Anda di halaman 1dari 18

Kajian Materi

a. Faktual : (Kritik “Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta Karya W.S.


Rendra
https://penyair.wordpress.com/2009/08/24/sajak-bersatulah-pelacur-pelacur-kota-jakarta-
w-s-rendra/
Esai puisi “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya Taufik
Ismail
https://pecintapuisi.wordpress.com/2008/01/23/seorang-tukang-rambutan-pada-
istrinya/
b. Konseptual : Pengertian dan Ciri Esai Esai
1. Konsep : (1) Pengertian Esai adalah
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara
sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang
esai disebut esai. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat
informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa
percakapan, dengan bentuk sapaan saya dan seolah-olah ia
berbicara langsung dengan pembaca. Adapun esai yang formal
pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua
persyaratan penulisan
Ciri Esai, antara lain:
1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa,
menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figur.
2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu
dua jam.
3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan
membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan
tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang
penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis,
5. Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan
yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan
memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan,
pengembangan sampai ke pengakhiran.
6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat individu, yang
membedakan esai dengan jenis karya sastra adalah ciri
personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah
pengungkapan penulis sendiri tentang pandangannya, sikapnya,
pikirannya, dan kepada pembaca.
(2) Pengertian Kritik
Pengertian Kritik atau mengkritik sebuah karya atau sebuah hal
berarti mengungkapkan bagian-bagian suatu karya atau hal
tersebut yang dirasa atau dianggap kurang bagus, kurang menarik,
dan kurang benar.
Menyampaikan suatu kritik terhadap suatu karya atau hal tertentu
hendaknya disertai dengan alasan yang jelas dan logis,sehingga
tidak terkesan hanya sekedar mengkritik.
Ciri Kritik, antara lain:
1. Bersifat objektif.
2. Bertujuan untuk membangun (memperbaiki) karya yang
dikritik.
3. Menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kreativitas pencipta
karya tersebut.
2. Prinsip : Prinsip-prinsip Penulisan Kritik dan Esai
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis kritik dan
esai  suatu karya sastra, yaitu sebagai berikut.
1. Setiap kritikus yang cakap harus memerhatikan berbagai hal yang
terdapat  pada setiap karya sastra.
2. Kecermatan dalam mengungkapkan berbagai hal yang terdapat
dalam karya  sastra tersebut tergantung pada tingkat ketajaman
perasaan kritikus.  
3. Kritikus agar dapat menangkap kepribadian karya sastra harus
melalui  rekreasi artistik.
4. Kritikus harus tahu bahasa yang digunakan oleh sastrawan atau
harus akrab dengan berbagai jenis gaya bahasa/idiom, komposisi,
latar belakang kebudayaan.
c. Prosedural : Prosedur membuat esai dan kritik, antara lain:
Langkah-langkah pembuatan esai adan kritik
Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai dan kritik,
bisa mencakup sebagai berikut:
1. Menentukan tema atau pembahasan
2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang
singkat dan jelas
4. Menulis tubuh esai, memulai dengan memilah nilai-nilai penting
yang akan dibahas, kemudian membuat beberapa subtema
pembahasan supaya lebih memudahkan pembaca untuk memahami
maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya
mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu
sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau
latar belakang alasan kita menulis esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk
opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari
gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis
esai adalah seperti itu.
Terakhir pada tulisan kita agar pembaca merasa bisa mengambil
manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah.

Perhatikanlah Kritik puisi dan Esai puisi berikut!


a. Kritik Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta Karya W.S. Rendra
Kritik Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta Karya W.S. Rendra
Oleh: Uun Undarti Septiani "PBSI"
 
Puisi berjudul ‘Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta’ Karya Willibrordus Surendra
Broto Rendra mengangkat tentang sosial. Kemiskinan merupakan potret permasalahan klasik
yang sedang diderita negara ini. Di desa tidak banyak pekerjaan yang bisa menampung
mereka. Hanya pekerjaan sebagai buruh tani yang bisa dihandalkan.  Keinginkannya bisa
mengubah hidup lebih baik. Terkadang juga mereka gengsi untuk bekerja di sawah. Ada juga
ingin hidup enak dengan cara instan. Sempitnya lapangan pekerjaan membuatnya mereka
rela meninggalkan kampung halaman. Meninggalkan anak dan keluarga hanya untuk mencari
uang. Berbekal pendidikan rendah dan pengalaman yang minim banyak oknum-oknum
mengajak bekerja di kota menghasilkan uang yang lebih banyak. Mereka terus diiming-iming
dengan mimpi indah. Sehingga terpicut oleh rayuan-rayuan gombal oleh pihak oknum
tersebut. Dijanjikan hidup di kota sangat enak mendapatkan gaji besar dalam waktu cepat.
Bekerja di sana tidak perlu membawa ijazah langsung diterima. Dari situlah mereka tertarik
untuk datang ke Kota.  Tidak berfikir panjang mengambil keputus langsung ikut bekerja di
sana. Membayangkan punya uang banyak hasilnya dapat membangun rumah, membelikan
anak susu, bisa beli barang mewah, dan membeli apa saja yang diinginkan.  Cuplikan dari
puisi ‘Bersatulah pelacur-pelacur Kota Jakarta.
Tak perna berjalan tanpa kalian
kalian tidak bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelapan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengengkang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Ibukota sangat kejam dari pada Ibu tiri perumpamaan itu sesuai dengan para pendatang
untuk mengadu nasib. Bermimpi mempunyai pekerjaan yang mapan. Itu semua hanya
mimpi-mimpi palsu semata. Terjebak oleh gemerlapnya surganya duniawi. Mereka
dipekerjakan sebagai penjajah cinta. Setiap hari dipaksa untuk menemani para hidung belang
yang kesepian. Memamerkan lekuk tubuhnya yang indah bagi para penikmatnya. Berjajar-
jajar rapi di etalase cinta. Para penikmat berbaris menunggu giliran untuk memadu kasih.
Memilih sesuai dengan serelah yang diinginkan. Memberikan imbalan sesuai  jasa yang
diberikan.  Terkadang juga para penikmat wanita memperlakukan seenaknya saja. Para
hidung belang setelah manis langsung dibuang. Melemparkan uang dimuka penjaja cinta
senaknya saja. Sikap mereka tidak manusiawi. Para penjaja cinta mencari uang untuk
keluarga. Mereka rela diperlakukan seperti itu.
Terkadang juga mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan misalnya seperti
dipukul, dan ditendang dari pelanggannya apabila tidak bisa memuaskan. Perbuatan itu
sangatlah sadis tidak selanyaknya para hidung belang memperlakukan itu. Tidak jarang para
penikmat tidak memberikan jasa kepadanya sebaliknya hanya mendapatkan caci maki
bahkan mengatakan tidak becus melanyaninya. Dimana hati nurani para hidung belang.
Begitukah sikap mereka terhadap wanita. Wanita hanyalah sebagai korban kekejaman laki-
laki. Wanita selalu disalahkan oleh kadaan. Mereka hanyalah manusia biasa untuk mencari
nafkah untuk keluarganya. Mereka bukan boneka yang seenaknya saja dipermainkan
perasaannya. Hargailah wanita jangan sakiti mereka.
  Kemiskinanlah mereka merelakan tubuhnya demi sesuap nasi. Sebagai tulang punggung
keluarga mereka terpaksa melakukan hal tersebut. Saat  datang ke kota tidak memiliki
ketrampilan apa-apa. Mencari pekerjaan sangatlah susah apalagi hanya memiliki pendidikan
yang rendah. Ada juga sebagian mempunyai bekal ketrampilan tetapi tidak memiliki modal
yang cukup. Dari pekerjaan itulah sedikit demi sedikit menabung untuk mendirikan usahanya
itu.
Semakin hari kehidupan yang memerlukan biaya banyak apapun pekerjaan dilakukan. Di
dalam hatinya ada rasa ketakutan dalam diri cemas apabila ketahuan dengan teman atau
keluarganya. Ketika ditanya keluarganya tentang pekerjaan selalu diam. Cemas ada yang
curiga dengan keluarga. Di kampung mereka adalah pahlawan keluarga. Seluruh kebutuhan
keluarga ditanggungnya. Setiap bulan diwajibkan mengirim uang ke kampung meskipun
penghasilanya sangat minim. Beban hidupnya semakin hari semakin bertambah. 
Wanita selalu dijadikan korban. Dieksploitasi kecantikan demi kepuasan hawa nafsu para
adam. Wanita selalu disalahkan ketika para politikus mempermainkannya. Menjerumuskan
mereka ke jurang hitam. Memaksa mereka untuk ikut dalam permainkannya. Betapa lugunya
mereka ikut kedalamnya. Mereka tidak tahu apa-apa yang dilakukan oleh para adam tersebut.
Terpenting adalah bagamana bisa mengisi perut ini menjadi kenyang. Terlali besi
mengantarkan mereka.  Wanita hanya korban kebiadaban duniawi. Menuduh sebagai
bencana di tanah air ini. Menghina martabat seorang wanita. Cuplikan dari puisi Bersatulah
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta’
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Orang-orang menggap bekerja sebagai Wanita penghibur gajinya besar dan bisa membeli
semua barang yang dinginkan. Dalam kenyataannya anggapan itu salah. Sebagian perempuan
penghibur banyak ditipu oleh mucikari. Sebagian dari penghasilannya disetorkan ke makelar
dan mucikari. Ada juga mereka terjebak hutang yang banyak hanya untuk membeli pakaian
dan kosmetik. Sehingga mereka rela tidak mendapatkan gaji untuk membanyar hutang.
Sehingga mereka sulit untuk keluar dari wanita penghibur. Tarif melayani sangat tinggi tetapi
mereka tidak mendapatkan apa-apa. Betapa merenanya kehidupan wanita penghibur tersebut.
Sebenarnya niatnya sangat baik yaitu mencari nafkah untuk keluarganya. Malahan mereka
sendiri yang terjebak dalam dunia malam.
Kebijakan pemerintah untuh menutup semua wisma di kota besar. Menutup wisma tidak
semudah mereka banyakan. Membutuhkan waktu yang panjang dan proses yang rumit.
Dengan cara pendekatan secara personal keluh kesah para wanita penghibur. Ada yang pro
dan kontra terhadap kebijakan tersebut. Orang yang pro terhadap pemerintah Wisma harus
segera ditutup alasannya karena wanita banyak dirugikan dan anak-anak yang tinggal disana.
Sehingga tidak selaknya anak-anak hidup di lingkungan wisma dan masa depan mereka akan
terancam Sebaliknya yang kontra menggap penutupan wisma itu dapat mematikan mata
pencarian mereka. Mereka sudah bertahun-tahun tinggal disana apabila wisma itu ditutup
mereka mencari makan kemana lagi.
 Tujuan pemerintah sangat baik untuk menjujung harkat dan martabat wanita tinggi dan
mendapatkan kehidupan yang lebih lanyak. Pemerintah sudah tegas untuk menutup wisma
tersebut. Pemerintah sudah memberikan pelatihan dan ketrampilan untuk bekal mereka nanti.
Mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pada sekarang. Juga memberikan uang
kompesansi bagi bagi penduduk wisma. Tempat yang bekas wisma tersebut akan dijadikan
sebagai fasilitas umum seperti taman kota dan masjid. Cuplikan dari puisi Bersatulah
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta’
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan
https://penyair.wordpress.com/2009/08/24/sajak-bersatulah-pelacur-pelacur-kota-jakarta-w-s-rendra/

b. Esai Puisi ''Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya''

SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA


                                                                                Karya : Taufik Ismail
“Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rejeki mareka
Mereka berteriak kegirangan dan berebutan
Sperti anak-anak kecil
Dan menyoraki saya. Betul bu, meenyoraki saja
‘Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!’
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
‘Hidup rakyat!’ teriaknya
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
‘Hidup pak rambutan!’ sorak mereka
‘Terimakasih pak, terimakasih!
Bapak setuju kami, bukan?
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakan terimakasihnya
‘Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!’
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.
  Pusia yang berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail ini
adalah semangat perjuangan.  Hal demikian sesuai dengan isi puisi tersebut yang
menggambarkan semangat juang para mahasiswa dengan keyakinan yang kuat untuk
melanjutkan perjuangan dengan penuh ketulusan meskipun banyak ribuan nyawa harus
menjadi korban. Sementara suasana yang tergambar pada puisi tersebut adalah Semangat.Hal
ini sudah sangat jelas, karena sebagian besar di setiap bait puisi ini menggambarkan tentang
semangat para mahasiswa yang sedang memperjuangkan hak-hak rakyat.
Puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik
Ismail ini menceritakan tentang mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa pada
pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam puisi ini diceritakan bahwa ada yang
meninggal akibat aksi unjuk rasa tersebut. Dan seorang tukang rambutan yang melemparkan
sepuluh ikat rambutannya kepada mereka, dia pun berkata kepada istrinya bahwa itu adalah
rejeki mereka, hingga mereka pun turun dan mengatkan ucapan terimakasihnya kepada
tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu haru setelah ia disalami dan diarak-araki
mahasiswa-mahasiswa sambil mengatakan ucapan terimakasih yang begitu jujutnya kepada
tukang ranbutan tersebut.
“Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Dari potongan puisi di atas, sudah jelas bahwa puisi tersebut menceritakan
mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa terhadap pemerintah yang telah
menaikan harga-harga, sehingga pada aksi unjuk rasa tersebut pun ada yang tewas mereka
pun mengantarkan mayatnya. Mereka kehausan bukan main demi kebijakan pemerintah
untuk menurunkan harga-harga yang naik yang tidak lain mereka memperjuangkan untuk
kesejahteraan mereka dan rakyat-rakyat lainnya.
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
Kelima larik kalimat puisi di atas mengisahkan tentangkerelaan “bapak tukang
rambutan” memberikan sepuluh ikat rambutan jualannya karena merasa iba melihat para
mahasiswa dan pelajar yang kehausan dan kepanasan. Kalimat ini dapat kita maknai
bagaimana kepedulian seorang rakyat jelata untuk memberikan jualannya kepada para
mahasiswa. Melihat pemberian yang tulus dari bapak penjual rambutan itu para mahasiswa
berteriak kegirangan dan saling berebutan. Tentunya, kalau pemberian yang tidak seberapa
nilainya tetapi diterima dengan hati senang betapa membahagiakan. Hal itulah yang
dirasakan oleh bapak penjual rambutan.
Dan menyoraki saya. Betul bu, meenyoraki saja
‘Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!’
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
‘Hidup rakyat!’ teriaknya
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
‘Hidup pak rambutan!’ sorak mereka
‘Terimakasih pak, terimakasih!
Potongan puisi di atas menggambarkan ucapan terimakasih mahasiswa-mahasiswa
lontarkan kepada tukang rambutan tersebut. Bahkan sebagian dari mereka menyalami dan
memanggul pak rambutan dengan penuh kebahagiaan atas kerelaan penjual rambutan
tersebut untuk memberikan sedikit rambutan jualannya kepada para mahasiswa yang sedang
berjuang memperjuangkan hak-hak mereka sebagai rakyat. 
“Bapak setuju kami, bukan?”
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
“Doakan perjuangan kami, Pak,”
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka
“Hidup pak rambutan, hidup rakyat!”
Dalam larik-larik kalimat puisi di atas diungkapkan, tentang permintaan dari
mahasiswa agar perjuangan mereka juga didukung  melalui doa. Melalui doa, tentunya segala
harapan dan perjuangan akan dikabulkan oleh Tuhan. Sebagai orang yang beragama, doa
merupakan kekuatan yang paling tinggi sebab doa merupakan permohonan yang ditujukan
kepada Tuhan. Melalui puisi ini ingin mengingatkan kita bahwa selain dukungan yang
diperlukan tersebut berupa material dan moral, dukungan doa adalah yang terutama. Dengan
berdoa, kita memohon dukungan dari Tuhan. Puisi ini juga ingin mengajarkan kita bahwa
segala perjuangan harus selalu dibarengi dengan permohonan kepada Tuhan, sebab tanpa
restu dari Tuhan maka  perjuangan yang kita lakukan akan sia-sia.
Saya tersedu, bu, saya tersedu
Belum pernah seumur hidup
Orang berterima kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita.
Keempat larik kalimat terakhir dalam puisi tersebut adalah ungkapan perasaan
“bapak tukang rambutan” yang disampaikan kepada istrinya. Bagaimana dia merasa terharu
dan sampai tersedu. Dapat kita bayangkan, bagaimana perasaan yang dialami oleh “bapak
tukang rambutan” saat menerima ucapan terima kasih yang begitu tulusnya, apalagi ia
merasa dirinya hanyalah orang kecil dan ucapan terima kasih seperti itu baru pertama kali
diterimanya dalam hidupnya.
Terbakar mukanya di atas truk terbuka,
maksud kata terbakar mukanya pada potongan larik tersebut menggambarkan bahwa muka
mereka yang terbakar oleh matahari, akan tetapi muka mereka yang memerah akibat
kepanasan oleh teriknya matahari, dan “Tukang Rangbutan melemparkan sepuluh ikat
rambutannya kepada mereka yang kehausan.
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.
Potongan puisi di atas menggambarkan bahwa bukan tubuh pak tukang rambutan dan
istrinya yang berbadan kecil akan tetapi mereke itu orang susah atau orang miskin yang rela
menolong sesama.
Puisi ini mengamanatkan kepada kita bahwa sekecil apapun kebaikan atau bantuan
yang kita berikan kepada seseorang, jika kita melakukannya dengan penuh keikhlasan, maka
kita akan mendapatkan balasan yang baik, bahkan lebih besar dari apa yang kita bayangkan.
(Seperti halnya pak penjual rambutan, dengan keikhlasannya memberikan buah rambutan
jualannya kepada para mahasiswa. Dapat kita bayangkan, bagaimana perasaan yang
dialami oleh “bapak tukang rambutan” saat menerima ucapan terima kasih yang begitu
tulusnya, apalagi ia merasa dirinya hanyalah orang kecil dan ucapan terima kasih seperti
itu baru pertama kali diterimanya dalam hidupnya.)
Dapat disimpulkan bahwa puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Seorang Tukang
Rambutan pada Istrinya” adalah puisi yang ditulis dalam bentuk kisahan atau cerita sehingga
kita sebagai pembaca akan merasa tersentuh saat membaca puisi tersebut. Di dalam puisi ini
digambarkan perjuangan para mahasiswa yang mengobarkan semangatnya demi
memperjuangkan hak-hak rakyat. Selain itu juga pada puisi ini menggambar kebaikan hati
seorang pedagang rambutan yang dengan keikhlasannya memberikan sebagian rambutannya
jualannya kepada para mahasiswa yang sedang berjuang memperjuangkan hak-hak rakyat.

ttps://pecintapuisi.wordpress.com/2008

LEMBAR KERJA SISWA

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 106 Jakarta


Kelas / Semester : XII/ Genap
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Tema : Teks Kritik Puisi “Bersatulah Pelacur-pelacur
Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra dan
Esay Puisi Seorang Tukang Rabutan Kepada
Istrinya“ karya Taufik Ismail
Pertemuan ke- : 6
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. KOMPETENSI DASAR
Pengetahuan
3.13 Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan esai
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menggali informasi isi kritik dan esai yang berjudul:
o Kritik Puisi “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra,
o Esay Puisi Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya Taufik Ismail
2. Menentukan ciri kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” dan esai
puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
3. Menjelaskan isi kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” dan esai
puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
4. Menganalisis sistematika kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta”
dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“, antara lain:
pendahuluan, isi, penutup
5. Menganalisis ciri atau penanda kebahasaan kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-
pelacur Kota Jakarta” dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada
Istrinya“, meliputi:
Kalimat simplek dan komplek, makna kata atau istilah. Konjungsi (koordinatif,
subordinatif, korelatif, Penggunaan sinonim dan antonym, Penggunaan pronominal,
meliputi Kata ganti orang, tunjuk, penghubung, Kata ganti tak tentu
Preposisi = di, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi Artikel = si,
sangPreposisi = di, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi
6. Artikel = si, sangMenjawab pertanyaan isi teks kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-
pelacur Kota Jakarta” dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
Keterampilan
4.13 Mengonstruksi sebuah kritik atau esai dengan memerhatikan siste-matika dan
kebahasaan
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menggali informasi teks kririk dan esai berjudul “Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota
Jakarta Karya W.S. Rendra dan dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan
Kepada Istrinya“
2. Mengidentifikasi hal penting teks kririk dan esai berjudul “Puisi Bersatulah Pelacur-
Pelacur Kota Jakarta Karya W.S. Rendra dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang
Rabutan Kepada Istrinya“
3. Memilah dan memilih bagian struktur yang perlu dikonstruksi dengan cara mendapat
penambahan, perbaikan, pengembangan atau penajaman konsep
4. Mengkonstruksi berupa menambahkan, memperbaiki, mengembangkan, dan
mempertajam konsep pada teks kririk dan esai berjudul “Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur
Kota Jakarta Karya W.S. Rendra dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan
Kepada Istrinya“ dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan
5. Mempresentasikan hasil kerja di depan forum diskusi smentara teman sebaya
memberikan riview, tanggapan, dan penilaian
B. Materi Pembelajaran : Teks kritik “Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
Karya W.S. Rendra dan esai puisi “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya
Taufik Ismail
C. Sintak : Discovery Learning
D. Langkah-langkah:
a. Stimulasi
Kritik sastra merupakan analisis terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau
menilai baik-buruknya suatu karya secara objektif. Sedangkan esai merupakan karangan
singkat yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya. Masalah
yang dibahas dalam esai merupakan masalah yang aktual dari berbagai bidang seperti
kesusastraan, kebudayaan, iptek, atau politik.
Kritik merupakan penulisan tentang penilaian baik atau buruk. Panjang/pendeknya
sebuah tulisan tidaklah ditentukan kedalaman isi, tetapi lebih mengungkapkan penilaian
penulis. Maka itu, kritik tetap mengedepankan keobjektifan data dan realistis.
Tahapan dalam kritik
Tahapan dalam kritik adalah sebagai berikut:
A. Tahap Pengumpulan Informasi Awal
Pada tahap awal ini, perlu dikumpulkan informasi-informasi yang paling mendasar
pada sebuah puisi penelitian ilmiah, seperti
1. Nama penulis
2. Judul artikel
3. Nama jurnal, nomor volume, tanggal, bulan dan nomor halaman
4. Tujuan penelitian
5. Hasil/ temuan utama
6. Kesimpulan umum
B. Tahap Pemberian Kritik
Pada tahap pengkritikan hal yang terpenting adalah kualitas opini pengkritik atas
puisi. Sebelum mulai mengkritik, terlebih dahulu membaca keseluruhan puisi guna
mendapatkan gambaran atas isinya. Kemudian baca kembali dan mulailah
menganalisis dan mengkritik, pada tahap ini diperlukan lembar catatan atas point
point kritikan. 
Beberapa pertanyaan dibawah ini dapat menjadi acuan dalam mengkritik sebuah
puisi, antara lain:
1. Apakah judul puisi?
2. Apakah tema puisi?
3. Bagaimana nada dan suasananya?
4. Bagaiana perasaan penyair pada saat menciptakan puisinya?
5. Apakah amanat puisi?
C. Tahap Penulisan kritik.
Pada tahap ini, pengkritik dapat menulis hasil kritiknya terhadap sebuah puisi
berdasarkan sistematikan yang telah ditentukan, di samping menggunakan bahasa
yang santun dengan mengedapankan etika dan norma.
http://tugasdanbelajar.blogspot.co.id/2013/06/langkah-langkah-
panduan-cara.html

Sistematika Esai
Sruktur esai, sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan struktur awal pembangun kerangka dari esai.
Pendahuluan mengungkapkan secara sekilas topik atau tema yang akan diangkat pada
keseluruhan esai. Pada bagian ini pula, dijabarkan latar belakang yang mendasari
penulisan esai. Singkatnya, pendahuluan menjadi pengantar atau gambaran topik
yang akan disampaikan.
2. Isi atau Pembahasan
Bagian ini merupakan bagian inti dari struktur pembangun esai. Pada bagian ini,
topik atau tema yang telah dipilih, dibahas dan dijelaskan secara lebih rinci dan
mendetail. Dalam isi juga dijelaskan tentang dasar dasar dari penyusun argument
tersebut, seperti teori para ahli yang dikombinasikan dengan data dan fakta. Teori,
data, dan fakta inilah yang akan lebih meyakinkan pembaca untuk mempercayai opini
penulis yang disampaikan dalam esai.
3. Penutup atau Kesimpulan
Penutup merupakan bagian terakhir dalam menyusun sebuah esai. Bagian ini
berisi kesimpulan yang berupa kalimat yang merangkum poin-poin utama yang telah
disampaikan dalam pendahuluan dan pembahasan. Kesimpulan ditulis singkat, padat,
dan jelas.
Untuk memperkuat pemahaman Anda terhadap Kritik Puisi “Bersatulah Pelacur-pelacur
Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra, Esay Puisi Seorang Tukang Rabutan Kepada
Istrinya“ karya Taufik Ismail, kerjakan tugas berikut!
1. Ciri kritik berdasarkan puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” dan
esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
a. Kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra
1) Bersifat objektif: Hampir di semua paragraph penulis membahas tentang
rendahnya harga diri wanita, hal itu didasarkan pada kejadian yang nyatanya
terjadi di kehidupan sehari-hari
2) Bertujuan menjembatani pemahaman pembaca/apresiator/apresian dengan
karya sastra bersangkutan: penulis menjabarkan teori yang ia miliki dalam
setiap bait puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta. Tujuannya agar
pembaca dapat memahami keseluruhan dari puisi tersebut.

b. Esai puisi Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya Taufik Ismail
1) Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh,
namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai
dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran
2) Mempunyai nada pribadi atau bersifat individu, yang membedakan esai
dengan jenis karya sastra adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan
esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang pandangannya, sikapnya,
pikirannya, dan kepada pembaca.

2. Tetapkan informasi isi kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis
oleh W.S Rendra, dan esai yang berjudul Esay Puisi Seorang Tukang Rabutan
Kepada Istrinya“ karya Taufik Ismail
a. Kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra
1) Kemiskinan merupakan potret permasalahan klasik yang sedang diderita
negara ini. Di desa tidak banyak pekerjaan yang bisa menampung mereka.
2) Berbekal pendidikan rendah dan pengalaman yang minim banyak oknum-
oknum mengajak bekerja di kota menghasilkan uang yang lebih banyak.
Mereka terus diiming-iming dengan mimpi indah. Sehingga terpicut oleh
rayuan-rayuan gombal oleh pihak oknum tersebut.
3) Wanita selalu dijadikan korban. Dieksploitasi kecantikan demi kepuasan hawa
nafsu para adam. Wanita selalu disalahkan ketika para politikus
mempermainkannya. Menjerumuskan mereka ke jurang hitam.
b. Esai Puisi yang berjudul Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya Taufik
Ismail
1) Puisi tersebut menggambarkan semangat juang para mahasiswa dengan
keyakinan yang kuat untuk melanjutkan perjuangan dengan penuh ketulusan
meskipun banyak ribuan nyawa harus menjadi korban.
2) Suasana yang tergambar pada puisi tersebut adalah Semangat.Hal ini sudah
sangat jelas, karena sebagian besar di setiap bait puisi ini menggambarkan
tentang semangat para mahasiswa yang sedang memperjuangkan hak-hak
rakyat.
3) Dan seorang tukang rambutan yang melemparkan sepuluh ikat rambutannya
kepada mereka, dia pun berkata kepada istrinya bahwa itu adalah rejeki
mereka, hingga mereka pun turun dan mengatkan ucapan terimakasihnya
kepada tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu haru setelah ia
disalami dan diarak-araki mahasiswa-mahasiswa sambil mengatakan ucapan
terimakasih yang begitu jujutnya kepada tukang ranbutan tersebut.

b. Identifikasi
Mengidentifikasi isi teks kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota
Jakarta” dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya” tentunya
diperlukan kecermatan dan ketelitian, terutama sekali dalam pemilihan kebahasaan yang
dipilih. Terkait dengan hal tersebut di atas, tetapkan
1. Ciri atau penanda kebahasaan kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota
Jakarta” dan esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya”
a. Kalimat simplek dan komplek
1) Kalimat simplek
a) Di desa tidak banyak pekerjaan yang bisa menampung mereka.
b) Hanya pekerjaan sebagai buruh tani yang bisa dihandalkan.
c) Keinginkannya bisa mengubah hidup lebih baik.
2) Kalimat Komplek
a) Terkadang juga mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan
misalnya seperti dipukul, dan ditendang dari pelanggannya apabila tidak
bisa memuaskan.
b) Tidak jarang para penikmat tidak memberikan jasa kepadanya sebaliknya
hanya mendapatkan caci maki bahkan mengatakan tidak becus
melanyaninya.
c) Tempat yang bekas wisma tersebut akan dijadikan sebagai fasilitas umum
seperti taman kota dan masjid.

b. Penggunaan makna kata atau istilah


1) Hidung belang: laki-laki yang gemar mempermainkan perempuan
2) Oknum-oknum: orang, perseorangan (dalam arti yang kurang baik)
3) Unjuk rasa: sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di
hadapan umum.
c. Penggunaan konjungsi, antara lain:
1) Koordinatif
a) Bahkan sebagian dari mereka menyalami dan memanggul pak rambutan
b) Akan tetapi mereka itu orang susah atau orang miskin yang rela menolong
sesama.
c) Tukang rambutan begitu haru setelah ia disalami dan diarak-araki
mahasiswa-mahasiswa

2) Subordinatif
a) Kemiskinan merupakan potret permasalahan klasik yang sedang diderita
negara ini.
b) Sehingga terpicut oleh rayuan-rayuan gombal oleh pihak oknum tersebut.
c) Dengan berdoa, kita memohon dukungan dari Tuhan.
d) Puisi ini juga ingin mengajarkan kita bahwa segala perjuangan harus
selalu dibarengi dengan permohonan kepada Tuhan,

3) Korelatif
a) Sudah jelas bahwa puisi tersebut menceritakan mahasiswa-mahasiswa
yang melakukan aksi unjuk rasa terhadap pemerintah yang telah menaikan
harga-harga, sehingga pada aksi unjuk rasa tersebut pun ada yang tewas
mereka pun mengantarkan mayatnya.
b) Puisi ini juga ingin mengajarkan kita bahwa segala perjuangan harus
selalu dibarengi dengan permohonan kepada Tuhan, sebab tanpa restu dari
Tuhan maka perjuangan yang kita lakukan akan sia-sia.

d. Penggunaan sinonim dan antonym


a) Sinonim
a) Instan=proses cepat
b) Kisah=cerita
c) Palsu=tiruan
d) Senang=gembira

b) Antonim
a) Instan><lambat/lama
b) Hidup><mati
c) Palsu><asli
d) Senang><sedih

d. Penggunaan pronominal
1) Kata ganti orang
a) Orang ketiga: mereka, mahasiswa, wanita-wanita, oknum-oknum. bapak
penjual rambutan

2) Kata ganti tunjuk


a) Hal itulah yang dirasakan oleh bapak penjual rambutan.
b) Puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya
Taufik Ismail ini menceritakan tentang
c) Dalam puisi ini diceritakan bahwa ada yang meninggal akibat aksi unjuk
rasa tersebut.

3) Kata ganti penghubung


a) Kemiskinan merupakan potret permasalahan klasik yang sedang diderita
negara ini.
b) Puisi yang ditulis dalam bentuk kisahan atau cerita
c) Dalam puisi ini diceritakan bahwa ada yang meninggal akibat aksi unjuk
rasa tersebut.

4) Kata ganti tak tentu


a) Para penikmat berbaris menunggu giliran untuk memadu kasih.
b) Para penjaja cinta mencari uang untuk keluarga
c) Para hidung belang setelah manis langsung dibuang.

e. Preposisi = di, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi


1) Di desa tidak banyak pekerjaan yang bisa menampung mereka.
2) Bagaimana perasaan yang dialami
3) Dengan berdoa, kita memohon dukungan dari Tuhan.
4) Sebab tanpa restu dari Tuhan maka perjuangan yang kita lakukan akan sia-
sia.

f. Artikel = si, sang


a) Tidak terdapat penggunaan si atau sang dalam teks kritik maupun teks esai di
atas.

c. Pengumpulan Data
Memprediksi teks kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh
W.S Rendra, dan Esay puisi yang berjudul Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
karya Taufik Ismail tidaklah mudah karena masing teks memiliki karakter yang berbeda.
Teks kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra,
menitikberatkan pada analisis, menafsirkan, dan penilai, tetapi seperti dipetik dari jalan
pikiran pengkritik sedangkan esay puisi yang berjudul Seorang Tukang Rabutan Kepada
Istrinya“ karya Taufik Ismail menitikberatkan pada menerangkan dan cenderung tidak
teratur sistematikanya. Tafsiran isi dapat dimulai memahami isi, baik teks kritik
“Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra, dan Esay Puisi
yang berjudul Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya Taufik Ismail
Untuk memperdalam pemahaman hal tersebut, kerjakan tugas berikut!
1. Tentukan isi kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” dan esai
puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
a. Isi kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta”
1) Puisi berjudul ‘Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta’ Karya Willibrordus
Surendra Broto Rendra mengangkat tentang sosial. Kemiskinan merupakan
potret permasalahan klasik yang sedang diderita negara ini.
2) Para wanita yang datang untuk bekerja di kota pada akhirnya hanya menjadi
pemuas nafsu karena termakan janji-janji oknum yang tidak bertanggung
jawab
3) Wanita selalu dijadikan korban. Dieksploitasi kecantikan demi kepuasan hawa
nafsu para adam. Wanita selalu disalahkan ketika para politikus
mempermainkannya. Menjerumuskan mereka ke jurang hitam. Memaksa
mereka untuk ikut dalam permainkannya.
4) Orang-orang menggap bekerja sebagai Wanita penghibur gajinya besar dan
bisa membeli semua barang yang dinginkan. Dalam kenyataannya anggapan
itu salah. Sebagian perempuan penghibur banyak ditipu oleh mucikari.
Sebagian dari penghasilannya disetorkan ke makelar dan mucikari.

b. Esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“


1) Puisi yang berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik
Ismail ini adalah semangat perjuangan. Hal demikian sesuai dengan isi puisi
tersebut yang menggambarkan semangat juang para mahasiswa dengan
keyakinan yang kuat untuk melanjutkan perjuangan dengan penuh ketulusan
meskipun banyak ribuan nyawa harus menjadi korban
2) Puisi ini mengamanatkan kepada kita bahwa sekecil apapun kebaikan atau
bantuan yang kita berikan kepada seseorang, jika kita melakukannya dengan
penuh keikhlasan, maka kita akan mendapatkan balasan yang baik, bahkan
lebih besar dari apa yang kita bayangkan.
3) Melalui puisi ini ingin mengingatkan kita bahwa selain dukungan yang
diperlukan tersebut berupa material dan moral, dukungan doa adalah yang
terutama. Dengan berdoa, kita memohon dukungan dari Tuhan. Puisi ini juga
ingin mengajarkan kita bahwa segala perjuangan harus selalu dibarengi
dengan permohonan kepada Tuhan, sebab tanpa restu dari Tuhan maka
perjuangan yang kita lakukan akan sia-sia.

d. Pembuktian
Menganalisis  teks kritik dan esai puisi merupakan kajian yang bersandar pada
sistematika atau struktur. Pertama dan utama yang harus dipahami pada tahap ini adalah
telaah struktur atau sistematika, terutama sistematika teks kritik “Bersatulah Pelacur-
pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh W.S Rendra, dan Esay puisi yang berjudul
Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ karya Taufik Ismail. Terkait dengan hal
tersebut di atas, tetapkan
1. Sistematika teks kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis oleh
W.S Rendra, dan Esay puisi yang berjudul Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“
karya Taufik Ismail
a. Sistematika teks kritik “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” yang ditulis
oleh W.S Rendra
1) Bagian Pendahuluan
a) Puisi berjudul ‘Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta’ Karya
Willibrordus Surendra Broto Rendra mengangkat tentang sosial.
b) Kemiskinan merupakan potret permasalahan klasik yang sedang diderita
negara ini. Di desa tidak banyak pekerjaan yang bisa menampung mereka.
Hanya pekerjaan sebagai buruh tani yang bisa dihandalkan.
c) Keinginkannya bisa mengubah hidup lebih baik. Terkadang juga mereka
gengsi untuk bekerja di sawah. Ada juga ingin hidup enak dengan cara
instan.

2) Bagian isi
a) Ibukota sangat kejam dari pada Ibu tiri perumpamaan itu sesuai dengan
para pendatang untuk mengadu nasib. Bermimpi mempunyai pekerjaan
yang mapan. Itu semua hanya mimpi-mimpi palsu semata. Terjebak oleh
gemerlapnya surganya duniawi. Mereka dipekerjakan sebagai penjajah
cinta.
b) Terkadang juga mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan
misalnya seperti dipukul, dan ditendang dari pelanggannya apabila tidak
bisa memuaskan. Perbuatan itu sangatlah sadis tidak selanyaknya para
hidung belang memperlakukan itu. Tidak jarang para penikmat tidak
memberikan jasa kepadanya sebaliknya hanya mendapatkan caci maki
bahkan mengatakan tidak becus melanyaninya.
c) Wanita selalu dijadikan korban. Dieksploitasi kecantikan demi kepuasan
hawa nafsu para adam. Wanita selalu disalahkan ketika para politikus
mempermainkannya. Menjerumuskan mereka ke jurang hitam. Memaksa
mereka untuk ikut dalam permainkannya. Betapa lugunya mereka ikut
kedalamnya.

3) Bagian penutup
a) Kebijakan pemerintah untuh menutup semua wisma di kota besar.
Menutup wisma tidak semudah mereka banyakan. Membutuhkan waktu
yang panjang dan proses yang rumit. Dengan cara pendekatan secara
personal keluh kesah para wanita penghibur. Ada yang pro dan kontra
terhadap kebijakan tersebut.
b) Tujuan pemerintah sangat baik untuk menjujung harkat dan martabat
wanita tinggi dan mendapatkan kehidupan yang lebih lanyak. Pemerintah
sudah tegas untuk menutup wisma tersebut. Pemerintah sudah
memberikan pelatihan dan ketrampilan untuk bekal mereka nanti.
Mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pada sekarang. Juga
memberikan uang kompesansi bagi bagi penduduk wisma. Tempat yang
bekas wisma tersebut akan dijadikan sebagai fasilitas umum seperti taman
kota dan masjid.

b. Menganalisis sistematika esai puisi berjudul “Seorang Tukang Rabutan Kepada


Istrinya“
1) Bagian Pendahuluan
a) Puisi yang berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya
Taufik Ismail ini adalah semangat perjuangan. Hal demikian sesuai
dengan isi puisi tersebut yang menggambarkan semangat juang para
mahasiswa dengan keyakinan yang kuat untuk melanjutkan perjuangan
dengan penuh ketulusan meskipun banyak ribuan nyawa harus menjadi
korban.

2) Bagian isi
a) Puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya
Taufik Ismail ini menceritakan tentang mahasiswa-mahasiswa yang
melakukan aksi unjuk rasa pada pemerintah untuk menurunkan harga-
harga. Dalam puisi ini diceritakan bahwa ada yang meninggal akibat aksi
unjuk rasa tersebut. Dan seorang tukang rambutan yang melemparkan
sepuluh ikat rambutannya kepada mereka, dia pun berkata kepada istrinya
bahwa itu adalah rejeki mereka, hingga mereka pun turun dan mengatkan
ucapan terimakasihnya kepada tukang rambutan tersebut. Tukang
rambutan begitu haru setelah ia disalami dan diarak-araki mahasiswa-
mahasiswa sambil mengatakan ucapan terimakasih yang begitu jujutnya
kepada tukang rambutan tersebut.
b) Puisi tersebut menceritakan mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi
unjuk rasa terhadap pemerintah yang telah menaikan harga-harga,
sehingga pada aksi unjuk rasa tersebut pun ada yang tewas mereka pun
mengantarkan mayatnya. Mengisahkan tentangkerelaan “bapak tukang
rambutan” memberikan sepuluh ikat rambutan jualannya karena merasa
iba melihat para mahasiswa dan pelajar yang kehausan dan kepanasan.
Kalimat ini dapat kita maknai bagaimana kepedulian seorang rakyat jelata
untuk memberikan jualannya kepada para mahasiswa.
c) Sebagai orang yang beragama, doa merupakan kekuatan yang paling
tinggi sebab doa merupakan permohonan yang ditujukan kepada Tuhan.
Melalui puisi ini ingin mengingatkan kita bahwa selain dukungan yang
diperlukan tersebut berupa material dan moral, dukungan doa adalah yang
terutama. Dengan berdoa, kita memohon dukungan dari Tuhan. Puisi ini
juga ingin mengajarkan kita bahwa segala perjuangan harus selalu
dibarengi dengan permohonan kepada Tuhan, sebab tanpa restu dari
Tuhan maka perjuangan yang kita lakukan akan sia-sia.

3) Bagian penutup
a) Dapat disimpulkan bahwa puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Seorang
Tukang Rambutan pada Istrinya” adalah puisi yang ditulis dalam bentuk
kisahan atau cerita sehingga kita sebagai pembaca akan merasa tersentuh
saat membaca puisi tersebut. Di dalam puisi ini digambarkan perjuangan
para mahasiswa yang mengobarkan semangatnya demi memperjuangkan
hak-hak rakyat. Selain itu juga pada puisi ini menggambar kebaikan hati
seorang pedagang rambutan yang dengan keikhlasannya memberikan
sebagian rambutannya jualannya kepada para mahasiswa yang sedang
berjuang memperjuangkan hak-hak rakyat.
e. Penyimpulan
Setelah kalian memahami teori yang berupa struktur, ciri, dan kebahasan teks isi
kritik puisi berjudul “Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” dan esai puisi berjudul
“Seorang Tukang Rabutan Kepada Istrinya“ seperti yang tertera di atas, buatlah
simpulan. Simpulan yang kalian buat hanya satu paragraf dan terdiri atas maksimal enam
kalimat.
Kritik atau mengkritik sebuah karya atau sebuah hal berarti mengungkapkan bagian-
bagian suatu karya atau hal tersebut yang dirasa atau dianggap kurang bagus, kurang
menarik, dan kurang benar. Ciri-ciri kritik antara lain: Bersifat objektif, bertujuan untuk
membangun karya yang dikritk, bertujuan meningkatkan pemahaman pembaca. Salah
satu prinsip penulisan kritik adalah setiap kritikus yang cakap harus memerhatikan
berbagai hal yang terdapat pada setiap karya sastra. Esai adalah karangan prosa yang
membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Esai
sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal
mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan saya dan seolah-olah ia
berbicara langsung dengan pembaca. Adapun esai yang formal pendekatannya serius.

f. Penilaian
Nilai = a + b + c + d + e =

Jakarta, Januari 2021


Guru Mata Pelajaran B. Indonesia,

Dra. Hj. Nina


Sugiwangsih
NIP 196209131991022001

Anda mungkin juga menyukai