PENDAHULUAN
sepeda motor. Sedangkan persentase untuk jenis cedera, dengan persentase terbanyak
adalah luka lecet (exsoriasi) sebesar 70,9%. Jenis cedera terbanyak ketiga adalah luka
robek ( punctum ) sebesar 23,2%, luka sendiri terbagi menjadi 4 yaitu vulnus
laseratum, vulnus punctum, vulnus scisum, vulnus exsoriasi. Sementara untuk Cedera
kepala merupakan penyebab utama kematian akibat trauma dengan angka kejadian
hampir 50% dari total seluruh kejadian kematian akibat trauma. Distribusi kasus
cedera kepala lebih banyak terjadi pada kelompok usia produktif, yaitu antara 15-44
tahun, dan lebih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.1,2
meninggal sebelum sampai di rumah sakit, dimana 80% dari penderita yang masuk
kerumah sakit dikelompokan menjadi cedera kepala ringan, 10% cedera kepala
sedang dan 10% cedera kepala berat.Lebih dari 100.000 orang mengalami berbagai
tingkat kecacatan akibat cedera kepala setiap tahunnya di Amerika Serikat 1 Pada
tahun 2011 di rumah sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung tercatat kasus cedera
kepala mencapai 2.509 kasus dengan 74% (1.856) kasus dikelompokan menjadi
cedera kepala ringan, 17% (438) kasus cedera kepala sedang dan 9% (215) dalam
kasus cedera kepala berat.1 . Di Indonesia data epidemiologi tentang cedera kepala
hingga saat ini belum tersedia, namun salah satu data rumah sakit di Indonesia
menjelaskan bahwa kasus cedera kepala dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Data cedera kepala di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar pada tahun
2005 berjumlah 861 kasus, tahun 2006 berjumlah 817 kasus, dan tahun 2007
Laporan kasus ini membahas dan menganalisis kasus cedera kepala ringan
pengetahuan mengenai kasus cedera kepala. Hal ini disebabkan cedera kepala
Laporan kasus ini memiliki metode penulisan yang berdasarkan pada berbagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.4 suplai darah
yang melimpah di kulit kepala, laserasi kulit kepala dapat menyebabkan kehilangan
2.2.1 DEFINISI
Cedera kepala merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan, dan juga
merupakan salah satu masalah kesehatan dan sosial di berbagai negara di dunia.
Cedera kepala didefinisikan sebagai penyakit non degeneratif dan non kongenital
yang disebabkan oleh massa mekanik dari luar tubuh, cedera ini akan mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dan psikososial, yang dapat terjadi sementara atau
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
meninggal sebelum sampai di rumah sakit, dimana 80% dari penderita yang masuk
kerumah sakit dikelompokan menjadi cedera kepala ringan, 10% cedera kepala
sedang dan 10% cedera kepala berat.Lebih dari 100.000 orang mengalami berbagai
tingkat kecacatan akibat cedera kepala setiap tahunnya di Amerika Serikat. Sebuah
studi epidemiologi cedera kepala di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang pada
usia 15–24 tahun berada pada risiko tertinggi mengalami cedera kepala. Di Indonesia
data epidemiologi tentang cedera kepala hingga saat ini belum tersedia, namun salah
satu data rumah sakit di Indonesia menjelaskan bahwa kasus cedera kepala dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan. Data cedera kepala di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar pada tahun 2005 berjumlah 861 kasus, tahun 2006
2.2.3 KLASIFIKASI5
Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3
morfologinya.
Cedera otak dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul
benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan.
b. Beratnya cedera
sebagai berikut :
Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terhadi pada masa akut, yaitu
segera setelah benturan terjadi. Cedera kepala primer dapat berbentuk laserasi
dapat bersifat fokal maupun difus, dan dapat mengenai jaringan kulit sampai
otak.
a. Kerusakan fokal : kerusakan jaringan yang bersifat fokal atau terbatas pada
Cedera kepala sekunder adalah kelainan atau kerusakan yang terjadi setelah
terjadinya trauma atau benturan dan merupakan akibat dari peristiwa yang terjadi
pada kerusakan primer. Kelainan dapat muncul segera atau beberapa hari kemudian,
dan dapat bersifat intracranial ataupun sistemik. Kelainan yang terjadi antara lain:5
b. edema serebral
e. Infeksi
f. Hidrosefalus
iskemia. TIK Normal kira-kira sebesar 10 mmHg, TIK lebih tinggi dari 20mmHg.
intracranial harus selalu konstan karena rongga intracranial adalah rongga yang kaku
dan tidak mungkin mekar. Dalam keadaan normal, volume intracranial terdiri atas
volume vena, arteri , jaringan otak dan cairan serebrospinal. Bila terjadi cedera
kepala, dapat terbentuk massa intracranial baru seperti perdarahan yang menambah
tekanan intracranial. Darah didalam vena dan CSS dapat dikeluarkan untuk
mempertahankan tekanan intracranial tetap normal. Mekanisme kompensasi berupa
pengeluaran darah didalam vena dan pengurangan volume CSS, memiliki batas
secara langsung, bila tidak berhasil dapat dilakukan infiltrasi lidokain dan epinefrin
secara lokal yang diikuti dengan pemasangan klem dan ligasi pembuluh darah.
Bekuan darah dan debris harus dibersihkan dengan baik sebelum luka ditutup. Pada
luka perlu diperhatikan dasar luka, ada tidaknya fraktur serta ada tidaknya kebocoran
cairan serebrospinal. Jika dasar luka adalah tulang dan intak, luka cukup dibersihkan
dengan irigasi menggunakan cairan normo saline, dilakukan debridement dan luka
- EPIDURAL HEMATOMA
Akumulasi darah antara tulang kepala dan duramater yang terjadi akibat
separasi tulang dan duramater sehingga merobekan pada pembuluh darah yang
- INTRAKRANIAL HEMATOMA
Gambar 2.3 ICH7
Perdarahan pada parenkim otak dengan ukuran lebih dari 2 cm, sedangkan
oleh rupture pembuluh darah pada saat terjadi trauma. Pada area perdarahan akan
2.7 Diagnosis8
Diagnosis ditegakkan melalui secondary survey, yang hanyak dilakukan jika
primary survey selesai dan kegawatdaruratan yang mengancam jiwa telah diatasi.
Diagnosis dilakukan :
a. Anamnesis
tersebut:
antiplatelet,dll)
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Neurologi
klasifikasi berat ringannya cedera yang terjadi, jenis tindakan dan prognosis.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi tanda vital dan sistim organ.
cedera tidak terlalu berat. Selain penilaian GCS, perlu dilakukan pemeriksaan
lebih dalam yaitu pemeriksaan fungsi batang otak, saraf kranial, fungsi
kranial.
3. Pemeriksaan radiologi yang paling sering dan mudah untuk dilakukan yaitu
fraktur tulang tengkorak. Foto rontgen kepala harus dilakukan dalam dua
terbuka atau depress fartur kepala, adanya tanda (raccoon eyes, otorrhea atau
tertabrak motor, pekerja yang terlempar dari kendaraan bermotor, jatuh dari
Prinsip penanganan awal cedera kepala sedang dan berat mencakup primary
Berikut ini ada beberapa algoritma cedera kepala berdasarkan GCS. Tujuan utama
dari protokol perawatan intensif adalah untuk mencegah kerusakan sekunder pada
otak yang sudah terluka. Prinsip dasar pengobatan TBI adalah, jika jaringan saraf
yang terluka diberikan kondisi optimal untuk pulih, jaringan saraf tersebut dapat
kembali berfungsi normal. Terapi medis untuk cedera otak termasuk cairan intravena,
Cedera kepala yang tidak mendapat tatalaksana yang tepat atau ditatalaksana
2. Edema serebri
5. Infeksi
7. Hidrosefalus
2.8 PROGNOSIS 8
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Alamat :-
Pekerjaan :-
a. Objective
- Penurunan kesadaran GCS 12 (E3V4M5)
- Gurgling (-), snoring (-)
b. Assesment
-
c. Action
- Pasang pulse oxymetri
- Cervical control
d. Evaluasi:
- Saturasi oksigen 98%
a. Objective
- Inspeksi : jejas didada (-), gerakan dinding dada simetris, retraksi
interkostal (-), deviasi trakea (-)
- Palpasi : Krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesicular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- RR : 22x/m
b. Assesment : Breathing clear
c. Action : Berikan Oksigen 5-6 L/m
d. Evaluasi :
- Saturasi oksigen 98%
Keluhan Utama:
Mekanisme trauma:
tinggi Pasien terjatuh dari kursi motor saat terjadi kecelakaan antara mobil dan
motor. Kemudian terjatuh kearah sisi kiri motor dan kepala pasien mengenai aspal
jalan. Pasien lalu tidak sadarkan diri setelah terjadi kecelakaan. Muntah (-), keluar
darah dari hidung, mulut (-), Luka robek pada telinga kiri (+), Kejang (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
AMPLE
Alergi : tidak terdapat riwayat alergi makanan dan obat-obatan pada pasien
Status generalis :
Inspeksi :
- Hematome (-)
Palpasi :
DIAGNOSIS KERJA
- Cedera kepala ringan
- Vulnus laseratum auricular sinistra
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratorium: Darah rutin
- CT Scan Kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium ( 24/8/2020)
Darah Rutin
• Hb : 13,0 g/dl
• Leukosit : 12.800 uL
• Ht : 39%
• Trombosit : 154.000 uL
• Eritrosit : 4,7 jt/mm2
Pemeriksaan Radiologi
CT Scan Kepala ( 25/8/2020)
Kesan : Normal
DIAGNOSIS AKHIR
Cedera kepala ringan + vulnus laseratum auricular sinistra
PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi
• Bed rest – observasi GCS
• Oksigen 5-6 L/m
• IVFD 30tpm RL
Farmakologi
- Inj. Ceftriaxon 1 Amp / 12 jam
- inj. Ketorolac 1 amp /12 jam
- inj. Omeperazole 1 vicl/12 jam
- konsul spesialis bedah saraf
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis dengan cedera kepala ringan dengan vulnus laseratum
penunjang. Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis bahwa pasien mengalami
kecelakaan, pasien terjatuh dari motor akibat ditabrak mobil. Pasien jatuh kesisi kiri
motor dan kepala pasien mengenai aspal jalan. Pasien tidak sadar selama kurang lebih
10 menit dan tidak terdapat kelainan neurologis. pasien tidak sadarkan diri hal ini
disebabkan akibat batang otak mengalami akselerasi yaitu gerakan cepat dan
mendadak kemudian teregang dan terjadi blockade reversible. Dari blockade tersebut
otak mendapat input aferen sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran. Pada juga
pasien tidak ditemukan mual maupun muntah ini menandakan pasien tidak terjadi
peningkatan intracranial.
terjadi cedera kepala diperlukan pemeriksaan yang baik, pemeriksaan mini neurologis
dan status lokalis dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Dalam mini
tersebut dapat dinilai tingkat cedera yang terjadi pada pasien, pada GCS dapat kita
nilai mengenai Eye, Verbal, dan Motorik dengan demikian, kita dapat menilai tingkat
cedera kepala yang terjadi, apakah dalam keadaan cedera kepala ringan, cedera
Pemeriksaan mini neurologis diruangan pada pasien ini didapatkan hasil, Eye
dengan skore 4 dimana pasien berbicara spontan, Verbal 5 dimana pasien dapat
berorientasi baik dan didapatkan motorik dengan nilai 6 dimana pasien dapat
sebagai cedera kepala ringan. Pasien juga tidak ada mual dan muntah hal ini
namum pada pemeriksaan temperature tubuh 36,8 derajat celcius, pasien tidak
hasil normal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cedera kepala merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di
berbagai negara didunia. Cedera kepala diklasifikasikan sebagai cedera kepala ringan,
sedang dan berat. Penilai cedera kepala berdasarkan penilaian Glasgow Coma Scale
(GCS). Klasifikasi cedera kepala lainnya juga dapat dinilai berdasarkan morfologi
merupakan hal yang terpenting yang menentukan prognosis pada pasien. Tatalaksana
dimulai dari tahap pra-rumah sakit dan tindakan di gawat darurat. Penatalaksanaan
yang cepat dan tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi yang fatal dan mencegah
kecacatan pada pasien dengan cedera kepala. Tatalaksana yang dilakukan pada pasien
Status lokalis
-Luka jahit pada auricula dan
retroauricula (+)
-Rubor (+)
-Kalor (+)
-Dolor (+)
-Fungsio laesa (-)
-Darah(-)
-Nanah (-)
Status lokalis
-post debridement pada auricula
dan retroauricula (+)
-Rubor (+)
-Kalor (+)
-Dolor (+)
-Fungsio laesa (-)
-Darah(-)
-Nanah (-)