Laporan Penkes Kelompok 4
Laporan Penkes Kelompok 4
Di Susun Oleh:
Kelompok 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendidikan kesehatan yang
berjudul “Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di ruang Hemodialisa”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus ini
tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria,S.Kep,Ners Selaku Koordinator PPK IV.
4. Ibu Rimba Aprianti ,S.Kep,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners.
4
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Pembimbing Akademik
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................................3
1.4.1 Bagi Masyarakat............................................................................................................3
1.4.2 Bagi Pembaca/Mahasiswa.............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.............................................................................................................................4
2.2 Etiologi.............................................................................................................................4
2.3 Klasifikasi.........................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi......................................................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................................6
2.6 Komplikasi ......................................................................................................................7
2.7 Pemeriksan Penunjang.....................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................................9
2.9 Kebutuhan Nutrisi/Diet Pada Penderita Penyakit Gagal Ginjal (Batu Ginjal)
..............................................................................................................................................11
2.10 Bahan Makanan Yang Dianjurkan Atau Dibatasi .......................................................12
BAB 3 METODE DAN MEDIA PENYULUHAN
3.1 Metode ...........................................................................................................................14
3.1.1 Menjelaskan Secara Virtual.........................................................................................14
3.1.2 Tanya Jawab................................................................................................................14
3.2 Media..............................................................................................................................14
3.2.1 Ppt................................................................................................................................14
3.2.2 Poster ..........................................................................................................................14
3.2.3 Leaflet..........................................................................................................................15
BAB 4 LAPORAN HASIL KEGIATAN
6
BAB 5 PENUTUP ii
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
5.2 Saran...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
8
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun
dari waktu ke waktu.CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang
sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa kondisi mereka
telahn parah.Kondisi fungsi ginjal memburuk, kemampuan untuk memproduksi
erythropoietin yang memadai terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-sel
darah merah dan akhirnya terjadi anemia.Dengan demikian, anemia merupakan komplikasi
yang sering terjadi pada CKD, dan sekitar 47% pasien dengan CKD anemia (Denise,
2012).
Diseluruh dunia menurut WHO (2011), 26 juta orang dewasa Amerika telah
mengalami CKD, dan jutaan orang lain beresiko terkena CKD. Perhimpunan nefrologi
indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk indonesia mengalami penurunan fungsi
ginjal, itu berarti secara kasar lebih dari 25 juta penduduk mengalami CKD
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun
2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang
2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney
Disease (CKD).
Sebab akibat Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa yang lebih tua, dan
ini pasien sering pada peningkatan risiko hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi
akan memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk mencapai tujuan tekanan darah
untuk pasien dengan CKD. Hipertensi adalah umum pada pasien dengan CKD, dan
prevalensi telah terbukti meningkat sebagai GFR pasien menurun. prevalensi hipertensi
meningkat dari 65% sampai 95% sebagai GFR menurun 85-15ml / min/1.73m2. Penurunan
GFR dapat ditunda ketika proteinuria menurun melalui penggunaan terapi antihipertensi
(Eskridge, 2012) Penanganannya seperti pemantauan ketat tekanan darah, kontrol kadar
gula darah (Thakkinstian, 2014).Kardiovaskular (CVD) adalah penyebab utama kematian
pada pasien dengan CKD (Patricia, 2012)
1
2
Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 15353 pasien yang baru menjalani HD dan
pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani HD sebanyak 4268 orang
(IRR, 2013). Berdasarkan data RSUD Doris Sylvanus, terjadi peningkatan jumlah pasien
CKD yang menjalani HD di Palangka Raya yaitu dari 8.518 pasien pada tahun 2014
menjadi 9.743 pada tahun 2015.
Solusi Mengatasi penyakit yang dapat meningkatkan risiko terkena gagal ginjal kronis,
seperti diabetes dan darah tinggi, adalah cara paling utama yang bisa dilakukan agar
terhindar dari penyakit ini. Sedangkan pada penderita, upaya pencegahan agar gagal ginjal
kronis tidak bertambah buruk meliputi:
1. Menjaga berat badan ideal.
2. Menghentikan kebiasaan merokok, karena kebiasaan ini dapat memperburuk kondisi
ginjal.
3. Mengikui petunjuk dokter dalam mengatur pola makan dan mengonsumsi obat.
4. Hindari konsumsi obat pereda nyeri golongan OAINS yang dapat memperburuk
kondisi ginjal.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan diagnosa medis Chronic Kidney
Disease (CKD) diruang Hemodialisa
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah “Bagaimana
laporan pendahuluan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal ginjal kronik dan akut di ruang Hemodialisa?”.
1.3.1 Tujuan Umum
1. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan secara virtual, para masyarakat diharapkan
dapat mengerti dan memahami pentingnya untuk mengetahui penyakit gagal ginjal
kronik
2. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan secara virtual para Masyarakat diharapkan
bisa menerapkan untuk selalu menjaga kesehatan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang
ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan,
dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2012).
2.2 Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap
proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .Sedangkan glomerulonefritis menjadi
yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau
nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak
sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US
4
5
Renal System, 2011 dalam Price & Wilson, 2011). Penyebab gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2011 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab
lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2012).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan
rumus Kockroft–Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan 15-29
LFG ↓ atau berat
5 Gagal Ginjal < 15 atau dialysis
Sumber : Sudoyo,2014 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
2.5 Patofisiologi
Awal perjalanan penyakit Chronic Kidney Disease tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal yang mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors, hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperventilasi dan diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat dan akhirnya timbul
proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa, yang pada akhirnya proses
ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya
sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis–renin–angiotensin–aldosteron
intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin–angiotensis–aldosteron,
6
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor ß (TGF-ß).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal
kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang
ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat.
Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG
sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik), tapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30% mulai terjadi
keluhan pada psien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30% pasien menunjukkan gejala dan
tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi
saluran cerna juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia,
gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15%
akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan pasien sudah memerlukan terapi
pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialysis atau transplantasi ginjal.
Pada keadaan ini pasien dikatakan pada stadium gagal ginjal terminal atau End Stage
Renal Disease.
2.6 Manisfestasi Klinis
Sudoyo (2006) berpendapat bahwa stadium paling dini pada gagal ginjal kronis
adalah terjadi kehilangan daya cadang ginjal dan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih
normal atau meningkat, mengakibatkan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif
ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin, manifestasinya antara lain :
1) Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiak, gagal jantung
akibat penurunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2) Gangguan integumen
Kulit pucat akibat anemia dan gatal-gatal akibat toksik.
3) Gangguan pulmoner
Suara krekels, batuk dengan sputum kental dan liat, napas dangkal, napas kussmaul.
7
4) Gangguan gastrointestinal
Napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia, mual, muntah,
perdarahan saluran gastrointestinal.
5) Gangguan muskuloskeletal
Kram otot, rasa kesemutan dan terbakar, tremor, kelemahan dan hipertropi pada otot-
otot ekstrimitas.
6) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air yang dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
7) Gangguan endrokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dak ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore, gangguan metabolic glukosa lemak dan vitamin
8) Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang.
2.7 Komplikasi
1) Hiperkalemia
Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet
berlebihan.
2) Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung
Akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi
Retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-angiotensin-aldosteron.
4) Anemia
Penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama hemodialisa.
5) Penyakit tulang
Retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal,
dan peningkatan kadar aluminium.
h. EKG:ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CKD Stage V dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu : tindakan
konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal (Suharyanto, 2006) :
2.1.9.1 Tindakan konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal (Suharyanto, 2006).
1) Pengaturan diet protein, kalium, narium
a) Pembatasan protein
Pembatasan asupan protein telah terbukti memperlambat terjadinya gagal
ginjal. Apabila pasien mendapatkan terapi dialisis teratur, jumlah kebutuhan
protein biasanya dilonggarkan 60 – 80 gr/hari (Smeltzer & Bare, 2002).
b) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut. Diet
yang dianjurkan adalah 40 – 80 mEq/hari. Penggunaan makanan dan obat –
obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia
(Black & Hawks, 2005).
c) Diet rendah natrium
Diet natrium yang dianjurkan adalah 40 – 90 mEq/hari (1-2 gr Na). Asupan
natrium yang terlalu banyak dapat mengakibatkan retensi cairan, edema
perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif (Lewis, 2007).
d) Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi
dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan dan
pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat
badan harian. Intake cairan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi
menjadi berlebihan dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah
mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal.
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi misalnya hipertensi, hiperkalemia,
anemia, asidosis, diet rendah fosfat, pengobatan hiperuresemia.
10
a) Hipertensi
Manajemen hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik menurut Suharyanto
(2006) dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan, dapat juga
diberikan obat antihipertensi seperti metildopa (aldomet, propanolol,
klonidin (catapres). Apabila penderita sedang menjalani terapi hemodialisa,
pemberian antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi
dan syok yang diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler melalui
ultrafiltrasi.
b) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius, karena apabila K+
serum mencapai sekitar 7 mEq/L dapat mengakibatkan aritmia dan juga
henti jantung. Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan
pemberian Kalsium Glukonat 10% (Sudoyo, 2009).
c) Anemia
Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan penurunan sekresi
eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya adalah pemberian hormone
eritropoeitin, yaitu rekombinan eritropoeitin (r-EPO) selain dengan
pemberian vitamin dan asam folat, besi dan transfusi darah (Sudoyo, 2009).
d) Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO 3 plasma turun dibawah
angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na
HCO3 (Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan
dapat mempercepat timbulnya tetani, maka harus dimonitor dengan seksama
(Sudoyo, 2009).
e) Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat fosfat di
dalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus dimakan bersama dengan
makanan (Sudoyo, 2009).
11
adalah pemberian vitamin B dosis tinggi karena kelebihan vitamin B yang larut dalam
air tidak dapat dikeluarkan melalui urin oleh penderita penyakit batu ginjal. Bila perlu
diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan vitamin D
2.10.6 Mineral
1. Mineral yang mengandung fosfat
Ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah
yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang
tinggi terdapat di sebagian besar makanan ber seperti: produk susu seperti
susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream · kacang kacangan, selai kacang
minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya. Progresivitas
dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung
fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang
disebutkan diatas cukup untuk membatasi fosfat yang masuk, dan
memungkinkan tercapainya pemasukan diinginkan.
2. Kalsium
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah
atau menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal. Kalsium biasanya
terdapat pada susu, pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1 gelas sehari
untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat
2.10.7 Garam
Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Dengan mengurangi konsumsi garam
natriu7m maka akan mengurangi jumlah kalsium yang dikeluarkan oleh ginjal,
sebaiknya ukuran konsumsinya dibatasi antar 2500-3500 mg/hari. Terlalu banyak
garam yang dikonsumsi mengakibatkan banyaknya kalsium dalam urin yang akan
memicu pembentukan batu ginjal
2.11 Bahan Makanan Yang Dianjurkan Atau Dibatasi
2.11.1 Makanan Yang Dianjurkan
1. Sumber karbohidrat
Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni,, tepung-tepungan, singkong, ubi,
madu
2. Sumber protein
13
BAB 3
METODE DAN MEDIA PENYULUHAN
3.1 Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan kesehatan tentang Gagal
Ginjal Kronis. Pada klien dan keluarga di ruang Hemodialisa Palangka Raya oleh
Mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3.1.1 Menjelaskan Secara Sistem Virtual
Menjelaskan materi pendidikan kesehatan secara online atau virtual adalah
salah satu alat yang didesain untuk mengevisiensikan dan mengefektifikan dengan
menggunakan internet merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
secara online.
3.1.2 Tanya Jawab
Metode tanya-jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam metode tanya-jawab terdapat
kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus memperhatikan
kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan digunakan.
3.2. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan tentang Gagal Ginjal Kronis
bagi kesehatan meliputi.
3.2.1 Power Point
Power Point adalah software yang dipakai untuk merancang bahan presentasi
dalam bentuk slide. Menurut Susilana, PowerPoint merupakan program aplikasi
presentasi dalam komputer. Dengan bantuan software tersebut, seseorang bisa
membuat bentuk presentasi profesional dengan mudah dimana presentasi tersebut
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran.
3.2.2 Poster
15
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi
gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar atau kecil. Pengaplikasiannya
dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari
perhatian mata sekuat mungkin.
3.2.3 Leaflet
14
Leaflet adalah salah satu bentuk publikasi singkat yang mana biasanya
berbentuk selebaran yang berisi keterangan atau informasi tentang sebuah
perusahaan, produk, organisasi atau bentuk layanan lainnya yang perlu diketahui oleh
khalayak umum.
16
BAB 4
LAPORAN HASIL KEGIATAN
4.2.1 Penyuluhan dilakukan pada pukul 11.00 WIB sampai dengan selesai di ruang
Hemodialisa Palangka Raya.
4.2.2 Peserta yang hadir sejumlah 16 orang di ruang HD Palangka Raya.
4.2.3 Setting tempat sesuai dengan rencana yang dilakukan secara virtual.
4.2.4 Peran mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang sudah ditetapkan pada
kegiatan penyuluhan.
4.2.5 Penggunaan bahasa sudah komunikatif dan dapat dimengerti oleh klien dan
16
keluarga di ruang HD Palangka Raya.
4.3 Tahap Evaluasi
4.3.1 Evaluasi Struktur
4.3.1.1 Setting tempat dan alat sesuai dengan perencanaan secara virtual.
4.3.1.2 Surat menyurat kegiatan sesuai dengan perencanaan secara virtual.
4.3.1.3 Peran dan fungsi sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dalam perencanaan
secara virtual.
4.3.2 Evaluasi Proses
4.3.2.1 Penyuluhan dilakukan pada pukul 11.00 WIB sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
4.3.2.2 Selama penyuluhan peserta bisa mengikuti kegiatan penyuluhan dengan baik.
4.3.2.3 Klien dan keluarga berperan aktif selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
4.3.3 Evaluasi Hasil
Semua yang mengikuti penyuluhan di ruang Hemodialisa Palangka Raya dapat
memahami dari apa yang telah disampaikan oleh penyuluh dan dapat mengetahui
penyakit Gagal Ginjal kronis bagi kesehatan.
18
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia
5.2 Saran
5.2.1 Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga di ruang HD Palangka Raya mampu menerapkan dan dapat
tahu Gagal ginjal kronis Mereka juga tahu apa saja diet yang akan dilakukan setelah
HD.
5.2.2 Tim Penyuluh
Bagi tim penyuluh lebih mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan
penyuluhan, menyiapkan media penyuluhan dengan lebih baik, kreatif, banyak
membaca, penyluhan di harapkan lebih menguasai materi, percaya diri, membuat
inovasi baru dalam media, penyuluhan, teknik penyuluhan dan lebih membiasakn
diri untuk berbicara di depan umum dan sesuai target penyuluhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
18
Guyton, Arthur C. Hall, John E. Hati sebagai suatu organ. Dalam : Buku ajar
fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC. 2015. Hal 902-906.
Keshav, Satish. Structure and function. In : The gastrointestinal system at a
glance. United Kingdom : Ashford Colour Press, Gosport. 2015. Chapter 27-28.
Lindseth, Glenda N. Gangguan ginjal, kandung empedu, dan pankreas. Dalam
: Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit vol.1 edisi 6. Jakarta : EGC. 2014. Hal 472-476.
Sherwood, Lauralee. Sistem pencernaan. Dalam : Fisiologi manusia dari sel
ke sistem edisi 2. Jakarta : EGC. 2014. Hal 565.
Sofwanhadi, Rio. Widjaja, Patricia. Koan, Tan Siaw. Julius. Zubir, Nasrul.
Anatomi Ginjal. Gambar tomografi dikomputerisasi (CT SCAN). Magnetic resonance
imaging (MRI) . Chronic Kidney Disease. Dalam : Sulaiman, Ali. Akbar, Nurul.
Lesmana, Laurentius A. Noer, Sjaifoellah M. Buku ajar ilmu penyakit Ginjal edisi
pertama. Jakarta : Jayabadi. 2017. Hal 1, 80-83, 93-94, 487-491, 513-514.
Wenas,Nelly Tendean. Waleleng,B.J. Chronic Kidney Disease (CKD). Dalam
: Sudoyo,Aru W. Setiyohadi,Bambang. Alwi,Idrus. Simadibrata,Marcellus.
Setiati,Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
Hal 460-461.
20
LAMPIRAN :
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Diskusi:
3 10 menit Tanya jawab
Tanya jawab Secara Virtual
Penutup:
4 3 menit Mengucapkan terima kasih dan Ceramah
salam penutup Secara Virtual
2.7 Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Kelompok 4 (Yosep Ekstrada)
1. Membuka acara penyuluhan Secara Virtual.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok Secara Virtual.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan Secara Virtual.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi Secara Virtual.
5. Mengatur jalannya diskusi Secara Virtual.
2) Penyaji : Kelompok 4 (Secara Zoom Virtual) Halimatussyadiah
3) Leader : Kelompok 4 (Lafa Nolla ,Niken Ayu Prastika,Yunira Priskila)
1. Menyampaikan materi penyuluhan Secara Virtual.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan Secara Virtual.
3. Mengucapkan salam penutup Secara Virtual.
22
Kamera
Notulen
Keterangan :
: Kamera
:
: Penyuluh / pengajar
: Fasilitator
: Dokumentator
Kelompok 4
fungsi ginjal dapat digantikan hanya 6. Diet rendah protein (20-40 gram per
atau
transplantasi ginjal
27
28
Nama : Kelompok 4
Angkatan : IX (Sembilan)
TahunAjaran/Semester : 2020/ 2021
Pembimbing : Rimba Aprianti, S. Kep.,Ners
DOKUMENTASI
30