Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

‘’TUHAN MENURUT AGAMA YANG ADA DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
Rosne Oktania Putri Saragih
1863030018

Universitas Kristen Indonesia


2018
MAKALAH AGAMA
‘’TUHAN MENURUT AGAMA YANG ADA DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
Maria Magdalena Sagala
1863030015

Universitas Kristen Indonesia


2018
MAKALAH AGAMA
‘’TUHAN MENURUT AGAMA YANG ADA DI INDONESIA”
DISUSUN OLEH :
Betty Stefania
1863030002

Universitas Kristen Indonesia


2018

MAKALAH AGAMA
‘’TUHAN MENURUT AGAMA YANG ADA DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
Ryosalindah Ratu Bualqis
1863030013

Universitas Kristen Indonesia


2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah ini yang berjudul ‘’TUHAN MENURUT AGAMA YANG
ADA DI INDONESIA” dengan sukses sesuai dengan apa yang diharapkan Saya ucapkan
terimah kasih kepada guru kami Bapak Pdt. Stepanus yang telah memberikan cara-cara dalam
makalah ini agar terjalan dengan baik. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah Saya Dapat bermanfaat bagi
Para Pelajar, Umum Khususnya pada diri Saya sendiri dan semua yang membaca makalah Saya
ini, Dan Mudah mudahan Juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca .

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6

BAB II KONSEP DASAR


2.1 Konsep Tuhan menurut agama Kristen....................................................................7
2.2 Konsep Tuhan menurut agama Hindu .....................................................................8
2.3 Konsep Tuhan menurut agama Buddha ………………………………................... 9
2.4 Konsep Tuhan menurut agama Islam ........................................................................9
=
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan ………………………………….................…………….………….. 10
3.2 Saran ……………………………………………………..................……………11

BAB I
PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berabad lamanya banyak orang yang mempertanyakan keberadaan Tuhan,sementara
dalam sejarah umat Manusia, banyak pula yang dengan meyakinkan bersaksi bahwa Ia ada.
Indonesia sangat plural akan agama, Memperhatikan kondisi objektif masyarakat
indonesia yang begitu majemuk keberagamannya serta membandingkan dengan berbagai situasi
dan kondisi, terasa sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan. Khususnya pada bidang
Studi Agama-agama untuk mengembangkan atau meneliti lebih dalam melalui pendekatan yang
bersifat skriptual dan melalui pendekatan agama yang bersifat komprehensif, multi disipliner,
inter disipliner dengan menggunakan metodologi yang bersifat historis-kritis melengkapi
penggunaan metodologi yang bersifat doktrinernormatif, hal inilah alam pilihan yang tepat untuk
masyarakat Indonesia yang begitu majemuk keberagaman dan kepercayaannya.
Secara fenomenologis, Manusia mempunyai kesadaran untuk selalu berelasi dengan
Tuhan, sehingga tidak dapat dihindarkan bahwa Manusia dengan latar belakang agama, budaya,
dan bahasa apapun pasti membutuhkan sebuah pegangan keyakinan akan hal abadi, yang
berbeda dengan dirinya. Dengan adanya perbedaan agama tersebut. Adanya saling memahami
satu sama lain merupakan harapan bagi semua pemeluk agama maka kemudian untuk mengatasi
agar tidak terjadi kesalahfahaman bahkan konflik antar agama, perlu adanya wacana sebagai
bekal dalam mempersepsikan segala sesuatu secara positif khususnya dalam hal perbedaan
sebuah kepercayaan dan keyakinan beragama,dalam hal ini dapat dilakukan dengan diangkatnya
wacana baru melalui sebuah skripsi yaitu Tuhan Dan Manusia (Study Tentang Ukuran
Kebenaran Dalam Perspektif Agama-agama). Oleh karena itu dalam skripsi ini akan dibahas dan
diuraikan mengenai kebenaran dalam menilai eksistensi, konsepsi, serta persepsi tentang Tuhan
dan Manusia sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahfahaman kepercayaan atau konflik
pluralisme agama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapakah Tuhan dan Manusia dalam perspektif Agama Islam, Kristen dan
Hindu?
2. Bagaimana ukuran kebenaran tentang Tuhan dan Manusia dalam perspektif
Agama Islam, Kristen dan Hindu?
3. Bagaimana relasi antara Tuhan dan Manusia menurut Agama Islam, Kristen
dan Hindu?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


a. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan Pengertian Tentang Tuhan dan Manusia dalam perspektif


Agama Islam, Kristen , Hindu dan Buddha
2. Menjelaskan ukuran kebenaran Tuhan dan Manusia Dari Perspektif
Agama Islam, Kristen dan Hindu?
3. Menjelaskan relasi antara Tuhan dan Manusia melalui pendekatan simantik
terhadap kitab suci Agama Islam, Kristen dan Hindu..

b. Kegunaan Penelitian
1. Dapat Diketahuinya Penilaian Tentang Konsep Tuhan, Dan Relasi antaraTuhan
Dengan Manusia Dari Agama Islam, Kristen dan Hindu.
2. Bangkitnya Rasa Kepercayaan Dan Keyakinan Terhadap Tuhan
3. Timbulnya Kesadaran Akan Adanya Persamaan dan Perbedaan Yang
Mengarah Kepada Rasa Kerukunan Antar Umat Beragama.

BAB II
ISI
2.1 Konsep Tuhan dalam Agama Nashrani
Nashrani berasal dari kata Nazharet yaitu tempat kelahiran Nabi Isa. Sedangkan kata Kristen
berasal dari Kristus “ Juru Selamat “ yang merupakan sebutan yang dikarang secara dusta oleh
Saulus dan para pengikutnya.
Agama Nashrani atau yang lebih dikenal dengan agama Kristen termasuk salah satu
dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian
dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana
dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan
adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam Bahasa Yunani
hypostasis) Tuhan atau Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325)
yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I.
Agama Kristen terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan
tokoh agama sendiri-sendiri yaitu : Katholik, Ortodox ,dan Protestan. Agama Katholik adalah
agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang umum, karena mereka
mengaku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-satunya di dunia. Disebut pula
dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai
dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya. Disebut juga sebagai Gereja
Petrus atau Kerasulan karena mereka mengaku bahwa yang membangun agama mereka adalah
Petrus, murid Nabi Isa yang paling senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara
bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut
bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi. Adapun agama Ortodox yang
disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah agama Kristen yang menyempal
dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M.
Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan
mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak. Sedangkan agama
Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena
menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena
sikap mereka yang memprotes Gereja lama atau kaum Katholik. Mereka menyebut dirinya
dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang hanya mau mengikuti Injil semata.
Terkadang mereka disebut dengan Kristen saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang
membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap meyakini
ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Secara garis besar, inti kepercayaan umat Kristen adalah Tritunggal, kepercayaan bahwa
Allah itu tiga pribadi yang adalah satu: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Sebellius
(meninggal pada tahun 215) mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Esa, Bapa, Anak dan Roh
Kudus adalah modalitas atau cara menampakkan diri Tuhan Allah Yang Esa itu. Semula, yaitu di
dalam P.L Tuhan Allah menampakkan diri-Nya di dalam wajah atau modus Bapa, yaitu sebagai
pencipta dan pemberi hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan dirinya di dalam wajah
Anak, yaitu sebagai juru Selamat yang melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran
Kristus. Hingga kenaikanNya ke Sorga. Akhirnya Tuhan Allah sejak hari pentekusta
menampakkan diriNya di dalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai Yang Menghidupkan. Jadi
ketiga sebutan tadi adalah suatu urut-urutan penampakan Tuhan di dalam sejarah (Hadiwijono,
2007).
Beberapa umat Kristen modern telah berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang
semuanya adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan harmonis: Allah Bapa
mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat
Kristen lain berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai
tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Keene, 2006).
Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen belum jelas dan masih
diperdebatkan di antara umat Kristiani sendiri.
Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad
II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan
Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria
disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik
Konsep ketuhanan agama Kristen secara kesuluruhan adalah tidak masuk akal, bahkan
masing-masing tokoh agama mereka memiliki penafsiran yang berbeda tentang Trinitas ini.
Sehingga banyak yang menyebut konsep Trinitas sebagai teka-teki yang tidak pernah terjawab
atau rahasia yang tidak pernah terungkap tuntas.
Lebih jauh daripada itu, keyakinan mereka terhadap Trinitas bila dihubungkan dengan
keyakinan adanya dosa warisan, yaitu dosa yang mesti ditanggung seluruh anak-anak Adam
karena Adam dan Hawa telah memakan buah terlarang di syurga, kemudian untuk menebus dosa
warisan ini maka Yesus Tuhan Anak diturunkan ke dunia untuk menebusnya dengan cara disalib.
Tapi, ketika Yesus hendak disalib, dia berkata, “Tuhan kenapa Engkau tinggalkan daku.”

Keanehan pertama, yaitu apabila Tuhan adalah penentu segalanya, dan pahala serta dosa pun
Tuhan pula yang menentukan, kenapa Tuhan tidak mampu menghapus dosa Adam dan
mema’afkannya tanpa mengorban-kan Anak-Nya. Keanehan lainnya adalah apabila Yesus
memang diturunkan ke dunia untuk menebus dosa manusia, kenapa ia mesti mengatakan:
“Tuhan kenapa Engkau tinggalkan daku.”

Keganjilan lainnya dapat dilihat dalam silsilah Yesus, masing-masing Injil mengemukakan
silsilah yang berbeda-beda. Di Injil Matius, bahwa Yesus adalah keturunan Salomo Putera Daud.
Tapi di Injil Lukas disebutkan bahwa Yesus adalah keturunan Natan Putera Daud. Bahkan dalam
satu Injil banyak dijumpai pertentangan yang mustahil untuk dikumpulkan. Seperti dalam Injil
Matius disebutkan bahwa Yesus memiliki setidak-tidaknya tiga predikat, yaitu: Anak Manusia,
Hamba Allah dan Anak Allah. Dalam Injil Markus disebutkan setidak-tidaknya empat predikat
bagi Yesus, yaitu: Anak Allah, Anak Manusia, Tuhan, dan Raja Yahudi. Dalam Injil Lukas
disebutkan setidak-tidaknya tiga predikat: Keturunan Manusia, Anak Allah dan Raja Yahudi.
Dalam Injil Yohanes disebutkan setidak-tidaknya dua predikat: Manusia biasa dan Anak Tunggal
Allah (Anonim, 2013).

2.2 Konsep Tuhan dalam Agama Hindu


Agama Hindu mempunyai konsepsi ketuhanan yang bersifat polytheistis yang dimanifestikan
dalam jumlah dewa-dewa yang di sebutkan dalam kitab-kitab wedha sebanyak 32 dewa yang
mempunyai fungsi masing-masing. Dewa-dewa tersebut dipandang sebagai tokoh simbolis dari
satu dewa pokok yaitu Brahma.
Dalam kitab suci Hindu, sifat-sifat Tuhan dilukiskan sebagai Ynag Maha Mengetahui dan
Maha Kuasa. Dia merupakan perwujudan keadilan, kasih saying dan keindahan. Dalam
kenyataannya, Dia merupakan perwujudan dari segala Kwalitas terberkati yang senantiasa dapat
dipahami manusia. Dia senantiasa siap mencurahkan anugerah, kasih dan berkah-Nya pada
ciptaan-Nya (Purnami, 2012).
Swāmī Harshānanda (2000) dalam bukunya yang berjudul Deva-Devi Hindu menyatakan
bahwa konsep Tuhan Hindu memiliki dua gambaran khas, yaitu tergantung pada kebutuhan dan
selera pemuja-Nya. Dia dapat dilihat dalam suatu wujud yang mereka sukai untuk pemujaan dan
menanggapinya melalui wujud tersebut. Dia juga dapat menjelmakan Diri-Nya di antara mahluk
manusia untuk membimbingnya menuju kerajaan Kedewataan-Nya. Dan penjelmaan ini
merupakan suatu proses berlanjut yang mengambil tempat dimanapun dan kapanpun yang
dianggap-Nya perlu.
            Kemudian ada aspek Tuhan lainnya sebagai Yang Mutlak, yang biasanya disebut sebagai
“Brahman”; yang berarti besar tak terbatas. Dia adalah Ketakterbatasan itu sendiri. Namun, Dia
juga bersifat immanent pada segala yang tercipta. Dengan demikian tidak seperti segala yang kita
kenal bahwa Dia menentang segala uraian tentang-Nya. Telah dinyatakan bahwa jalan satu-
satunya untuk dapat menyatakan-Nya adalah dengan cara negative: Bukan ini! Bukan ini!
Untuk pertama kali difinisi tentang  Tuhan dijumpai dalam kitab Brahma Sūtra I.1.2
(Pudja, 1999), lengkapnya berbunyi demikian :
Janmādyasya yatah.2.
                                                         Artinya :
(Brahman adalah yang maha tahu dan penyebab yang mahakuasa) dari mana munculnya asal
mula dan lain-lain, (yaitu pemeliharaan dan peleburan) dari (dunia ini).
            Kitab Brahma Sūtra  merupakan sistematisasi dari pemikiran kitab-kitab Upanisad.
Dalam Brahma Sūtra ditemukan nama-nama aliran pemikiran Vedānta. Bādarāyana, yang
dianggap sebagai penyusun Brahma Sūtra atau Vedānta Sūtra, bukanlah satu-satunya orang yang
mencoba men-sistematisir gagasan filsafat yang terdapat dalam Upanisad, walaupun mungkin
merupakan karya yang terakhir dan terbaik. Semua sekte di India sekarang ini menganggap karya
beliau sebagai otoritas utama dan setiap sekte baru pastilah mulai dengan memberikan ulasan
baru pada Brahma Sūtra ini – dan rasanya tak akan ada sekte yang dapat didirikan tanpa berbuat
demikian (Vireśvarānanda, 2002).
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan
tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa
Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran
manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain: Brahman (asal
muasal dari alam semestea dan segala isinya), Purushottama atau Maha Purusha, Iswara (dalam
Weda), Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa), Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar
Purwabhumi Kemulan), Dhata (yang memegang atau menampilkan segala sesuatu), Abjayoni
(yang lahir dari bunga teratai), Druhina (yang membunuh raksasa), Viranci (yang menciptakan),
Kamalasana (yang duduk di atas bunga teratai), Srsta (yang menciptakan), Prajapati (raja dari
semua makhluk/masyarakat), Vedha (ia yang menciptakan), Vidhata (yang menjadikan segala
sesuatu), Visvasrt (Ia yang menciptakan dunia), Vidhi (yang menciptakan atau yang menentukan
atau yang mengadili) (Anonim, 2008).

2 .3 Konsep Tuhan dalam Agama Buddha


Agama Budha menekankan Pragamatis, yaitu mengutamakan tindakan-tindakan cepat
dan tepat yang lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup seseorang yang tengah gawat
dan bukan hal-hal lainnya yang kurang praktis, berbelit-belit, bertele-tele dan kurang penting.
Buddha tidak pernah menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam
semesta karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati
(Anonim, 2008).
Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama samawi
dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali
ke surga ciptaan Tuhan yang kekal (Anonim, 2012), tetapi konsep didalam agama Buddha
bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari tuhan, melainkan
karena hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir dari hidup
manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati
dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk  mencapai itu
pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa-dewi yang dapat
membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai.
Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak
mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta
dalam usaha mencapai pencerahan, sang Buddha Gautama  adalah pembimbing atau guru yang
menunjukkan jalan menuju nirwana ) serta selama hidupnya Buddha Gautama tidak pernah
mengajarkan cara-cara menyembah kepada Tuhan maupun konsepsi ketuhanan meskipun dalam
wejangannya kadang-kadang menyebut Tuhan, ia lebih banyak menekankan pada ajaran hidup
suci, sehingga banyak para ahli sejarah agama dan sarjana teologi Islam mengatakan agama
Buddha sebagai ajaran moral belaka.jika diperhatikan dalam perkataan atau khotbah-khotbah
Buddha Gautama dan soal jawabnya dengan kelima temannya di Benares, ia tidak percaya
kepada Tuhan-Tuhan yang banyak, dewa-dewa, dan berhala-berhala yang dipuja dan disembah
sepertihalnya dalam agama Hindu, bahkan penyembahan demikian dicela dalam ajaran  Buddha
dan oleh sang Buddha Gautama itu sendiri. Akan tetapi ketuhanan Brahma, tetap diakui oleh
Buddha Sidharta Gautama, ia tetap mengakui Brahma sebagai Tuhannya.
Dalam salah satu ucapannya Buddha Gautama pernah mengatakan: “biarkan Tuhan
menjadikan segala sesuatu, dan manusia hendaklah memelihara kesucian ciptaan Tuhan,
kesucian yang sempurna itulah dia Tuhan. Kesucian demikian harus terdapat pada tiap-tiap
manusia” dan didalam kitab Tipitaka ia juga mengatakan: “ ketahuilah para bikkhu bahwa ada
sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para
bikkhu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang
mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, yang
tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Ungkapan di atas adalah
pernyataandari sang Buddha yang terdapat dalam sutta pitaka, udana VIII : 3, yang merupakan
konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan yang Maha Esa dalam
bahasa Pali adalah Atthi Ajatan Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya : “suatu yang tidak
dilahirkan, tidak dijelma, tidak diciptakan dan yang mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang
tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya yang mutlak, yang tidak
berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan
dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Dengan membaca konsep
Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep ketuhanan dalam agama
Buddha adalah berlainan dengan konsep ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain.
2.4 Konsep Tuhan dalam Agama Islam
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. [1]
[2]
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).[3] Dia
itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah
(asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda.Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas.Di antara
99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-
rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian
yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya
dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk
apa pun.Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).[2]

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di
atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah
oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi.Namun, hal ini tidak
diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka
dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

2.4

3.2 Saran
1. Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu benda dan
selalu berduka jika mendapat rejeki.
2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang, khususnya perawat apabila
pasien mendapat musibah atau meninggal dunia

Anda mungkin juga menyukai