Tampak Atas
Tampak
Samping
III - 5
Sumber : Media berita, Luwuk Post
Bagian Atas
1 Bagian Bawah
III - 6
Sandaran dan
Peniggian Trotoar Slab Lantai Asphal
tiang sandaran
Deker
Slab lantai Trotoar
Gelagar ( Girder )
Diafragma
III - 7
Deker
Gelagar
Diafragma
1. Trotoar
a. Asphal
b. Sandaran dan tiang sandaran
c. Peninggian trotoar
d. Slab lantai trotoar
2. Slab Lantai Kendaraan
3. Gelagar ( Girder )
4. Balok Diafragma
III - 8
Struktur Bawah Jembatan umumnya meliputi :
Wing Wall
Elastrometic
Bearing Pad
Abutment
Pile Cap
Lantai Kerja
III - 9
Gambar 3.9 Pilar
Sumber : Dokumentasi kunjungan lapangan RPK 2020
III - 10
d. Tumpuan ( Bearing )
3. Pondasi
Pondasi terdiri dari 2 jenis , yaitu Pondasi dangkal dan dalam. Dalam
perencanaan pondasi Jembatan Lalove Palu 5 menggunakan pondasi
dalam , maka digunakanlah pondasi tiang pancang
2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data
hasil survei dan investigasi yang meliputi, antara lain :
a. Analisis data lalu lintas
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan
yang erat hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan beban
lalu-lintas yang direncanakan.
b. Analisis Data HIdrologi
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir
rancangan, kecepatan aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai
dimana jembatan akan dibangun.
III - 11
c. Analisis Data Tanah
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang
berupa pengujian sondir, SPT, boring, dsb. digunakan untuk
mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan pemilihan jenis
konstruksi fondasi jembatan.
d. Analisis Geometri
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat
hubungannya dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat
(oprit).
III - 12
Tabel 3.1 Bentang maksimum jembatan standar untuk berbagai jenis dan bahan
III - 13
c. Pembuatan pondasi jembatan
d. Pembuatan abutmen atau pilar jembatan
e. Pemasangan balok girder diatas abutment dan pilar dengan terlebih
dahulu dipasang elastomeric bearing.
f. Dilanjutkan dengan pemasangan diafragma tepi dan diafragma tengah
diantara balok-balok girder yang sudah terpasang.
g. Pemasangan plat deck yang berfungsi subagai begisting (bawah) lantai
jembatan.
h. Pemasangan besi tulangan untuk lantai jembatan dan juga pemasangan
pipa drainasi jembatan serta pemasangan pipa utilitas.
i. Pengecoran Lantai jembatan menggunakan beton ready mix.
j. Pembuatan plat injak jembatan, plat injak jembatan dibuat dengan
terlebih dahulu dipasang lantai kerja dibawahnya.
k. Pembuatan plat injak jembatan, plat injak jembatan dibuat dengan
terlebih dahulu dipasang lantai kerja dibawahnya.
III - 14
3.6. Teknis Khusus Pelaksanaan Konstruksi
3.6.1 Bore Pile
a b c
III - 15
Sumber : http://jharwinata.blogspot.com/
a. Proses Pengeboran
Pengeboran dengan sistem bor basah (wash borring). Tanah di
bor dengan menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai
kebutuhan yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/-
200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat diberi chasing
sementara terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding
lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan
air lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini
menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong
keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana,
pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi
beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus
sampai sisa tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama
pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah
disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor
diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang pengecoran akan
mendapatkan hasil yang terbaik.
III - 16
Tahap terakhir adalah pekerjaan pengecoran pondasi bore pile.
Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengeboran di
awal pengecoran, maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan
beton dan diikat dengan kawat beton kemudian digantung di bagian
dalam lubang tremi satu meter kebawah dari corong pipa tremi.
Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18 cm (+-2 cm)
ditampung di dalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang
berisi adukan beton setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas
sehingga beton mendorong lumpur yang ada di dalam lubang tremi.
Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk menghindari
kemacetan pada pipa tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran
dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah
menuju keluar lubang. Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi
tertanam beton sehingga beton tidak dapat mengalir karena ada
tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa
tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa tremi.
Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton dan pengisian
di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak
kosong. Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di
dalam harus dalam keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran
dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih
dari lumpur. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan
pengecoran dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan
kembali untuk dipakai pada titik bor selanjutnya.
III - 17
keretakan yang biasa terjadi pada beton juga bisa
dihindari.
3. Daya tahan putir maupun gesernya juga bertambah karena
adanya penegangan dalam beton tersebut. Alhasil beton
prategang juga dapat dipakai pada bentang yang lebih
panjang.
4. Beton prategang juga mampu mengatur defleksinya serta
dapat digunakan dalam rekayasa konstruksi tertentu
seperti pada jembatan segmental.
5. Beton prategang juga kedap air dan lebih tahan terhadap
korosi. Tak heran jika beton prategang banyak digunakan
untuk bangunan di dekat perairan.
6. Beton prategang juga mampu mengurangi volume beton
yang dipakai lebih sedikit. Tak heran jumlah baja atau
besi yang digunakan untuk produksi beton prategang bisa
lebih sedikit.
7. Beton prategang juga tidak membutuhkan banyak biaya
dalam pemeliharaannya karena sifatnya lebih tahan lama
dan dapat digunakan dalam membuat balok
8. Jumlah penggunaan baja dalam konstruksinya lebih
sedikit ketimbang jumlah berat besi penulangan.
b. Metode Pelaksanaan
Terdapat dua metode pelaksanaan aplikasi beton prategang
yang perlu anda ketahui. ialah :
1. Metode beton prategang pre –tensioned
Metode beton prategang pre-tensioned ialah metode pra
tarik dengan memberikan tegangan saat beton belum
dicor dan mengeras. Dalam proses pembuatannya akan
memakai kabel tendon yang diikat pada dua buah angkur.
2. Metode beton prategang post – tensioned.
Metode beton prategang post tensioned ialah metode
pasca tarik yakni memberikan tegangan pada beton ketika
beton tersebut sudah mengeras. Dalam metode ini anda
akan menggunakan kabel tendon yang diikat pada angkur.
Kemudian beton dibiarkan mengeras hingga cukup umur
kemudian dongkrak dipasang pada kabel tendon dan
angkur untuk mendapatkan tegangan yang dibutuhkan.
III - 18
Dalam hal ini metode yang digunakan pada Jembatan Lalove
Palu V ialah Metode beton prategang post tensioned yang
diproduksi oleh perusahaan Wika Beton.
III - 19
Gambar 3.13 Pemasangan Tali Tandon pada Girder
Sumber : Dokumentasi pelaksanaan kosntruksi Jembatan Lalove Palu V,
PT. Bumi Duta Persada
III - 20