Anda di halaman 1dari 96

IMPLEMENTASI WIRELESS SENSOR NETWORK UNTUK SISTEM

MONITORING AKTUATOR

Skripsi

Oleh
Abdul Ghofur
NIM 131910201011

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017

1
IMPLEMENTASI WIRELESS SENSOR NETWORK UNTUK SISTEM
MONITORING AKTUATOR

Skripsi

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Elekto (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknik

Oleh
Abdul Ghofur
NIM 131910201011

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas kasih setia-Nya yang
telah melimpahkan segala rahmat yang tak ternilai, sehingga saya bisa
menyelesaikan penelitian ini.
Akhirnya, saya persembahkan skripsi ini kepada:
1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Nabi besar Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh
umat.
3. Kedua Orangtua, Ibu Siti Romelahdan Bapak Zaini yang tidak pernah
lelah memberikan doa, memberikan dukungan moril maupun materiil dan
kasih saying yang tidak pernah henti diberikan kepadaku.
4. Kakak Nawi Yatu Zahro’ dan adik Agus Ansori yang senantiasa menjadi
inspirasi
5. Bapak Widya Cahyadi, S.T., M.T. dan Bapak Dodi Setia Budi, S.T., M.T.
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing menyelesaikan tugas akhir
ini.
6. Guru-guru sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi;
7. Almamater Jurusan Teknik Elektro Universitas Jember;
8. Keluarga besar INTEL’UJ 2013, terima kasih telah memberikan arti
kekeluargaan yang luar biasa.
9. Sahabat IRIT, yang selalu menjadi keluarga dan dukungan yang tiada
henti.
10. Serta seluruh rekan-rekan yang penulis kenal dan rekan-rekan yang
membaca skripsi ini.

iii
MOTTO

Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.


(Sabda Rasulullah SAW)*)

“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti
tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah
tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
berbicaralah yang baik atau diamlah”.
(HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)**)

“Dan darinya berkata: aku mendengar Rasulullooh SAW. Bersabda: Dunia itu berisi
laknat, seluruh isinya terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan yang terkait dengannya,
atau orang yang berilmu atau terpelajar.”
(HR: Tirmizi dan dia berkata hadits ini hasan) ***)

*) Sabda Rasulullah SAW


**) HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad
***) HR: Tirmizi dan dia berkata hadits ini hasan

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Abdul Ghofur
NIM : 131910201011
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul
”Implementasi Wireless Sensor Network Untuk Sistem Monitoring Aktuator”
adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab penuh atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 5 Juni 2017


Yang menyatakan,

Abdul Ghofur
NIM 131910201011

v
SKRIPSI

IMPLEMENTASI WIRELESS SENSOR NETWORK UNTUK SISTEM


MONITORING AKTUATOR

Oleh
Abdul Ghofur
NIM 131910201011

Pembimbing :
Dosen Pembimbing Utama : Widya Cahyadi, ST., M.T.
Dosen Pembimbing Anggota : Dodi Setiabudi, S.T., M.T.

vi
PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Implementasi Wireless Sensor Network Untuk Sistem


Monitoring Aktuator” karya Abdul Ghofur telah diuji dan disahkan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 5 Juni 2017
Tempat : Fakultas Teknik Universitas Jember

Tim penguji,

Ketua, Anggota I,

Widya Cahyadi, S.T., M.T. Dodi Setiabudi, S.T., M.T.


NIP 198511102014041001 NIP 198405312008121004

Anggota II, Anggota III,

Catur Suko Sarwono, S.T., M.Si Khairul Anam S.T., M.T., Ph.D.
NIP 196801191997021001 NIP 197804052005011002

Mengesahkan
Dekan,

Dr. Ir. Entin Hidayah, M.U.M.


NIP 196612151995032001

vii
RINGKASAN

Implementasi Wireless Sensor Network Untuk Sistem Monitoring Aktuator;


Abdul Ghofur, 131910201011; 2017; 93 halaman; Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Jember.

Wireless sensor network adalah salah satu teknologi yang sering


digunakan dalam penerapan sistem monitoring. Dalam sistem WSN memberikan
pelayanan pemantauan jarak jauh dengan akses yang mudah dan cepat, proses
pemantauan dilakukan secara langsung (real time) dan bisa ditempatkan
dimanapun. WSN memiliki minimal 2 node untuk setiap jaringannya, dengan
terdiri dari 2 node komunikasi terpusat ke 1 coordinator untuk menerima
informasi. Untuk mengetahui performa jaringan WSN dilakukan pengujian
Received Signal Strength Indicator (RSSI) dan daya sinyal.
Pada penelitian ini merancang dan menganalisa sistem monitoring aktuator
dengan teknologi WSN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
performansi jaringan Wireless Sensor Network dan menganalisis pengaruh jarak
pada jaringan Wireless Sensor Network. Manfaat dari penelitian ini adalah
langkah awal dalam pengembangan sistem Wireless Sensor Network(WSN) untuk
sistem monitoring pada aktuator dan mengetahui performa dari jaringan Wireless
Sensor Network.
Penelitian ini menggunakan modul wireless Xbee Pro S2B dengan jarak
jangkauan yang cukup luas mencapai 3,2 kilometer untuk diluar ruangan dan 90
meter untuk didalam ruangan berdasarkan datasheet Xbee Pro S2B. Pada
penelitian ini hanya digunakan jarak 1 kilometer untuk kondisi LOS dan 100
meter untuk NLOS. Untuk mikrokontroller yang digunakan yaitu Arduino Uno
untuk menempatkan beberapa modul sensor akan digunakan untuk sistem
monitoring. Selain itu untuk pengolahan data sensor akan dilakukan pada
Raspberry sebagai sisi penerima yang akan menyimpan dan mengunggah data
sensor ke web dan menjadi database berupa grafik dan database itu sendiri.

viii
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: RSSI, daya, sensor
tegangan, sensor arus.Hasil dari pengujian RSSI menunjukkan kualitas sinyal
pada jaringan wireless sensor network memiliki kualitas yang baik pada kondisi
NLOS dan LOS dengan rata-rata nilai error yang kecil pada node 1 NLOS sebesar
0.072% dan LOS 0.02% serta node 2 NLOS sebesar 0.025% dan LOS 0.02%.
Dengan jarak terjauh kondisi NLOS untuk node 1 dan node 2 memiliki kualitas
yang baik untuk dapat diketahui pada tabel 4.1 dan 4.3 dengan nilai error rata-rata
yang sangat kecil yaitu sebesar 0.072% pada node 1 dan 0.025% pada node 2.
Begitu pula pada kondisi LOS untuk node 1 dan node 2 pada jarak maksimal 800
meter masih dapat mengirimkan data dengan nilai error rata-rata yang kecil
terlihat pada tabel 4.2 dan 4.4 sebesar 0.02% pada node 1 dan 0.02% pada node 2.
Namun pada kondisi LOS jarak 900 meter dan 100 meter penerima sudah tidak
bisa menerima data yang dikirimkan karena pengaruh dari lingkungan saat
penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin jauh jarak pengujian yang
digunakan maka nilai besar dari RSSI atau kualitas sinyal akan semakin buruk
yang diperoleh. Pada beberapa jarak yang digunakan saat pengujian RSSI terjadi
naik turun nilai RSSI yang tidak terlalu besar. Pada kondisi NLOS Xbee masih
dapat berkomunikasi dengan baik sampai pada jarak maksimal yang digunakan
yaitu 100 meter.. Pada jarak 900 meter dan 1000 meter sudah tidak terjadi
komunikasi pada kondisi LOS sehingga menunjukkan pengaruh dari kondisi
lingkungan sangat mempengaruhi proses pengujian.

ix
SUMMARY
Wireless Sensor Network Implementation for Actuator Monitoring System;
Abdul Ghofur, 131910201011; 2017; 93 pages; Department of Electrical
Engineering Faculty of Engineering, University of Jember.

Wireless sensor network is one of technology that is often used in


monitoring systems implementation. WSN system provides remote monitoring
services with easy and fast access, the monitoring process is done in real time and
can be placed anywhere. WSN has at least 2 nodes for each network, it consists of
2 nodes of centralized communication to 1 coordinator to receive information. To
know the performance of WSN network is done by testing of Received Signal
Strength Indicator (RSSI) and signal power.
Designing and analyzing the actuator monitoring system with WSN
technology is applied in this study. The purpose of this study is to know the
performance of Wireless Sensor Network and to analyze the effect of distance on
Wireless Sensor Network. The benefit of this study is the primer step in
developing WSN (Wireless Sensor Network) system for monitoring system on
actuator and knowing performance of Wireless Sensor Network.
This research use Xbee wireless modules Pro S2B with ample range reach
3.2 kilometers outside the room and 90 meters in a room based on datasheet Xbee
Pro S2B. In this study used only a distance of 1 kilometre to the condition of the
LOS and NLOS to 100 metres. For mikrokontroller used IE Arduino Uno to put
some of the sensor module to be used for system monitoring. In addition to the
sensor data processing will be carried out on a Raspberry as a receiver that will
save and upload to the web and sensor data into the database in the form of graphs
and the database itself.
The tests are conducted in: RSSI, power, voltage sensors, and current
sensors. The results of the RSSI test indicate that the signal quality of the receiver
is very good at node 1 and node 2. The results of the test show the RSSI signal
quality on wireless sensor network having good quality on NLOS and LOS with
an average value of a small error on node 1 0.072% of NLOS and LOS 0.02% as

x
well as node 2 0.025% of NLOS and LOS 0.02%. The furthest distance with the
NLOS to node 1 and node 2 has a good quality to be able to note in table 4.1 and
4.3 error value on average a very small i.e. of 0.072% on node 1 and node 2 at
0.025%. Similarly, on the condition the LOS for node 1 and node 2 at a distance
of maximum 800 meters can still send data with an error value of small average
seen in table 4.2 and 4.4 of 0.02% on node 1 and 0.02% on node 2. However, in
the conditions of 900 meters distance and LOS 100 metres already recipients
cannot receive data sent due to the influence of environmental research.
Conclusion of this research is the farther distance testing used the value of
RSSI or signal quality will get worse.At some distance is used when testing the
RSSI RSSI value going up and down that is not too large.On NLOS Xbee can still
communicate well to the maximum distance is used that is 100 metres away.At a
distance of 900 metres and 1000 metres already do not occur on the conditions of
communication so that shows the influence of LOS environmental conditions
greatly affect the process of testing.

xi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas segalanya, karena
dengan ridho, hidayah dan petunjukNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Implementasi Wireless Sensor Network untuk Sistem
Monitoring Aktuator”. Selama penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan
berbagai pihak yang turut memberikan bantuan berupa motivasi, inspirasi,
bimbingan, doa, fasilitas dan dukungan lainnya yang membantu memperlancar
pengerjaan skripsi ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada.
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rezeki, rahmat, hidayah dan karunia
serta kasihsayang-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi
seluruh umat.
3. Ibu Dr. Ir. Entin Hidayah, M.U.M., selaku Dekan Fakultas Teknik
UniversitasJember
4. Bapak Dr. Bambang Sri Kaloko, S.T., M.T., Selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Universitas Jember;
5. Bapak Widya Cahyadi, S.T., M.T.dan Bapak Dodi Setia Budi, S.T., M.T.
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing menyelesaikan tugas akhir
ini;
6. Bapak Catur Suko Sarwono,S.T., M.Si dan Bapak Khairul Anam S.T.,
M.T., Ph.D. selaku dosen penguji yang sudah memberikan saran untuk
memperbaiki tugas akhir ini;
7. Bapak Ir. Misto., M.Si selaku staff pengajar Jurusan Fisika Universitas
Jember;
8. Kedua Orangtua Ibu Siti Romelah dan Bapak Zaini yang telah
membesarkan, mendidik, mendoakan tiada henti, memberi motivasi semangat,
menitikkan air mata dan memberi kasih sayang yang tak pernah habis serta
pengorbanannya selama ini;

xii
9. Kakak Nawi Yatu Zahro’ dan adik Agus Ansori yang senantiasa menjadi
inspirasi;
10. Abdur Rokhim, Bintang C J, M Nuh Firmansyah dan M Alfian I I yang
sangat membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini dari pemberian semangat
hingga membantu pelaksanaan di lapangan;
11. Keluarga besar INTEL’UJ 2013, terimakasih telah memberikan arti
kekeluargaan yang luar biasa.
12. Sahabat IRIT, yang selalu menjadi keluarga dan dukungan yang tiada
henti.
13. Keluarga besar Civitas Akademia Jurusan Teknik Elektro Universitas
Jember. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu


pengetahuan khususnya untuk disiplin ilmu teknik elektro. Kritik dan saran yang
mambangun diharapkan terus mengalir untuk lebih menyempurnakan skripsi ini
dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya;

Jember, 17 Mei 2017

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iii
HALAMAN MOTTO...........................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................v
HALAMAN PEMBIMBING...............................................................................vi
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................vii
RINGKASAN......................................................................................................viii
SUMMARY..............................................................................................................x
PRAKATA............................................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xix
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................3
1.3 Batasan masalah..................................................................................3
1.4 Tujuan penelitian................................................................................3
1.5 Manfaat penelitian..............................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Wireless Sensor Network (WSN).........................................................4
2.1.1 Prinsip Kerja Wireless Sensor Network.......................................5
2.1.2 Arsitektur Wireless Sensor Network............................................6
2.2 Zigbee...................................................................................................7
2.2.1 Xbee Pro S2B...............................................................................8
2.2.2 Spesifikasi Modul Wireless XBee PRO S2B...............................9
2.2.3 Komunikasi Serial......................................................................10
2.2.4 Protokol Zigbee..........................................................................10

xiv
2.2.5 Parameter Ziqbee.......................................................................11
2.2.6 Received signal strength indication (RSSI)...............................12
2.2.7 Daya Sinyal................................................................................14
2.3 Raspberry Pi......................................................................................14
2.4 Plotly...................................................................................................16
2.5 Arduino Uno......................................................................................16
2.6 Aktuator.............................................................................................18
2.6.1 Motor DC...................................................................................18
2.7 Sensor Tegangan...............................................................................19
2.8 Sensor Arus INA219.........................................................................19
2.9 Sensor ACS 712.................................................................................20
2.9.1 Spesifikasi Sensor......................................................................20
2.10 Sensor Rotary Encoder.....................................................................21
2.10.1 Spesifikasi Sensor....................................................................21
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN............................................................22
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................22
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................22
3.3 Tahapan Penelitian...........................................................................23
3.4 Perencanaan Alat..............................................................................24
3.4.1 Blok Diagram.............................................................................25
3.4.2 Flowchart...................................................................................26
3.5 Perancangan Arsitektur WSN.........................................................27
3.5.1 Konfigurasi Modul Xbee Pro.....................................................27
3.5.2 Konfigurasi Jaringan..................................................................32
3.5.3 Konfigurasi Web........................................................................35
3.6 Implementasi Sistem.........................................................................36
3.7 Pengambilan Data Parameter Wireless Sensor Network (WSN)...37
3.7.1 Pengambilan Data Nilai RSSI dari Coordinator ke Router 1....37
3.7.2 Pengambilan Data Nilai RSSI dari Coordinator ke Router 2....38
3.7.3 Pengambilan Data Nilai Daya dari coordinator ke router 1......39
3.7.4 Pengambilan Data Nilai Daya dari coordinator ke router 2......39

xv
3.8 Pengambilan Data Sensor Node 1....................................................40
3.8.1 Pengambilan Data Tegangan......................................................40
3.8.2 Pengambilan Data Sensor Arus..................................................41
3.9 Pengambilan Data Sensor Node 2....................................................41
3.9.1 Sensor Arus................................................................................41
3.9.2 Sensor Tegangan........................................................................42
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................43
4.1 Pengujian RSSI..................................................................................43
4.1.1 Pengujian RSSI dari Coordinator ke Router 1..........................43
4.1.2 Pengujian RSSI dari Coordinator ke Router 2..........................47
4.2 Pengujian Daya..................................................................................50
4.2.1 Pengujian Daya dari Coordinator ke Router 1..........................50
4.2.2 Pengujian Daya dari Coordinator ke Router 2..........................52
4.3 Pengujian Sensor Node 1..................................................................54
4.3.1 Pengujian Sensor Tegangan.......................................................55
4.3.2 Pengujian Sensor Arus...............................................................56
4.4 Pengujian Sensor Node 2..................................................................57
4.4.1 Pengujian Sensor Tegangan.......................................................58
4.4.2 Pengujian Sensor Arus...............................................................59
4.4.3 Pengujian sensor rotary encoder................................................61
4.5 Tampilan Web Plotly........................................................................62
BAB 5. PENUTUP................................................................................................63
5.1 Kesimpulan........................................................................................63
5.2 Saran...................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
LAMPIRAN

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi Modul XBee PRO S2B..........................................................9
Tabel 2.2 Indeks Path Loss....................................................................................13
Tabel 2.3 Rentang Sinyal RSSI..............................................................................14
Tabel 2.4 Deskripsi Arduino UNO........................................................................17
Tabel 3.1 Nilai RSSI NLOS dari coordinator ke router 1.....................................37
Tabel 3.2 Nilai RSSI LOS dari coordinator ke router 1........................................38
Tabel 3.3 Nilai RSSI Didalam Ruangan dari coordinator ke router 2..................38
Tabel 3.4 Nilai RSSI Diluar Ruangan dari coordinator ke router 2......................38
Tabel 3.5 Nilai DayaNLOS dari coordinator ke router 1......................................39
Tabel 3.6 Nilai Daya LOS dari coordinator ke router 1........................................39
Tabel 3.7 Nilai Daya NLOS dari coordinator ke router 2.....................................40
Tabel 3.8 Nilai Daya LOS dari coordinator ke router 2........................................40
Tabel 3.17 Nilai Sensor Tegangan.........................................................................40
Tabel 3.18 Nilai Sensor Arus.................................................................................41
Tabel 3.19 Nilai Sensor Arus.................................................................................42
Tabel 3.20 Nilai Sensor Tegangan.........................................................................42
Tabel 4.1 Nilai RSSI Kondisi N-LOS....................................................................44
Tabel 4.2 Nilai RSSI Kondisi LOS........................................................................46
Tabel 4.3 Nilai RSSI Kondisi N-LOS....................................................................47
Tabel 4.4 Nilai RSSI Kondisi LOS........................................................................48
Tabel 4.5 Nilai Daya Kondisi N-LOS....................................................................50
Tabel 4.6 Nilai Daya Kondisi LOS........................................................................51
Tabel 4.7 Nilai Daya Kondisi N-LOS....................................................................52
Tabel 4.8 Nilai Daya Kondisi LOS........................................................................54
Tabel 4.9 Pengujian Sensor Tegangan...................................................................55
Tabel 4.10 Pengujian Sensor Arus.........................................................................56
Tabel 4.11 Pengujian Sensor Tegangan.................................................................58
Tabel 4.12 Pengujian Sensor Arus.........................................................................60

xvii
Tabel 4.13 Pengujian sensor rotary encoder..........................................................61

xviii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Topologi Jaringan Wireless..................................................................5
Gambar 2.2 Model Protokol WSN...........................................................................6
Gambar 2.3 Arsitektur umum pada sebuah WSN ...................................................7
Gambar 2.4 Topologi Jaringan Zigbee.....................................................................8
Gambar 2.5 Modul Wireless XBee PRO S2B..........................................................8
Gambar 2.6 Diagram Sistem Alur Data UART Interface......................................10
Gambar 2.7 Struktur Protokol Zigbee ...................................................................11
Gambar 2.8 Hardware pada Raspberry Pi ............................................................15
Gambar 2.9 Plot.ly.................................................................................................16
Gambar 2.10 Board Arduino UNO........................................................................17
Gambar 2.11 Motor DC ........................................................................................18
Gambar 2.12 Sensor Tegangan..............................................................................19
Gambar 2.13 Sensor Arus......................................................................................20
Gambar 2.14 Sensor Arus ACS 712......................................................................20
Gambar 2.15 Sensor Rotary Encoder.....................................................................21
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian.............................................................................23
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem.........................................................................25
Gambar 3.3 Flowchart...........................................................................................26
Gambar 3.4 Konfigurasi Xbee Pro.........................................................................28
Gambar 3.5 Test Komunikasi Xbee Pro................................................................28
Gambar 3.6 Konfigurasi Modul Xbee Pro sebagai Coordinator............................29
Gambar 3.7 Konfigurasi Node 1............................................................................30
Gambar 3.8 Konfigurasi Node 2............................................................................31
Gambar 3.9 Konfigurasi IP Address pada Raspberry............................................33
Gambar 3.10 IP Address Diatur Secara Manual....................................................33
Gambar 3.11 Restart Konfigurasi Jaringan............................................................33
Gambar 3.12 Remote Dekstop Connection............................................................34
Gambar 3.13 Login Raspberry...............................................................................34

xix
Gambar 3.14 Login Plotly......................................................................................35
Gambar 3.15 Konfigurasi Plotly............................................................................35
Gambar 3.16 API Setting pada Plotly....................................................................36
Gambar 4.1 Nilai RSSI Node 1 Kondisi NLOS.....................................................45
Gambar 4.2 Nilai RSSI Node 1 Kondisi LOS........................................................46
Gambar 4.3 Nilai RSSI Node 2 Kondisi NLOS.....................................................48
Gambar 4.4 Nilai RSSI Node 2 Kondisi LOS........................................................49
Gambar 4.5 Nilai Daya Node 1 Kondisi NLOS.....................................................51
Gambar 4.6 Nilai Daya Node 1 Kondisi LOS........................................................52
Gambar 4.7 Nilai Daya Node 2 Kondisi NLOS.....................................................53
Gambar 4.8 Nilai Daya Node 2 Kondisi LOS........................................................54
Gambar 4.9 Tampilan web.....................................................................................62

xx
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini memberikan manfaat
bagi kebutuhan manusia dalam bidang teknologi untuk mempermudah pekerjaan
manusia diantaranya adalah pengiriman informasi yang cepat sehingga setiap
informasi dapat dipantau pada saat itu juga (real time). Wireless Sensor Network
(WSN) merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi telekomunikasi.
Wireless Sensor Network (WSN) merupakan suatu proses yang terdiri dari proses
pengukuran, pengolahan data, dan komunikasi yang menggunakan teknologi
nirkabel untuk sebuah perangkat yang melakukan pemantauan atau pengamatan
suatu peristiwa yang terjadi pada suatu lingkungan.
Manfaat dari teknologi ini memiliki kemampuan untuk memantau atau
mengamati suatu objek dalam berbagai bidang misalnya: peternakan,
kebencanaan, pertanian, kemanan, tanaman dan teknologi lainnya. Penggunaan
teknologi nirkabel pada saat ini sangat banyak dikembangkan dalam berbagai
penerapan, misalnya pengukuran suhu, dunia kesehatan, kesuburan, bencana alam,
teknologi seluler dan penerapan lainnya pada wilayah yang sulit dijangkau. Pada
jaringan WSN salah satu parameternya adalah RSSI, parameter ini memberikan
overhead komunikasi yang baik dalam sistem jaringan nirkabel. Parameter ini
diukur berdasarkan jarak antara pengirim dan penerima dari jaringan nirkabel
sehingga menjadi parameter kekuatan sinyal.
Pengukuran jarak berdasarkan nilai RSSI memberikan overhead
komunikasi yang rendah dan kesulitan yang rendah dibandingkan berdasarkan
nilai RTT karena nilai yang didapat akan selalu berubah dan tidak dapat
ditentukan perubahannya. Dalam penelitian ini, pertama menganalisa teori tentang
pengukuran jarak menggunakan RSSI dan pengaruhnya, kemudian menggunakan
model nilai rata-rata untuk memproses data dari Xbee Pro ZB (Andika, 2013).
Implementasi WSN pada aktuator dirancang untuk mengukur tegangan
dan arus yang terdapat pada generator dan motor yang digunakan. Tegangan dan
arus diukur berdasarkan perubahan kondisi masukan yang digunakan. Pada

1
2

kondisi nyata generator dijalankan tanpa diketahui tegangan dan arus yang
muncul, sehingga dibutuhkan perangkat yang dapat memantau tegangan dan arus
pada generator. Oleh karena itu perancangan ini memiliki kelebihan yaitu
actuator dipantau secara langsung kemudian nilai tegangan dan arus yang telah
terpantau terunggah pada web dalam bentuk database dan grafik. Selain itu karena
system pemantauan actuator dapat dipantau dari jarak jauh tanpa harus mengukur
langsung pada actuator itu sendiri, hal ini memudahkan proses pemantauan untuk
tegangan dan arus pada actuator.
Parameter untuk jaringan nirkabel berupa kekuatan sinyal pada setiap node
yang menjadi media pengiriman data sensor ke Raspberry Pi. Dari node ke
coordinator diperoleh pengukuran kekuatan sinyal yang mengindikasikan
kekuatan sinyal dari komunikasi nirkabel yang digunakan. Teknologi Zigbee
digunakan sebagai media komunikasi nirkabel dalam proses pemantauan, dalam
komunikasinya setiap node akan mengirimkan data ADC dari sensor ke nodelalu
ke coordinator dan data akan ditampilkan pada Raspberry Pi yang telah
dikonfigurasi untuk mengolah data yang masuk dari node dengan keluaran berupa
data sensor dan grafik.Pemantauan dilakukan pada aktuator berupa generator dan
motor DC dengan parameter tegangan dan arus dari aktuator.
3

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini adalah beberapa masalah yang
akan diselesaikan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah kualitas jaringan dari sistem Implementasi Wireless Sensor
Network Untuk Sistem Monitoring Aktuator?
2. Bagaimanakah mengetahui pengaruh jarak terhadap kualitas jaringan Wireless
Sensor Network?

1.3 Batasan masalah


Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, agar pembahasan tidak
terlalu luas maka diperlukan suatu pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Hanya membahas performansi jaringan Wireless Sensor Network.
2. Parameter kualitas jaringan Wireless Sensor Network berupa RSSI dan daya
sinyal.
3. Tidak membahas tentang elektronika pada alat.
4. Parameter pada aktuator berupa tegangan dan arus.

1.4 Tujuan penelitian


Penelitian yang diusulkan dalam proposal ini memiliki beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui kualitas sinyal pada jaringan Wireless Sensor Network.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh jarak pada jaringan Wireless Sensor
Network.

1.5 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Langkah awal dalam pengembangan sistem WSN (Wireless Sensor Network)
untuk sistem monitoring pada aktuator.
2. Mengetahui kualitas sinyal dari jaringan Wireless Sensor Network.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini, diulas berbagai publikasi resmi yang


berhubungan dengan konsep Implementasi Wireless Sensor Network Untuk
Sistem Monitoring Aktuator dan mencakup aspek masalah dan penjelasan faktor-
faktor yang diduga berkaitan dengan penelitian ini. Seluruh teori dan konsep pada
tinjauan pustaka ini pada akhirnya nanti akan digunakan untuk menunjang analisis
pembahasan terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah teori dan
konsep yang berhubungan dengan masalah studi analisis yang akan dibahas.

2.1 Wireless Sensor Network (WSN)


Wireless Sensor Network atau disingkat dengan WSN adalah suatu
peralatan system embedded yang didalamnya terdapat satu atau lebih sensor dan
dilengkapi dengan peralatan system komunikasi. Sensor disini digunakan untuk
menangkap informasi sesuai dengan karakteristik informasi yang diinginkan.
Sensor-sensor tersebut akan mengubah data analog ke data digital. Selanjutnya
data dikirim ke suatu node melalui media komunikasi yang digunakannya, seperti
bluetooth, infrared, dan Wifi.
Wireless Sensor Network (WSN) merupakan suatu kesatuan dari proses
pengukuran, komputasi, dan komunikasi yang memberikan kemampuan
administratif kepada sebuah perangkat, observasi, dan melakukan penanganan
terhadap setiap kejadian dan fenomena yang terjadi di lingkungan yang
mengunakan teknologi wireless (Hariyawan, 2014).
Wireless sensor network (WSN) atau jaringan sensor nirkabel merupakan
suatau jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa sensor (sensor node) yang
diletakkan ditempat - tempat yang berbeda untuk memonitoring kondisi suatu
plan.
Wireless sensor network (Jaringan Sensor Nirkabel) pada awalnya
dikembangkan sebagai aplikasi militer untuk digunakan dalam survei medan
perang. Namun, sekarang WSN digunakan dalam banyak aplikasi industri dan
komersial lainnya untuk memantau kondisi lingkungan, aplikasi kesehatan dan
5

kontrol lalu lintas. Pada saat ini ada berbagai jenis jaringan sensor nirkabel, dan
semua jenis WSN saat ini dilengkapi dengan transceiver radio atau perangkat
komunikasi nirkabel dan sumber energy (biasanya baterai).
Ada banyak aplikasi untuk teknologi ini dan biasanya berfungsi dalam
kegiatan pemantauan, pelacakan dan pengendalian. Fungsi pemantauan adalah
salah satu fungsi yang sangat umum digunakan saat ini, yaitu untuk dapat melacak
setiap jenis gerakan apakah itu panas, tekanan, suara, cahaya atau getaran di
daerah tertentu.

2.1.1 Prinsip Kerja Wireless Sensor Network


1. Sensorboard mengumpulkan data berupa intensitas cahaya, temperatur,
kelembaban, ataupun pergerakan objek dalam ruangan.
2 Mote kemudian mengirimkan data sensing ke gateway.
3 Gateway mengolah data sensing dan mengirimkannya ke server.
4 Server memproses data dari gateway untuk ditampilkan. Bila sensor
melaporkan parameter yang melewati batasan yang ditentukan, server
memberi perintah pada kontroler.
5 Kontroler mengendalikan switch untuk menaikkan atau menurunkan kinerja
peralatan listrik.
Topologi yang dapat digunakan dalam penerapan Wireless Sensor
Network adalah topologi Star, Ring, Bus, Tree, Mesh, dan, Fully connected

Gambar 2.1 Topologi Jaringan Wireless


6

Model protokol pada Wireless Sensor Network adalah model protokol


generik yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan jalur komunikasi (routing)
di dalam jaringan sensor nirkabel. Protokol ini bersifat energy awareness.

Gambar 2.2 Model Protokol WSN(Fuad, 2015)

2.1.2 Arsitektur Wireless Sensor Network


Setiap node WSN umumnya berisi sistem sensing, processing,
communication dan power yang dapat diilustrasikan seperti pada gambar 2.3.
Bagaimana menggabungkan ini adalah halyang harus diperhatikan ketika kita
melakukan perancangan. Sistem processor merupakanbagian sistem yang
terpenting pada WSN yang dapat mempengaruhi performance ataupunkonsumsi
energi. Beberapa pilihan untuk processor dapat memilih antara lain:
1. Microcontroller
2. Digital signal processor
3. Application-specific IC
4. Field programmable gate array
7

Gambar 2.3Arsitektur umum pada sebuah WSN(Hariyawan, 2014)

2.2 Zigbee
ZigBee PRO menawarkan wireless mesh, jaringan dengan daya rendah
mampu mendukung lebih dari 64.000 perangkat pada jaringan tunggal. Zigbee
menyediakan jaringan standarisasi yang dirancang untuk menghubungkan
jangkauan terluas perangkat, dalam industri apapun, menjadi sebuah jaringan
kendali tunggal.
Jaringan ZigBee PRO terdiri dari beberapa jenis perangkat: ZigBee
Coordinator, ZigBee Router dan ZigBee End Devices. ZigBee Coordinator
mengontrol pembentukan dan keamanan jaringan. Router memperluas jangkauan
jaringan sedangkan End Devices melakukan fungsi penginderaan atau kontrol
tertentu. Produsen sering menciptakan perangkat yang melakukan beberapa
fungsi, misalnya perangkat mengendalikan lampu dan juga pesan-rute ke seluruh
jaringan. Grafik ini menggambarkan contoh topologi ZigBee yang mencakup satu
koordinator, lima perangkat routing, dua perangkat end menciptakan jaringan
kontrol dan koordinator kombinasi opsional / gateway menyediakan akses ke
Internet untuk kontrol lebih fleksibel.
8

Gambar 2.4 Topologi Jaringan Zigbee

2.2.1 Xbee Pro S2B


Modul RF Xbee Pro merupakan salah satu modul nirkabel yang terdiri atas
pengirim dan penerima yang berfungsi untuk komunikasi secara fullduplex. Xbee
dan Modul RF Xbee Pro OEM dibuat untuk memenuhi standar IEEE 802.15.4
dengan dukungan kebutuhan biaya yang rendah, daya yang kecil dan memberikab
komunikasi yang handal. Modul ini beroperasi di frekuensi ISM 2,4 GHz dan pin
– pin yang didukung perangkat lain.

Gambar 2.5 Modul Wireless XBee PRO S2B


(Sumber: Xbee®/Xbee-PRO® ZB RF Modules, Manual Book)
9

2.2.2 Spesifikasi Modul Wireless XBee PRO S2B


Pada tabel 2.1 dijelaskan spesifikasi dari modul Wireless XBee PRO S2B,
spesifikasi ini sangat berguna untuk mengetahui kemampuan dari modul wireless
yang digunakan. Hal ini memberikan informasi dari perangkat mulai dari daya
yang digunakan dan jarak jangkauan maksimal dari modul wireless. Informasi ini
menjadi hal yang berguna untuk penggunaan modul wireless secara tepat sehingga
tidak merusak perangkat yang digunakan. Penggunaan secara tepat dapat menjaga
dan mempertahankan kondisi modul untuk tetap dalam kondisi yang baik

Tabel 2.1 Spesifikasi Modul XBee PRO S2B


Platform Xbee ZB Xbee-PRO ZB Program Xbee PRO
Performance
RF Data Rate 250 Kbps
Indoor/Urban Range 133 ft (40m) 300 ft (90m)
Outdoor/RF Line-of- 400 ft (120m) 2 miles (3200m) / Intl 5000 ft (1500m)
Sight Range
Transmitt Power 1.25 mW/2 mW 63 mW/Intl 10 Mw
Receiver Sensitivity -96 dBm in bosst -102 dBm
mode
Features
Adjustable Power Yes
I/O Interface 3,3V CMOS UART, ADC, DIO 3,3 CMOS UART,
SPI PWM
Configuration Method API or AT command, local or over-the-air
Frequency Band 2,4 GHz
Interference Immunity DSSS (Direct Sequence Speed Spectrum)
Serial Data Rate 1200 bps-1 Mbps
ADC Input (4) 10-bit ADC inputs
Digital I/O 10
Antenna Options Chip, Wire Whip, U.FL, PCB embedded Antena,
RPSMA Wire Whip, U.FL
0 0
Operating Temperature -40 C + 85 C, 0-95%
(Sumber: Datasheet Xbee PRO XBP24bz7WIT)
10

2.2.3 Komunikasi Serial


Modul Xbee Pro ini berhubungan melalui logic-level asynchronous serial
port, melalui port serial ini modul berkomunikasi dengan logika dan tegangan
yang sesuai Universal Asynchronous Receiver-Transmitter (UART). Perangkat
yang meiliki interface UART dapat terhubung secara langsung dengan modul RF
seperti Xbee.

Gambar 2.6 Diagram Sistem Alur Data UART Interface


(Sumber: Xbee®/Xbee-PRO® ZB RF Modules, Manual Book)

2.2.4 Protokol Zigbee


Jaringan wireless ZigBee terdiri dari tiga peran: satu coordinator,
beberapa perangkat end dan router. Coordinator adalah FFD khusus (full function
device) yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan memelihara seluruh
ZigBee PAN (personal area network). Selama fase inisialisasi jaringan,
koordinator memindai saluran radio yang tersedia untuk menemukan saluran yang
paling sesuai. Biasanya, ini akan menjadi saluran dengan aktivitas setidaknya.
koordinator dapat diprogram dengan PAN ID (Personal Area Network Identifier)
atau dinamis scan untuk ID jaringan PAN yang ada di frekuensi yang sama dan
menghasilkan konflik PAN ID. Setelah fase inisialisasi koordinator, koordinator
menunggu permintaan dari perangkat ZigBee untuk bergabung dengan jaringan
(Fei Lu, 2012).
11

Gambar 2.7 Struktur Protokol Zigbee(Fei Lu, 2012).

Fitur protokol ZigBee antara lain:


1. Dukungan untuk beberapa topologi jaringan seperti point-to-point, point-to-
multipoint dan jaringan mesh.
2. Siklus rendah - menyediakan baterai yang tahan lama.
3. Latency rendah.
4. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS).
5. Dapat menangani 65000 node per jaringan.
6. Enkripsi 128-bit AES untuk koneksi data yang aman.
7. Menghindari collision, retries dan acknowledgement (Digi 2016).

2.2.5 Parameter Ziqbee


Pada bagian ini terdapat parameter penting ZigBee. Sebagian besar
parameter ini dapat dikonfigurasi melalui XCTU.
1. Fungsi Set: Dari pengguna opsi ini menentukan peran perangkat dan
pilihandari mode operasi.
2. BD: Baud Rate adalah kecepatan interface serial yang harus sama untuk
semua perangkat.
3. PAN ID: Semua perangkat dalam jaringan harus memiliki ID PAN yang sama.
4. SH dan SL: Setiap perangkat XBee memiliki alamat 64-bit yang
unik.Parameter ini memberikanalamat sumber.
12

5. DH dan DL: Ketika pengguna ingin mengirim data ke XBee lain alamat 64-bit
daripenerima harus ditetapkan untuk DH dan DL pengirim agar pengirim
mendapat informasitentang di mana untuk mengirim data.
6. MY: Parameter ini dikenal sebagai 16-bit Network Address yang secara
otomatis ditetapkanoleh koordinator.
7. PL: ini adalah Tingkat Daya, menggunakan parameter ini dimungkinkan untuk
memilih daya pancartingkat perangkat. (Sheikh,2014)

2.2.6 Received signal strength indication (RSSI)


Energi yang dapat dideteksi oleh penerima terdiri dari beberapa tingkatan
jarak. Pengukuran kekuatan sinyal menggunakan unit pengukuran disebut decibel
miliwatt, atau dBm. Decibel merupakan unit sederhana yang berhubungan antara
dua pengukuran daya. Decibel ini merupakan pengukuran tanda dimensi. Nilai
daya akan dapat diketahui dan dikomparasikan dengan mudah dengan cara
mengasosiasikan ukuran decibel dengan unit tertentu. Berdasrkan definisi decibel
miliwatt, 0 dBm = 1 mW. Jika nilai daya lebih besar dari 1 mW berarti nilai
tersebut positif, sedangkan nilai dibawah 1 mW merupakan nilai
negative(Mulyanta, 2005).
RSSI diukur pada sisi penerima saat berkomunikasi dengan pengirim
dengan menggunakan perubahan kondisi jarak saar komunikasi. Pengukuran
dilakukan menggunakan software XCTU yang terhubung dengan modul Xbee
yang digunakan. Received Signal Strength Indicator (RSSI) adalah sebuah ukuran
kekuatan sinyal radio yang diterima oleh receiver. Teknologi localization nodeof
wireless sensor network(WSN) biasanya menggunakan nilai RSSI untuk
melakukan pengukuran jarak. Persamaan 2.1 adalah model yang sering digunakan
dalam proses transmisi sinyal radio/wireless.
d
[P¿ ¿ r ( d ) ]=[P ¿ ¿ r ( d 0 ) ] dBm−10 nlg ( )
d0
+¿ X dBm ¿ ¿ ¿

................................(2.1)
Keterangan, d adalah jarak antara pemancar dan penerima dalam satuan
meter(m), d0 adalah jarak referensi yang bernilai sama dengan 1 meter, Pr(d)
13

adalah kekuatan sinyal pada sisi penerima, XdBm adalah variabel acak Gaussian
yang nilai rata-ratanya adalah 0 nilai menunjukkan perubahan kekuatan sinyal
yang diterima dalam jarak tertentu, n adalah indeks path loss. Dari persamaan ini
diperoleh proses penyederhanaan yang ditunjukkan pada persamaan 2.2.

[P¿ ¿ r ( d ) ]=[P ¿ ¿ r ( d 0 ) ]dBm−10 nlg ( dd ) ¿ ¿


0

.........................................(2.2)
Nilai d0 = 1 m, sehingga didapatkan persamaan untuk mengukur nilai
RSSI berdasarkan perubahan jarak ditunjukkan pada persamaan 2.3 dan 2.4.
RSSI [ dBm ] =[ P ¿ ¿ r ( d 0 ) ]dBm= A−10 n lg d ¿
.....................................(2.3)
A −RSSI
d= 10( 10 n
)

...........................................................................(2.4)
Dengan A adalah kekuatan sinyal pada penerima dengan jarak 1 m
dengan satuan dBm.
Tabel 2.2 Indeks Path Loss
Lingkungan Indeks path loss, n
Free space 2
Urban area 2,7 – 3,5
Suburban area 3–5
Indoor (line-of-sight) 1,6 – 1,8
(Andika, 2013)

Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai RSSI dapat dibagi menjadi


beberapa level, level ini menunjukkan bagaimana kualitas dari suatu sinyal. Dapat
dilihat pada tabel 2.3 merupakan pembagian dari level RSSI.
14

Tabel 2.3 Rentang Sinyal RSSI


Level RSSI Keterangan
-30 to -60 Sangat kuat. Jarak pemancar dan penerima sangat dekat.
-60 to -90 Sangat baik. Cakupan dekat.
-90 to -105 Baik. Terdapat beberapa data yang tidak diterima.
-105 to -115 Buruk. Dapat menerima tetapi sering drop-out
-115 to -120 Sangat buruk. Sinyal lemah data sering hilang.
(http://www.raveon.com)

2.2.7 Daya Sinyal


Energi electric pada gelombang radio dan sinyal elektris yang lain
terkadang diukur dalam Watt, pada jaringan WLAN 802.11 menggunakan ukuran
(mW). Energi yang dapat dideteksi oleh antena penerima terdiri dari beberapa
tingkatan jarak. Noise juga merupakan energi elektris. Dalam bentuk
pelaporannya, noise menggunakan bentuk pengukuran yang sama meskipun
dalam bentuk presentase atau dBm. Rasio sinyal terhadap noise merupakan
perbedaan antara sinyal dan noise sederhana (Mulyanta, 2005).
Secara matematis, dinyatakan dengan menggunakan persamaan 2.5 dan
2.6:
dBm
Pout ( mW )=1000 ×10 10 ...................................................................................(2.5)

(P out ( mW ))
dBm=10 log 10
[ (P¿ (1 mW )) ]
.............................................................................(2.6)

2.3 Raspberry Pi
Raspberry Pi adalah sebuah komputer mini seukuran kartu kredit. Gambar
2.8 memperlihatkan struktur sebuah Raspberry Pi 2 tipe B. Spesifikasinya adalah
sebagai berikut: CPU 900 MHz quad-core ARM Cortex A7, RAM 1 GB,
harddisk-nya berupa SD card minimal 4GB dengan Class10, empat buah port
USB, 1 port HDMI, 1 port video (RCA), 1 buah port audio, 1 port LAN (RJ45)
dan beberapa pin GPIO (General Purpose Input Output). Sebagai sebuah
komputer mini dengan spesifikasi hardware yang terbatas, maka untuk sistem
operasinya juga bertipe ringan. Untuk sistem operasi yang dapat berjalan di
15

Rapsberry adalah Linux dengan distro sebagai berikut: Raspbian, Arch Linux,
Risc OS, Fedora dan FreeBSD. Untuk Raspberry Pi 2 model B sudah mendukung
sistem operasi windows 10.

Gambar 2.8 Hardware pada Raspberry Pi(Andi Adriansyah, 2014)

Raspberry Pi adalah platform yang sangat fleksibel, ada banyak hal yang
bisa dilakukan dengan Raspberry Pi. Beberapa hal tersebut antara lain:
1. General Purpose Computing
Raspberry Pi dapat dijadikan sebagai komputer seperti biasa kita gunakan
sehari- hari dengan menghubungkannya ke monitor dan mengatur tampilan
grafisnya melalui web browser.
2. Media Belajar Pemrogaman
Di dalam Raspberry Pi sudah terdapat interpreter dan compiller dari
berbagai bahasa pemrogaman seperti C, Ruby, Java, Perl dan lain-lain karena
sebenarnya tujuan awal Raspberry Pi adalah untuk mendorong anak-anak untuk
belajar pemrogaman.
3. Project Platform
Raspberry Pi mempunyai kemampuan untuk berintegrasi dengan alat-alat
elektronik lain. Misalnya, Raspberry Pi bisa digunakan sebagai remot AC.
4. Media Center
Karena Raspberry Pi memiliki port HDMI dan audio/video, maka
Raspberry Pi dapat dengan mudah dihubungkan ke monitor. Keunggulan ini
didukung oleh kekuatan prosesor Raspberry Pi yang cukup untuk memutar video
full screen yang high definition. Selain itu, didalam Raspberry Pi sendiri sudah
16

terdapat XBMC (mediaplayer) yang men-support berbagai macam format media


file. (Andi Adriansyah, 2014).

2.4 Plotly
Plotly's Python graphing library dibuat secara interaktif, digunakan untuk
publikasi kualitas grafik secara online. Plot.ly memiliki fitur line plot, scatter
plots, area chart, bar chart, error bars, box plot, histogram, heatmaps, subplot,
multiple-axes, grafik kutub, dan grafik gelembung. Pada web plotly memiliki
kelebihan yaitu apabila data sensor terunggah pada web akan dihasilkan sebuah
database dari data yang terunggah serta grafik dari data yang diunggah.
(https://plot.ly/python/)

Gambar 2.9 Plot.ly(https://plot.ly/static/img/logo.png)

2.5 Arduino Uno


ArduinoUNO adalah sebuah boardmikrokontroller yang berbasis
ATmega328. Arduino memiliki 14 pininput/output yang mana 6 pin dapat
digunakan sebagai output PWM, 6 analoginput, crystal osilator 16 MHz, koneksi
USB, jackpower, kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino mampu men-
supportmikrokontroller, dapat dikoneksikan dengan komputer menggunakan
kabel USB.
Arduino memiliki kelebihan tersendiri disbanding board mikrokontroler
yang lain selain bersifat opensource, Arduino juga mempunyai bahasa
pemrogramanya sendiri yang berupa bahasa C. Selain itu dalam board Arduino
sendiri sudah terdapat loader yang berupa USB sehingga memudahkan pengguna
17

ketika memprogram mikrokontroler didalam Arduino. Sedangkan pada


kebanyakan board mikrokontroler yang lain yang masih membutuhkan rangkaian
loader terpisah untuk memasukkan program ketika kita memprogram
mikrokontroller. Port USB tersebut selain untuk loader ketika memprogram,
dapat juga difungsikan sebagai port komunikasi serial.

Gambar 2.10Board Arduino UNO


(https://www.arduino.cc/en/main/arduinoBoardUno)
Arduino menyediakan 20 pin I/O, yang terdiri dari 6 pininputanalog dan 14
pindigitalinput/output. Untuk 6 pinanalog dapat difungsikan sebagai outputdigital
jika diperlukan outputdigital tambahan selain 14 pin yang sudah tersedia. Untuk
mengubah pinanalog menjadi digital cukup mengubah konfigurasi pin pada
program. Dalam board kita bisa lihat pindigital diberi keterangan 0-13, jadi untuk
menggunakan pinanalog menjadi outputdigital, pinanalog yang pada keterangan
board 0-5 kita ubah menjadi pin 14-19. dengan kata lain pinanalog 0-5 berfungsi
juga sebagi pinoutputdigital 14-16.
Tabel 2.4 Deskripsi Arduino UNO
Mikrokontroller ATmega 328
Tegangan Pengoperasian 5V
Tegangan Input yang disarankan 7-12 V
Batas Tegangan Input 6-20 V
Jumlah pin I/O digital 14 pin ( 6 diantaranya menyediakan
keluaran PWM)
Jumlah pin input analog 6 pin
Arus DC tiap pin I/O 40 mA
Arus DC untuk pin 3,3 V 50 mA
Memory Flash 32 KB (ATmega 328) sekitar 0,5
18

KB digunakan oleh bootloader.


SRAM 2 KB (ATmega 328)
EPROM 1 KB (ATmega 328)
Clock Speed 16 MHz
(https://www.arduino.cc/en/main/arduinoBoardUno)

2.6 Aktuator
Aktuator adalah bagian yang berfungsi sebagai penggerak dari perintah
yang diberikan oleh input. Aktuator elektrik adalah aktuator yang menggunakan
listrik sebagai tenaga penggeraknya. Beberapa aktuator elektrik yang biasa
digunakan antara lain solenoid, motor DC, motor stepper, servomotor, dan motor
AC (Rahmawan, 2013).

2.6.1 Motor DC
Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah energi listrik
arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua
prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik dengan generator arus
searah. Kenyataannya mesin yang bekerja baik sebagai generator DC akan bekerja
baik pula sebagai motor DC. Oleh sebab itu sebuah mesin arus searah dapat
digunakan baik sebagai motor arus searah maupun generator arus searah.

Gambar 2.11 Motor DC(Sumber : Jaya, 2012)

2.7 Sensor Tegangan


Modul ini dibuat berdasarkan prinsip desain voltage divider (pembagi
tegangan), dapat terbaca secara analog 5 kali lebih kecil dari tegangan yang
terdeteksi. Masukan tegangan analog pada arduino mencapai 5 V, sehingga modul
dapat mendeteksi tidak lebih dari 5Vx5=25V (jika menggunakan 3.3V,
19

inputvoltage tidak lebih besar dari 3.3Vx5=16.5V). Arduino memiliki 10bit AD,
maka modul ini dapat mensimulasikan resolusi 0.00489V (5V/1023), sehingga
minimum tegengan yang tedeteksi modul sebesar 0.00589Vx5=0.002445V.

Gambar 2.12 Sensor Tegangan

Spesifikasi Sensor Tegangan

1. Range teganan masuk : DC 0V-25V


2. Range deteksi : DC 0.02445V- 25V
3. Resolusi analog : 0.00489 V
4. Interface Input : Terminal positif untuk VCC, negatifuntuk GND

2.8 Sensor Arus INA219


Modul sensor INA219 merupakan sensor untuk mengukur arus DC hingga
+26V DC, sensor ini bagus digunakan untuk mengukur masa hidup baterai atau
panel surya. Sensor ini memiliki penguat dengan tingkat presisi yang baik, ketika
masukan amplifier maximum berbeda sekitar ±320 mV ini dapat diartikan dapat
mengukur hingga ±3,2 Amps. Dengan internal 12 bit ADC, resolusi pada ±3,2 A
sekitar 0,8 mA. Dengan gain internal diatur minimal div8, arus maximal sekitar
±400 mA dan resolusi 0,1 mA.
20

Gambar 2.13 Sensor Arus

2.9 Sensor ACS 712

Gambar 2.14 Sensor Arus ACS 712

Modul sensor ACS712 menyediakan solusi untuk aplikasi yang umum


termasuk kontrol motor, deteksi beban dan manajemen, catu daya mode switched,
dan proteksi kesalahan arus lebih.
Perangkat terdiri dari sirkuit sensor Hall linier yang presisi, low-offset, dan
jalur konduksi tembaga yang terletak di dekat permukaan die. Arus terapan yang
mengalir melalui jalur konduksi tembaga ini menghasilkan medan magnet yang
diketahui oleh IC Hall terpadu dan diubah menjadi tegangan proporsional. Output
dari perangkat memiliki kemiringan positif (> V) ketika arus yang meningkat
mengalir melalui jalur konduksi tembaga primer (dari pin 1 dan 2, ke pin 3 dan 4),
yang merupakan jalur yang digunakan untuk penginderaan arus. Resistansi
internal dari jalur konduktif ini 1,2 mΩ khas, memberikan daya rendah.
21

2.9.1 Spesifikasi Sensor


1. Jalur sinyal analog dengan noise 9. 2.1 kVRMSACS712-DS, Rev. 7
rendah. Tegangan isolasi minimum dari pin
2. Bandwidth perangkat diatur melalui 1-4 sampai pin 5-8
pin FILTER yang baru. 10. 66 sampai 185 mV / Sensitivitas
3. Waktu naik 5 μs sebagai respons keluaran
terhadap arus masukan langkah 11. Tegangan output sebanding dengan
4. Bandwidth 80 kHz arus AC atau DC
5. Kesalahan output total 1,5% pada T 12. Keluaran tegangan offset yang
= 25 ° C sangat stabil
6. Jejak kecil, paket SOIC8 low 13. Hampir nol histeresis magnetic
profile 14. Output ratiometrik dari tegangan
7. 1,2 mΩ tahanan konduktor internal suplai
8. 5.0 V, operasi tunggal

2.10 Sensor Rotary Encoder


Modul sensor ini digunakan untuk mendeteksi kecepatan motor, modul dapat
dihubungkan untuk relay, switch dan komposisi fungsional lain seperti digunakan
untuk membuat alarm.

Gambar 2.15 Sensor Rotary Encoder

2.10.1 Spesifikasi Sensor


1. Lebar slor 5 mm
2. Indikator keluaran berupa LED low dan high
3. Keluaran sinyal komparator bersih
22

4. Bekerja pada tegangan 3,3 V – 5 V


5. Format keluaran berupa 0 dan 1
6. Piringan kecil PCB dengan ukuran 3,2 cm x 1,4 cm
23

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan pada bab metode penelitian ini dijelaskan beberapa hal pokok
yaitu obyek penelitian, tahap penelitian, tempat dan waktu penelitian, alat dan
bahan, langkah-langkah dalam pengambilan data dan manajemen penelitian di
lapangan, pengolahan data serta software yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada Desember 2016 –
Maret 2017 di Laboratorium Telekomunikasi dan Terapan, Fakultas Teknik dan
Laboratorium Elektronika Terapan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Jember, Jl. Slamet Riyadi No. 62 Patrang, Jember 68111.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Hardware:
1. Rasberry Pi 2 model B.
2. Power Supply input 2,1 A.
3. Modul sensor ACS712 untuk mendeteksi arus.
4. Modul sensor tegangan untuk mendeteksi tegangan motor DC.
5. Modul sensor INA 219 DC untuk mendeteksi arus DC.
6. Xbee Pro S2B
7. Kabel UTP
8. Laptop sebagai remoteserver dan moinitoring.
9. Multimeter
10. Motor DC
11. Baterai lithium-ion

Software:
1. OS Debian Whezzy
24

2. Python digunakan sebagai bahasa pemograman.


25

3. Putty untuk remote Raspberry melalui dekstop.


4. Connectify LAN untuk berbagi sambungan internet ke Raspberry.

3.3 Tahapan Penelitian


Penyusunan penelitian ini memiliki beberapa tahapan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, adapun tahapan
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Tahap penelitian ini dilakukan dengan observasi untuk mengetahui


dan menentukan tema objek yang akan diteliti. Selanjutnya yaitu
perumusan masalah dari beberapa peristiwa yang terdapat dalam
26

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Penelitian


yang digunakan yaitu untuk mengetahui tingkat kebisingan suara pada
tempat umum yang sering dikunjungi oleh masyarakat secara real time.
Tahap berikutnya mengumpulkan dan mempelajari literatur tentang
metode monitoring tingkat kebisingan suara secara wireless atau tanpa
kabel. Setelah mengumpulkan landasan teori hal yang perlu dilakukan
adalah mengidentifikasi data yang dibutuhkan dari itu kita dapat
menentukan sistem telemetri dan software yang digunakan.
Tahap selanjutnya yaitu merancang atau membuat alat sistem.
Perancangan ini terdiri dari perancangan prototype node sensor
danprototype nodecoordinator/sink. Prototype node sensor merupakan
unit yang bertindak sebagai pengambil data pengukuran dimana terdiri
dari sensor dan xbee. Selanjutnya adalah perancangan arsitektur WSN,
Ada beberapa tipe topologi jaringan yang dapat diterapkan
menggunakanprotokol ZigBee diantaranya Star,Mesh dan Cluster Tree.
Selanjutnya setelah semua prototype siap digunakan maka tahap
selanjutnya adalah implementasi sistem. Sebelum dicoba di lokasi, sistem
ini dicobakan dulu di laboratorium untuk melihat transaksi komunikasi
yang terjadi. Kemudian setelah itu baru dilakukan implementasi di lokasi
sesuai denganpemetaan yang telah dilakukan.
Pada tahap berikutnya pengambilan dan analisa data yaitu nilai
RSSI pada komunikasi nirkabel, besarnya daya, dan data sensor yang telah
diperoleh. Kemudian analisis pada nilai sensor yang digunakan berupa
nilai dari tegangan dan arus. Data sensor tegangan dan arus akan diukur
menggunakan Avo meter untuk mengetahui perbedaan data anatara
pengukuran dan proses monitoring. Tahap akhir yaitu membuat
kesimpulan dari analisa yang telas dilakukan.

3.4 Perencanaan Alat


Pada bagian ini akan dilakukan perancangan alat yang terdiri dari
komponen berupa sensor, Arduino Uno, modul Xbee Pro dan Raspberry
27

sebagai penerima dan pengolah dara dari sistem pemantauan yang


dilakukan. Pada perancangan alat terdiri dari dua komponen yaitu blok
diagram dan flowchart dari alat yang dibuat. Blok diagram terdiri 2 bagian
yaitu sisi pengirim yang terdiri dari node 1 dan node 2 yang didalamnya
memiliki komponen berupa sensor, Arduino Uno dan modul Xbee Pro
serta bagian kedua merupakan sisi pengirim berupa Raspberry Pi dan
modul Xbee Pro yang akan menerima dan mengolah data sensor yang
dikirim oleh node 1 dan node 2 sebagai pengirim.

3.4.1 Blok Diagram

Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem


Gambar 3.2 merupakan gambar diagram blok dari alat yang akan di buat,
alat tersebut terdiri atas 3 bagian coordinator, node 1 dan node 2. Berikut adalah
penjelasan dari bagian – bagian tersebut :
1. Coordinator
Coordinator merupakakan tempat dimana data akan diterima dan diolah.
Komponen terdiri atas modul Xbee Pro S2B (Rx), Raspberry Pi dengan
sistem operasi Linux Jessie dan raspi akan di remote menggunakan windows
dengan tool remote desktop connection untuk masuk pada tampilan desktop
sehingga diketahui data yang di pantau. Data yang diterima raspi ditampilkan
menggunakan program Python 2.
2. Node 1
28

Pada bagian ini node 1 terdiri atas sensor tegangan, sensor arus, modul Xbee
Pro S2B (Tx), Xbee shield, SD Card shield 3.0 dan Arduino Uno. Bagian ini
akan mengirimkan data berupa data tegangan dan arus DC yang akan
dipantau. Bagian ini diprogram dengan software Arduino sesuai dengan
parameter yang dibutuhkan.
3. Node 2
Pada bagian ini node 2 terdiri atas sensor tegangan, sensor arus dan sensor
rotary encoder, modul Xbee Pro S2B (Tx), Xbee shield, SD Card shield 3.0
dan Arduino Uno. Bagian ini akan mengirimkan data berupa data tegangan
dan arus DC pada motor DC. Bagian ini diprogram dengan software Arduino
sesuai dengan parameter yang dibutuhkan.
29

3.4.2 Flowchart

Gambar 3.3 Flowchart

Gambar 3.3 merupakan flowchart sistem secara keseluruhan.


Proses mulai kemudian dilakukan inisialisasi input dan output. Selanjutnya
sensor membaca parameter berupa tegangan, arus dan kecepatan putar,
kemudian apabila kondisi belum sesuai maka proses akan diulang dari
awal kembali sampai data diperoleh dan proses selesai. Data sensor yang
telah memenuhi kondisi tersebut akan kemudian dikirim ke sisi penerima
yaitu raspberry melalui modul pengirim data yaitu XBee PRO S2B.
30

Apabila proses pengiriman data sensor gagal maka proses akan diulang
dari awal kembali sampai kondisi terpenuhi. Raspberry terhubung dengan
jaringan internet dan coordiantor Xbee kemudian data tersimpan sebagai
data logger di Raspberry dan data sensor terunggah pada web yang telah di
program sehingga menghasilkan keluaran berupa grafik dan database pada
web yang digunakan.

3.5 Perancangan Arsitektur WSN


Perancangan arsitektur wireless sensor network berbasis Zigbee dan
Raspberry pi untuk sistem pemantauan aktuator meliputi tahapan-tahapan sebagai
berikut:
3.5.1 Konfigurasi Modul Xbee Pro
Konfigurasi modul Xbee Pro digunakan untuk komunikasi dari sensor ke
Raspberry menggunakan komunikasi nirkabel. Modul ini berkomunikasi
menggunakan channel dari masing node dan coordinator sehingga apabila channel
tidak sesuai maka tidak dapat berkomunikasi bahkan saling bertabrakan. Pertama
proses konfigurasi akan dilakukan untuk modul Xbee Pro yang menjadi
coordinator kemudian node 1 dan node 2.
Hubungkan modul Xbee Pro menggunakan port USB agar lebih mudah,
kemudian buka software XCTU. Software ini digunakan untuk pengaturan dari
modul Xbee Pro. Apabila driver serial pada Laptop/PC sudah terinstall maka
modul akan otomatis terdeteksi, apabila tidak install driver terlebih dahulu
sebelum proses konfigurasi. Pada jendela XCTU akan muncul sebagai berikut :
31

Gambar 3.4 Konfigurasi Xbee Pro

Gambar 3.5 Test Komunikasi Xbee Pro

Apabila modul terdeteksi maka akan muncul seperti gambar 3.4, kemudian
konfigurasi berikutnya atur baudrate menjadi 9600. Kemudian pilih tombol Test /
Query untuk mengetahui modul Xbee Pro yang digunakan, apabila berhasil maka
akan muncul tampilan seperti gambar 3.5.Gambar 3.5 menunjukkan bahwa modul
Xbee Pro terhubung dengan Laptop/PC dengan type dan versi firmware dari
modul Xbee Pro. Proses selanjutnya pilih Modem Configuration untuk mengatur
identitas dari Xbee Pro. Ulangi proses konfigurasi untuk coordinator dan node –
32

node yang akan digunakan sampai modul Xbee Pro dapat berkomunikasi.
Selanjutnya adalah konfigurasi untuk coordinator, tahapannya adalah sebagai
berikut.

Gambar 3.6 Konfigurasi Modul Xbee Pro sebagai Coordinator

Pada gambar 3.6 pilih tombol read untuk mengetahui konfigurasi dari
Xbee Pro secara default, kemudian atur modul Xbee Pro pada function set
menjadi Zigbee Coordinator AT yang ditunjukkan pada nomer 1. Kemudian
berikut adalah tahapan – tahapan selanjutnya dari konfigurasi coordinator Xbee
pro.
Networking :
- PAN ID : 1234
- SC : 7FFF
Addressing :
- SH : default
- SL : default
- NI : CO1 (sesuai kebutuhan)
33

- BR : 9600

Pada bagian addressing untuk SH dan SL merupakan pengaturan default


dari Xbee Pro, identitas ini digunakan untuk berkomunikasi antar modul lain
sesuai dengan konfigurasi dan fungsi dari modul Xbee Pro. Catat SH dan SL dari
coordinator karena akan di masukkan pada konfigurasi node 1 dan node 2 sebagai
komunikasi point to point modul Xbee Pro. Setelah seluruh konfigurasi selesai
simpan pengaturan dengan memilih tombol write pada jendela, maka konfigurasi
akan tersimpan.

Gambar 3.7 Konfigurasi Node 1

Gambar 3.7 merupakan konfigurasi untuk node 1, proses konfigurasi


dengan mengubah function set menjadi Zigbee Router AT. Pada bagian
networking dan addressing akan diubah sesuai dengan coordinator agar modul
sapat berkomunikasi, yaitu sebagai berikut.
Networking :
- PAN ID : 1234
34

- SC : 7FFF
Addressing :
- SH : default
- SL : default
- DH : 13A200 (SH coordinator)
- DL : 40C597A7 (SL coordinator)
- NI : RO1 (sesuai kebutuhan)
- BR : 9600

Pada konfigurasi node 1 SH dan SL pada coordinator dimasukkan pada


DH dan DL agar node 1 dapat berkomunikasi dengan coordinator sebagai
destination untuk pengiriman data nantinya. Dalam memasukkan identitas ini
perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan node 1 tidak
dapat berkomunikasi dengan coordinator. Apabila proses selesai pilih tombol
write untuk menyimpan konfigurasi yang dilakukan.

Gambar 3.8 Konfigurasi Node 2


35

Untuk konfigurasi ini sama dengan konfigurasi pada node 1, proses


konfigurasi dengan mengubah function set menjadi Zigbee Router AT. Pada
bagian networking dan addressing akan diubah sesuai dengan coordinator agar
modul sapat berkomunikasi, yaitu sebagai berikut.
Networking :
- PAN ID : 1234
- SC : 7FFF
Addressing :
- SH : default
- SL : default
- DH : 13A200 (SH coordinator)
- DL : 40C597A7 (SL coordinator)
- NI : RO2 (sesuai kebutuhan)
- BR : 9600

Pada konfigurasi node 2 SH dan SL pada coordinator dimasukkan pada


DH dan DL agar node 2 dapat berkomunikasi dengan coordinator sebagai
destination untuk pengiriman data nantinya. Dalam memasukkan identitas ini
perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan node 2 tidak
dapat berkomunikasi dengan coordinator. Apabila proses selesai pilih tombol
write untuk menyimpan konfigurasi yang dilakukan.

3.5.2 Konfigurasi Jaringan


Perangkat Raspberry langsung terhubung ke jaringan tetapi agar
lebih mudah diakses Raspberry juga diatur secara manual agar lebih
mempermudah proses remoteserver. Pertama raspberry dihubungkan ke
jaringan lokal melalui kabel UTP. Agar Raspberry bisa dikonfigurasi lebih
mudah gunakan HDMI to D-SUB untuk tampilan dekstop. Login dengan
user : “pi” dan password : “raspberry”. Kemudian dilakukan konfigurasi
seperti dibawah ini:
36

Gambar 3.9 Konfigurasi IP Address pada Raspberry

Gambar 3.10 IP Address Diatur Secara Manual

Gambar 3.11 Restart Konfigurasi Jaringan


37

Perangkat Raspberry secara default memiliki pengaturan IP DHCP,


sehingga setelah diatur secara manual Raspberry memiliki IP 192.168.1.1.
IP Raspberry tersebut digunakan untuk remot dan kontrol Raspberry
melalui SSH menggunakan remote dekstop connection.
Sebelum dapat di remot raspberry membutuhkan paket-paket
tambahan untuk bisa diakses melalui remote dekstop connection. Jalankan
perintah sebagai berikut :
root@raspberrypi-ZFbDxMC46t:~$ sudo su #login super user
root@raspberrypi-ZFbDxMC46t:~# apt-get update #update packet
root@raspberrypi-ZFbDxMC46t:~# apt-get upgrade #upgrade packet
root@raspberrypi-ZFbDxMC46t:~# apt-get install tightvncserver
#instalasi vncserver
root@raspberrypi-ZFbDxMC46t:~# apt-get install xrdp #instalasi remote server

Selanjutnya remote IP milik Raspberry kemudian login dengan


username pi dan password raspberry.

Gambar 3.12 Remote Dekstop Connection

Gambar 3.13 Login Raspberry


38

3.5.3 Konfigurasi Web


Pada konfigurasi ini untuk web plotly harus memiliki akun untuk dapat
digunakan. Akun yang digunakan terdapat beberapa pilihan untuk login
bergantung pengguna ingin menggunakan akun. Pada konfigurasi ini digunakan
akun google untuk login ke akun plotly. Terlihat seperti gambar 3.14 terdapat
beberapa pilihan akun untuk login.

Gambar 3.14 Login Plotly


(https://plot.ly)

Kemudian setelah berhasil masuk, konfigurasi akun agar dapat


digunakan untuk upload data dengan masuk ke menuSetting seperti
terlihat pada gambar 3.15 dibawah ini:

Gambar 3.15 Konfigurasi Plotly


39

Selanjutnya pilih API Keys Regenerate key duplikat kode yang


terdapat menu tersebut. Kode tersebut digunakan untuk mengunggah data
ke dalam web plotly dan setiap kode berbeda. Simpan dan masukkan ke
dalam program python agar dapat digunakan untuk mengakses web plotly.
Terlihat seperti pada gambar 3.16 terdapat username dan key, kedua menu
ini digunakan sebagai inisialisasi pada program python untuk dapat
mengunggah data ke web plotly. Apabila kenfigurasi selesai maka akun
dapat digunakan untuk unggah data dari Raspbery Pi ke web plotly.

Gambar 3.16 API Setting pada Plotly

3.6 Implementasi Sistem


Pada proses sebelum pengujian alat, alat akan di implementasikan pada
Laboratorium Telekomunikasi dan Terapan Universitas Jember sebagai percobaan
alat apakah dapat berjalan atau tidak. Impelementasi ini sangat berguna untuk
mengetahui kondisi alat, sistem kerja alat dan fungsi alat dapat berjalan sesuai
prosedur yang telah dibuat. Hal ini akan memberikan informasi penting sebelum
alat siap untuk diuji. Proses ini juga menentukan parameter keberhasilan data
yang akan diambil dan proses kinerja alat yang dibuat.
Pada bagian ini setiap komponen dari alat akan di cek dan dipantau
sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan dari alat yang dibuat. Terjadi
kesalahan dalam implementasinya akan memberikan informasi penting sehingga
40

alat dapat diatur ulang agar sesuai dengan kinerja yang diinginkan. Parameter-
parameter yang dibutuhkan akan diketahui pada proses ini, sehingga data yang
akan diambil lebih akurat dan baik.

3.7 Pengambilan Data Parameter Wireless Sensor Network (WSN)


Pada pengambilan data parameter WSN terdapat tiga pengambilan
parameter data yaitu RSSI dan daya sinyal. Received signal strength
indication (RSSI) merupkan indikasi untuk mengetahui kekuatan sinyal
dengan variasi jarak. Parameter ini menunjukkan nilai dari kekuatan sinyal
saat mentransmisikan data dengan satuan dBm. Energi electric pada
gelombang radio dan sinyal elektris yang lain terkadang diukur dalam
Watt, pada jaringan WLAN 802.11 menggunakan ukuran (mW). Energi
yang dapat dideteksi oleh antena penerima terdiri dari beberapa tingkatan
jarak. Noise juga merupakan energi elektris. Derau ini diukur pada ujung
penerimaan saat berkomunikasi saat mentransmisiskan sinyal.
Untuk pengambilan data parameter RSSI dan SNR akan digunakan
2 kondisi yaitu NLOS dan LOS dengan jarak 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, 50
m, 60 m, 70 m, 80 m, 90 m dan 100. Untuk pengujian diluar ruangan 100
m, 200 m, 300 m, 400 m, 500 m, 600 m, 700 m, 800 m, 900 m dan 1000
m.

3.7.1 Pengambilan Data Nilai RSSI dari Coordinator ke Router 1


Parameter ini menunjukkan nilai dari kekuatan sinyal saat
mentransmisikan data dengan satuan dBm. Pada pengujian ini nilai RSSI
antara coordinator ke router 1 akan diukur didalam ruangan dan diluar
ruangan dengan satuan dBm dengan variasi jarak yang telah ditentukan.
Spesifikasi pengambilan data nilai RSSI antara coordinator ke
router 1 pada kondisi didalam ruangan ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Nilai RSSI NLOS dari coordinator ke router 1
RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Perhitungan Pengukuran
1 10
41

2 20
3 -

Spesifikasi pengambilan data nilai RSSI antara coordinator ke router 1


pada kondisi diluar ruangan ditunjukkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Nilai RSSI LOS dari coordinator ke router 1
RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Perhitungan Pengukuran
1 100
2 200
3 -

3.7.2 Pengambilan Data Nilai RSSI dari Coordinator ke Router 2


Pengujian ini nilai RSSI antara coordinator ke router 2 akan
diukur didalam ruangan dan diluar ruangan dengan satuan dBm dengan
variasi jarak yang telah ditentukan.
Spesifikasi pengambilan data nilai RSSI antara coordinator ke
router 2 pada kondisi didalam ruangan ditunjukkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Nilai RSSI NLOS dari coordinator ke router 2
RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Perhitungan Pengukuran
1 10
2 20
3 -

Spesifikasi pengambilan data nilai RSSI antara coordinator ke router 2


pada kondisi diluar ruangan ditunjukkan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Nilai RSSI LOS dari coordinator ke router 2
RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Perhitungan Pengukuran
1 100
2 200
3 -
42

3.7.3 Pengambilan Data Nilai Daya dari coordinator ke router 1


Pengujian ini nilai SNR antara coordinator ke router 1 akan diukur
didalam ruangan dan diluar ruangan dengan satuan dBm dengan variasi
jarak yang telah ditentukan.
Spesifikasi pengambilan data nilai SNR antara coordinator ke
router 1 pada kondisi didalam ruangan ditunjukkan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Nilai DayaNLOS dari coordinator ke router 1
No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 10
2 20
3 -
Spesifikasi pengambilan data nilai SNR antara coordinator ke
router 1 pada kondisi didiluar ruangan ditunjukkan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Nilai Daya LOS dari coordinator ke router 1
No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 10
2 20
3 -

3.7.4 Pengambilan Data Nilai Daya dari coordinator ke router 2


Pengujian ini nilai SNR antara coordinator ke router 2 akan diukur
didalam ruangan dan diluar ruangan dengan satuan dBm dengan variasi
jarak yang telah ditentukan.
Spesifikasi pengambilan data nilai SNR antara coordinator ke
router 2 pada kondisi didalam ruangan ditunjukkan pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Nilai Daya NLOS dari coordinator ke router 2
No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 10
2 20
3 -

Spesifikasi pengambilan data nilai SNR antara coordinator ke


router 2 pada kondisi didiluar ruangan ditunjukkan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Nilai Daya LOS dari coordinator ke router 2
No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
43

1 10
2 20
3 -

3.8 Pengambilan Data Sensor Node 1


Pada node 1 terdapat dua sensor yang digunakan yaitu sensor suara
untuk mengukur tegangan dan arus. Nilai sensor akan dibandingkan
dengan alat ukur untuk mengetahui perbandingan nilai dan presentase
kesalahan dari proses pengukuran yang dilakukan.
3.8.1 Pengambilan Data Tegangan
Pengambilan data dari sensor tegangan akan diukur dan
dibandingkan dengan nilai sensor dan alat ukur menggunakan multi meter.
Spesifikasi pengambilan data sensor suara padanode 1ditunjukkan
pada tabel 3.17.
Tabel 3.17 Nilai Sensor Tegangan
Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (V) Ukur (V)
1 5
2 6
3 7
4 8
5 9
6 10

3.8.2 Pengambilan Data Sensor Arus


Data dari sensor arus berupa kecepatan putar dari motor dan
dibandingkan tachometer untuk mengetahui perbandingan data dan
presentase kesalahan dari proses pengukuran.
Spesifikasi pengambilan data sensor arus padanode 1ditunjukkan
pada tabel 3.18.
Tabel 3.18 Nilai Sensor Arus
Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (A) Ukur (A)
1 5
2 6
44

3 7
4 8
5 9
6 10

3.9 Pengambilan Data Sensor Node 2


Pada node terdapat dua sensor yang digunakan yaitu sensor arus
dan pada aktuator. Nilai sensor akan dibandingkan dengan alat ukur untuk
mengetahui perbandingan nilai dan presentase kesalahan dari proses
pengukuran yang dilakukan.

3.9.1 Sensor Arus


Data dari sensor arus yang muncul pada sensor akan dibandingkan
dengan alat ukur untuk mengetahui perbandingan data dan presentase
kesalahan dari proses pengukuran.

Spesifikasi pengambilan data sensor arus padanode 2ditunjukkan


pada tabel 3.19.
Tabel 3.19 Nilai Sensor Arus
Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (A) Ukur (A)
1 5
2 6
3 7
4 8
5 9
6 10

3.9.2 Sensor Tegangan


Data dari sensor tegangan yang muncul pada sensor akan
dibandingkan dengan alat ukur untuk mengetahui perbandingan data dan
presentase kesalahan dari proses pengukuran.
Spesifikasi pengambilan data sensor tegangan pada node
2ditunjukkan pada tabel 3.20.
45

Tabel 3.20 Nilai Sensor Tegangan


Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (V) Ukur (V)
1 5
2 6
3 7
4 8
5 9
6 10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab hasil dan pembahasan ini dijelaskan tentang


pengujian tiap-tiap bagian alat dengan tujuan untuk mengetahui dapat bekerjanya
tiap-tiap bagian alat maupun sistem secara keseluruhan. Kemudian dibuat
pembahasan berdasarkan dasar teori pada Bab 2. Berikut adalah beberapa
parameter yang akan diuji:
1. Pengujian RSSI
2. Pengujian Daya
3. Pengujian Sensor Node 1
4. Pengujian Sensor Node 2

4.1 Pengujian RSSI


Proses pengujian dilakukan menggunakan software XCTU saat pengirim
berkomunikasi dengan penerima dengan perubahan jarak yang telah ditentukan
dan kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan. Untuk pengujian nilai
RSSI akan digunakan 2 kondisi yaitu N-LOS dan LOS dengan jarak pengujian
untuk kondisi N-LOS mulai dari 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, 50 m, 60 m, 70 m, 80
m, 90 m dan 100. Untuk pengujian LOS 100 m, 200 m, 300 m, 400 m, 500 m, 600
m, 700 m, 800 m, 900 m dan 1000 m.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan sinyal antara pengirim
dan penerima dengan perubahan variasi jarak yang telah ditentukan. Hasil
pengujian yang diperoleh digunakan untuk mengetahui kualitas sinyal pada Xbee
Pro S2B saat mentransmisikan data dengan kondisi LOS dan NLOS.

4.1.1 Pengujian RSSI dari Coordinator ke Router 1


Dalam pengujian RSSI dari coordinator ke node/router 1 menggunakan
software XCTU dengan kondisi pengirim mentransmisikan data ke penerima
secara real time dari jarak 10 sampai 100 meter untuk NLOS dan 100 sampai
1000 meter untuk kondisi LOS.

46
47

Dalam pengujian diperoleh nilai RSSI seperti pada tabel 4.1 dengan
kondisi NLOS diperoleh nilai dengan perubahan kekuatan sinyal berdasarkan
perubahan jarak. Nilai ini diukur pada sisi penerima dengan perubahan jarak
antara pemancar. Pada proses pengujian diambil nilai RSSI pada jarak 1 meter
untuk digunakan sebagai nilai referensi saat proses perhitungan dengan nilai
sebesar -40 dBm.
Pada tabel 4.1 diperoleh hasil pengujian nilai RSSI kondisi NLOS
diperoleh nilai error yang kecil berdasarkan pengukuran dan perhitungan. Nilai
perhitungan diperoleh berdasarkan persamaan 2.3 dan 2.4, nilai berguna untuk
mengetahui besarnya error saat pengujian dan perhitungan sehingga diketahui
nilai error rata-rata yakni 0.072% seperti terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Nilai RSSI Kondisi N-LOS


RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Pengukuran Perhitungan
1 10 -44 -43,97 0,06
2 20 -58 -57,99 0,01
3 30 -72 -71,77 0,3
4 40 -72 -71,77 0,3
5 50 -83 -82,99 0,01
6 60 -80 -80 0
7 70 -83 -82,99 0,01
8 80 -91 -90,99 0,01
9 90 -89 -88,99 0,01
10 100 -93 -92,99 0,01
Error rata-rata 0,072

Berdasarkan tabel 4.1 dibuat grafik nilai RSSI pada kondisi NLOS seperti
pada gambar 4.1. Pada gambar diketahui perubahan sinyal yang bervariasi
berdasarkan perubahan jarak, nilai ini dipengaruhi oleh lingkungan saat pengujian.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai error sampai mendekati nilai 0% hal
ini menunjukkan pendekatan secara teori yang bagus berdasarkan persamaan 2.3
dan 2.4.
48

Gambar 4.1 Nilai RSSI Node 1 Kondisi NLOS

Pada grafik 4.1 diketahui perubahan nilai dari RSSI setiap jarak memiliki
rentang yang cukup stabil namun pada jarak antara 40 meter dan 50 meter terlihat
perubahan nilai yang jelas sehingga grafi mengalami penurunan yang cukup
drastis. Kemudian pada jarak 60 meter grafik meningkat lagi dan pada jarak
berikutnya grafik turun sampai pada jarak 100 meter. Perbubahan ini dipengaruhi
oleh lingkungan saat proses pengambilan data, karena terdapat banyak halangan
sehingga menjadi pengaruh pada kualitas sinyal.
Tabel 4.2 merupakan hasil pengujian RSSI dengan kondisi LOS, seperti
pada tabel diperoleh nilai RSSI yang besar sampai -104 dBm terlihat pada jarak
800 meter. Pada jarak 900 meter dan 1000 meter penerima tidak bias menerima
data yang dikirimkan sehingga terjadi loss. Pada data dilakukan proses
perhitungan untuk mengetahui besarnya nilai error berdasarkan persamaan 2.3
dan 2.4. Dari hasil pengujian nilai error rata-rata sebesar 0.02%, nilai ini
menunjukkan nilai error yang kecil dapat diartikan memiliki kualitas yang baik.
49

Tabel 4.2 Nilai RSSI Kondisi LOS


RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Pengukuran Perhitungan
1 100 -74 -73,99 0,01
2 200 -79 -78,99 0,01
3 300 -90 -89,99 0,01
4 400 -90 -89,99 0,01
5 500 -93 -92,99 0,01
6 600 -94 -93,99 0,01
7 700 -92 -91,99 0,01
8 800 -104 -103,99 0,09
9 900 Hilang - -
10 1000 Hilang - -
Error rata-rata 0,02

Dari tabel 4.2 diperoleh grafik seperti pada gambar 4.2, grafik ini
menunjukkan variasi nilai RSSI saat pengujian. Dari grafik terlihat perubahan
naik turun dari RSSI berdasarkan perubahan jarak. Jarak yang digunakan pada
kondisi ini mulai 100 meter sampai 1000 meter, namun pada jarak 900 meter dan
1000 meter sinyal hilang dan penerima tidak bisa menerima data.

Gambar 4.2 Nilai RSSI Node 1 Kondisi LOS

Pada grafik diatas terlihat pada jarak 700 meter terdapat peningkatan nilai
dari RSSI yang cukup besar yaitu -92 dBm. Pada jarak sebelumnya grafik
mengalami penurunan sampai jarak 600 meter dan pada jarak 700 terjadi
50

peningkatan, kemudian pada jarak 800 meter nilai semakin kecil sehingga terjadi
penurunan grafik yaitu bernilai -104 dBm.

4.1.2 Pengujian RSSI dari Coordinator ke Router 2


Pada pengujian ini nilai RSSI antara coordinator ke router 2 akan diukur
didalam ruangan dan diluar ruangan dengan satuan dBm dengan variasi jarak yang
telah ditentukan. Tabel 4.3 menunjukkan hasil pengujian RSSI pada jarak
maksimal NLOS yaitu 100 meter.
Tabel 4.3 Nilai RSSI Kondisi N-LOS
RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Pengukuran Perhitungan
1 10 -59 -58,96 0,06
2 20 -58 -57,97 0,05
3 30 -72 -72 0
4 40 -79 -78,99 0,01
5 50 -80 -79,99 0,01
6 60 -77 -76,99 0,01
7 70 -91 -90,99 0,01
8 80 -92 -92 0
9 90 -94 -93,99 0,01
10 100 -104 -103,99 0,09
Error rata-rata 0,025

Dari tabel 4.3 diperoleh nilai error rata-rata dari RSSI sebesar 0.025%,
semakin kecil nilai error berarti semakin bagus kualitas pengujian berdasarkan
pendekekatan teori yang digunakan. Dari hasil diatas dibuat grafik dapat dilihat
pada gambar 4.3 berikut:
51

Gambar 4.3 Nilai RSSI Node 2 Kondisi NLOS

Dari hasil pengujian diperoleh nilai error rata-rata yang kecil yaitu kurang
dari 1%, hal ini menunjukkan kualitas sinyal yang diukur sudah baik. Grafik
menunjukkan perubahan sinyal yang diukur sangat bervariasi hal ini disebabkan
oleh lingkungan saat pengujian. Pada grafik 4.3 terjadi beberapa peningkat nilai
RSSI seperti pada jarak 20 meter dan 60 meter dengan nilai pada jarak 20 meter
sebesar -58 dBm dan 60 meter -77 dBm. Pada jarak antara 30 meter sampai 50
meter grafik menurun kemudian terjadi lonjakan pada jarak 60 meter karena
peningkatan nilai RSSI, selanjutnya pada jarak 70 meter sampa 100 meter grafik
menurun karena nilai RSSI yang semakin kecil.
Pengujian selanjutnya terlihat seperti tabel 4.4 dengan kondisi LOS pada
node 2, dari data ini diketahui nilai error setiap sinyal pada variasi jarak hampir
mendekati 0%.
Tabel 4.4 Nilai RSSI Kondisi LOS
RSSI (dBm)
No Jarak (m) Error(%)
Pengukuran Perhitungan
1 100 -70 -69,99 0,01
2 200 -85 -84,99 0,01
3 300 -69 -68,99 0,01
4 400 -73 -72,99 0,01
5 500 -87 -86,99 0,01
Tabel 4.4 Nilai RSSI Kondisi LOS (Lanjutan)
6 600 -92 -91,99 0,01
7 700 -93 -92,99 0,01
52

8 800 -104 -103,99 0,09


9 900 Hilang - -
10 1000 Hilang - -
Error rata-rata 0.02

Dari tabel 4.4 diketahui error rata-rata yang bagus yaitu sebesar 0.02%
berdasarkan pengukuran nilai RSSI dan perhitungan dengan menggunakan
persamaan 2.3 dan 2.4. Dari data diatas dibuat grafik dari hasil pengukuran dan
perhitungan dari nilai RSSI seperti terlihat pada gambar 4.4 yaitu sebagai berikut.

Gambar 4.4 Nilai RSSI Node 2 Kondisi LOS

Grafik 4.4 menunjukkan grafik dari nilai RSSI pada node 2 pada kondisi
LOS yang terjadi penurunan nilai RSSI yang besar yaitu terlihat pada jarak 200
meter bernilai -85 dBm yang sebelumnya pada jarak 100 meter hanya bernilai -70
dBm. Kemudian terjadi peningkatan pada jarak 300 meter sebesar -69 dBm,
namun pada pada jarak 400 meter sampai 800 meter grafik menurun dengan
selisih nilai RSSI yang kecil.

4.2 Pengujian Daya


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.5 dan 2.6
dengan menggunakan nilai kekuatan sinyal yang diperoleh dari pengujian
sebelumnya pada nilai RSSI. Dengan parameter ini dapat diketahui evaluasi
53

pengaruh dari derau di sekitarnya. Derau ini diukur pada ujung penerimaan saat
berkomunikasi saat mentransmisiskan sinyal.
Pengujian dilakukan dengan 2 kondisi yaitu N-LOS dan LOS dengan jarak
10 m, 20 m, 30 m, 40 m, 50 m, 60 m, 70 m, 80 m, 90 m dan 100. Untuk pengujian
LOS mulai dari 100 m, 200 m, 300 m, 400 m, 500 m, 600 m, 700 m, 800 m, 900
m dan 1000 m.

4.2.1 Pengujian Daya dari Coordinator ke Router 1


Dari tabel 4.5 dapat diketahui nilai daya yang bervariasi, nilai ini diperoleh
berdasarkan kekuatan sinyal yang telah terukur dan kondisi lingkungan saat
pengukuran.
Tabel 4.5 Nilai Daya Kondisi N-LOS
No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 10 -44 3,9810717 x10-2
2 20 -58 1,584893 x10-3
3 30 -72 6,30957 x10-5
4 40 -72 6,30957 x10-5
5 50 -83 5,01187 x10-6
6 60 -80 0.00001
7 70 -83 5,01187 x10-6
8 80 -91 7,94328 x10-7
9 90 -89 1,25893 x10-6
10 100 -93 5,01187 x10-7

Dari data yang diperoleh pada tabel 4.5 dibuat grafik dari daya hasilnya
dapat dilihat pada gambar 4.5 yaitu sebagai berikut.
54

Gambar 4.5 Nilai Daya Node 1 Kondisi NLOS

Pengujian selanjutnya terlihat pada tabel 4.6 yaitu daya pada jarak
maksimal yaitu 100 meter bernilai semakin kecil. Terjadi penurunan grafik yang
besar pada jarak 10 meter ke 20 meter karena perubahan nilai RSSI sehingga
menyebabkan nilai daya semakin kecil yaitu 0.039810717µW pada jarak 10 meter
dan 0.001584893µW pada jarak 20 meter.

Tabel 4.6 Nilai Daya Kondisi LOS


No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 100 -74 0,00003
2 200 -79 0,00001
3 300 -90 0,000001
4 400 -90 0,000001
5 500 -93 0,0000005
6 600 -94 0,0000003
7 700 -92 0,0000006
8 800 -104 0,00000003
9 900 Hilang
10 1000 Hilang

Dari tabel 4.6 dibuat grafik nilai daya dengan kondisi LOS dan hasilnya
dapat dilihat seperti pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6 Nilai Daya Node 1 Kondisi LOS


55

Dari grafik 4.6 diketahui terjadi penurunan nilai RSSI yang cukup besar
pada jarak 100 meter sampai 300 meter. Kemudian grafik cenderung turun namun
tidak memiliki selisih yang cukup besar terhadap nilai RSSI yang terukur.

4.2.2 Pengujian Daya dari Coordinator ke Router 2


Pengujian selanjutnya pada node 2 dengan kondisi NLOS dan LOS dengan
persamaan pada 2.5 dan 2.6 pada Bab 2. Persamaan ini digunakan untuk
menghitung nilai dari daya dan pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
sinyal yang diukur dengan kondisi NLOS dan LOS. Hasil pengujian dapat dilihat
seperti pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Nilai Daya Kondisi N-LOS
No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 10 -59 1,258925 x10-3
2 20 -58 1,584893 x10-3
3 30 -72 6,30957 x10-5
4 40 -79 1,25893 x10-5
5 50 -80 0.00001
6 60 -77 1,99526 x10-5
7 70 -91 7,94328 x10-7
8 80 -92 6,30957 x10-7
56

Tabel 4.7 Nilai Daya N-LOS (Lanjutan)


9 90 -94 3,98107 x10-7
10 100 -104 3,98107 x10-8

Tabel 4.7 diatas menunjukkan nilai daya pada node 2 dengan kondisi
NLOS. Seperti pada tabel diatas terlihat nilai daya pada jarak 10 meter dan 20
meter memiliki selisih peningkatan yang kecil. Kemudian pada jarak 30 meter
terjadi penurunan nilai daya yang cukup besar. Seperti pada grafik 4.7 terlihat
penurunan yang besar.
Dari data yang diperoleh diatas dibuat grafik seperti pada gambar 4.7
berikut ini.

Gambar 4.7 Nilai Daya Node 2 Kondisi NLOS

Data berikutnya terlihat pada tabel 4.8, data ini merupakan nilai daya pada
node 2 dengan kondisi LOS. Pengujian ini diperoleh dari pengukuran di ruang
terbuka dengan perubahan jarak 100 meter sampai dengan 1000 meter. Dari tabel
4.8 diketahui terjadi selisih yang besar jarak 100 meter ke 200 meter dan terjadi
peningkatam daya pada jarak 300 meter berdasarkan nilai RSSI yang diperoleh.
Dari data yang diperoleh dibuat grafik seperti pada gambar 4.8.
57

Tabel 4.8 Nilai Daya Kondisi LOS


No Jarak (m) RSSI (dBm) Daya (µW)
1 100 -70 0,0001
2 200 -85 0,000003
3 300 -69 0,000126
4 400 -73 0,00005
5 500 -87 0,0000019
6 600 -92 0,0000006
7 700 -93 0,0000005
8 800 -104 0,00000003
9 900 Hilang
10 1000 Hilang

Gambar 4.8 Nilai Daya Node 2 Kondisi LOS

Grafik diatas menunjukkan nilai dari daya berdasarkan nilai RSSI yang
telah terukur. Terjadi penurunan dan peningkatan nilai pada grafik pada jarak 100
sampai 300 meter dan kemudian cenderung turun namun tidak terjadi perubahan
yang besar seperti pada jarak sebelumnya setelah nilai pada jarak 400 meter.

4.3 Pengujian Sensor Node 1


Pengujian sensor pada node 1 terdiri dari sensor tegangan dan arus, untuk
sensor arus disini menggunakan modul sensor ACS712. Alat yang diuji adalah
generator yang di couple pada motor. Pengujian ini dilakukan setelah dilakukan
kalibrasi untuk memperoleh nilai yang mendekati dengan alat ukur. Pengujian
58

dilakukan menggunakan tegangan masukan sebesar 5 V, 6 V, 7 V, 8 V, 9 V dan


10 V untuk kedua node yang digunakan.

4.3.1 Pengujian Sensor Tegangan


Tabel 4.9 menunjukkan nilai dari tegangan yang diukur dengan diambil 5
sampel dari 50 data yang diukur. Dari 6 tegangan masukan yang digunakan dapat
diketahui nilai presentase kesalahan terbesar pada kondisi tegangan masukan 5 V
pada sampel data ke 2 dan ke 5 yaitu sebesar 1.76 %

Tabel 4.9 Pengujian Sensor Tegangan


Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (V) Ukur (V)
1 5.10 5.16 1.17
2 5.10 5.19 1.76
3 5 5.12 5.2 1.56
4 5.10 5.19 1.76
5 5.13 5.2 1.36
6 6.42 6.34 1.24
7 6.41 6.34 1.09
8 6 6.41 6.35 0.93
9 6.44 6.37 1.08
10 6.47 6.4 1.08
11 7 7.31 7.4 1.23
12 7.31 7.41 1.36
13 7.34 7.46 1.63
14 7.37 7.47 1.35
15 7.38 7.47 1.21
16 8 8.12 8.2 0.98
17 8.12 8.21 1.10
Tabel 4.9 Pengujian Sensor Tegangan (Lanjutan)
18 8.16 8.23 0.85
19 8.14 8.23 1.10
20 8.13 8.23 1.23
21 9.49 9.59 1.26
22 9.48 9.61 1.37
23 9 9.48 9.61 1.37
24 9.51 9.61 1.05
25 9.52 9.62 1.05
26 10.21 10.31 0.97
10
27 10.21 10.32 1.07
28 10.22 10.32 0.97
59

29 10.2 10.32 1.17


30 10.23 10.34 1.07

4.3.2 Pengujian Sensor Arus


Sensor arus yang digunakan pada node 1 adalah INA219, pengujian ini
dilakukan setelah sensor dikalibrasi yang bertujuan untuk nilai yang mendekatai
dengan nilai pada alat ukur yang digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam
proses pengujian adalah multi meter .
Tabel 4.10 Pengujian Sensor Arus
Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (A) Ukur (A)
1 0.228 0.227 0.43
2 0.228 0.227 0.43
3 5 0.228 0.227 0.43
4 0.228 0.228 0
5 0.228 0.227 0.43
6 6 0.231 0.235 1.73
7 0.232 0.234 0.86
8 0.233 0.235 0.85
Tabel 4.10 Pengujian Sensor Arus (Lanjutan)
9 0.233 0.235 0.85
10 0.234 0.235 0.42
11 0.244 0.247 1.22
12 0.244 0.246 0.81
13 7 0.244 0.246 0.81
14 0.245 0.246 0.40
15 0.244 0.246 0.81
16 8 0.247 0.248 0.4
17 0.247 0.248 0.4
18 0.247 0.248 0.4
19 0.247 0.248 0.4
20 0.247 0.248 0.4
21 0.25 0.251 0.4
22 0.25 0.251 0.4
23 9 0.25 0.251 0.4
24 0.25 0.251 0.4
25 0.25 0.251 0.4
26 0.252 0.253 0.39
27 0.252 0.253 0.39
28 10 0.252 0.253 0.39
29 0.252 0.253 0.39
30 0.252 0.253 0.39
60

Dari tabel 4.10 diketahui nilai presentase kesalahan terkecil pada keenam
tegangan masukan yang digunakan pada tegangan masukan 5 V pada sampel
ketiga yaitu sebesar 0%.

4.4 Pengujian Sensor Node 2


Pada node 2 pengujian dilakukan pada motor yang telah di couple dengan
generator. Parameter yang diukur merupakan arus dan tegangan dan
menggunakan 6 variasi tegangan masukan sehingga diperoleh nilai dari arus dan
tegangan. Kedua sensor yang digunakan telah dikalibrasi sehingga nilainya akan
mendekati dengan alat ukur yang digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam
pengujian ini adalah multi meter.

4.4.1 Pengujian Sensor Tegangan


Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tegangan pada motor sehingga
diperoleh seperti tabel 4.11, diperoleh beberapa data dengan menggunakan variasi
tegangan masukan.
Tabel 4.11 Pengujian Sensor Tegangan
Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (V) Ukur (V)
1 10.56 10.45 1.04
2 10.56 10.47 0.85
3 5 10.56 10.43 1.23
4 10.56 10.52 0.37
5 10.56 10.59 0.28
6 12.43 12.34 0.72
7 12.68 12.52 1.26
8 6 12.73 12.65 0.62
9 12.76 12.67 0.7
10 12.76 12.69 0.54
11 17.63 17.41 1.24
12 17.64 17.44 1.13
13 7 17.71 17.52 1.07
14 17.8 17.63 0.95
15 17.94 17.81 0.72
16 8 18.3 17.94 1.96
61

17 18.63 18.35 1.5


18 19.4 19.1 1.54
62

Tabel 4.11 Pengujian Sensor Tegangan (Lanjutan)


19 19.9 19.42 2.41
20 19.9 19.56 1.7
21 20.23 19.72 2.52
22 9 20.92 20.63 1.38
23 21.56 21.17 1.8
24 22.89 22.24 2.83
25 23.59 22.97 2.62
26 24.21 23.71 2.06
27 24.97 24.23 2.96
28 10 25.54 25.12 1.64
29 25.68 25.27 1.59
30 25.68 25.34 1.32

Pada tabel 4.11 diatas diketahui pada tegangan masukan 8 V pada sampel
ketiga diperoleh nilai presentase kesalahan terkecil yaitu 0.85 % dibandingkan
dengan nilai presentase kesalahan pada tegangan masukan lainnya.

4.4.2 Pengujian Sensor Arus


Tabel 4.12 menunjukkan nilai arus pada motor yang telah di couple,
dengan variasi tegangan masukan diperoleh nilai arus bervariasi pula. Dari 50
sampel diambil 5 sampel dan dibandingkan dengan perubahan tegangan masukan
yang digunakan. Sehingga diperoleh 30 data dari keseluruhan masukan tegangan
yang digunakan dengan pembacaan sensor dan pembacaan alat ukur memperoleh
nilai presentase kesalahan.
63

Tabel 4.12 Pengujian Sensor Arus


Tegangan Pembacaan Pembacaan Alat
No Error (%)
Masukan (V) Sensor (A) Ukur (A)
1 0.06 0.056 6.67
2 0.06 0.057 5
3 5 0.06 0.055 8.33
4 0.06 0.056 6.67
5 0.06 0.058 3.33
6 0.07 0.068 2.85
7 0.07 0.069 1.42
6
8 0.07 0.067 4.28
9 0.07 0.068 2.85
10 0.07 0.068 2.85
11 0.07 0.068 2.85
12 0.07 0.067 4.28
13 7 0.07 0.068 2.85
14 0.07 0.065 7.14
15 0.07 0.069 1.42
16 0.07 0.067 4.28
17 0.07 0.067 4.28
18 8 0.07 0.069 1.42
19 0.07 0.068 2.85
20 0.07 0.068 2.85
21 0.07 0.066 5.71
22 0.07 0.067 4.28
23 9 0.07 0.07 0
24 0.07 0.07 0
25 0.07 0.071 1.42
26 0.07 0.067 4.28
10
27 0.07 0.068 2.85
64

Tabel 4.12 Pengujian Sensor Arus (Lanjutan)


28 0.08 0.079 1.25
29 0.08 0.08 0
30 0.08 0.078 2.5

Dari tabel diatas diperoleh nilai presentase kesalahan dari setiap sampel
dengan variasi tegangan masukan yaitu 5 V, 6 V, 7 V, 8 V, 9 V dan 10 V.
diketahui nilai presentase kesalahan terkecil pada tegangan masukan 9 V dan 10 V
yaitu sebesar 0%.

4.4.3 Pengujian sensor rotary encoder


Tabel 4.13 menunjukkan nilai kecepatan putar dari motor yang telah
diukur dan dibandingkan dengan data sensor dengan variasi tegangan masukan
diperoleh nilai yang bervariasi. Diambil 12 sampel dan dibandingkan dengan
perubahan tegangan masukan yang digunakan sehingga diperoleh nilai presentase
kesalahan. Dari tabel 4.13 terlihat perubahan kecepatan putar dari motor karena
perubahan masukan yang digunakan serta besarnya nilai presentase kesalahan
yang diperoleh berdasarkan nilai pembacaan sensor dan pengukuran
menggunakan alat ukur tachometer.

Tabel 4.13 Pengujian sensor rotary encoder


Tegangan masukan Pembacaan Sensor Pembacaan alat ukur
No Error (%)
(V) (RPM) (RPM)
1 1,277 223 226,5 1,56
2 2,303 925 928,3 0,35
3 3,3 1751 1754 0,17
4 4,3 2448 2450 0,08
5 5,38 3234 3238 0,12
6 6,36 3961 3965 0,1
7 7,42 4736 4741 0,1
8 8,35 5410 5415 0,09
Tabel 4.13 Pengujian sensor rotary encoder(Lanjutan)

9 9,38 6129 6134 0,08


10 10,44 6930 6936 0,08
11 11,44 7671 7674 0,03
12 12,4 8384 8388 0,04
65

4.5 Tampilan Web Plotly

Gambar 4.9 Tampilan web


Pada gambar 4.9 menunjukkan 4 grafik yang berbeda yang mewaikili
setiap nilai sensor yang telah terukur. Grafik tersebut muncul bergantung dari data
yang telah terupload pada plotly.Grafik sensor 1 dan sensor 2 menunjukkan nilai
tegangan dan arus yang telah terukur pada node 1, kemudian pada sensor 3 dan
sensor 4 menunjukkan nilai dari tegangan dan arus pada node 2. Terlihat pada
gambar apabila kita pilih grafik nilai dari sensor akan langsung terlihat dan
menunjukkan keempat nilai sekaligus. Selain grafik, secara otomatis terdapat
database dari data sensor yang telah kita upload pada web plotly sehingga
keseluruhan data dapat diakses pada web plotly.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perencanaan alat dan pembuatan sistem kemudian
dilakukan pengujian dan analisa, dari hasil tersebut dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas sinyal pada jaringan wireless sensor network memiliki kualitas yang
baik pada kondisi NLOS dan LOS dengan rata-rata nilai error yang kecil
pada node 1 NLOS sebesar 0.072% dan LOS 0.02% serta node 2 NLOS
sebesar 0.025% dan LOS 0.02%. Daya sinyal pada jarak maksimal kedua
node sangat kecil berdasarkan nilai RSSI dengan kondisi LOS dan NLOS
yaitu pada node 1 daya 5.01187 x10-7 µW untuk NLOS dengan jarak 100
meter dan 3 x10-7 µW untuk kondisi LOS dengan jarak 1000 meter serta pada
node 2 bernilai 3.98107 x10-8 µW dengan kondisi NLOS jarak 100 meter
serta 3 x10-7 µW untuk kondisi LOS dengan jarak 1000 meter.
2. Pada penelitian ini dengan jarak terjauh kondisi NLOS untuk node 1 dan
node 2 memiliki kualitas yang baik untuk dapat diketahui pada tabel 4.1 dan
4.3 dengan nilai error rata-rata yang sangat kecil yaitu sebesar 0.072% pada
node 1 dan 0.025% pada node 2. Begitu pula pada kondisi LOS untuk node 1
dan node 2 pada jarak maksimal 800 meter masih dapat mengirimkan data
dengan nilai error rata-rata yang kecil terlihat pada tabel 4.2 dan 4.4 sebesar
0.02% pada node 1 dan 0.02% pada node 2. Namun pada kondisi LOS jarak
900 meter dan 100 meter penerima sudah tidak bisa menerima data yang
dikirimkan karena pengaruh dari lingkungan saat penelitian.
5.2 Saran
Sebagai pembanding dalam pengujian RSSI diharapkan ditambahkan
beberapa kondisi lingkungan, waktu dan cuaca untuk mengetahui kualitas sinyal
pada jaringan WSN.

66
DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, Andi. 2014. Rancang Bangun Dan Analisa CCTV Online Berbasis
Raspberry Pi. Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Mercubuana.

Andika, Ahmad Deny. 2013. Perancangan Sistem Pengukur Jarak Antara 2 Titik
Wireless Xbee Pro Berdasarkan Nilai RSSI. Departemen Fisika Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Medan

Arduino Uno. 2017. Arduino/Genuino UNO.


https://www.arduino.cc/en/main/arduinoBoardUno [Diakses pada 8 Februari
2017]

Datasheet, Xbee/Xbee-PROTM OEM RF Module – 802.15.4 – vl.x.Ax


[2007.05.031], © 2007 MaxStream, Inc.

Datasheet Manual Book, Xbee®/Xbee-PRO® ZB RF Modules, © 2012 Digi


International, Inc.

Ferdoush, Sheikh Mohammad. 2014. "A Low-Cost Wireless Sensor Network


System Using Raspberry Pi And Arduino For Environmental Monitoring
Applications". University Of North Texas

Ferdoush, Sheikh. Li, Xinrong. 2014. "Wireless Sensor Network System Design
using Raspberry Pi and Arduino for Environmental Monitoring
Applications". Department of Electrical Engineering, University of North
Texas, Denton, Texas, 76203, USA

Fuad, M. 2015. “Rancang Bangun Wireless Sensor Network Berbasis Protokol


Zigbee dan GSM ntuk Sistem Pemantauan Polusi Udara”. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

67
Hariyawan, M. Y. 2014. "Implementasi Wireless Sensor Network untuk
Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan". Politeknik Caltex Riau

Lu, Fei. Tian, Guo-Hui. 2012. "The ZigBee Based Wireless Sensor and Actor
Network in Intelligent Space Oriented to Home Service Robot". School of
Control Science and Engineering, Shandong University, Jinan, China

Mulyanta, Edi S. (2005). Pengenalan Protokol Jaringan Wireless


Komputer. Yogyakarta: Andi

Plotly. 2017. Plotly Python Library. https://plot.ly/python/ [Diakses pada 5 Mei


2017]

Raveon. 2014. RSSI and Communication Range. http://www.raveon.com


[Diakses pada 5 Februari 2017]

Zigbee. 2002. zigbee PRO with Green Power. http://www.zigbee.org [Diakses


pada 29 September 2016]

68
LAMPIRAN

A. Dokumentasi Alat
Komponen Alat

Komponen Coordinator
B. Tampilan web
Grafik pada web Plotly

Database sensor Plotly


C. Listing Program
Program python monitoring.py
import os
import serial
import time
import pandas as pd
import numpy as np
import plotly.plotly as py
import plotly.graph_objs as go

from time import sleep


from datetime import datetime

# Enable USB Communication


ser = serial.Serial('/dev/ttyUSB1',
9600,timeout=1)

#Create data logger


file = open("/home/pi/output.csv","a")
if os.stat("/home/pi/output.csv").st_size == 0:

file.write("Time,Tegangan1,Arus1,Tegangan2,Arus2\n
")

while True:
incoming = ser.readline().strip()
print'' +incoming
now = datetime.now()
file.write(str(now)+","+str(incoming)+"\n")
file.flush()
time.sleep(0)
file.close()

Program python graph.py


import pandas as pd
import numpy as np
import plotly.plotly as py
import plotly.graph_objs as go

username = 'abdghofurs96'
api_key = 'k5BzvaDrwe5EaYvlo2Sw'
py.sign_in(username, api_key)

#import data from csv


df = pd.read_csv('output.csv')
df.head()
#read data
trace1 = go.Scatter(x=df['Time'], y=df['Tegangan1'],
mode='lines', name='Tegangan1')
trace2 = go.Scatter(x=df['Time'], y=df['Arus1'],
mode='lines', name='Arus1')
trace3 = go.Scatter(x=df['Time'], y=df['Tegangan2'],
mode='lines', name='Tegangan2')
trace4 = go.Scatter(x=df['Time'], y=df['Arus2'],
mode='lines', name='Arus2')

layout = go.Layout(title='Monitoring
Sensor',plot_bgcolor='rgb(230, 230, 230)')
fig = go.Figure(data=[trace1, trace2, trace3, trace4],
layout=layout)

#plot data
py.plot(fig, filename='mot-sensor')

D. Data monitoring aktuator


Time Tegangan1 Arus1 Tegangan2 Arus2
5/7/2017 23:35 5.11 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.12 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.13 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.21 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.17 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.11 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.12 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.13 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.21 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.17 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.11 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.1 0.228 10.56 0.06
5/7/2017 23:35 5.6 0.229 10.86 0.06
5/7/2017 23:35 5.82 0.23 11.1 0.06
5/7/2017 23:35 6.1 0.23 11.44 0.06
5/7/2017 23:35 6.37 0.23 11.79 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.43 0.07
5/7/2017 23:35 6.42 0.232 12.68 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.73 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.77 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.78 0.07
5/7/2017 23:35 6.4 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.74 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.75 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.44 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.4 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.77 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.78 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.74 0.07
5/7/2017 23:35 6.41 0.232 12.75 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.41 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.62 0.232 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 6.9 0.233 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 7.15 0.235 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 7.29 0.237 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 7.3 0.24 12.76 0.07
5/7/2017 23:36 7.31 0.244 17.63 0.07
5/7/2017 23:36 7.31 0.244 17.64 0.07
5/7/2017 23:36 7.34 0.244 17.71 0.07
5/7/2017 23:36 7.37 0.244 17.8 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.39 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.39 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.39 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.4 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.4 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.38 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.4 0.244 17.94 0.07
5/7/2017 23:36 7.74 0.244 18.3 0.07
5/7/2017 23:36 7.92 0.246 18.63 0.07
5/7/2017 23:36 8 0.246 19.4 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.11 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.11 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.12 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.11 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.11 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.11 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:36 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.11 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.12 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.1 0.247 19.9 0.07
5/7/2017 23:37 8.64 0.247 20.23 0.07
5/7/2017 23:37 8.98 0.247 20.92 0.07
5/7/2017 23:37 9.1 0.248 21.56 0.07
5/7/2017 23:37 9.37 0.248 22.89 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.42 0.25 23.61 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.61 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.6 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.61 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.61 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.6 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.42 0.25 23.62 0.07
5/7/2017 23:37 9.41 0.25 23.6 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.42 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.4 0.25 23.59 0.07
5/7/2017 23:37 9.48 0.25 23.65 0.07
5/7/2017 23:37 9.56 0.25 23.67 0.07
5/7/2017 23:37 9.8 0.25 24.21 0.07
5/7/2017 23:37 9.83 0.25 24.97 0.07
5/7/2017 23:37 10.16 0.25 25.54 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.23 0.252 25.71 0.08
5/7/2017 23:37 10.22 0.252 25.71 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.7 0.08
5/7/2017 23:37 10.21 0.252 25.7 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.69 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.21 0.252 25.7 0.08
5/7/2017 23:37 10.21 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.21 0.252 25.7 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.69 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.22 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:37 10.23 0.252 25.71 0.08
5/7/2017 23:37 10.21 0.252 25.69 0.08
5/7/2017 23:37 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.21 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.22 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.22 0.252 25.71 0.08
5/7/2017 23:38 10.21 0.252 25.69 0.08
5/7/2017 23:38 10.2 0.252 25.68 0.08
5/7/2017 23:38 10.2 0.252 25.68 0.08

Anda mungkin juga menyukai