Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621

Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12 6

Hubungan kontrasepsi hormonal dengan siklus menstruasi


Ferilia Adiesti1, Fitria Edni Wari2*
1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK


Riwayat Artikel:
Tanggal diterima: 14 April 2020 Latar belakang: Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang
Tanggal di revisi: 27 Mei 2020 mengandung hormon progestin saja maupun kombinasi dengan kandungan
Tanggal di Publikasi: 30 Juni 2020 estrogen dan progestin. Metode kontrasepsi hormonal memiliki banyak efek
Kata kunci: samping, salah satunya gangguan siklus menstruasi, metrorhagia, menorhagia.
Kontrasepsi Akseptor sering menghentikan kontrasepsi hormonal karena gangguan siklus
Hormonal menstruasi. Tujuan penelitian: Diketahuinya hubungan kontrasepsi hormonal
Siklus dengan siklus menstruasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
Menstruasi deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang
digunakan adalah 80 ibu akseptor kontrasepsi hormonal, dimana pengambilan
sampel secara total sampling. Analisa bivariat dengan uji chi-square (α) < 0,05
dan Prevalence Ratio (PR). Hasil: Sebagian besar responden kontrasepsi
hormonal progestin 36 (85,7 %) dan lebih dari setengah responden kontrasepsi
hormonal kombinasi 20 (52,6 %) mengalami ketidaknormalan siklus menstruasi.
Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kontrasepsi hormonal dengan siklus menstruasi (p=0,003<0,05) dan PR 1,629
(CI=1,176-2,256). Simpulan: Terdapat hubungan antara penggunaan alat
10.32536/jrki.v4i1.71 kontrasepsi hormonal dengan siklus menstruasi, akseptor kontrasepsi hormonal
progestin beresiko 1,6 kali lebih besar mengalami ketidaknormalan siklus
menstruasi dibanding akseptor kontrasepsi hormonal kombinasi.

Background: Hormonal contraception is a contraceptive containing progestin-


only hormones or a combination of estrogen and progestin content. Hormonal
contraceptive methods have many side effects, one of which is menstrual cycle
disorders, metrorhagia, menorhagia. Acceptors often stop hormonal
contraception because of menstrual cycle disorders. Objectives: Knowed the
Key word : relationship of hormonal contraception with the menstrual cycle. Method: This
Contraception study is a quantitative descriptive study with cross sectional approach. The
Hormonal population used was 80 mothers of hormonal contraceptive acceptors, where
Cycle total sampling was taken. Bivariate analysis with chi-square test (α) < 0.05 and
Menstruation Prevalence Ratio (PR). Results: Most respondents of progestin hormonal
contraception 36 (85.7%) and more than half of the respondents in combination
hormonal contraception 20 (52.6%) experienced abnormal menstrual cycles. Chi
square statistical test results show that there is a relationship between hormonal
contraception with the menstrual cycle (p = 0.003 <0.05) and PR 1.629 (CI =
1,176-2,256) Conclusion: There is a relationship between the use of hormonal
contraception with the menstrual cycle, Progestin hormonal contraceptive
acceptors are 1.6 times more likely to experience abnormal menstrual cycles
than combined hormonal contraceptive acceptors.

Pendahuluan sebagai salah satu solusi penting untuk


mengendalikan laju pertumbuhan penduduk
Peningkatan pertumbuhan populasi (Veisi & Zangeneh, 2013). Saat ini, populasi
penduduk dan ketidakcukupan bahan pangan Indonesia adalah sekitar 250 juta dan
diseluruh dunia menjadi suatu penyebab dilakukan menempatkan Indonesia sebagai negara terpadat
usaha untuk mengendalikan jumlah kelahiran keempat di dunia. Populasi Indonesia meningkat


Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: fitriedni@gmail.com
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 7
Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12

sebesar 3,3 juta orang per tahun dengan tingkat berisi progestogen saja, merupakan kontrasepsi
pertumbuhan populasi 1,49% per tahun (Wijayanti yang aman dan efektif. Lebih dari 40 juta wanita di
et al., 2015). seluruh dunia menggunakan kontrasepsi suntik,
Keluarga berencana (KB) sebagai faktor dan di banyak negara dengan sumber daya rendah,
yang efektif untuk mengurangi angka kematian ibu suntikan mencapai setidaknya setengah dari
dan bayi. Peran keluarga berencana sebagai strategi penggunaan kontrasepsi modern (WHO, 2010).
internasional untuk keselamatan ibu dan Metode kontrasepsi hormonal memiliki
kelangsungan hidup anak sangat luar biasa. Ada banyak efek samping. Efek samping ini
lebih dari 100 juta wanita di negara berkembang, diklasifikasikan berdasarkan pengaruhnya terhadap
17% dari semua wanita yang sudah menikah, lebih kualitas hidup pengguna, seperti efek samping yang
suka menunda kehamilan, tetapi tanpa ringan, sedang, dan berat. Secara umum, efek
menggunakan segala bentuk kontrasepsi samping kontrasepsi hormonal dijelaskan oleh efek
(Mohammed & Abdel-Aleem, 2017). Program hormonalnya pada sistem metabolisme dan
Keluarga Berencana diselenggarakan dengan kardiovaskular. Secara metabolik, sebagian besar
menggalakkan penggunaaan metode kontrasepsi, efek samping disebabkan oleh perubahan hormon
yang dikategorikan sebagai metode jangka panjang yang mempengaruhi endokrin. Efek samping yang
dan jangka pendek (Susanti, 2019). Kebutuhan biasa ditemukan pada pengguna metode hormonal
kontrasepsi yang tidak terpenuhi dapat adalah efek samping ringan, seperti:
menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, ketidakteraturan siklus menstruasi, metrorhagia,
kehamilan yang tidak diinginkan dapat menorhagia, mual, sakit kepala, nyeri payudara,
meningkatkan risiko ibu, keluarga, dan sosial. kenaikan berat badan, perubahan suasa hati,
Sekitar 25% kehamilan di negara berkembang tidak perubahan libido, jerawat, palpitasi, rambut rontok,
disengaja (Mohammed & Abdel-Aleem, 2017). hipertensi (Susanti, 2019).
Kontrasepsi digunakan oleh sebagian besar Perubahan menstruasi dapat dipengaruhi
wanita yang sudah menikah di hampir semua oleh beberapa faktor seperti: faktor klien, metode
wilayah di dunia. Pada tahun 2015, 64% wanita usia kontrasepsi dan durasi penggunaan (Mohammed &
reproduksi di seluruh dunia menggunakan Abdel-Aleem, 2017). Perubahan dalam siklus
beberapa bentuk kontrasepsi (Abd Elwadood et al., menstruasi paling sering terjadi pada injeksi bulan
2019). Berdasarkan data dari BKKBN pada tahun pertama. Biasanya terjadi amenorrhea setelah
2018 jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) aktif penggunaan satu tahun atau dua tahun injeksi pada
pada pasangan usia subur di Indonesia sebesar sebagian besar akseptor. Kejadian amenorhea yang
63,27%, di Provinsi Jawa Timur sebesar 65,69 %. tinggi tidak dipengaruhi karena perubahan kadar
Pemilihan jenis alat kontrasepsi yang terbanyak di hormon atau histologi tetapi diduga berhubungan
Indonesia yaitu suntikan 63,71 % dan pil 17,24 dengan atrofi endometrium. Perdarahan bercak,
disusul kontrasepsi IUD 7,35 %, implan 7,2 %. dan amenorhe lebih sering terjadi pada akseptor
Pemilihan jenis kontrasepsi di Provinsi Jawa Timur DMPA (Purwandari & Setyowati, 2018). Dalam
yaitu suntik sebesar 62,84 %, pil 18,61 %,IUD 7,19 % penelitian Fruzzetti et al., (2016), sekitar sepertiga
dan impan 6,03 % (Kementerian Kesehatan RI, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
2019). telah menghentikan metode ini karena efek
Kontrasepsi hormonal mencakup metode samping.
kombinasi yang mengandung hormonal baik Berdasarkan hasil studi pendahuluan
estrogen dan progestin maupun metode progestin peneliti pada akseptor kontrasepsi suntik baik
saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi termasuk suntik 1 bulan atau 3 bulan di Bidan Praktik Mandiri
kontrasepsi oral kombinasi, suntikan kombinasi dan (BPM) Farida Yuliani Desa Gayaman Kecamatan
patch transdermal. Metode progestin saja Mojoanyar Mojokerto, dari 12 responden dimana 8
termasuk pil progestin, depo medroksi progesteron ibu akseptor suntik 3 bulan semua ibu 8 (100 %)
asetat (DMPA), implan levonorgestrel mengalami siklus menstruasi tidak normal dan 4 ibu
andetonogestrel, dan metode intrauterin akseptor suntik 1 bulan, sebagian besar 3 (75%)
levonorgestrel. Cincin vagina progesteron mengalami siklus menstruasi tidak normal dan 1 ibu
dikembangkan untuk digunakan selama laktasi dan (25%) mengatakan siklus menstruasinya tetap
tersedia di beberapa negara di Amerika Latin (Lopez normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
et al., 2015). Kontrasepsi suntik, baik kombinasi hubungan kontrasepsi hormonal dengan siklus
hormonal estrogen dan progesterone maupun menstruasi.
8 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12

Kejadian efek samping pada kontrasepsi Tabel 1. Karakteristik Reponden


suntik mungkin tidak dapat diterima oleh sebagian Berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan,
akseptor sehingga dapat menyebabkan tingkat Pekerjaan, Lama Penggunaan Kontrasepsi
penghentian keikutsertaan penggunaan Hormonal.
kontrasepsi hormonal menjadi lebih tinggi, oleh
karena itu penyedia layanan kesehatan harus No Karekteristik Responden n %
memberikan informasi terperinci tentang 1 Umur Ibu
penggunaan metode kontrasepsi ini; manfaat, < 35 Tahun 49 61,2
risiko dan efek samping sehingga pilihan yang tepat ≥ 35 Tahun 31 38,8
dapat dibuat untuk mempertahankan jumlah Total 80 100
partisipasi keluarga berencana di Indonesia. 2 Pendidikan
Tidak Tamat Sekolah Dasar 7 8,8
Metode penelitian
Sekolah Dasar (SD) 20 25
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 11 13,8
Penelitian ini merupakan penelitian
Sekolah Menengah Atas (SMA) 30 37,5
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional, dimana pengambilan data variabel Perguruan Tinggi 12 15
dependent (terikat) dan independent (bebas) Total 80 100
dilakukan secara bersamaan. Sebagai populasi dan 3 Pekerjaan
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3 3,8
akseptor KB Hormonal di wilayah BPM Farida Pegawai Swasta 5 6,2
Yuliani, S.ST., M.Kes Desa Gayaman Kecamatan Wiraswasta 19 23,8
Mojoanyar Mojokerto yang didapatkan 80 orang Tidak Bekerja / Ibu Rumah Tangga 53 66,2
akseptor. Dalam pengambilan sampel penelitian Total 80 100
menggunakan cara total sampling yaitu dengan 4 Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
mengambil keseluruhan yang datang ke BPM Farida < 1 Tahun 40 50
Yuliani, S.ST., M.Kes untuk mendapatkan ≥ 1 Tahun 40 50
pelayanan kontrasepsi hormonal dan juga Total 80 100
dikarenakan populasi dibawah 100 responden
(Carsel, 2018). Variabel independen pada penelitian
Berdasarkan Tabel 1 lebih dari setengah
ini yaitu akseptor kontrasepsi hormonal dan
responden 49 (61,2%) berusia kurang dari 35 tahun
sebagai variabel dependen adalah siklus
dan kurang dari setengah responden 31 (38,8%)
menstruasi. Instrumen yang digunakan saat
berusia lebih sama dengan 35 tahun. Karakteristik
melakukan penelitian ini dengan menggunakan
responden berdasarkan pendidikan didapatkan
kuesioner untuk mengumpulkan data. Analisis data
kurang dari setengah responden yaitu sebesar 30
dengan analisa univariat untuk mengetahui
(37,5%) berpendidkan SMA dan sebagian kecil
frekuensi jenis kontrasepsi hormonal dan gangguan
responden 7 (8,8%) tidak tamat sekolah dasar.
siklus mentruasi, sedangkan analisa bivariate
Berdasarkan data karakteristik pekerjaan
dilakukan untuk melihat hubungan antara
responden, lebih dari setengah responden 53
kontrasepsi hormonal dengan siklus menstruasi
(66,2%) sebagai ibu rumah tangga atau tidak
menggunakan uji statistik chi-square dengan
bekerja dan sebagian kecil responden pagawai
tingkat signifikan (α) ≤ 0,05 dan pengukuran besar
swasta 5 (6,2%) dan PNS 3 (3,8%). Dari segi lama
resiko dengan menggunakan Prevalence Ratio (PR).
penggunaan kontrasepsi hormonal, masing-masing
Hasil dan Pembahasan responden menggunakan kontrasepsi hormonal
Hasil progestin dan kontrasepsi hormonal kombinasi
(progestin dan estrogen) < 1 tahun 40 (50%) dan
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik yang menggunakan ≥ 1 tahun sejumlah 40
responden disajikan pada Tabel 1. responden (50%).
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 9
Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12

Tabel 2. Jenis Alat Kontrasepsi Hormonal. Sebagaian besar akseptor mengalami


gangguan siklus menstruasi setelah pemakaian alat
Jenis Kontrasepsi Hormonal n % kontrasepsi baik yang progestin dan juga
Progestin 42 52,5 kontrasepsi hormonal dengan jenis kombinasi.
Kombinasi Berdasarkan tabel 4 sebagian besar akseptor
38 47,5
(Estrogen + Progestin) kontrasepsi hormonal mengalami gangguan siklus
Total 80 100 menstruasi oligomenorhea sebesar 33 (58,93%) dan
kurang dari setengah responden mengalami
Berdasarkan tabel 2 lebih dari setengan gangguan siklus menstruasi amenorrhea yaitu 23
responden 42 (52,5%) menggunakan kontrasepsi responden (41,07%). Pemakaian kontrasepsi dapat
hormonal progestin dan kurang dari setengah menimbulkan efek samping salah satunya haid yang
responden menggunakan jenis kontrasepsi tidak lancar maupun terlambat haid (Harismi,
hormonal kombinasi yang mengandung estrogen 2019). Akseptor kontrasepsi progestin sering
dan progesterone yaitu sebesar 38 (47,5%). dijumpai perubahan siklus menstruasi menjadi
Hasil studi didapatkan bahwa sebagian lebih panjang maupun lebih pendek, perdarahan
besar akseptor kontrasepsi hormonal banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur dan
menggunakan kontrasepsi hormonal yang amenorrhea (Octasari et al., 2014).
mengandung hormon progestin saja seperti suntik
3 bulan dan kontrasepsi implan. Pemakaian Tabel 5. Tabulasi Silang antara Jenis Kontrasepsi
kontrasepsi hormonal memiliki keuntungan yang Hormonal dan Siklus Menstruasi.
lebih yaitu pada kontrasepsi hormonal yang
Siklus Menstruasi
mengandung progestin tidak mempengaruhi Air Jenis Alat Total
Kontrasepsi Normal Tidak Normal
Susu Ibu (ASI), tidak mengganggu aktifitas seksual, Hormonal n % n % n %
dan memiliki efeksamping yang kecil. Kontrasepsi Progestin 6 14,3 36 85,7 42 100
jenis ini sudah banyak digunakan karena tingkat Kombinasi 18 47,4 20 52,6 38 100
keberhasilan yang memuaskan, sedangkan Total 24 30 56 70 80 100
keuntungan untuk kontrasep hormonal kombinasi Chi Square 0,003
tidak bisa digunakan oleh akesptor yang sedang PR 1,629 (1,176-2,256)
menyususi, namun dapat digunakan untuk segala
jenis usia (Pratiwi & Desy, 2017). Hasil pada tabel 5 menunjukkan sebagian
besar responden yang menggunakan alat
Tabel 3. Siklus Menstruasi pada Akseptor kontrasepsi hormonal progestin 36 (85,7 %)
Kontrasepsi Hormonal. mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Hal
yang sama juga terlihat pada responden yang
Siklus Menstruasi n % menggunakan alat kontrasepsi hormonal
Normal 24 30 kombinasi, dimana lebih dari setengah responden
Tidak Normal 56 70 kontrasepsi hormonal kombinasi 20 (52,6 %)
Total 80 100 mengalami siklus menstruasi yang tidak normal.

Tabel 3 menunjukkan lebih dari setengah


Pembahasan
responden sebesar 56 responden (70%) mengalami
siklus menstruasi yang tidak normal dan kurang Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan
dari setengah responden mengalami siklus uji statistik chi square menunjukkan bahwa
menstruasi yang normal yaitu 24 responden (30%). terdapat hubungan antara penggunaan alat
kontrasepsi hormonal dengan siklus menstruasi
Tabel 4. Pembagian Siklus Menstruasi Tidak Normal dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05) dan hasil PR yaitu
pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal. 1,629 (CI=1,176-2,256), sehingga dapat diartikan
bahwa akseptor kontrasepsi hormonal progestin
Siklus Menstruasi n % memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk
Amenorhea 23 41,07 mengalami siklus menstruasi yang tidak normal
Oligomenorhea 33 58,93 dibandingkan akseptor kontrasepsi hormonal
Total 56 100 kombinasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
10 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12

penelitian yang dilakukan oleh Octasari et al (2014) perdarahan terkait dengan kontrasepsi hormonal
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sebagian besar tidak dapat dijelaskan. Studi
signifikan antara jenis kontrasepsi hormonal dan penelitian sampai saat ini menjelaskan karena
lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan adanya kerapuhan pembuluh darah superfisial
terjadinya gangguan siklus menstruasi. dalam endometrium dan perubahan lokal dalam
Semua metode kontrasepsi hormonal respon steroid endometrium, integritas struktural,
mengandung progestin sebagai mekanisme aksi perfusi jaringan dan faktor angiogenik lokal sebagai
kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang memiliki faktor yang berkontribusi (Faculty of Sexual and
kandungan progestin saja diformulasikan dalam Reproductive Healthcare, 2015).
berbagai macam kontrasepsi dan karena profil Pada sebagian besar akseptor kontrasepsi
keamanannya menjadi pilihan kontrasepsi yang hormonal, perdarahan bercak biasanya
sangat baik untuk barbagai perempuan, terutama menyebabkan gangguan menstruasi yang terjadi
yang memiliki kontraindikasi medis dalam kadang-kadang di antara siklus menstruasi dan
penggunaan estrogen (Blumenthal & Edelman, dalam waktu yang lama, kadang-kadang terjadi
2008). Kontrasepsi hormonal yang berisi progestin oligomenore hingga terjadinya amenorhea. Siklus
salah satunya DMPA atau suntik 3 bulan dimana menstruasi yang tidak normal ini sebagian besar
mekanisme kerjanya dengan menghambat terjadi karena pengaruh faktor hormonal. Selain itu,
perkembangan folikel dan ovulasi. Umpan balik kecemasan atau stres mempengaruhi perubahan
negatif progestin pada hipotalamus menghambat hormon dalam tubuh yang secara langsung dapat
gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang mempengaruhi hipotalamus dalam
mengurangi pelepasan follicle-stimulating hormone mempertahankan siklus menstruasi. Seorang
(FSH) dan luteinizing hormon (LH) oleh hipofise wanita yang menggunakan kontrasepsi kombinasi
anterior. Menurunnya kadar FSH menyebabkan hormon estrogen dan progesteron mungkin dapat
hambatan pada perkembangan folikel, mencegah mengalami waktu menstruasi yang lebih pendek
meningkatnya kadar estradiol. Umpan balik negatif atau lebih singkat (Noviawati, 2011).
ini dan kurangnya umpan balik estrogen positif Perubahan menstruasi yang tidak normal
pada pelepasan LH mencegah lonjakan LH yang dalam bentuk amenorhea disebabkan oleh hormon
mencegah ovulasi. DMPA juga mengentalkan lendir progesteron yang menghambat LH sehingga terjadi
serviks dan menipiskan lapisan endometrium. penipisan endometrium dan mengalami regresi
Beberapa literatur juga menyebutkan dapat menyebabkan inaktivasi kelenjar. Menorhagia
menyebabkan perubahan motilitas tuba (Whitaker biasanya terjadi pada awal penggunaan kontrasepsi
& Gilliam, 2014). Metode kontrasepsi hormonal karena hormone progesteron menyebabkan
yang lainnya juga memiliki kandungan estrogen perubahan pembuluh kapiler dan sel-sel
(metode kontrasepsi hormonal kombinasi), yang endhotelial yang mengandung glikoprotein
berkontribusi terhadap penghambatan ovulasi sehingga memberikan perlindungan pada sel-sel
tetapi fungsi utamanya untuk mengatur endotel, proses ini akan mempengaruhi mekanisme
perdarahan sehingga dapat terjadi sesuai jadwal kerja hormon dan siklus menstruasi normal,
dan dengan interval yang teratur. Bahkan meskipun perdarahan akan melimpah (Ekasari & Risnawati,
dengan penambahan estrogen, efek progestin pada 2017). Setelah injeksi ketiga, hampir setengah dari
endometrium tetap dipertahankan (penipisan pengguna DMPA mengalami amenorhea.
endometrium atau atrofi) (Blumenthal & Edelman, Amenohrea terjadi pada 70% wanita setelah 2
2008). tahun penggunaan dan 80% wanita setelah 5 tahun
Paparan Estradiol selama fase folikuler penggunaan (Feisullin & Westhoff, 2010).
bertanggung jawab atas proliferasi endometrium. Konseling pada akseptor yang mengalami
Paparan progesteron pada fase luteal menghasilkan efek samping gangguan siklus menstruasi sangat
diferensiasi sekresi. Progesteron adalah penting dilakukan dan penanganan efek samping
antiestrogenik dan menghambat pertumbuhan dapat diantisipasi dengan metode kontrasepsi
endometrium dan diferensiasi kelenjar. Tanpa pilihan lainnya. Dengan melakukan penanganan
terjadinya kehamilan dapat memicu timbulnya gangguan siklus menstruasi dapat meningkatkan
perdarahan menstruasi. Pemberian hormon secara kepuasan akseptor dan keberlangsungan
eksogen, dalam bentuk kontrasepsi hormonal, pemakaian kontrasepsi hormonal.
secara dramatis mempengaruhi histologi
endometrium. Mekanisme terjadinya masalah
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 11
Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12

Simpulan Fruzzetti, F., Perini, D., Fornaciari, L., Russo, M.,


Bucci, F., & Gadducci, A. (2016).
Kontrasepsi hormonal memiliki hubungan Discontinuation of modern hormonal
yang bermakna dengan siklus menstruasi, akseptor contraceptives: an Italian survey. The
kontrasepsi hormonal progestin dapat mengalami European Journal of Contraception &
siklus menstruasi yang tidak normal 1,6 kali lebih Reproductive Health Care, 21(6), 449–454.
besar dibandingkan dengan akseptor kontrasepsi
hormonal kombinasi. Harismi, A. (2019). Tak Hamil, tapi Terlambat
Menstruasi? 7 Hal Ini Mungkin Penyebabnya.
Saran https://www.sehatq.com/artikel/tak-hamil-
tapi-terlambat-menstruasi-7-hal-ini-
Bidan harus lebih sering memberikan konseling dan mungkin-jadi-penyebabnya
memantau efek samping akseptor kontrasepsi
hormonal untuk mengurangi akseptor berhenti Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan
menggunakan kontrasepsi hormonal. Indonesia 2018.

Lopez, L. M., Grey, T. W., Stuebe, A. M., Chen, M.,


Ucapan terima kasih Truitt, S. T., & Gallo, M. F. (2015). Combined
hormonal versus nonhormonal versus
Terima kasih kepada Ibu Farida Yuliani, progestin‐only contraception in lactation.
S.ST., M.Kes yang telah memberikan izin peneliti Cochrane Database of Systematic Reviews, 3.
untuk melakukan penelitian di tempat praktek
beliau. Mohammed, N. F., & Abdel-Aleem, M. A. (2017).
Effect of Contraceptive use on Menstrual
Daftar Pustaka Cycle Pattern among clients attending Family
Planning Clinics at Assiut City. Assiut Scientific
Abd Elwadood, A., Sayed, G., El-Snosy, E., & Zahran, Nursing Journal, 5(10), 29–39.
K. (2019). The effect of hormonal
contraception and intrauterine device on the Noviawati, D. (2011). Panduan lengkap pelayanan
pattern of menstrual cycle. Journal of Current KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika, 56–57.
Medical Research and Practice, 4(2), 225.
Octasari, F., Sarumpaet, S. M., & Yusad, Y. (2014).
https://doi.org/10.4103/jcmrp.jcmrp_28_19
Hubungan jenis dan lama penggunaan alat
Blumenthal, P. D., & Edelman, A. (2008). Hormonal kontrasepsi hormonal terhadap gangguan
contraception. Obstetrics & Gynecology, menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai
112(3), 670–684. Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun
2014. Gizi, Kesehatan Reproduksi Dan
Carsel, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan Epidemiologi, 1(3).
dan Pendidikan (Cetakan 1). Penebar Media
Pustaka. Pratiwi, W. M., & Desy, E. (2017). Menikmati 9
Bulan Yang Menyenangkan. Buana Ilmu
Ekasari, W. U., & Risnawati, R. (2017). LAMA Populer Kelompok Gramedia.
PEMAKAIAN DMPA DENGAN GANGGUAN
MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB DMPA. Purwandari, E. S., & Setyowati, A. (2018).
Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak Akademi Correlation use of Injectable Contraceptive
Kebidanan An-Nur, 1(1). Types with Menstruation Pattern Changes in
Contraception Acceptor. The 2nd Joint
Faculty of Sexual and Reproductive Healthcare. International Conferences, 2(2), 799–803.
(2015). Problematic bleeding with hormonal
contraception. Development, September. Susanti, L. (2019). The Differences Between
Hormonal Pills and Injection Contraception
Feisullin, K., & Westhoff, C. (2010). Contraception. Adverse Effect: Pekanbaru Puskesmas Case
Principles of Gender-Specific Medicine, 357– Study. International Journal of Healthcare
365. https://doi.org/10.1016/B978-0-12- Research, 1(2), 68–71.
374271-1.00033-2
12 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 1, Juni 2020, pp. 6-12

Veisi, F., & Zangeneh, M. (2013). Comparison of two WHO. (2010). Medical eligibility criteria for
different injectable contraceptive methods: contraceptive use. World Health
Depo-medroxy progesterone acetate (DMPA) Organization.
and cyclofem. Journal of Family &
Reproductive Health, 7(3), 109. Wijayanti, N., Thaweesit, S., & Sunpuwan, M.
(2015). Contraceptive use among married
Whitaker, A., & Gilliam, M. (2014). Contraception adolescent women in Indonesia. Journal of
for adolescent and young adult women. In Health Research, 29(5), 323–331.
Contraception for Adolescent and Young
Adult Women. https://doi.org/10.1007/978-
1-4614-6579-9

Anda mungkin juga menyukai