Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Abdurrohim

Mo415045

Axolotl

(Ambystoma mexicanum)

Axolotl berasal dari bahasa Aztecs āxōlōtl (tunggal) atau āxōlōmeh (jamak) yang
berarti monster air atau salamander Meksiko (Ambystoma mexicanum) adalah salamander
neotenik yang memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan salamander harimau, terutama
karena memiliki kemiripan saat fase larva keduanya. Larva spesies ini tidak mengalami
metamorfosis, sehingga axolotl dewasa tetap bersifat akuatik dan memiliki insang. Axolotl
berasal dari berbagai danau di Meksiko, seperti Danau Xochimilco di bawah Ciudad de
Mexico.

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Caudata
Famili: Ambystomatidae
Genus: Ambystoma
Spesies: Ambystoma mexicanum

Seperti yang telah disebutkan diatas, axolotl merupakan salamander neotik atau
paedomorphosis. Salamander neotik adalah salamander yang tidak mengalami metamorfosis
dan seumur hidup dalam tahapan larva. Sehingga axolotl tidak penah dianggap sebagai
salamander dewasa. Tidak seperti salamander yang lain, axolotl gagal melakukan
metamorfosis dan seumur hidup tinggal di dalam air. Axolotl memiliki organ pernapasan
berupa paru-paru dan insang. Akan tetapi bagian yang paling aneh adalah pada insangnya
yang berbentuk seperti cabang dan terletak di luar tubuh atau biasa disebut ‘branch-like gills’.
Insang ini terletak di kedua sisi leher axolotl. Setiap insang terdiri dari 3 cabang dengan
filamen seperti rambut yang berfungsi untuk memperluas area permukaan pertukaran gas.
Axolotl memiliki tubuh yang pajang, ramping, berwarna gelap (hijau kecoklatan), berkaki
pendek, memiliki empat jari pada kaki depan dan lima jari pada kaki belakang.

Axolotl memiliki kepala yang lebar dan tidak memiliki kelopak mata. Kulit licin dan
sedikit berlendir. Kali dan ekor digunakan sebagai banuan untuk berenang. Perbedaan antara
jantan dan betina adalah terletak pada cloaca. Pada jantan cloaca mereka membengkak/
membesar dan berbaris dengan papilla. Sedangkan pada betina tidak dapat ditemukan ciri-ciri
tersebut karena tubuh mereka yang lebih lebar yang berisi telur. Axolotl memiliki bekas-
bekas gigi yang sedikit terlihat yang dihasilkan selama metamorfosis. Metode utama dalam
makan atau ‘feeding’ adalah dengan ‘suction’. Saat melakukan suction insang nya akan
membelah. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa axolotl memiliki paru-paru. Karena
insang sudah digunakan sebagai alat respirasi, bukan berarti paru-paru tidak digunakan
karena mereka hidup di air. Seperti hewan lain mereka juga bernapas dengan paru-paru yaitu
dengan cara mengeluarkan kepala keatas permukaan air untuk mengambil udara.

Axolotl merupakan hewan karnivora, mesipun pada beberapa kasus ada yang
mengaku bahwa hewan ini juga memakan tumbuhan. Akan tetapi jika dilihat dari segi
anatomi hewan ini tidak memiliki sistem pencernaan yang dapat mencerna tumbuhan.
Melainkan lebih cocok untk mencerna daging, seperti cacing, ikan kecil dan serangga. Hewan
ini memiliki masa hidup sekitar 10 sampai 15 tahun di alam liar. Panjang tubuh dapat
mencapai 12 inch atau 30 cm, dengan berat antara 2,11 – 8 pound atau 60 – 227 gram.
Meskipun axolotl tetap dalam tahapan larva seumur hidupnya, hewan ini mengalami
kematangan seksual antara umur 12 – 18 bulan. Beberapa sumber menyebutkan antara 18-24
bulan.

Reproduksi axolotl terjadi sekali dalam satu tahun. Sistem reproduksi dari axolotl
adalah polygynandrous. Pembuahan terjadi secara eksternal. Proses diawali dengan keduanya
melakukan suatu “tarian” dengan cara sang jantan dan betina berputar-putar di sekitar cloaca.
Sebelum terjadi pembuahan sang jantan terlebih dahulu akan melakukan “tarian” sendiri
dengan menjauh dari sang betina dan akan mengibas-ngibaskan ekornya beberapa menit
sambl mengeluarkan spermatophore ( kumpulan jelli berbentuk kerucut yang berisi sperma).
Sang betina kemudian berjalan mendekat ke spermatophore dan meggoyangkan ekornya.
Kemudian mengambil spermatophore tersebt dengan cloacayna juga. Telur akan menetas 10
-14 hari setelah dikeluarkan. Telur akan diletakkan pada batu atau vegetasi seperti ganggang
di perairan tersebut.
Ada beberapa variasi warna pada tubuh axolotl. Axolotl
liar normal memiliki warna kulit olive (cokla kehijauan).
Sedangkan untuk axolotl yang mengalami muatsi ada 4
variasi warna, yaitu leucitic (merah muda pucat dengan
mata hitam), albino(keemasan dengan mata keemasan),
dan axanthic (abu –abu dengan mata hitam), dan melanoi
(hitam seluruhnya tanpa campuran emas atau olive). Serta
masih bisa bertambah variasi warna karena perkawinan
silang dan mutasi. Axolotl juga memiiki sedikit
kemampuan mengubah warna tubuhnya untuk kamuflase
yang lebih baik.

Satu-satunya tempat dimana dapat ditemukan


axolotl liar adalah di Meksiko, yaitu di danau Xochimilco and danau Chalco in Meksiko
tengah. Axolotl merupakan hewan asli dari meksiko. Akan tetapi sudah mulai dibiakkan
ditempat lain di dunia ini. Seperti prancis dan jepang. Terutama untuk hewan pelihraan dan
kebun binatang. Status hewan ini sendiri saat ini adalah CE (Critically Endangered) atau
terancam punah menurut IUCN. Hal ini terjadi karena sebelumnya didaerah asli di Meksiko
menjadikan axolortl sebagai santapan sehari-hari karena rasanya yang enak. Selain itu
disebabkan juga karena polusi dan perusakan habitat yang terjadi. Sehingga persebarannya di
alam lama-kelamaan mulai berkurang. Saat ini di perkirakan persebarannya di alam hanya
sekitar 1.200 ekor. Selain itu axolotl juga sering dijadikan bahan experimen di berbagai
laboratorium dunia.

Hewan ini memerlukan danau dengan air yang dalam unutk tempat hidup. Tempat
tersebut juga harus memiliki vegetasi perairan. Hal ini digunakan axolotl sebagai tempat
bertelur di tumbuhan tersebut. Habitat aslinya sendiri terletak di dataran tinggi pada elevasi
rata-rata yaitu 2290 mdpl.

Axolotl gagal mengalami metamorfosis dikarenakan kegagalan fungsi stimulasi


hormon tiroid. Yang menyebabkan kurangnya suplai hormon tiroksin. Meskipun axolotl
disebut sebagai salamander neotenik karena tidak mengangami metamorfosis utuh akan tetapi
hewan ini dapat dirangsang untuk mengalami metamorfosis. Hal ini dapat terjadi dengan
injeksi Iodine. Dapat juga terjadi jika axolotl melakukan kanibalisme yang menyebabkan
terinjeksi Iodine secara tidak langsung. Saat telah bermetamorfosis, akan terjadi perbahan
morfologi menjadi mirip seperti salamander macan hanya berbeda ukuran tubuh dandengan
kaki yang lebih pendek., serta corak warna yang hanya sedikit berbeda.

Axolotl sering digunakan dalam penelitian di laboratorium dikarenakan axolotl


memiliki kemampuan untuk meregenerasi seluruh anggota tubuhnya. Hal inilah yang
membuat para peneliti penasaran dan berupaya untuk menirunys. Meskipun bukan hal yang
aneh kalau amphibi dapat melakukan regenerasi pada anggota tubuhnnya. Akan tetapi axolotl
memiliki kemampuan regenerasi yang berbeda level dengan yang lain. Axolotl dapat
meregenerasi seluruh anggota tubuhnya, serta dapat membuat ulang rahang, tulang belakang
dan bahkan otak tanpa meninggalkan jaringan parut.

Para penelti bahkan melakukan eksperimen dengan memotong tulang belakangnya,


menghancurkan dan menghilangkan beberapa segmen. Akan tetapi dapat teregenerasi
sempurna. Tidak ada satupun yang hialng atau berubah dari kondisi awal, tanpa ada goresan
sedikitpun. Mereka bahkan juga dapat meregeerasi jaringan atau organ yang sama hingga 100
kali dan berkali-kali tanpa ada yang cacat. Para peneliti juag meakukan transplantasi organ
pada sesamanya. Hal inilah yang para peneliti incar untuk dapat dikembangkan. Akan tetapi
hasil saat ini masih belum tercapai dengan baik. Oleh sebab ini juga, axolotl merupakan
salamander yang paling banyak diteliti oleh para ilmuan

Daftar Pustaka

Gresens, Jill (2004). "An Introduction to the Mexican Axolotl (Ambystoma mexicanum)" (PDF). Lab
animal. 33 (9): 41–47.

Luis Zambrano; Paola Mosig Reidl; Jeanne McKay; Richard Griffiths; Brad Shaffer; Oscar Flores-
Villela; Gabriela Parra-Olea; David Wake (2010). "Ambystoma mexicanum". IUCN Red List of
Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature.

Malacinski, George M. (Spring 1978). "The Mexican Axolotl, Ambystoma mexicanum: Its Biology
and Developmental Genetics, and Its Autonomous Cell-Lethal Genes". American Zoologist. Oxford
University Press. 18: 195–206. doi:10.1093/icb/18.2.195.

Roy, S; Gatien, S (November 2008). "Regeneration in axolotls: a model to aim for!". Experimental
Gerontology. 43 (11): 968–73. doi:10.1016/j.exger.2008.09.003. PMID 18814845.

http://www.uswaternews.com/archives/arcglobal/8mexicity11.html

http://www.aquariumindustries.com.au/wp-content/uploads/2012/07/Mexican-Walking-Fish.pdf

Anda mungkin juga menyukai