Anda di halaman 1dari 16

JURNAL GANTANG Vol. II, No.

1, Maret 2017
p-ISSN. 2503-0671, e-ISSN. 2548-5547
Tersedia Online di: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index

PENGEMBANGAN SOAL
MATEMATIKA MODEL PISA PADA
KONTEN QUANTITY UNTUK
MENGUKUR KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
Febrina Bidasari
febrinabidasari@gmail.com
Program Studi Pendidikan Matematika
STKIP Muhammadiyah Pagaralam
2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan soal-soal model PISA pada konten quantity
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP yang valid dan
praktis, (2) mengetahui efek potensial soal-soal model PISA pada quantity terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP. Metode Penelitian ini merupakan
metode penelitian pengembangan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.2 SMP
Negeri 17 Palembang sebanyak 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah walk through dan tes. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini telah menghasilkan (1) suatu produk soal matematika model PISA konten
quantity sejumlah 12 soal berbentuk soal uraian non objektif dan dilengkapi dengan kisi-
kisi, dan kartu soal. (2) prototype soal matematika model PISA konten quantity yang
dikembangkan mempunyai efek potensial terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dimana skor rata-rata siswa mencapai 54,64 yang dikategorikan baik.
Kata Kunci: penelitian pengembangan, soal-soal PISA konten quantity

Abstract
This study aims to: (1) produce valid and practical PISA based problems on quantity content
to examine Junior High School students’ problem solving skill; (2) recognize the potential
effect of those problems to students’ problem solving skill. Research and development was
the method of the study. There were 36 ninth graders of SMP Negeri 17 Palembang as the
subject of the study. Walk through and test were two ways conducted to obtain data. The
result showed (1) PISA based problem on quantity content were already constructed
followed by its blueprint, and question cards; (2) the prototype had potential effect towards
students’ problem solving skill which scored 54.64 and categorized good.
Keywords: research and development, PISA based problems on quantity content

63
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

I. Pendahuluan penggeneralisasian, komunikasi matematik, dan


Menurut Departemen Pendidikan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik.
Nasional (Depdiknas), salah satu tujuan Kemampuan bersaing siswa-siswa
pembelajaran matematika yaitu memecahkan Indonesia sampai sekarang sangat rendah
masalah yang meliputi kemampuan memahami dibanding dengan siswa negara lain. Meskipun
masalah, merancang model matematika, tak sedikit siswa kita memenangi ajang
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi bergengsi adu keterampilan di olimpiade
yang diperoleh. Kemampuan pemecahan matematika dan sains yang siswanya
masalah ini dirasakan sangat penting sebab dipersiapkan khusus. Tapi secara umum
hampir di semua Standar Kompetensi dan kemampuan siswa Indonesia sangat
Kompetensi Dasar dijumpai. memprihatinkan, berdasarkan hasil tes
Dengan memperhatikan tujuan berstandar internasional (International
pembelajaran matematika tersebut, seperti yang Standarized Test), yaitu Trends in International
terdapat dalam National Council of Teachers of Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Mathematics (NCTM) (2000) maka Programme for International Student
pembelajaran matematika difokuskan pada Assesment (PISA).
kecakapan sebagai berikut: Rendahnya skor matematika salah satu
1. Kemampuan menggunakan konsep dan disebabkan faktor evaluasi atau soal yang
ketrampilan matematis untuk memecahkan diberikan di Indonesia hanya terbiasa di level
masalah (problem solving) rendah. Menurut taksonomi Bloom pembagian
2. Menyampaikan ide/gagasan ranah kognitif diklasifikasikan menjadi enam
(communication) tingkatan, yaitu: mengingat (C1), memahami
3. Memberikan alasan induktif maupun (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4),
deduktif untuk membuat, mempertahankan, mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6)
dan mengevaluasi argumen (reasoning) (Krathwohl, 2002). Di sekolah Indonesia, siswa
4. Menggunakan pendekatan, keterampilan, hanya terbiasa memberikan soal pada level C1,
alat, dan konsep untuk mendeskripsikan dan C2, dan sebagian C3, sedangkan soal tes
menganalisis data (representation) berstandar internasional PISA tidak hanya soal
5. Membuat pengaitan antar ide matematik, yang mengukur kemampuan menyelesaikan
membuat model, dan mengevaluasi struktur soal biasa, tetapi disini akan dilihat kemampuan
matematika (connection) siswa dalam memecahkan masalah, mulai dari
Lima elemen ini dikenal dengan menganalisisnya, memformulasikannya, dan
“standar proses daya matematika” atau NCTM mengkomunikasikan gagasannya kepada orang
menyebutnya dengan istilah mathematical power lain. Dari skala kecakapan enam level PISA
process standards. lebih dari 50% siswa Indonesia tidak mencapai
Kemampuan pemecahan masalah level terendah, dan kemampuan pemecahan
merupakan bagian kurikulum dari matematika masalahnya merupakan terendah dari negara
yang sangat penting karena dalam proses yang mengikuti.
pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa Gambaran yang tampak dalam bidang
dimungkinkan memperoleh pengalaman pendidikan selama ini, pembelajaran lebih
menggunakan pengetahuan serta keterampilan menekankan pada hafalan dan mencari satu
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada jawaban yang benar untuk soal-soal yang
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. diberikan, proses pemikiran tinggi termasuk
Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif jarang dilatihkan. Buku
matematik penting seperti penerapan aturan pada pelajaran yang dipakai siswa kalau dikaji secara
masalah tidak rutin, penemuan pola, jujur, semua soal yang dimuatnya kebanyakan
64
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

hanya meliputi tugas tugas yang harus mencari Dari hasil penelaahan peneliti terdapat
satu jawaban yang benar (konvergen). soal-soal tentang bilangan yang terdapat dalam
Kemampuan berpikir divergen, yaitu menjajaki buku paket matematika pada beberapa penerbit
berbagai kemungkinan jawaban atas suatu sangat penuh dengan perhitungan. Belum ada
masalah jarang diukur. Dengan demikian soal yang menuntut siswa untuk mampu
kemampuan intelektual anak untuk berkembang memecahkan masalah dalam menyelesaikan
secara utuh diabaikan. soal. Berbeda dengan soal PISA yang sangat
Padahal, Pemerintah dalam menuntut kemampuan siswa dalam
Permendiknas No 19 (2006), telah menghubungkan permasalahan yang sedang
mengisyaratkan bahwa pembelajaran mereka hadapi dengan materi yang telah
matematika dengan hanya memberikan soal- mereka pelajari di sekolah.
soal konvergen menyebabkan proses Berdasarkan hasil studi PISA tampak
pembenaran pembelajaran yang aktif dan bahwa untuk masalah matematika yang
kreatif ditelantarkan, dan dalam satu pilar menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi,
belajar disebutkan bahwa belajar itu untuk siswa Indonesia jauh di bawah rata-rata
membangun dan menemukan jati diri, internasional, bahkan bila dibandingkan dengan
dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang Malaysia, Singapura, Thailand. Kemampuan
aktif, kreatif, dan menyenangkan. pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis
Untuk menanggulangi hal tersebut, dan kreatif siswa di Indonesia masih rendah,
didalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sehingga siswa lemah dalam menyelesaikan
(KTSP) yang berlaku sekarang, fokus dalam soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan
pembelajaran matematika hendaknya membuktikan, menalar, menggeneralisasi,
pendekatan pemecahan masalah. Masalah membuat konjektur, dan menentukan hubungan
tersebut mencakup masalah tertutup dengan antara fakta-fakta yang diberikan. Soal PISA
solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi dikembangkan berdasarkan 4 konten, keempat
tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai konten tersebut meliputi: shape and space,
cara penyelesaian. change and relationship, quantity, dan
Dari uraian di atas jelas bahwa uncertainty.
pemecahan masalah adalah sangat penting di Soal-soal PISA sangat menuntut
dalam pembelajaran matematika, khususnya kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
masalah bilangan. Dalam keseluruhan materi Seorang siswa dikatakan mampu
matematika SMP yang terdapat dalam menyelesaikan masalah apabila ia dapat
kurikulum termasuk materi bilangan. Dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
penilaian PISA materi bilangan ini termasuk sebelumnya kedalam situasi yang belum
dalam satu konten dalam PISA yaitu quantity. dikenal (Wardhani, 2005). Di dalam soal-soal
Soal pada konten quantity berkaitan dengan PISA terdapat delapan ciri kemampuan kognitif
hubungan dan pola bilangan, antara lain matematika yaitu thinking and reasoning,
kemampuan untuk memahami ukuran, pola argumentation, communication, modelling,
bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan problem posing and solving, representation,
dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, using symbolic, formal, and technical language
seperti menghitung dan mengukur benda and operations, and use of aids and tools.
tertentu. Soal-soal pada konten quantity paling Penelitian pengembangan soal PISA
banyak diimplementasikan dalam kehidupan pernah dilakukan Devi (2011) mengenai
sehari-hari, seperti menghitung pajak, pengembangan soal matematika model PISA
mengukur waktu, jarak dan lain-lain. Terlihat untuk mengukur kemampuan komunikasi
jelas bahwa soal-soal pada konten quantity matematis siswa SD. Namun penelitian ini
penting untuk dikembangkan karena berkaitan belum membahas pengembangan soal PISA
langsung dengan kehidupan sehari-hari. pada konten quantity untuk siswa SMP.
65
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

1. Programme for International Student 2. Karakteristik Studi PISA


Assessment (PISA) PISA mengukur kemampuan peserta
PISA adalah studi tentang program didik pada akhir usia wajib belajar untuk
penilaian siswa tingkat internasional yang mengetahui kesiapan peserta didik menghadapi
diselenggarakan oleh organisation for Economic tantangan masyarakat pengetahuan dewasa ini.
Cooperation and Development (OECD) atau Penilaian PISA dibedakan dari
organisasi untuk kerjasama ekonomi dan penilaian lainnya yaitu:
pembangunan. PISA bertujuan untuk menilai a) PISA berorientasi pada kebijakan desain
sejauh mana siswa yang duduk di akhir tahun dan metode penilaian dan pelaporan
pendidikan dasar (siswa berusia 15 tahun) telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-
menguasai pengetahuan dan keterampilan yang masing negara peserta PISA.
penting untuk berpartisipasi sebagai warga b) PISA menggunakan pendekatan literasi
negara atau anggota masyarakat yang inovatif
membangun dan bertanggung jawab. Hal-hal c) Konsep belajar dalam PISA berhubungan
yang dinilai dalam studi PISA meliputi literasi dengan konsep belajar sepanjang hayat.
matematika, literasi membaca, dan literasi sains. d) Pelaksanaan PISA teratur dalam rentang
Pada tahun 2012 akan ditambahkan satu mata waktu tertentu yang memungkinkan negara-
ujian lagi berupa literasi keuangan (Wardhani, negara peserta untuk memonitor kemajuan
2011). mereka sesuai dengan tujuan belajar yang
Indonesia telah berpartisipasi sejak PISA diterapkan.
pertama di tahun 2000, namun hasil yang dicapai e) Cakupan pelaksanaan dalam PISA sangat
siswa Indonesia masih jauh dari memuaskan. luas (Hayat & Yusuf, 2010:199).
Siswa Indonesia menempati ranking 39 dari 41 3. Level Kemampuan Pemecahan Masalah
negara dalam PISA Matematika tahun 2000. dalam PISA
Pada PISA 2003 siswa Indonesia menduduki Selanjutnya PISA juga merumuskan
ranking 38 dari 40 negara. Pada PISA 2006 dan secara jelas tingkat kemampuan pemecahan
PISA 2009, secara berturut-turut siswa Indonesia masalah yang terbagi dalam tiga level yaitu:
pada posisi 50 dari 57 negara dan 61 dari 65 (OECD, 2004)
negara. Level 1: Pemecahan masalah yang dasar
Tujuan dari studi PISA adalah untuk Kompetensi pemecahan masalah adalah
menguji dan membandingkan prestasi anak-anak siswa mampu menyelesaikan masalah yang
sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk berhubungan dengan data dari suatu sumber dan
meningkatkan metode-metode pendidikan dan informasinya terdefinisi dengan jelas; siswa
hasil-hasilnya. Di dalam Undang-Undang Sistem memahami sifat-sifat dari masalah tersebut
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 serta menempatkan dan menemukan informasi
dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan yang berhubungan dengan masalah tersebut;
yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan siswa pada level 1 ini juga mampu mengubah
membentuk watak serta peradapan bangsa yang informasi yang ada dalam masalah tersebut dan
bermartabat dalam rangka mencerdaskan menampilkannya dengan cara yang berbeda.
kehidupan bangsa, sedangkan tujuannya adalah Misalnya mengambil informasi dari tabel yang
mengembangkan potensi peserta didik agar selanjutnya menampilkan dalam bentuk gambar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa atau grafik; diharapkan juga siswa dapat
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menerapkan informasi untuk memeriksa
sehat, berilmu, cakap, mandiri, kreatif, dan keterbatasan dari kondisi yang didefinisikan
menjadi warga negara yang demokratis serta dengan baik dalam masalah; namun, siswa pada
tanggung jawab. level ini biasanya tidak secara langsung berhasil
66
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

mengatasi masalah yang melibatkan data lebih Ketiga level pemecahan masalah
dari satu sumber atau menuntun mereka untuk tersebut untuk selanjutnya diramu dan berbaur
memberikan alasan berdasarkan informasi yang dalam soal-soal PISA yang disajikan dalam
diberikan enam level kemampuan matematika secara
Level 2: Pemecahan masalah yang menentukan umum. PISA sebagai studi/program
keputusan dan bernalar Internasional juga mengukur kemampuan
Kompetensi Pemecahan Masalah memecahkan masalah sehingga memudahkan
adalah kemampuan pemecahan masalah siswa, penilaian terhadap kemampuan-kemampuan
proses penalaran dan analitik serta penyelesaian pemecahan masalah pada setiap level PISA.
masalah yang membutuhkan keterampilan Adapun menspesifikasikan kemampuan-
membuat keputusan; siswa dapat menerapkan kemampuan pemecahan masalah pada setiap
berbagai jenis penalaran untuk menganalisis level soal yang diujikan dalam PISA
situasi dan menyelesaikan masalah yang sebagaimana yang dikutip dalam (Econtentplus,
membutuhkan untuk membuat keputusan 2009) sebagai berikut:
diantara beberapa alternatif; untuk menganalisis a. Soal Level 1
sebuah sistem atau membuat keputusan, siswa Menyelesaikan permasalahan yang jelas dan
menggabungkan dan mensintesis informasi dari langsung
berbagai sumber; siswa mampu b. Soal Level 2
menggabungkan berbagai bentuk representasi Menarik kesimpulan secara langsung
(misalnya bahasa yang formal, informasi yang c. Soal Level 3
ada pada grafik), menangani representasi yang Menggunakan strategi pemecahan masalah
tidak biasa (misalnya menyatakan dalam bahasa yang sederhana
pemograman atau diagram alir terkait dengan d. Soal Level 4
susunan struktur atau mekanis komponen) dan Mampu bekerja dengan batasan-batasan dan
menarik kesimpulan berdasarkan dua atau lebih asumsi-asumsi
sumber informasi e. Soal Level 5
Level 3: Pemecahan masalah yang komunikatif Memilih, membandingkan, dan
dan cemerlang mengevaluasi strategi pemecahan masalah
Kompetensi pemecahan masalah adalah yang sesuai
Siswa mampu melakukan pendekatan secara f. Soal Level 6
sistematis, membangun representasi mereka Siswa dapat menyelidiki dan memodelkan
sendiri yang digunakan untuk membantu permasalahan pada situasi kompleks.
mereka dalam menyelesaikan permasalahan;
II. Metode Penelitian
siswa mampu membuktikan bahwa solusi yang
Subjek penelitian adalah siswa kelas IX
mereka berikan memenuhi/sesuai dengan yang
SMP Negeri 17 Palembang.
diharapkan oleh soal; siswa
Metode Penelitian
mengkomunikasikan solusi mereka
1. Prosedur Penelitian
menggunakan pernyataan tertulis yang akurat
1) Preliminary
dan menggunakan representasi-representasi
i. Persiapan
yang lain; siswa cenderung mempertimbangkan
Tahap analisis ini merupakan
dan menangani sejumlah besar kondisi seperti
langkah awal penelitian pengembangan.
memperhitungkan batasan yang bersifat
Tahap ini dilakukan analisis terhadap
sementara, dan batasan lainnya; masalah yang
kompetensi dasar soal yang
diberikan pada level ini bersifat komplek yang
dikembangkan, analisis terhadap peserta
menuntun dan mengharuskan siswa mengatur
didik serta mengobservasi kondisi kelas
pekerjaan mereka dan mengembangkan
dan sekolah yang dijadikan sebagai
penyelesaian yang unik
tempat penelitian, mengadakan

67
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

persiapan-persiapan lainnya seperti triangulasi yaitu teknik validasi data


mengatur jadwal penelitian dan prosedur yang memanfaatkan sesuatu yang lain
kerjasama dengan guru kelas. diluar pakar dan sejawat, untuk
ii. Pendesainan keperluan pengecekan dan sebagai
Pada tahap ini peniliti pembanding yang menjadi dasar untuk
mendesain perangkat tes, meliputi merevisi instrumen.
pendesainan kisi-kisi dan soal-soal PISA iii. One-to-one
konten quantity. Desain instrumen Pada tahap One-to-One ini
penilaian yang meliputi membuat kisi- peneliti mengambil 3 orang siswa
kisi, penulisan indikator, penulisan sebagai tester. Hasil jawaban dan
instrumen dengan didasarkan pada komentar siswa digunakan untuk
kriteria soal-soal PISA. Desain produk merevisi desain soal-soal model PISA
ini sebagai prototype 1. Prototype 1 ini yang telah dibuat peneliti. Apabila
fokus pada tiga karakteristik yaitu perangkat soal masih dianggap belum
konten, konstruk, dan bahasa. valid maka harus diteliti kembali. Hasil
revisi prototype I dinamakan dengan
prototype II. Setelah uji coba One-to-
One, dilaksanakan uji validasi dan
perhitungan reliabilitas terhadap soal,
yang diujikan kepada siswa non subjek
penelitian
iv. Small Group (Kelompok Kecil)
Pada tahap ini dilakukan ujicoba
dengan menggunakan prototype II, yaitu
prototype yang telah direvisi atau
diperbaiki melalui saran komentar pakar
2) Tahap Formatif Evaluation dan tester. Prototype II ini diberikan
i. Self Evaluation pada kelompok kecil non subjek
Pada tahap ini dilakukan penelitian yang beranggotakan 6 orang
penilaian oleh diri sendiri terhadap hasil siswa kelas IX SMP untuk
desain soal-soal model PISA pada menyelesaikan soal-soal yang telah
konten quantity yang dibuat oleh didesain. Siswa-siswa tersebut memiliki
peneliti. karakteristik yang akan dijadikan
ii. Expert Reviews sasaran penelitian. Selanjutnya mereka
Pada tahap ini desain soal yang diminta untuk memberikan tanggapan
dibuat oleh peneliti dikonsultasikan terhadap soal-soal model PISA yang
kepada pakar untuk divalidasi yang diujikan.
meliputi validitas konten, validitas Berdasarkan hasil tes dan
konstruk, dan validitas bahasa. Saran tanggapan siswa inilah soal direvisi dan
dan komentar dari validator ini dijadikan diperbaiki lagi. Pada tahap ini juga
sebagai masukan untuk memperbaiki dievaluasi tampilan dan penggunaan soal
desain yang telah dibuat. Tahap ini juga guna melihat tanggapan, penilaian, dan
dinamakan sebagai uji validasi. Uji kepraktisan soal-soal tersebut dan
validasi dengan memfokuskan kepada hasilnya sebagai masukan untuk
tiga krakakteristik (konten, konstruk, merevisi desain soal ke tahap
dan bahasa) dikenal dengan teknik
68
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

berikutnya. Tahap berikutnya disebut  Peneliti memberikan desain prototype


prototype III. yang telah dikembangkan,
v. Field Test  Pakar atau ahli mengevaluasi semua
Saran-saran serta hasil uji coba materi dan memberikan saran dan
pada prototype II dijadikan dasar untuk komentarnya terhadap prototype yang
merevisi desain prototype II. Hasil revisi diberikan peneliti,
disebut prototype III, diujicobakan ke  Peneliti melakukan perbaikan terhadap
subjek penelitian (field test), yaitu siswa prototype, dengan mempertimbangkan
SMP Negeri 17 Palembang kelas IX saran dan komentar dari pakar.
yang menjadi subjek penelitian. Berikut dijelaskan jumlah pakar, waktu,
Produk yang telah diujicobakan fokus serta metode dan prosedur yang digunakan
pada field test haruslah yang telah serta lembar validasi yang akan diisi oleh
memenuhi kriteria kualitas. Akker validator sesuai dengan hasil evaluasi mereka
(1992:126) mengemukakan bahwa tiga terhadap isi, konstruk dan bahasa.
kriteria kualitas adalah: validitas (dari
pakar, teman sejawat, dan guru
matematika), kepraktisan
(penggunaannya mudah dan dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa),
dan efektifitas (bagaimana kemampuan
pemecahan masalah siswa pada soal
model PISA pada konten quantity.
2. Teknik dan Istrumen Pengumpulan data
Sesuai dengan jenis data yang ingin
diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen
yang digunakan adalah soal-soal matematika
model PISA dan dokumen hasil jawaban siswa
dalam menyelesaikan soal matematika model
PISA pada konten quantity untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika b) Data hasil one-to-one
siswa sekolah Menengah Pertama. Teknik Data dari hasil one-to-one diperoleh
pengumpulan data yang digunakan dalam dengan memberikan soal tersebut kepada
penelitian ini adalah: satu orang tester, kemudian hasil jawaban
a) Data dari Expert Review (Uji Pakar) dan komentarnya dijadikan dasar untuk
Teknik yang digunakan adalah Walk memperbaiki prototype. Adapun beberapa
through yaitu suatu kegiatan pengumpulan hal yang harus dikomentari tester yaitu
data dengan cara mencatat masukan berupa mengenai kejelasan soal, pemahamnnya
saran, pada saat pakar melakukan uji terhadap soal, dan kesulitannya dalam
validitas terhadap instrumen yang kita memahami soal, serta gambar-gambar pada
kembangkan. Pakar melakukan uji validitas soal apakah dapat membantu dalam
soal yang meliputi isi (content), konstruk, memahami soal. Analisis yang dilakukan
dan bahasa terhadap instrumen yang terhadap komentar/saran dan lembar
dikembangkan. Dari hasil kegiatan ini jawaban siswa kelas IX SMP yang terdiri
diperoleh masukan dan saran yang dari tiga orang siswa dengan kemampuan
digunakan untuk memperbaiki instrumen matematika tinggi, sedang, dan rendah.
yang dikembangkan. Prosedur yang Analisis dokumen pada one-to-one untuk
digunakan anatara lain:
69
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

melihat kepraktisan soal-soal matematika Analisis data tes soal-soal


model PISA konten quantity yang dibuat matematika model PISA pada konten
oleh peneliti. Hasil setelah uji coba One-to- quantity digunakan untuk mengukur
One, dilaksanakan uji validasi dan kemampuan pemecahan masalah matematika
perhitungan reliabilitas terhadap soal, yang siswa Sekolah Menengah Pertama dan efek
diujikan kepada siswa non subjek penelitian. potensial soal matematika model PISA pada
c) Data hasil small group konten quantity terhadap kemampuan
Data small group didapat dari hasil pemecahan masalah siswa.
pekerjaan siswa, dimana soal diujicobakan Untuk mengukur kemampuan
kepada 6 orang siswa diluar subjek pemecahan masalah matematika siswa
penelitian. Analisis dilakukan terhadap Sekolah Menengah Pertama dapat diketahui
komentar/saran dan lembar jawaban siswa berdasarkan hasil tes soal-soal matematika
kelas IX SMP yang bukan subjek penelitian model PISA pada konten quantity yang
yang terdiri dari 6 orang dengan kemampuan diberikan kepada siswa. Kemudian akan
matematika tinggi (2 orang siswa), sedang (2 dilakukan penyekoran terhadap jawaban
orang siswa), dan rendah (2 orang siswa). siswa. Sistem penyekoran kemampuan
Analisis dokumen pada small group ini juga tersebut dibuat seperti pada Tabel berikut:
melihat kepraktisan soal matematika model
PISA yang berupa kejelasan dan keterbacaan
soal.
d) Data hasil field test
Data hasil uji lapangan (field test)
diperoleh dengan mengujicobakan soal-soal
PISA konten quantity tersebut kepada subjek
penelitian, kemudian hasil jawaban siswa
diberi skor sesuai dengan sistem penskoran.
3. Teknik Analisis Data
1) Analisis deskriptif
• Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis data validitas ahli dengan
cara merivisi berdasarkan wawancara
atau catatan validator, dan pemeriksaan
dokumen soal model PISA oleh validator
guru. Hasil dari analisis akan digunakan
untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh
peneliti.
• Analisis desktiptif ini juga digunakan Skor kemampuan pemecahan
untuk menganalisis data kepraktisan soal- masalah matematika siswa adalah jumlah
soal model PISA, yang didapat skor yang diperoleh siswa dalam
berdasarkan pengamatan dan temukan menyelesaikan soal matematika tipe PISA
selama siswa small group untuk pada konten quantity. Masing-masing soal
mengerjakan soal-soal. Hasil dari analisis dari jumlah soal sebanyak 10 butir
ini juga akan digunakan untuk merevisi mengandung empat indikator pemecahan
soal-soal yang dibuat oleh peneliti. masalah. Sehingga skor maksimumnya
2) Analisis Data Tes Soal Model PISA adalah 100, dan skor minimal 0 X 10 = 0,
sehingga interval skor rata-rata kemampuan
70
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

pemecahan masalah matematika adalah 100- sebagai alat pengumpul data karena
0=100. Kemudian, peneliti membagi interval instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto,
ini menjadi 4 selang rata-rata 25. 1999). Untuk perhitungan reliabilitas
Skor akhir siswa diperoleh dalam penelitian ini digunakan rumus
dengan menganalisis data hasil tes, alpha. (Arikunto, 1999)
kemudian skor akhir siswa ini dikonversikan 1. Kriteria Keberhasilan
dalam data kualitatif untuk menentukan Kriteria keberhasilan yang
kategori tingkat kemampuan pemecahan diharapkan dalam penelitian ini adalah
masalah matematika siswa sebagai berikut: dihasilkannya produk soal matematika
tipe PISA pada konten quantity yang
valid, praktis, dan efektif terhadap
kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa Sekolah Menengah
Pertama.
Kevalidan dari soal matematika tipe
PISA pada konten quantity diperoleh
1) Uji Validitas dan Perhitungan hasil validasi dari pakar yang berupa
Reliabilitas saran, komentar, dan One-to-one serta
Menurut Sugiyono (2007) dengan hasil analisis validasi butir soal dan
menggunakan instumen yang valid dan reliabilitas soal pada uji coba butir soal.
reliabel dalam pengumpulan data, maka Kevalidan berarti soal matematika
diharapkan hasil penelitian ini akan tipe PISA pada konten quantity sesuai
menjadi valid dan reliabel. Jadi, dengan apa yang diukur. Dalam
instrumen yang valid dan reliabel penelitian ini kevalidan tersebut adalah
merupakan syarat mendapatkan hasil valid jika terkategori dengan baik sesuai
penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini dengan kriteria yang ditetapkan yaitu
tidak berarti bahwa dengan menggunakan konten, konstruk, dan bahasa. Dan
instrumen yang telah teruji validitas dan kevalidan dalam penelitian ini juga
reliablitasnya, otomatis hasil (data) berarti valid berdasarkan analisis validasi
penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal butir soal dan reliabilitas soal pada uji
ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi coba butir soal.
objek yang diteliti dan kemampuan orang Kepraktisan soal matematika tipe
yang mneggunakan instrumen. PISA pada konten quantity diamati dari
a. Validitas Butir Soal hasil pengamatan small group.
Validitas adalah suatu ukuran yang Kepraktisan berarti mudah dipakai oleh
menunjukkan tingkat kevalidan atau pengguna, soal matematika tipe PISA
kesahihan suatu instrumen. Untuk pada konten quantity dikategorikan
menghitung validitas item soal digunakan praktis jika soal sesuai dengan kriteria
rumus korelasi Product moment sebagai berikut:
(Arikunto, 1999). Dengan taraf nyata α a) Sesuai dengan tingkat pendidikan
0,05%, jika 𝑡(1−1⁄ 𝛼)(𝑛−2) < 𝑡hitung maka siswa yaitu siswa SMP
2 b) Konteks yang diberikan mudah
butir soal dikatakan valid.
dipahami siswa
b. Reliabilitas
c) Mudah dibaca dan tidak menimbulkan
Reliabilitas digunakan untuk
penafsiran ganda
menunjukkan bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan
71
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

III. Hasil dan Pembahasan b. Desain


Berdasarkan langkah-langkah Desain soal matematika model PISA
pengembangan soal sebagaimana yang telah model quantity yang dibuat meliputi:
diuraikan pada bab sebelumnya. Ada 12 soal i. Kisi-kisi soal
PISA konten quantity dari hasil pengembangan ii. Kartu Soal
peneliti. Tahapan pengembangan tersebut iii. Soal
sebagai berikut yaitu tahap formative evaluation iv. Kunci jawaban
yang meliputi self evaluation, prototyping Pada tahap awal ini, peneliti
(expert reviews dan one-to-one, dan small mengembangkan soal matematika model PISA
group), serta field test. konten quantity yang terdiri dari 12 soal. Peneliti
1. Self Evaluation juga membuat kisi-kisi soal, kartu soal, dan
Tahap ini meliputi analisis siswa, kunci jawaban, sebagai bahan pertimbangan bagi
analisis kurikulum, analisis soal-soal PISA dan validator untuk memeriksa validasi soal
pendesainan soal sebagaimana diuraikan sebagai matematika model PISA konten quantity. Desain
berikut: soal yang dibuat peneliti sebanyak 12 soal PISA
a. Analisis konten quantity.
• Analisis Siswa 2. Prototyping
Analisis siswa bertujuan untuk • Expert Reviews
mengetahui kemampuan matematika siswa Pada tahap ini soal divalidasi dari segi
dalam memilih subjek penelitian, yaitu siswa konten, konstruk dan bahasa, dikonsultasikan
kelas IX SMP Negeri 17 Palembang dengan dan diperiksa oleh Ratu Ilma Indra Putri, dan
tinggi kemampuan yang hetegoren. Informasi Somakim. Selain itu, penulis meminta pendapat
tersebut diberikan secara langsung oleh wakil dari dosen yang lain dan teman sejawat yang
kepala sekolah bagian kurikulum. sudah berpengalaman dalam pendidikan
• Analisis Kurikulum matematika sebagai validator.
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah Adapun saran dan komentar dari para
mengidentifikasi materi pembelajaran pakar dan teman sejawat adalah sebagai berikut
matematika SMP, Standar Isi pembelajaran
matematika untuk tingkat menengah pertama
meliputi aljabar, bilangan, geometri dan
pengukuran, serta pengolahan data. Dari analisis
kurikulum, konten quantity termasuk ke dalam
aspek Aljabar dan Bilangan. Materi-materi yang
dimaksud tersebar pada materi SMP, yaitu:
Kompetensi dasar dan indikator yang
sesuai dengan KTSP pada satuan pendidikan
SMP Negeri 17 Palembang hanyalah sebagai
pembanding bagi materi soal-soal model PISA
konten quantity mengingat bahwa desain soal
tersebut tidak dibuat berdasarkan kurikulum
yang ada pada satuan pendidikan tetapi hanyalah
Berdasarkan komentar dan saran dari
berdasarkan situasi dan konten yang telah
pakar dan dan teman sejawat tersebut, maka
diuraikan pada PISA. Ada beberapa persamaan
diambil langkah tindakan revisi sebagai berikut
yang didapat, sehingga peneliti mendesain soal
dengan mengadaptasi antara kerangka soal PISA
dan materi pada KTSP SMP.
72
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

Tabel 4.4 menunjukkan kemampuan


siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika model PISA yang diberikan yang
dapat membantu mengidentifikasi pada soal
yang mana siswa mengalami kesulitan.
Revisi soal prototype I berdasarkan
expert reviews dan One-to-One Evaluation
seperti yang diuraikan di atas menghasilkan
prototype II yang terdiri dari 12 soal. Setelah itu
• Uji Coba Pada One-to-One
dilaksanakan uji validasi dan perhitungan
Pada tahap ini, soal yang dikembangkan pada
reliabilitas terhadap soal, yang diujikan kepada
prototype I diujikan kepada tiga orang siswa
siswa non subjek penelitian.
dengan kemampuan yang berbeda. Secara
• Uji Validitas dan Perhitungan Butir Soal
keseluruhan dari analisis terhadap lembar
Langkah selanjutnya yang dilakukan
jawaban siswa, dapat terlihat bahwa siswa
peneliti adalah melakukan analisis butir soal
tersebut sudah dapat memahami soal dengan
yang ada pada prototype II untuk menguji
baik, dapat membuat rencana strategi
validitas dan perhitungan butir soal. Analisis ini
penyelesaian yang relevan sehingga didapat hasil
dilakukan pada siswa kelas IX.3 SMP Negeri 17
akhir yang benar. Ini dapat diartikan bahwa
Palembang yang berjumlah 38 orang.
prototype I tersebut sudah praktis untuk siswa.
Perhitungan validasi butir soal digunakan rumus
Walaupun ada beberapa soal yang belum dapat
Pearson product moment. Untuk perhitungan
diselesaikan dengan benar oleh siswa. Ada
reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus
beberapa kesalahan dalam melakukan
α. Dari perhitungan tersebut diperoleh 12 soal
perhitungan, dan kesalahan dalam
yang valid sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
menginterprestasikan soal. Adapun Saran dan
4.5 di bawah ini
Komentar siswa diuraikan pada Tabel 4.3
berikut:

Sedangkan untuk koefisien realibilitas


dari soal-soal prototype II diperoleh nilai sebesar
0,871. Sesuai dengan kriteria reabilitas yang
telah ditetapkan sebelumnya, maka nilai tersebut
menunjukkan bahwa soal matematika model
PISA konten quantity untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah memiliki
realibilitas sangat tinggi.
• Uji Coba Small Group
Soal-soal yang telah direvisi berdasarkan experts
review dan one-to-one dinamakan dengan
prototype II. Soal-soal tersebut diujicobakan
pada small group yang terdiri dari 6 orang siswa
73
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

SMP Negeri 17 Palembang dengan kemampuan Uji coba lapangan (field test) dilakukan
berbeda. Dalam pelaksanaan small group, di kelas IX.2 SMP Negeri 17 palembang dengan
peneliti juga mengamati siswa ketika jumlah siswa sebanyak 36 siswa yang terdiri dari
mengerjakan soal-soal yang diberikan. Berbeda 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
dengan uji coba one-to-one, pada tahap ujicoba Field test ini bertujuan untuk mengetahui efek
small group intensitas siswa bertanya tentang potensial soal matematika model PISA pada
maksud soal atau kalimat soal sudah berkurang. konten quantity terhadap kemampuan
Berdasarkan uji validitas butir soal serta pemecahan masalah matematika siswa
komentar dan saran siswa pada small group khususnya potensi siswa dalam pemecahan
maka peneliti mengambil tindakan dan masalah.
keputusan langkah tindakan revisi sebagaimana B. Deskripsi Analisis Data Tes Soal PISA pada
diuraikan pada Tabel 4.6 berikut: Konten Quantity untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah
Data hasil tes soal PISA pada konten
quantity dianalisis untuk menentukan persentase
rata-rata nilai akhir siswa yang selanjutnya
dikonversikan ke dalam data kualitatif untuk
menentukan kategori tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Adapun
persentase tingkat kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas field test
terhadap 12 soal tersebut, dapat dilihat pada
Tabel 4.7 sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat


Berdasarkan Tabel 4.6, hasil revisi soal bahwa soal-soal yang telah dikembangkan dapat
terhadap analisis butir soal (validasi butir soal) menunjukkan/mengukur kemampuan pemecahan
dan saran/komentar siswa pada small group masalah siswa sekolah menengah pertama.
sebagaimana diuraikan di atas menghasilkan Informasi dari Tabel menunjukkan bahwa
prototype III yang terdiri dari 12 soal yang akan kemampuan pemecahan masalah matematika
diuji pada field test. siswa kelas field test tersebar dalam 4 kategori.
• Field Test (Uji Lapangan) Secara klasikal diperoleh bahwa kemampuan
Pada tahap ini, soal-soal matematika siswa dalam menyelesaikan soal-soal model
model PISA pada prototype III akan diujikan PISA konten quantity untuk mengukur
pada subjek penelitian yaitu siswa kelas IX.2 kemampuan pemecahan masalah masih berada
SMP Negeri 17 Palembang. dalam kategori baik.
A. Deskripsi Pelaksanaan Uji Coba (Field C. Pembahasan
Test) Proses pengembangan soal yang terdiri
dari tiga tahap yaitu self evaluation, prototyping
74
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

(expert reviews, one-to-one, small group) dan mampu memahami soal dan merencanakannya
field test serta revisi pada masing-masing tahap dengan benar namun sulit untuk melakukan
ini telah menghasilkan seperangkat soal penyelesaiannya. Selain itu, juga terdapat siswa
matematika model PISA pada konten quantity yang tidak bisa mengerjakan karena tidak
yang valid dan praktis. Soal tersebut dinyatakan memahami soal.
valid setelah melalui proses validasi dari
IV. Penutup
beberapa validator yang telah memberikan
Dari Penelitian ini telah menghasilkan
kontribusi berupa saran dan komentar terhadap
suatu produk pengembangan soal matematika
perbaikan soal baik dari segi konten (sesuai
sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
dengan ciri PISA, indikator kemampuan
1. Penelitian ini telah menghasilkan suatu
pemecahan masalah), konstruks
produk soal matematika model PISA pada
(mengembangkan kemampuan pemecahan
konten quantity untuk siswa kelas IX SMP
masalah, kaya dengan konsep, sesuai dengan
yang valid dan praktis. Valid tergambar dari
level siswa SMP kelas IX SMP), dan bahasa
hasil penilaian validator, dimana semua
(sesuai dengan EYD, soal tidak berbelit-belit,
validator menyatakan sudah baik berdasarkan
soal tidak mengandung penafsiran ganda, dan
konten (sesuai kompetensi dasar, dan
jawaban jelas). Setelah soal dinyatakan valid
indikator), konstruk (sesuai dengan teori dan
secara kuantitatif berdasarkan konten, konstruk,
kriteria soal PISA), dan bahasa (sesuai
dan bahasa kemudian soal diujicobakan terhadap
dengan kaidah bahasa yang berlaku dan
siswa kelas IX.3 SMP Negeri 17 Palembang
EYD). Selain itu kevalidan soal model PISA
sebanyak 38 siswa untuk menganalisis validasi
ini tergambar setelah dilakukan analisis
butir soal dan realibilitas soal. Dari hasil analisis
validasi butir soal pada kelas uji coba
butir soal tersebut diperoleh semua soal (12 soal)
sebelum diadakan field test. Praktis tergambar
yang valid dengan koefisien realibilitas r11 =
dari hasil uji coba small group dimana
0,871 (realibilitas tinggi).
sebagian besar siswa dapat menyelesaikan
Dari hasil revisi berdasarkan
soal model PISA pada konten uncertainty
komentar/saran siswa pada one-to-one dan small
yang diberikan.
group evaluation menunjukkan bahwa soal yang
2. Berdasarkan proses pengembangan diperoleh
dikembangkan praktis. Soal tersebut
bahwa prototype soal model PISA pada
dikategorikan praktis tergambar dari hasil
konten quantity yang dikembangkan memiliki
pengamatan pada uji coba small group, dimana
efek potensial yang positif terhadap
semua siswa dapat menggunakan perangkat soal
kemampuan pemecahan masalah matematika
dengan baik. Hal ini menujukkan bahwa soal
siswa, walaupun efek potensial tersebut
yang dikembangkan sesuai dengan alur pikiran,
54,64% siswa menguasai kemampuan
konteks yang diberikan/diketahuBerdasarkan
pemecahan masalah matematika. Ini berarti
hasil tes dan wawancara dengan siswa, diketahui
bahwa siswa memiliki potensi untuk
bahwa soal-soal matematika model PISA konten
mengembangkan pengetahuan mereka sendiri
quantity untuk mengukur kemampuan
sehingga ada efek potensial.
pemecahan masalah yang dikembangkan bisa
Berdasarkan hasil penelitian dan
menggali potensi matematis siswa. Siswa tidak
kesimpulan, maka disarankan:
hanya sekedar memiliki pengetahuan tetapi lebih
1. Guru matematika hendaknya menggunakan
dari itu. Mereka menggunakan pengetahuan
perangkat soal matematika model PISA
tersebut dalam memecahkan masalah berupa
konten quantity yang telah dibuat sebagai
soal-soal yang merupakan aplikasi dari
alternatif dalam perbaikan evaluasi
kehidupan nyata. Ada siswa yang mampu
pembelajaran sehingga dapat digunakan
memahami soal dengan baik, mampu
untuk melatih kemampuan pemecahan
menjawabnya dengan benar dan memberikan
masalah matematika siswa.
penjelasan untuk menjawabnya. Ada juga yang
75
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

2. Peneliti lain dapat sebagai bahan masukan http:www.oecd.org/dataoecd/61/15/4624


untuk mempelajari mendalam mengenai soal- 1909.pdf (diakses 10 Januari 2012).
soal matematika ________. (2003). PISA 2003 Assesment
3. Siswa dapat melatih menggunakan Framework(online).
pengetahuan yang dimilikinya untuk http:www.oecd.org/dataoecd/11/40/444
menjawab soal-soal matematika model PISA. 55820.pdf (diakses 10 Okteober 2011).
________. (2006). Programme for Intrnational
Daftar Pustaka students assessmen (PISA).
Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar evaluasi (online).
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. http:www.oecd.org/dataoecd/61/15/462
Depdiknas. (2005). Peraturan pemerintah 41909.pdf (diakses 10 Januari 2012).
Republik Indonesia Nomor 19 tahun ________. (2009). PISA 2009 Assesment
2005 tentang Standar Pendidikan Framework(online).
Nasional . Jakarta: Depdiknas. http:www.oecd.org/dataoecd/11/40/444
________. (2006). Peraturan pemerintah 55820.pdf (diakses 10 Oktober 2011).
Republik Indonesia Nomor 23 tahun ________. (2010). Drfat PISA 2012 Assesment
2006 tentang Standar Isi mata Framework (online).
pelajaran matematika. Jakarta: http:www.oecd.org/dataoecd/61/15/462
Depdiknas. 41909.pdf (diakses 10 Januari 2012).
Djaali dan Mulyono P.(2008). Pengukuran Sudjana. (2002). Metode statistika. Bandung:
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Tarsito.
Grasindo. Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian.
Econtentplus. (2009). Target Competencies. Bandung: Alfabeta.
Europe: Math Bridge Program. Tessmer. (1993). Planning and Conducting
Harini, F. L. (2006). Keefektifan Model Formative Evaluation. London: Kogan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Page.
terhadap Kemampuan Pemecahan Usman, S. (2007). Strategi pemecahan masalah
Masalah Siswa Kelas VII SMPN 1 dalam penyelesaian soal cerita
Wonosobo Tahun Pelajaran 2005/2006 disekolah. Jurnal Samudra Ilmu 2007,
pada Pokok Bahasan Segiempat. Skripsi Volume 2 Nomor Q.luni 12007 ISSN
Jurusan Matematika FMIPA UNNES. .19Q7-199X.
Hayat,B. dan Yusuf, S. (2010). Bencmark: Unsri. (2010). Buku Pedoman Program
Internasional Mutu pendidikan. Jakarta: Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Bumi Aksara. Tahun 2009. Palembang: PPs
Julaiha, Ellah. (2011).Pengembangan Soal Universitas Sriwijaya.
Matematika Tipe PISA yang Van den Akker, J. (1999). Principles and
menggunakan Konteks Sumsel Tingkat Methods of development Research.
SMP. Tesis Jurusan Matematika UNSRI. Dalam J.v.d Akker (Ed). Desaign
NCTM. (2000). Principles and Standards for Approaches and Tools in Education
School Mathematics. Reston: NCTM. and Training. Dordrecht: Kluwer
________. (2010). Why Is Teaching With Academic Publishers.
Problem Solving Important to Student Wardhani, Sri. (2005). Pembelejaran dan
Learning. Reston:NCTM. penilaian aspek pemahaman konsep,
OECD. (2000). Programme for Intrnational penalaran, dan komunikasi, pemecahan
students assessment: sample tasks from masalah. Jogyakarta: materi pembinaan
the PISA 2000 Assesment of reading, matematika SMP di daerah tahun 2005
mathematical and scientitific literacy (PPPG Matematika).
(online).

76
Bidasari: Pengembangan Soal Matematika Model PISA …(7)

________. (2011). Instrumen Penilaian Hasil


Belajar Matematika SMP: Belajar dari
PISA dan TIMSS. Yogyakarta.
Yosita, Silva Evy. (2011). Pengembangan Soal
Matematika Model PISA pada konten
Uncertainty untuk mengukur
kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Sekolah Menengah
Pertama.Tesis Jurusan Matematika
UNSRI.
Zulkardi. (2006). Formative Evaluation; what,
why, when, and how. (online: diakses
tanggal 19 Oktober 2010 di
www.geocities.com/Zulkardi/books.ht
ml)

77
JURNAL GANTANG. Maret 2017; II(1): 63 – 77
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

78

Anda mungkin juga menyukai