses

memungkinkan perencanaan pembelajaran yang fleksibel atau

adaptabel dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak


diharapkan.

(7) Waktu

Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak,selain

keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan,juga

validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk

menilaikebutuhankependidikanmasakinidalamkaitannyadengan

masa mendatang.

(8) Monitoring ataupemantauan

Termasuk didalamnya adalah mengembangkan kriteria untuk


menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
Ukurannya dibangun untuk selama pelaksanaan perencanaan
pembelajaran, namun perlu diberi pertimbangan tentang toleransi
terbatasataspenyimpanganperencanaan.Menjaminagarpelaksanaan

dapat mulus, perlu dikembangkan suatu prosedur yang

memungkinkan perencanaan pembelajaran menentukanalasan-alasan

mengadakan variasi dalamperencanaan.

c) Prinsip Perencanaan Pembelajaran.


Seorang guru yang ingin melibatkan diri dalam suatu kegiatan
perencanaan, harus mengetahui prinsip-prinsip perencanaan, seperti yang
dikemukakan oleh Sagala (Hermawan, 2007) yang meliputi :
(1) Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru,kapan dan bagaimana
cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran.
(2) Membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan
menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal
melalui prosess penentuan targetpembelajaran.
(3) Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi
pembelajaran.
(4) Mengumpulkan dan menganalisis iniformasi yang penting untuk
mendukung kegiatanpembelajaran.
(5) Mempersiapkan dan mengkomunikassikan rencana-rencana daan
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaaran kepada
pihak yangberkepentingan.

Jika prinsip-prinsip itu terpenuhi, secara teoretik perencanaan


pembelajaran itu akan memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai
scenario yang sudah disusun. Sedangkan berdasarkan asumsi Agustina
(2011) prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam merancang
pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat
umum maupun perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah
bahwa perencanaan tersebut harus memenuhi unsur :
(1) Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang
oleh guru termasuk kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus dan
rencana pelaksanaan dan pembelajaran, harus benar dan dapat di
pertanggung jawabkan secarakeilmuan.
(2) Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau
cakupan dan sistematikanya atau urutanpenyajianya.
(3) Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis
silabus maupun perencanaan untuk rencana pelaksanaan
pembelajaran, anatara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya
harus saling terkait, mempengaruhi, menentukan dan suatu dan suatu
kesatuan yang utuh untuk mencapan tujuan ataukompetensi.
(4) Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi
dasar.Indicator,materipokokpengalamanbelajar,sumberbelajardan
sistempenilaian.
(5) Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensidasar.
(6) Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indicator, materi pokok, pengalaman
belajaran sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata,
dan pristiwa yang terjadi.
(7) Fleksibel yaitu keseluruhan kompenen silabus maupun rencana pelaksanaan
pembelajaran harus dapat mengkomodasai keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi yangdi sekolah dan
tuntutanmasyarakat.
(8) Menyeluruh yaitu komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran
harus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif,psikomotor).
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi
d) Tujuan Perencanaan Pembelajaran

kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan proses


pembelajaran.Rumusankualifikasikemampuanyangharusdimilikisiswa setelah
mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran trsebut dengan “perubahan
perilaku” (change of behavior). Adapun jenis perubahan perilaku terebut secara
garis besarnya meliputi bidang pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
keterampilan(pikomotor).
Tujuan pembelajaran adalah rumusan perilaku siswa (pengetahuan, sikap
maupun keerampilan) yang harus terjadi pada setiap selesainya proses
pembelajaran. Oleh karena itu, rumusan pembelajaran harus mencerminkan
perubahan yang spesifik, mudah dikontrol dan terukur dalam setiap jenis
perubahan yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil belajar yang telah
dilakukannya.
Tercapainya tujuan pembelajaran dengan indikator perubahan yang terukur
baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak berarti bahwa
hanya sebatas itulah tujuan pembelajaran tersebut. Tercapainya tujuan
pembelajaran, merupakan merupakan tahap awal atau sebagai perantara untuk
mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas, komplek dan lebih tinggi lagi. Dengan
demikian tujuan pembelajaran dalam urutan
tujuan,merupakanpenjabarandaritujuanyangadadiatasnya,yaitutujuan kurikuler,
tujuan lembaga, atau institusional, dan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pembelajaran adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang lebih
spesifik menyangkut dengan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilanyangharussiswasetelahmengikutisetiappokokataumateri
pembelajaran. Tujuan diatasnya adalah tujuan kulikuler, yaitu rumusan
kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah selesai
mempelajari mata-mata pelajaran atau bidang studi. Adapun tujuan yang lebih
tingginya lagi dari tujuan kulikuler yaitu tujuan lembaga atau institusional, yaitu
rumusan kualifikasi yang harus dimiliki ataudicapai
setelah siswa menyelesaikan program satuan pendidikan. Adapun tujuan terkahir
yang paling tinggi yang harus menjadi muara dari tujuan-tujuan yang ada
dibawahnya yaitu tujuan pendidikan nasional. (Agustina: 2011)
Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi, yang menurutKostelniksecara
e) Fungsi Perencanaan Pembelajaran.

spesifik fungsi perencanaan pembelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai


berikut:
(1) Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek
yangterkaitdenganpembelajaranagartertatasecarateratur,logisdan
sistematisuntukmemudahkanmelakukanprosesdanpencapaianhasil
pembelajaran secara efektif danefesien.
(2) Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan
siswa; yaitu melalui perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang
secara kreatif, inovatif. Dengan demikian proses pembelajaran tidak
dikesankan sebagai suatu proses yang monoton atau terjadi sebagai
suaturutinitas.
(3) Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui
perencanaan, sarana dan fasilitas pendukung yangdiperlukan akan mudah
diidentifikasi dan bagaimana mengelolanya sehingga
saranadanfasilitasyangdibutuhkandapatterpenuhiuntukmenunjang terjadinya
proses pembelajaran yang lebih efektif.
(4) Memetakan indikator hasil belajar dan cara untuk mencapainya;yaitu
melalui perencanaan yang matang, guru sudah memiliki datatentang jumlah
indikator yang harus dikuasai oleh siswa dari setiap pembelajaran yang
dilakukannya. Dengan demikian guruoun tentu saja sudah membayangkan kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai setiap indicator tersebut.
(5) Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih
spesifik; yaitu melalui perencanaa, hal-hal penting yang terkait
dengankebutuhan,karakteristik,danpotensiyangdimilikisiswaakan
teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang dianggap tepatuntuk
meresponnya.
(6) Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran; yaitu melalui
perencanaan segala sesuatu yang terkait dengan kepentingan pembelajaran
sudah dikomunikasikan, baik secara internal yaitu terhadap pihak-pihak
yang terkait langsung dengan tugas-tugas pembelajaran, maupun dengan
pihak eksternal yaitu pihak-pihak mayarakat (stake holder). (Agustina:
2011)
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam

f) Manfaat Perencanaan Pembelajaran

memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani


kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran
berlangsung.Terdapatbeberapamanfaatperencanaanpembelajarandalam proses
belajar mengajar yaitu:
(1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapaitujuan.

(2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalamkegiatan.
(3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun
unsurmurid.
(4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambatankerja.
(5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangankerja.

(6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya. (Majid, 2007: 22)
Konsep, Teori dan Ketrampilan Berkomunikasi

2.1. KomunikasiKesehatan

2.1.1. Pengertian KomunikasiKesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia


bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar
manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada
berbagai bentuk pola interaksi antar manusia dalam kehidupan ini, khususnya
mengenai interaksi yang disengaja, salah satunya interaksi dalam memberikan
informasi kesehatan (komunikasi kesehatan). Salah satu isu utama dalam
komunikasi kesehatan adalah mempengaruhi individu dan komunitas. Dengan tujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan cara berbagi informasi seputar
kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan
yaitu seni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi,
serta masyarakat tentang isu-isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan
kualitas hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cline,
R. dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan merupakan sebuah bidang teori,
riset dan praktek yang berkaitan dengan pemahaman dan saling ketergantungan
mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan
kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatanmasyarakat dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan
komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi kesehatan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog
dua arah yang di dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada
kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan
teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan
yang seimbang demi membaharui pemahaman bersama.
2.1.2 Komponen KomunikasiKesehatan

Komponen komunikasi kesehatan tak berbeda halnya dengan komponen


komunikasi pada umumnya. Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan
saja, adanya umpan balik (feedback) atau respon dari penerima pesan menandakan
bahwa komunikasi dapat terjadi hanya jika memenuhi komponen-komponen
tertentu. Komunikasi juga merupakan suatu proses yang tidak akan berjalan baik
tentunya jika tidak memenuhi komponen-komponen tersebut.
Menurut Lasswel, komponen komunikasi ialah:

1. Komunikator

Dalam komunikasi kesehatan, komunikator adalah orang atau lembaga


kesehatan yang menyampaikan pesan. Misalnya berisikan himbauan untuk
melakukan programKB.
2. Komunikan

Dalam komunikasi kesehatan istilah komunikan ialah sebagai orang yang


menerima pesan. Komunikan bisa berupa masyarakat yang diberikan
sosialisasi dari pihak lembaga kesehatan.
3. Pesan

Dalam komunikasi kesehatan, pesan adalah pernyataan yang didukung oleh


lambang yang mempunyai arti, contohnya slogan tentang hindari HIV/AIDS.
4. Media

Media dalam komunikasi kesehatan ialah sebagai sarana atau saluran yang
mendukung proses penyampaian pesan. Media dalam komunikasi kesehatan
adadua yakni media (saluran) interpersonal dan kelompok. Media bisa berupa
cetak maupun elektronik yang biasa dilakukan dengan kegiatan penyuluhan.
5. Efek

Efek pada komunikasi kesehatan yakni dampak atau akibat yang ditimbulkan
oleh pesan. Efek atau dampak ialah ketercapaian kita dalam penyampaian
pesan.
2.1.3 Tujuan KomunikasiKesehatan

Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku
kesehatan pada sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya
peningkatan status kesehatan sebagai dampak (impact) dari program komunikasi
kesehatan. Menurut Liliweri (2009:52-53) tujuan komunikasi kesehatan terbagi
dua,diantaranya:
Tujuan strategis

Pada umumnya program-program yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan


yang dirancang dalam bentuk paket acara atau modul dapat berfungsi untuk:
1. Relay information, yakni meneruskan informasi kesehatan dari suatu dari
suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai(hunting).
2. Enable informed decision making, ialah memberikan informasi akurat untuk
memungkinkan pengambilankeputusan.
3. Promote peer information exchange and emotional support, yakni mendukung
pertukaran pertama dan mendukung secara emosional pertukaran
informasikesehatan.
4. Promote healthy behavior, informasi untuk memperkenalkan hidup sehat.
5. Promote self care, yakni memperkenalkan pemeliharaan dirisendiri.

6. Manage demand for health services, ialah untuk memenuhi permintaan


layanankesehatan.
Tujuan Praktis

Menurut Taibi Kahler dalam Liliweri (2009:53-54) menyatakan bahwa


sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :
1. Meningkatkan pengetahuan yang mencakup:

a. Prinsip-prinsip dan proses komunikasimanusia.


b. Menjadi komunikator (yang memiliki etos, patos, logos,
kredibilitas danlain-lain).
c. Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi kesehatann.
d. Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi
kesehatan.
e. Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks
komunikasikesehatan.
f. Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai
dengan kehendak komunikator dankomunikan.
g. Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasikesehatan.

h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasikesehatan.

i. Prinsip-prinsipriset.

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasiefektif.

3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi,seperti:

a. Berkomunikasi yang menyenangkan,empati.

b. Berkomunikasi dengan kepercayaan padadiri.


c. Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaanpublik.

d. Membuat pertukaran gagasan dan informasi makinmenyenangkan.

e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik.


2.1.4 Manfaat komunikasikesehatan

Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri. (2009 :


56-69) adalah:
1. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilakuindividu.

2. Meningkatkan kesadaran kita tentang isukesehatan.

3. Melakukan strategi intervensi pada tingkatkomunitas.

4. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau ras dalam


suatumasyarakat.
5. Menampilkan ilustrasi ketrampilan, menggambarkan berbagai jenis
keterampilan untuk memelihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau
sistem layanan kesehatan kepadamasyarakat.
6. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan (mengetahui dan
melakukan analisiskebutuhan).
7. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat di masa yang akan datang
bagi hasil yang memuaskan masyarakatumum.
8. Membarui peranan para profesional di bidang kesehatan, misalnya
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petugas medis,
memperkuat infrastruktur kesehatan, membangun kemitraan,
mengembangkan akuntabilitas, dan mengembangkan pembuktian atas
layanan.
2.1.5 Program Komunikasi kesehatan.
Program komunikasi kesehatan (Health Communication for Child Survival)
berlangsung pada tahun 1978-1995 yang menerapkan kerangka kerja pemasaran sosial
untuk mencapai perubahan perilaku, menggambarkan hubungan dari berbagai bidang
seperti pemasaran, komunikasi, analisis perilaku, pendidikan nonformal, dan antropologi
kesehatan. Pendampingan teknis dilakukan dalam penerapan metode ini di lebih dari 40
negara dengan pembiayaan USAID dandukungan dari berbagai badan internasional,
regional, LSM maupun lembaga swasta seperti WHO, UNICEF, SEAMEO, Save The
Children dan lain-lain. Metode komunikasi kesehatan ini dikembangkan sebagai suatu
kumpulan langkah praktis dan alat uji lapangan yang dapat digunakan oleh para praktisi
kesehatan dan komunikasi sosial di negara berkembang. Mulanya metode ini merupakan
suatu alat yang dikembangkan untuk membantu petugas dalam penyusunan strategi
komunikasi kesehatan dan mengorganisasikan pelaksanaan rencana komunikasi
kesehatan yang sudah dibuat. Program komunikasi kesehatan terdiri dari lima langkah,
yakni:
1. Assesment(Pengkajian)

Assesment (pengkajian) adalah langkah awal dari program


komunikasi kesehatan. Tahap ini merupakan bagian terpenting dari seluruh
program komunikasi kesehatan di mana kunci keberhasilan program terletak
pada sejauh mana tahap ini dirancang. Pada tahap ini yang dilakukan adalah
menganalisis situasi masalah kesehatan dan profil audiens. Upaya sistematis
harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang hendak ditanggulangi
dengan mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah, mencari akar
masalah, dan prioritas masalah. Berdasarkan rumusan ini kemudian disusun
bentuk-bentuk perilaku baru yang akan dikomunikasikan kepada kelompok
sasaran (Notoatmodjo, 2010).
2. Plan(Perencanaan)

Setelah tahap assesment telah dilakukan, maka tahap selanjutnya


adalah menyusun tujuan, mendesain pesan, dan memilihmedia. Tentunya
kegiatan–kegiatan ini disesuaikan dengan hasil analisis masalah dan
karakteristik audiens yang sebelumnya telah dilakukan. Pesan (message)
adalah formulasi ide atau konsep yang disampaikan oleh komunikator kepada
audiens. Pesan disusun berdasarkan tujuan yang telah dibuat dan diharapkan
dapat menarik perhatian, menimbulkan rasa percaya, dan merangsang
kelompok sasaran untuk mengadopsinya. Media adalah alat atau sarana yang
digunaan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi
kepada audiens. Dalam memilih media harus didasarkan pada hasil
risetuntukmemperolehinformasimengenaihal-halberikut:a)Biaya,
b) Jangkauan, c) Pengaruh media terhadap kelompok sasaran. Hasil
pengembangan pesan dan media ini berikutnya akan diujicobakan sebelum
tahap pelaksanaan penyajian pesan (deliver message).
3. Pre-test

Pre-test adalah pengujian bahan draft atau konsep dan pesan kepada
perwakilan target audiens sebelum bahan tersebut diproduksi dalam bentuk
final. Adapun bahan-bahan kominikasi yang sebaiknya diuji coba adalah
media, saluran komunikasi, konsep, produk dan ide- ide produk, kemasan,
simbol, dan slogan. Tahap pre-test atau uji coba bertujuan untuk menghindari
kesalahan dan meyakinkan bahwa materi dan media yang telah
dikembangkan dapat menarik perhatian dan diterima kelompok sasaran.
Tahapan ini dibutuhkan untuk mencari kelemahan yang mungkin ada dan
atau menemukan sebab kegagalan dalam suatu program komunikasi
kesehatan. Dengan melakukantahapuji coba, maka akan diperoleh umpan
balik (feedback) dari masyarakat sehingga mendorong terjadinya inovasi dan
kesempatan dalam memperbaiki pesan atau pemilihan media yang kurang
sesuai. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan bahan komunikasi
yang maksimal dan berkualitas.
4. DeliverMessage

Bahan komunikasi yang telah diperbaiki berdasarkan hasil uji coba


kemudian didistribusikan kepada audiens. Dalam metodologi healthcom, hasil
pembelajaran di lapangan menunjukkan bahwa informasi yang
dikomunikasikan melalui media massa perlu dimantapkan melalui
komunikasi interpersonal yang sifatnya lebih persuasif sehingga mendorong
sasaran untuk menerima perilaku baru. Oleh karena itu, pada fase setelah pre-
test, dilakukan uji coba materi komunikasi dan sebelum penyampaian pesan
secara lebih luas, pelatihan menjadi kegiatan yang menjembatani proses
keduanya.
5. Monitor(Evaluasi)

Kegiatan monitoring merupakan kajian menyeluruh, kegiatan


supervisi, serta pemanfaatan hasil temuan untuk meningkatkan implementasi
program. Tahap monitoring atau pemantauan dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang kekurangan atau kesalahan yang mungkin terjadi dalam
tahap komunikasi kesehatan.Informasi hasil pemantuan sebaiknya dapat
diperoleh tepat waktu agar perbaikan dapat dilakukan sesegera mungkin
sementara program komunikasi kesehatan terus berlangsung. Komponen yang
dipantau pada pelaksanaanmonitoring adalah logistik, interim effect
(pengetahuan, reaksi), perubahan perilaku, dan peningkatan status kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai