Anda di halaman 1dari 16

BAB III

TINJAUAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

3.1. Gambar Proyek


Jembatan Lalove Palu V dengan kelas jalan A yang memiliki bentang
jembatan + 102 m dan ditambah Panjang jalan dari abutmen hingga kebawah 90
m, maka + 192 m yang membentang melintang sungai palu yang memiliki lebar
melintang sungai + 50 m dengan Panjang sungai + 90 km dari hulu ke hilir.

Tampak Atas

Tampak
Samping

Gambar 3.1 Gambar Rencana Jembatan Lalove Palu V


Sumber : Arsip Gambar Perencanaan PT.Yodya Karya (Persero)

Gambar 3.2 Photo Jembatan Lalove Palu V

III - 5
Sumber : Media berita, Luwuk Post

3.2. Bagian Bangunan

Bagian Atas

1 Bagian Bawah

Gambar 3.3 Gambar bagian umum bangunan Jembatan Lalove Palu V


Sumber : Arsip Gambar Perecanaan PT.Yodya Karya (Persero)

3.2.1. Struktur Atas ( Superstructure )


Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan,
beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dan lain-
lain.yang mana beban tersebut untuk disalurkan ke struktur bawah
jembatan.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

Gambar 3.4 Bagian atas jembatan


Sumber : pppambudi.blogspot.com

III - 6
Sandaran dan
Peniggian Trotoar Slab Lantai Asphal
tiang sandaran
Deker
Slab lantai Trotoar

Gelagar ( Girder )

Diafragma

Gambar 3.5 Tampak Melintang Jembatan


Sumber : Arsip Gambar Perecanaan PT.Yodya Karya (Persero)

Gambar 3.6 Bagian atas jembatan


Sumber : Dokumentasi kunjungan lapangan RPK 2020

III - 7
Deker

Gelagar

Diafragma

Gambar 3.7 Bagian atas jembatan


Sumber : Dokumentasi kunjungan lapangan RPK 2020

1. Trotoar
a. Asphal
b. Sandaran dan tiang sandaran
c. Peninggian trotoar
d. Slab lantai trotoar
2. Slab Lantai Kendaraan
3. Gelagar ( Girder )
4. Balok Diafragma

3.2.2. Struktur Bawah ( Substructure )


Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur
atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan
hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian
disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh
fondasi ke tanah dasar.

III - 8
Struktur Bawah Jembatan umumnya meliputi :

Wing Wall

Elastrometic
Bearing Pad
Abutment
Pile Cap
Lantai Kerja

Gambar 3.5 Tampak Samping Abutment


Sumber : Arsip Gambar Perecanaan PT.Yodya Karya (Persero)

Gambar 3.8 Abutment


Sumber : Dokumentasi kunjungan lapangan RPK 2020

III - 9
Gambar 3.9 Pilar
Sumber : Dokumentasi kunjungan lapangan RPK 2020

Gambar 3.10 Elastrometic Bearing Pad , Tumpuan


Sumber : Dokumentasi kunjungan lapangan RPK 2020

1. Pangkal Jembatan ( Abutment )


a. Dinding Belakang ( Back Wall )
b. Dinding Penahan ( Breast Wall )
c. Dinding sayap ( Wing Wall )
d. Oprit, Plat Injak ( Approach Salb )
e. Konsol pendek untuk Jacking ( Corbel )
f. Tumpuan ( Bearing )
2. Pilar Jembatan ( Pier )
a. Kepala pilar ( Pier Head )
b. Pilar ( Pier ) , yang beruoa dinding , kolom , atu portal
c. Konsol pendek untuk jacking ( Corbel )

III - 10
d. Tumpuan ( Bearing )
3. Pondasi
Pondasi terdiri dari 2 jenis , yaitu Pondasi dangkal dan dalam. Dalam
perencanaan pondasi Jembatan Lalove Palu 5 menggunakan pondasi
dalam , maka digunakanlah pondasi tiang pancang

3.3. Kriteria Perencanaan Jembatan


1. Survei dan Investigasi
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi
yang meliputi :
a. Survei tata guna lahan
b. Survey Lalu lintas
c. Survey topografi
d. Survey Hidrologi
e. Penyelidikan Tanah
f. Penyelidikan Geologi
g. Survei Bahan dan tenaga kerja setempat

Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat


rancangan teknis yang menyangkut beberapa hal antara lain :
a. Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun
lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
b. Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
c. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu
lintas.
d. Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi
topografi, struktur tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan
perilakunya.

2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data
hasil survei dan investigasi yang meliputi, antara lain :
a. Analisis data lalu lintas
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan
yang erat hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan beban
lalu-lintas yang direncanakan.
b. Analisis Data HIdrologi
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir
rancangan, kecepatan aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai
dimana jembatan akan dibangun.

III - 11
c. Analisis Data Tanah
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang
berupa pengujian sondir, SPT, boring, dsb. digunakan untuk
mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan pemilihan jenis
konstruksi fondasi jembatan.
d. Analisis Geometri
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat
hubungannya dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat
(oprit).

3. Pemilihan Lokasi Jembatan


Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap
sumbu rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin
untuk dibangun di atas jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan
memperhatikan kondisi setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai
berikut :
a. Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak
menghasilkan kebutuhan lahan yang besar sekali.
b. Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah
penduduk sekitarnya, dan diusahakan mengikuti as jalan existing.
c. Pemilihan lokasi jembatan selain harus mempertimbangkan masalah
teknis yang menyangkut kondisi tanah dan karakter sungai yang
bersangkutan, juga harus mempertimbangkan masalah ekonomis serta
keamanan bagi konstruksi dan pemakai jalan.

4. Bahan Konstruksi Jembatan


Dalam memilih jenis bahan konstruksi jembatan secara keseluruhan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Biaya Konstruksi
b. Biaya Perawatan
c. Ketersediaan Material
d. Flexibilitas (konstruksi dapat dikembangkan atau dilaksanakan secara
bertahap)
e. Kemudahan pelaksanaan konstruksi
f. Kemudahan mobilisasi peralatan.

Tabel berikut menyajikan rangkuman jenis konstruksi, bahan konstruksi dan


bentang maksimum jembatan standar Bina Marga yang ekonomis dalam keadaan
normal yang sering digunakan.

III - 12
Tabel 3.1 Bentang maksimum jembatan standar untuk berbagai jenis dan bahan

3.4. Perencanaan Struktur Jembatan


Perencanaan struktur jembatan yang ekonomis dan memenuhi syarat
teknis ditinjau dari segi keamanan serta rencana penggunaannya, merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk diupayakan.
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang
menyangkut beberapa hal antara lain :
1. Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi
jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
3. Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya.
4. Pemilihan jenis struktur dan bahan konstruksi jembatan yang sesuai dengan
kondisi medan, ketersediaan material dan sumber daya manusia yang ada.
5. Penguasaan tentang teknologi perencanaan, metode pelaksanaan, peralatan,
material/ bahan mutlak dibutuhkan dalam perencanaanjembatan.
6. Analisis Struktur yang akurat dengan metode analisis yang tepat agar
diperoleh hasil perencanaan jembatan yang optimal.

3.5. Teknis Pelaksanaan Konstruksi


Dalam Proses Pembuatan tentunya ada beberapa tahapan-tahapan yang
harus di lewati secara teknis dan non teknis. Adapun sama-sama kita ketahui
bahwa jembatan memiliki fungsi yang sangat dominan dalam menyambung
celah daratan yang terpisah oleh sungai, danau, jurang, lembah dan lain
sejenisnya. Betapa banyak manfaat setelah jembatan terpasang atau dibangun
untuk kepentingan masyarakat banyak. Oleh karena jembatan yang akan
dibangun harus memenuhi standar untuk keselamatan. Berikut ini adalah proses-
prosenya secara garis besar, yakni :
1. Pekerjaan struktur jembatan yang terdiri dari :
a. Penyediaan balok jembatan / girder jembatan.
b. Galian Struktur Abutment jembatan

III - 13
c. Pembuatan pondasi jembatan
d. Pembuatan abutmen atau pilar jembatan
e. Pemasangan balok girder diatas abutment dan pilar dengan terlebih
dahulu dipasang elastomeric bearing.
f. Dilanjutkan dengan pemasangan diafragma tepi dan diafragma tengah
diantara balok-balok girder yang sudah terpasang.
g. Pemasangan plat deck yang berfungsi subagai begisting (bawah) lantai
jembatan.
h. Pemasangan besi tulangan untuk lantai jembatan dan juga pemasangan
pipa drainasi jembatan serta pemasangan pipa utilitas.
i. Pengecoran Lantai jembatan menggunakan beton ready mix.
j. Pembuatan plat injak jembatan, plat injak jembatan dibuat dengan
terlebih dahulu dipasang lantai kerja dibawahnya.
k. Pembuatan plat injak jembatan, plat injak jembatan dibuat dengan
terlebih dahulu dipasang lantai kerja dibawahnya.

2. Pekerjaan Oprit Jembatan terdiri antara lain


a. Pembuatan talud jalan menggunakan konstruksi beton bertulang atau
pasangan batu kali
b. Pada talud jalan harus dipasang suling-suling untuk mengalirkan air.
c. Pemasangan kolom pengaman talud jalan
d. Penghamparan dan pemadatan timbunan pilihan / sirtu
e. Penghamparan dan pemadatan Lapis pondasi Agregat Klas B
f. Penghamparan dan pemadatan Lapis Pondasi Agregat Klas A.
g. Pekerjaan Aspal yang terdiri dari penyemprotan Lapis Pengikat Aspal
cair (Prime Coat), dilanjutkan dengan penghamparan Laston Lapis
Pondasi AC-Base, selanjutnya dipasang lapis diatasnya yang terdiri dari
Laston Lapis Antara (AC – BC) dan Laston Lapis Aus (AC-WC).

3. Pekerjaan Drainasi Jalan


Drainase jalan dibuat menggunakan konstruksi beton bertulang atau
pasangan batu kali dengan mortar.

4. Pekerjaan Pelengkap meliputi :


a. Pembuatan tembok sedada dengan pasangan batu yang diplester dan
difinishing dengan melakukan pengecatan. Pemasangan batu temple dan
marmer
b. Pembuatan Trotoar dengan pemasangan kastin / kerb, diisi timbunan sirtu
dipadatkan, finishing dengan batu alam.
c. Pemasangan Lampu Hias sesuai spesifikasi.
d. Pekerjaan marka jalan.

III - 14
3.6. Teknis Khusus Pelaksanaan Konstruksi
3.6.1 Bore Pile

Gambar 3.11 Photo Jembatan Lalove Palu V


Sumber : Media berita, Luwuk Post

Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk


tabung dan fungsinya sama seperti fondasi pada umumnya yaitu
meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah
sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi
yang sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya.
Perbedaan di antara keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya.
Pelaksanaan pondasi bore pile diawali dari pembuatan lubang di tanah
dengan cara tanah di bor terlebih dahulu kemudian penginstalan besi
tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan pengecoran bor pile
dengan tremi.

a b c

Gambar 3.12 Proses Pelaksanaan pekerjaan Bore Pile

III - 15
Sumber : http://jharwinata.blogspot.com/

a. Proses Pengeboran
Pengeboran dengan sistem bor basah (wash borring). Tanah di
bor dengan menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai
kebutuhan yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/-
200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat diberi chasing
sementara terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding
lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan
air lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini
menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong
keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana,
pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi
beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus
sampai sisa tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama
pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah
disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor
diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang pengecoran akan
mendapatkan hasil yang terbaik.

b. Pemasangan Pipa Besi dan Pipa Tremi


Tahap berikutnya adalah pemasangan besi beton dan pipa
tremi untuk pengecoran. Kerangka baja tulangan yang telah di instal
diangkat dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi tegak
lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak
terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. Baja tulangan yang
telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan
melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12
meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat dengan kawat
beton dengan panjang overlap 50-60cm atau sesuai pada gambar yang
di sediakan. Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi
harus di masukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman
lubang bor. Bila pada waktu pemasangan baja tulangan terjadi
singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka
diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head kombinasi
diameter 6" ke diameter 2". Dengan memompa air kedalam stang bor
dan pipa tremi, maka reruntuhan dan tanah yang menempel pada besi
tulangan dapat dibersihkan kembali.

c. Pengecoran Bore Pile

III - 16
Tahap terakhir adalah pekerjaan pengecoran pondasi bore pile.
Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengeboran di
awal pengecoran, maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan
beton dan diikat dengan kawat beton kemudian digantung di bagian
dalam lubang tremi satu meter kebawah dari corong pipa tremi.
Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18 cm (+-2 cm)
ditampung di dalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang
berisi adukan beton setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas
sehingga beton mendorong lumpur yang ada di dalam lubang tremi.
Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk menghindari
kemacetan pada pipa tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran
dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah
menuju keluar lubang. Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi
tertanam beton sehingga beton tidak dapat mengalir karena ada
tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa
tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa tremi.
Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton dan pengisian
di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak
kosong. Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di
dalam harus dalam keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran
dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih
dari lumpur. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan
pengecoran dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan
kembali untuk dipakai pada titik bor selanjutnya.

3.6.2 Beton Prategang


Kini juga ada istilah beton prategang yang merupakan istilah
untuk beton yang diberikan tegangan-tegangan internal. Tegangan ini
nantinya mampu menghilangkan gaya tarik didalam beton tersebut. Beton
memang memiliki gaya tarik mulai dari 8-14 % yang mampu membuat
retakan pada beton itu sendiri. Beton prategang mampu mengurangi
retakan yang terjadi dan biasa diletakkan pada bagian tulangan beton yang
terbuat dari material baja.maka. demikian diterapkan pada perencanaan
struktur jembatan pada bagian gelagar ( Girder ).
a. Keunggulan

1. Sistem prategang dalam beton ini mampu membuatnya


lebih elastis. Imbasnya beton prategang mampu memikul
beban yang lebih besar dan lentur lebih dari beton
bertulang.
2. Mampu mencapai keseimbangan beban yang lebih baik.
Material beton prategang juga memiliki kekuatan tekan
yang lebih tinggi dibandingkan beton biasa. Akibatnya

III - 17
keretakan yang biasa terjadi pada beton juga bisa
dihindari.
3. Daya tahan putir maupun gesernya juga bertambah karena
adanya penegangan dalam beton tersebut. Alhasil beton
prategang juga dapat dipakai pada bentang yang lebih
panjang.
4. Beton prategang juga mampu mengatur defleksinya serta
dapat digunakan dalam rekayasa konstruksi tertentu
seperti pada jembatan segmental.
5. Beton prategang juga kedap air dan lebih tahan terhadap
korosi. Tak heran jika beton prategang banyak digunakan
untuk bangunan di dekat perairan.
6. Beton prategang juga mampu mengurangi volume beton
yang dipakai lebih sedikit. Tak heran jumlah baja atau
besi yang digunakan untuk produksi beton prategang bisa
lebih sedikit.
7. Beton prategang juga tidak membutuhkan banyak biaya
dalam pemeliharaannya karena sifatnya lebih tahan lama
dan dapat digunakan dalam membuat balok
8. Jumlah penggunaan baja dalam konstruksinya lebih
sedikit ketimbang jumlah berat besi penulangan.

Biarpun memiliki banyak kelebihan namun beton prategang


ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan beton  prategang
ialah membutuhkan kualitas bahan yang tinggi dan
perhitungan lebih rumit.

b. Metode Pelaksanaan
Terdapat dua metode pelaksanaan aplikasi beton prategang
yang perlu anda ketahui. ialah :
1. Metode beton prategang pre –tensioned
Metode beton prategang pre-tensioned ialah metode pra
tarik dengan memberikan tegangan saat beton belum
dicor dan mengeras. Dalam proses pembuatannya akan
memakai kabel tendon yang diikat pada dua buah angkur.
2. Metode beton prategang post – tensioned.
Metode beton prategang post tensioned ialah metode
pasca tarik yakni memberikan tegangan pada beton ketika
beton tersebut sudah mengeras. Dalam metode ini anda
akan menggunakan kabel tendon yang diikat pada angkur.
Kemudian beton dibiarkan mengeras hingga cukup umur
kemudian dongkrak dipasang pada kabel tendon dan
angkur untuk mendapatkan tegangan yang dibutuhkan.

III - 18
Dalam hal ini metode yang digunakan pada Jembatan Lalove
Palu V ialah Metode beton prategang post tensioned yang
diproduksi oleh perusahaan Wika Beton.

Gambar 3.11 Penyiapan penyatuan segmen gelagar dengan mobile crane


Sumber : Dokumentasi pelaksanaan kosntruksi Jembatan Lalove Palu V,
PT. Bumi Duta Persada

Gambar 3.12 Alat Beam Launcher


Sumber : Dokumentasi pelaksanaan kosntruksi Jembatan Lalove Palu V,
PT. Bumi Duta Persada

III - 19
Gambar 3.13 Pemasangan Tali Tandon pada Girder
Sumber : Dokumentasi pelaksanaan kosntruksi Jembatan Lalove Palu V,
PT. Bumi Duta Persada

III - 20

Anda mungkin juga menyukai