Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKEETAL

Di Susun Oleh :
Kelompok 8

1. Istiyani Lotina Lilit 2017.C.09a.0892


2. Halimatussyadiah 2017.C.09a.0889
3. Jefri 2017.C.09a.0893
4. Lafa Nolla 2017.C.09a.0896
5. Sapto Widiantoro 2017.C.09a.0809

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan system musculoskeletal ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah .Kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya
bagi para pembaca agar dapat mengetahui dengan lebih jelas.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga dalam pembuatan makalah lainnya
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun

Palangka Raya, 27 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit Kejang Demam 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 13
2.1.3 Etiologi 17
2.1.4 Klasifikasi 18
2.1.5 Patofisiologi 18
2.1.6 Manifestasi Klinis 21
2.1.7 Komplikasi 21
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 21
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 22
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 22
2.2.1 Pengkajian 22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 24
2.2.3 Intervensi 25
2.2.4 Implementasi 28
2.2.5 Evaluasi 28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa29
3.2 Pemeriksaan Fisik 30
3.3 Analisa Data 42
3.4 Prioritas Masalah 44
3.5 Rencana Keperawatan 45
3.6 Implentasi dan Evaluasi 48
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit
gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan.
Endapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan bisa menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti peradangan sendi akut, peradangan sendi kronik berulang
(arthritis gout), timbulnya tofi (akibat akumulasi kristal MSU di persendian,
tulang rawan, atau jaringan lunak), terganggunya fungsi ginjal (nefropati gout),
terbentuknya batu asam urat di ginjal (Misnadiarly, 2012). Proses penuaan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes,
2014). Kemunduran sel-sel terjadi pada usia lanjut karena proses penuaan yang
dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, juga timbulnya
berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia).
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaanya bisa normal
dalam darah dan urin. Sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung
purin tinggi yaitu seperti ekstrak daging, kerang dan jeroan seperti hati, ginjal,
limpa, paru, otak (Misnadiarly, 2012). Usia sekitar 40 tahun kenaikan kadar asam
urat dalam darah biasanya ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan
biasanya terjadi setelah mengalami menopause. Faktor usia tersebut yang juga
berpengaruh pada penurunan fungsi ginjal terutama pada pria
(Setyoningsih, 2013). Hal ini terjadi karena proses degeneratif yang
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan menghambat
2
eksresi dari asam urat dan akhirnya menyebabkan hiperurisemia (Liu, 2013).
Karbohidrat merupakan salah satu dari asupan makanan. Dibagi dalan dua
gologan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat
sederhana terdiri dari monosakarida, disakarida, gula alkohol dan oligosakarida,
sedangkan karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida dan serat. Karbohidrat
yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat adalah glukosa dan fruktosa.
Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme. Setelah dibawa ke dalam sel,
glukosa mengalami fosforilasi oleh suatu heksokinase menjadi glukosa 6-fosfat.
Guloksa 6-fosfat mengalami oksidasi melalui jalur pentosa fosfat yang
menghasilkan NADPH. NADPH untuk sintesis asam lemak dan sumber ribosa
untuk membentuk nukleotida. Nukleotida ini akan menghasilkan nukleosida oleh
enzim nukleotidase. Nukleosida tersusun dari gula, basa purin dan pirimidin.
Secara alternatif, AMP dapat mengalami defosforilasi membentuk adenosin, yang
kemudian dideaminasi oleh adenosin deaminase (ADA) membentuk inosin. Inosin
dan guanosin selanjutnya dipecah dengan memotong basa purin dari gula ribosa
menghasilkan ribosa 1-fosfat, hipoxantin dan guanin secara berurutan dengan
bantuan enzim purin nukleosida fosforilase. Guanin dideaminasi membentuk
xantin, sedangkan hipoxantin dioksidasi membentuk xantin oleh xantin oksidase.
Xantin selanjutnya dioksidasi lagi oleh xantin oksidase membentuk asam urat.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2014 prevelensi asam urat
(gout) di Amerika Serikat 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per
1000 perempuan prevalensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di
Amerika hingga 10,3% selandia baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan
perubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan kasus obesitas dan sindrom
metaboli.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan Diagnosa medis gout
arthritis (Asam urat) di Ruanng Gerontik Puskesmas Pahandut Palangka Raya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
3
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah unuk mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan Diagnosa Medis Pahandut
(Asam urat) di Ruang Gerontik Puskesmas Panarung Palangka Raya?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.N dengan gout arthritis
(Asam urat)
2. Menyusun dan mentukan prioritas masalah keperawatan pada Ny. N
dengan gout arthritis (Asam urat)
3. Melakukan intervensi keperawatan pada Ny. N dengan gout arthritis
(Asam urat)
4. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. N dengan gout arthritis
(Asam urat)
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. N dengan gout arthritis
(Asam urat)
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami gout arthritis (Asam urat)
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan perawatan yang tepat
setelah gout arthritis (Asam urat)
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi tentang gout arthritis (Asam urat) yang
disebabkan oleh banyaknya paritas.

BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gerontik/Lansia


2.1.1 Definisi

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah 2015).
Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization),
menggolongkan usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut
(elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun (Kushariyadi 2010, hal. 2).
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Maryam dkk 2014).
Menurut UU no. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Azizah 2015).
5
Dari berbagai pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa lansia
merupakan suatu proses alami. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap kondisi ini menyebabkan tidak ada lagi
daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit.
2.1.2 Batasan Usia Lanjut
1. Pra usia lanjut (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Usia lanjut
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahapan
masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas).
Sedangkan lanjut usian adalah sudah berumur atau tua.
3. Usia lanjut resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Usia lanjut potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasikan barang atau jasa.
5. Usia lanjut tidak potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada orang lain (Maryam dkk 2014).
2.1.3 Tipe Usia Lanjut
Beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karaker, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social dan ekonomi. Tipe tersebut
antara lain :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman bergaul, dan memenuhi undangan.
6
3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dengan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dikerjakan.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain dan acuh tak acuh :

1. Tipe optimis
2. Tipe konstruktif
3. Tipe dependen
4. Tipe defenvise (bertahan)
5. Tipe militan dan serius
6. Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu)
7. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)
Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai ari kemampuannya
untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para
usia lanjut dapat digolongkan menjadi tipe :
1. Usia lanjut mandiri sepenuhnya

2. Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya

3. Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung

4. Usia lanjut dengan bantuan badan sosial

5. Usia las diakui njut di panti Werdha

6. Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit

7. Usia lanjut dengan gangguan mental (Maryam dkk 2014)


2.1.4 Mitos Seputar Usia Lanjut
Mitos-mitos seputar usia lanjut antara lain:
7
1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan Bahwa para usia lanjut dapat santai
menikmati hidup, hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda. Berbgai
goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataannya sering ditemui stress karena kemiskinan dan bebagai
keluhan serta penderiyaan karena penyakit.
2. Mitos Konservatif dan Kemunduran
Konservatif berarti kolot bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi,
keadaan yang berlaku. Bahwa para usia lanjut itu tidak kreatif,
menolak inovasi, berorentasi ke masa silam, kembali ke masa kanak-
kanak, susah berubah, keras kepala dan crewet.
Kenyataannya tidak semua usia lanjut bersikap dan mempunyai pikiran
demikian.
3. Mitis Berpenyakitan
Bahwa para usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis
yang disertai berbagi penyakit.
Kenyataannya tidak semua usia lanjut berpenyakitan dan sekarang
sudah banyak pengobatan dan melakukan pemeriksaan berkala.
4. Mitos Senilitas
Bahwa para usia lanjut sudah pikun.
Kenyataannya banyak yang masih tetap sehat dan segar karena banyak
cara untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
5. Mitos Tidak Jatuh Cinta
Bahwa para usia lanjut sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada
lawan jenis.
Kenyataannya perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
dan perasaan cinta tidak berhenti hanya karena manjadi tua.
6. Mitos Asuksualitas
Bahwa pada usia lanjut hubungan seks menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataannya kehidupan seks para usia lanjut normal saja dan gairah
tetap tinggi. Hal ini banyak dialami para usia lanjut pria yang menikah
lagi.
8
7. Mitos Ketidakproduktifan Bahwa para usia lanjut dipandang tidak
produktif.
Kenyataannya banyak para usia lanjut mencapai kematangan,
kemantapan dan produktivitas mental dan material (Maryam dkk 2014).
2.1.5 Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexsual.
2.1.5.1 Sistem indra

Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan


presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa
lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau
dekat berkurang, penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat
digunakan.
Sistem pendengaran presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Sistem integumen pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sebasean dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver sport.
Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain
angin dan matahari, terutama sinar ultra violet.
2.1.5.2 Sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskletal pada lansia antara lain sebagai berikut:
1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastis). Kolagen sebagai pendukung
utama pada kulit, tendon, tulang kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen
tersebut merupakan penyebab turunnya fleksibilitas padalanis sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemapuan untuk
9
meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri,
jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melakukan kegiatan sehari hari.
Upaya fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan
latihan untuk menjaga mobilitas.
2) Kartilago jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan
kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung
kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan
terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada persendian besar
penumpukan berat badan. Akibatnya perubahan itu sendi mengalami
peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktifitas
sehari-hari.
3) Tulang berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari
penuaan fisiologis trabekula longitudnal menjadi tipis dan trabekula
transversal terabsorbsi kembali. Dampak berkurangya kepadatan akan
mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas,
dan fraktur. Latihan fiik dapat diberikan sebagai cara untuk mencegah adanya
osteoporosis.
4) Otot perubahan struktur otot pada penuaan sanagt berfarias, penuaan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Dampak
perubahan morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan, penurunan
fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional
otot. Untuk mencegah perubahan lebih lanjut, dapat diberikan latihan untuk
mempertahankan mobilitas.
5) Sendi pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament dan jaringan periarkular
mengalami penurunan dayan lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi,
dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan
fleksibilitanya sehingga terjadi penurunan luas dan gerak sendi. Kelainan
tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri
kekakuansendi, gangguan jalan dan aktifitas keseharian lainnya.
10
Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain dengan memberikan teknik
perlindungan sendi dalam beraktifitas
2.1.5.3 Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat
dan penumpukan hipofusi dan klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi pada tingakt maksimal bekurang
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan O²
maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
2.1.5.4 Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan
perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot
thoraks menjadi tidak seimbang dan menyebabkan terjadinya distorsi dinding
thoraks selama respirasi berlangsung.
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri yang
kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapt menyebabkan peningkatan nadi dan
tekanan sistolik darah. Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin benar-
benar merupakan tanda penuaan yang normal. Di dalam sistem pernafasan,
terjadi pendistribusian ulang kalsium pada tulang iga yang kehilangan bnyak
kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini
berhubungan dengan perubahan postural yang menyebabkan penurunan
efisiensi ventilasi paru. Berdasakan alasan ini, lansia mengalami salah satu hal
terburuk yang dapat ia lakukan yaitu istirahat di tempat tidur dalam waktu
10
yang lam. Perubahan dalam sistem pernapasan membuat lansi lebih rentan
terhadap komplikasi pernapasan akibat istirahat total, seperti infeksi
pernafasan akibat penurunan ventilasi paru.
2.1.5.5 Pencernaan dan Metabolisme
11
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata. Kehilangan gigi penyebab
utama adalah periodendal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun,
penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera
pengecapan menurun adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, antropi indera
pengecapan (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama
rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit. Pada lambung, rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absobsi
melemah (daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan menurunya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Kondisi ini secara normal, tidak
ada konsekuensi yang nyata, tetapi menimbulkan efek yang merugikan ketika
diobati. Pada usia lanjut, obat- obatan dimetabolisme dalam jumlah yang
sedikit. Pada lansia perlu diketahui kecenderungan terjadinya peningkatan efek
samping, overdosis, dan reaksi yang merugikan dari obat. Oleh karena itu, meski
tidak seperti biasanya, dosis obat yang diberikan kepada lanisa lebih kecil dari
dewasa.
2.1.5.6 Sistem Perkemihan
Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem perkemihan terjadi
perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan
memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia. Mereka kehilangan
kemampuan untuk mengeksresikan obat atau produk metabolisme obat. Pola
perkemihan tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari, sehingga
mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal ini
menunjukkan baha inkontinensia urin meningakat.
2.1.5.7 Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomis dan antrofi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan presepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan
12
penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada
lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Koordinasi keseimbangan, kekutan
otot, reflek, perubahan postur dan peningktan waktu reaksi. Hal ini dapat di
cegah dengan pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan serta
latihan untuk menjaga mobilitas dan postur.
2.1.5.8 Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovari dan
uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih bisa memproduksi
spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur- ansur. Dorongan
seksual menetap sampai usia 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu dengan
kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir
vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, dan reaksi
sifat menjadi alkali (Azizah 2015)
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi
Gout (pirai) adalah suatu bentuk arthritis dengan nyeri yang berat terjadi
secara mendadak, disertai warna kemerahan dan pembengkakan sendi.
Penderita laki-laki berumur antara 40-60 tahun, lebih sering dibanding
penderita perempuan, namun perempuan pasa menopause lebih peka menderita
penyakit ini (Soedarto 2012, h. 119).
Sakit sendi yang akut atau khronis yang mengenai persendian tepi adalah
akibat pengendapan kristal monosodium urate pada sendi dan tendon dari saru
rasi cairan tubuh yang mengalami hiperuricemic (asam urat darah tinggi) (Yatim,
Faisal 2015, h. 32).
Sutanto (2013, h. 10) menyatakan Penyakit asam urat adalah penyakit yang
sangat mengganggu dan berbahaya. Nyeri yang ditimbulkan penyakit ini dapat
mengganggu aktivitas penderitanya. Selain itu, tonjolan atau benjolan pada
bagian tubuh yang terserang pun mengganggu penampilan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arthritis gout adalah suatu
penyakit sendi yang akut atau khronis yang disebabkan oleh tingginya asam
urat didalam darah yang dicirika persendian sakit pada saat bergerak.
13

2.2.2 Anatomi Fisiologi


Sendi secara sederhana merupakan pertemuan antara dua tulang atau
lebih. Sendi memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan
memberikan kemungkinan variasi pergerakan di antara segmen- segmen
serta kemungkinan variasi pertumbuhan. Fungsi anggota gerak sangat
tergantung dari permukaan sendi, sehingga apabila ada kelainan/penyakit pada
sendi maka akan memberikan gangguan gerak.
Klasifikasi struktural persendian :
1. Persendian Fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan jaringan ikat fibrosa.
2. Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan jaringan kartilago.
3. Persendian sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan kapsul dan ligamen artikular yang membungkusnya.
Klasifikasi fungsional persendian :

1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara struktural, persendian ini di


bungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
1) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan
jaringan ikat fibrosa rapat dan hanya ditemukan pada tulang
tengkorak. Contoh sutura adalah sutura sagital dan sutura parietal.
2) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan
dengan kartilago hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng
epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang
seorang anak. Saat sinkondrosis sementara berosifikasi, maka
bagian tersebut dinamakan sinostosis.
2. Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap
torsi dan kompresi.
1) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan
dengan diskus kartilago. Yang menjadi bantalan sendi yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah
14
simfisis pubis antara tulang-tulang pubis dan diskus intervebralis
antar badan vertebra yang berdekatan.
2) Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh
sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang terletak
bersisian dan dihubungkan dengan membran interoseus, seperti
pada tulang radius dan ulna, serta tibia dan fibula.
3) Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk
dengan pas dalam kantong tulang. Seperti pada gigi yang tertanam
pada alveoli (kantong) tulang rahang. Pada contoh tersebut,
jaringan ikat fibrosa yang terlihat adalah ligamen peridontal.
3. Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas , disebut juga
sendi sinovial (berasal dari kata yunani yang berarti “dengan
telur”). Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,
suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan
ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
Kapsul sendi sinovial tersusun atas 2 lapisan, yaitu lapisan dalam dan
lapisan luar yang seduanya memiliki komponen penyusun yang
berbeda. Lapisan terluar kapsul sendi terbentuk dari jaringan ikat
fibrosa rapat berwarna putih yang memanjang sampai bagian
periosteum tulang yang menyatu pada sendi. Ligamen adalah
penebalan kapsul yang berfungsi untuk menopang kapsul sendi
dan memberikan stabilitas. Ligamen dapat menyatu dalam kapsul
atau terpisah dari kapsul melalui envaginasi kapsul.
15
Lapisan terdalam kapsula sendi adalah membran sinovial yang
melapisi keseluruhan sendi, kecuali pada kartilago artikular. Membran
sinovial mensekresi cairan sinovial, materi kental yang jernih seperti
putih telur. Materi ini terdiri dari 95% air dengan Ph 7,4 dan
merupakan campuran polisakarida (sebagian besar asam hialuronat),
protein, dan lemak. Cairan Sinovial berfungsi untuk melumasi dan
memberikan nutrisi pada kartilago artikular. Cairan ini juga
mengandung sel fagosit untuk mengeluarkan fragmen jaringan mati
(debris) dari rongga sendi yang cidera atau terinfeksi.

Pada beberapa sendi synovial, seperti persendian lutut, terdapat


diskus artikular (meniskus) fibrokartilago. Diskus artikular
memodifikasi bentuk permukaan tulang yang berartikulasi untuk
mempermudah gerakan, memperbesar stabilitas atau untuk
meredam goncangan. Cedera pada diskus artikular lutut biasanya
disebut robekan kartilago
Bursa adalah kantong tertutup yang dilapisi membran sinovial,
dan ditemukan diluar rongga sendi. Kantong ini terletak dibawah
tendon atauotot dan mungkin juga dapat ditemukan di area
percabangan tendon atau otot diatas tulang yang menonjol atau secara
subkutan jika kulit terpapar pada friksi, seperti pada siku atau
tempurung lutut.
Sendi sinovial dapat diklasifikasikan berdasarkan pada
bentuk permukaan yang berartikulasi, yaitu :
1. Sendi sferoidal terdiri dari sebuah tulang dengan kepala
berbentuk bulat yang masuk dengan pas kedalam rongga
berbentuk cangkir pada tulang lain. Sendi ini yang dikenal
sebagaisendi traksial atau multiaksial, memungkinkan
rentang gerak yang lebih besar, menuju ketiga arah.
Contoh sendi sferoidal adalah sendi panggul serta sendi bahu.
2. Sendi engsel, permukaan konveks sebuah tulang masuk
dengan pas pada permukaan konkaf tulang kedua. Sendi ini
16
memungkinkan gerakan ke satu arah saja dan dikenal sebagai
sendi uniaksial. Contohnya adalah persendian pada lutut dan
siku.
3. Sendi kisar (pifot joint) adalah tulang berbentuk kerucut
yang masuk dengan pas ke dalam cekungan tulang kedua, dan
dapat berputar ke semua arah. Sendi ini merupakan sendi
uniaksial yang memungkinkan terjadinya berotasi di sekitar
prosesus odontoid aksis, dan persendian antara bagian kepala
proksimal tulang radius dan ulna.
4. Persendian Kondiloid terdiri dari sebuah kondilus oval
suatu tulang yang masuk dengan pas kedalam rongga berbentuk
elips di tulang kedua. Sendi ini merupakan sendi blaksial, yang
memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan setiap
tulang. Contohnya adalah sendi antara tulang radius dan
tulang karpal serta sendi antara kondilus oksipital tengkorak
dan atlas.
5. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi
berbentuk konkaf disatu sisi dan konveks pada sisi lainnya :
sehingga tulang tersebut akan masuk dengan pas kedalam
permukaan tulang kedua yang berbentuk konveks dan
konkafnya berada pada sisi berlawanan, seperti dua pelana
yang saling menyatu. Persendian ini adalah sendi kondiloid
yang termodifikasi sehingga memungkinkan gerakan yang
sama
Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh
adalah persendian antara tulang karpal dan metacarpal pada ibu
jari.
6. Sendi Peluru adalah salah satu sendi yang permukaan
kedua tulang yang berartikulasi berbentuk datar, sehingga
memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang
terhadap tulang lainnya. Sedikit gerakan ke segala arah
mungkin terjadi dalam batas prosesus atau ligamen yang
17
membungkus persendian. Persendian semacam ini disebut
sendi nonaksial : misalnya, persendian intervertebra, dan
persendian antar tulang-tulang karpal dan tulang- tulang tarsal.

2.2.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam
pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
1) Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.
2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
1. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
2. Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
3) Pembentukan asam urat yang berlebih :
1. Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
2. Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karena penyakit lain seperti leukemia.
4) Kurang asam urat melalui ginjal
5) Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat.
18
6) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 % penderita gout
ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita pada post
menopause usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki – laki usia
pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering
mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan
pergelangan kaki.
2.2.4 Klasifikasi
2.2.4.1 Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat
2.2.4.2 Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam
urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu. (Mubarak, 2015)
2.2.5 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan
responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
2.2.5.1 Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
2.2.5.2 Menurunnya eksresi asam urat.
2.2.5.3 Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam – garam urat
yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu respon inflamasi akut dan
19
netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam
darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan, sebagai berikut :
2.2.5.4 Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan
bila konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya
bursa, tendon dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif
akan dibungkus ( coate ) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan Kristal.
2.2.5.5 Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh
leukosit.
20

Woc

Alkohol Makanan (kepiting, seafood, dll) Penyakit dan obat-obatan

Kadar laktat dalam darah Kadar laktat dalam darah Menghambat eksresi
asam uratdi tubulus ginjal
GOUT

B1 BREATHING B2 BLOOD B3 BRAIN B4 BLADDER B5 BOWEL B6 BONE

Penurunan Akumulasi Sirkulasi darah Ginjal Obesitas Pembentukan


kemampuan ginjal cairan daerah radang tukak pada
mengeksresi H+ Hematuria, sendi
nocturia Kelebihan
Oedema jaringan Vasodilatasi dari
berat badan
Asidosismetabolik kapiler Tofus-tofus
akan
Penekanan pada MK : Gangguan mengering
menghambat
jaringan sendi Eritma, panas Eliminasi
Pernafasan ekskresi asam
kusmaul urat karena Kekakuan pada
MK : Perfusi MK: Nyeri metabolisme sendi
jaringan lemak
MK: Pola nafas Membatasi
tidak efektif pergerakan

MK: Ketidakseimbangan
MK: Hambatan
Nutrisi lebih dari mobilitas fisik
kebutuhan tubuh
21
2.2.6 Manifestasi klinis
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati, antara
lain :
1) Hiperuricemia asimtomatik
2) Arthritis gout akut
3) Tahap interkritis
4) Gout kronik
Gout akut berupa :
1. Nyeri hebat
2. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
3. Sakit kepala
4. Demam
Gangguan kronik berupa :
1) Serangan akut
2) Hiperurisemia yang tidak diobati
3) Terdapat nyeri dan pegal
4) Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi ( penumpukan
monosodium asam urat dalam jaringan )
2.2.7 Komplikasi
1) Deformitas (perubahan bentuk) sendi yang terjadi akibat serangan berulang
yang akhirnya merusak kartilago artikuler (Tulang yang berada pada sekitar
sendi).
2) Batu ginjal
3) Gagal ginjal kronis
4) Hipertensi
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar
normalnya adl Wanita (2,4 – 6 mg/dl & Pria (3,0–7 mg/dl )
2. Diet rendah purin : Kontrol makanan yg dikonsumsi tdk byk mengandung
purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing,emping,bayam,lemak dll)
22
3. Banyak minum air putih 2-3 liter/hari, karena dpt membantu membuang
purin dalam tubuh/ melarutkan asam urat.
4. Hindari minum alkohol 
5. Bed rest / tirah baring minimal 24 jam setelah serangan. Gout akan cepat
kambuh jika terlalu cepat bergerak
6. Pengobatan jangka panjang hingga sembuh tuntas, bukan minum obat
ketika sakit
7.      Terapi dengan pengobatan:
1) Kolkisin →suatu agen anti radang yg biasanya dipakai utk mengobati
serangan gout akut&mencegah serangan gout akut kemudian hari.
Diberikan dg dosis 0,5 mg/jam.
2) Fenilbutazon →suatu agen anti radang yg digunakan utk mengobati
artritis gout.
3)  Allopurinol →untuk mengurangi pembentukan asam urat. Dengan
dosis 100-400 mg/hari.
4) Probenesid &sulfinpirazin →suatu agen yang dpt menghambat
proses reabsorpsi asam urat oleh tubulus ginjal&meningkatkan
ekskresi asam urat.
5) Analgesik →bila nyeri bertambah berat.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Anamnesa
Anamnesis pada pasien Asam Urat meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.13 Selain itu juga melakukan wawancara
tentang kejadian awal asam urat (saat aktivitas atau istirahat), faktor penyebab
dan risiko asam urat, seperti hipertensi, perokok, hiperkolesterol, diabetes,
obesitas, anemia, pola latihan atau aktivitas sehari-hari.
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
23
1. Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan.
2. Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
3. Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronki atau mengi.
2) B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan
pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
3) B3(Brain)
Kepala dan wajah Ada sinosis

Mata Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis


pada kasus efusi pleura hemoragi kronis

Leher Biasanya JVP dalam batas normal

4) B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke
ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang
akan menimbulkan perubahan fungsi pada system ini.
4) B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya
mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien
yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
5) B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan :
1. Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya
24
sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan  dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang menimbulkan  nyeri yang lebih dibandingkan
dengan  gerakan yang lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus)
terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan
membesar.
2. Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
3. Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan.
Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil
(punch out).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut/kronis behubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal
pada membran sinovial, tulang rawan/ kerusakan integritas jaringan
sekunder tehadap gout
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi
3) Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus
25
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No.
Dx Diagnosa
keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional

1. Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan 1) Kaji dan observasi lokasi, 1. Untuk mengetahui respon subjektif
intensitas, dan tipe nyeri.
behubungan dengan tindakan kep. Selama pasien dalam melaporkan nerinya dan
2) Bantu pasien dalam
peradangan sendi, 1x24 jam nyeri mengidentifikasi faktor pencetus skala nyeri
3) Jelaskan dan bantu pasien terkait
penimbunan kristal berkurang/hilang 2. Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri
dengan tindakan pereda nyeri non
pada membran sinovial, KH: farmakologi 3. Untuk mengetahui keefektifan dalam
4) Ajarkan teknik relaksasi terkait
tulang rawan/  1) Pasien tampak mengurangi nyeri
ketegangan otot rangka yg dpt
kerusakan integritas rileks mengurangi intensitas nyeri 4. Akan melancarkan peredaran darah
5) Kolaborasi dengan tim medis untuk
jaringan sekunder 2) Pasien melaporkan sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi
pemberian obat analgetik dan
tehadap gout penurunan nyeri allopurinol. dan mengurangi nyeri
3) Nyeri berkurang 5. Menurunkan kadar asam urat serum dan
ü  4) Skala nyeri mjadi 0- mengurangi nyeri pasien
1

  
26

1. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji mobilitas yg ada dan observasi 1) Mengethui tingkat kemampuan pasien
fisik berhubungan adanya peningaan kerusakan dalam melakukan aktivitas
tindakan keperawatan
2. Anjurkan pasien melakuka latihan 2) Gerakan aktif memberi masaa, tonus dan
dengan penurunan
selama 1x24 jam psien gerak aktif pada ektremitas yang kekuatan otot, serta memperbaiki fugi
rentang gerak, tdk sakit
mampu melaksanakan jantung dan25pernafasan
kelemahan otot, nyeri 3. Bantu pasien melakukan latihan 3) Untuk mempertahanka
pada gerakan, dan aktivitas fisik sesuai dan perawatan diri
4) n sendi sesuai kemampuanya.
kekakuan pada sendi 4. Kolaborasi dengn ahli fisioterapi
dengan 5) Kemampuan mobilisasi ekstremitas
untuk latihan fisik pasien
kemampuannya. dapat ditingkatkandengan latihan fisik
dari tim fisioterapi
KH:
1) Pasien tidak
mengalami
kontraktur sendi
3) Kekuatan otot
bertambah
4) Pasien dapat
melakukan
aktivitas tanpa
bantuan
27
2. Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan persepsi dan 1) Menentukan bantuan individual dlm
diri berhubungan tindakan keperawatan berhubunganya dg derajat menyusun rencana perawatan atau
dengan perubahan
selama 3x24 jam ketidkmampuan pemilihan intervensi
bentuk kaki dan
terbentuknya tofus diharapkan citra diri 2. Ingatkan kembali realita bahwa 2) Membantu pasien bahwa perawat
pasien meningkat masih dapat menggunakan sisi yg menerima kedua bagian dari seluruh
KH: sakit dan belajar mengontrol sisi tubuh
1) Pasien mampu yg sehat 3) Membantu meningkatkan perasaan harga
menyatakan 3. Bantu dan anjurkan perawatan yg diri&mengontrolnya
penerimaan diri baik dan memperbaiki kebiasaan 4) Pasien dpt beradaptasi terhadap
terhadap situasi 4. Dukung perilaku/usaha perubahan&memahami peran individu
2) Pasien peningkatan minat partisipasi dlm dimasa mendatang
menunjukkan aktivitas rehabilitasi 5) Dapat memfasilitasi perubahan peran yg
penerimaan 5. Kolaborasi dg ahli penting utk perkembangan perasaan
penampilan neuropsikologi&koseling bila ada
3) Mengenali indikasi
perubahan aktual
pada fungsi tubuh.
28
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan
dan respon klien (Perry&Potter, 2014).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi (Perry&Potter, 2014)
29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian: 8 Oktober 2020


3.1 DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. N
Tempat & Tanggal Lahir : PalangkaRaya, 22 September 1952 Gol.Darah : B
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 150 Cm / 48 Kg
Penampilan : Klien tampak bersih, rapi dan rambut beruban dan
ciri-ciri tubuh bahu membungkuk
Alamat : Jalan Wortel No.30
Orang Yang Dekat Di hubungi : Ny. I Telp./ 082154327080
Hubungan dengan Lansia : suami dan anak kandung
Alamat : Jalan Wortel No.30
Telp./ 082154327080

3.1.1 RIWAYAT KELUARGA


Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1. Tn. M L Suami - Swasta Hidup
2. Ny. N P Istri - IRT Hidup
3. Ny. I P Anak kandung SMP Swasta Hidup
4. Ny. L P Anak kandung SMA Swasta Meninggal
5. Ny. K P Anak kandung SMP Swasta Meninggal
6. Ny. Y P Cucu SMA Swasta Hidup
7. Tn. G L Cucu SMP Swasta Hidup
30

Genogram

Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Perempuan : Meninggal
: Pasien

3.1.2 RIWAYAT PEKERJAAN


Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja karena tinggal bersama anak, Alamat pekerjaan :
Tidak ada, Berapa jarak dari rumah : 0 meter, Alat transportasi : Jalan kaki, Pekerjaan
sebelumnya : Berjualan Sembako , Sumber pendapatan & Kecukupan terhadap
Kebutuhan : Pemberian anak kandung Ny. N yaitu Ny. I.

3.1.3 RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (DENAH)


Tipe tempat tinggal : Permanen, Jumlah Kamar : 3 kamar, Jumlah Tongkat di kamar :
4 Tongkat, Kondisi tempat tinggal: cukup lembab karena pencahayaan yang kurang.
Penataan barang masih kurang sesuai pada tempatnya sehingga terkesan sempit,
Jumlah orang yang tinggal : 2 laki dan 2 perempuan, Derajat Privasi : Kurang
baik,Tetangga terdekat : tetangga samping rumah, Alamat / Telepon : Tidak ada

3.1.4 RIWAYAT REKREASI


31
Hobby / Minat : Olahraga, Keanggotaan Organisasi : Tidak ada, Liburan Perjalanan :
Tidak ada
3.1.5 SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Tim Pelayan Kesehatan datang 2 minggu sekali
untuk memeriksa kesehatan Lansia dikunjungan rumah, Jarak dari rumah : 3 km,
Rumah Sakit : 2 Km
Klinik : 1,5 Km, Pelayanan Kesehatan dirumah : Tim Pelayan Kesehatan datang 2
minggu sekali untuk memeriksa kesehatan Lansia dikunjungan rumah, Makanan yang
dihantarkan : Nasi, Lauk,Sayur dan Buah-buahan, Perawatan sehari-hari yang
dilakukan Keluarga : Tidak ada
3.1.6 DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :Berdoa dan beribadah dirumah, Yang Lainnya : Tidak ada
3.1.7 STATUS KESEHATAN
1) Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : 1 tahun yang lalu klien tidak
pernah mengalami sakit yang parah hanya pusing dan sakit perut biasa.
2) Status kesehatan umum selama 3 tahun yang lalu lalu : Ny.N mengatakan Ia
mendapatkan Penyakit jantung sejak 3 tahun yan lalu, pada waktu itu yang
dirasakan Ny.N pusing serta Sesak dan kelemahan pada bagian tubuh.
3) Keluhan utama: Pasien mengatakan sering pegal dan nyeri pada pangkal jempol
kaki serta bengkak dan kemerahan. Nyeri terasa saat melakukan kegiatan, Terasa
seperti ditusuk-tusuk, Nyeri pada pangkal jempol kaki dan bengkak sebelah kanan,
Skala nyeri 5, Nyeri dirasakan sewaktu-waktu dengan durasi tidak menentu,
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Pasien mengatakan tidak tau
tentang penyakit yang diderita nya.

4) Obat-Obatan
32
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Piroksikam 2 Pagi dan malam
2. Allopurinol 1 Malam
3. Vitamin B komplek 1 Setiap Pagi setelah
Makan

5) STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal


terbaru)
Tetanus, Difteri : klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”, Influensa :
klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”, Pneumothoraks: klien
mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”

6) Al er gi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : Tidak ada alergi
Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : tidak ada

7) Pen yakit yan g dider ita :


Asam Urat

3.1.8 AKTIFITAS SEHARI-HARI


Indeks Katz : (Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut) , berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi , Oksigenasi:
Pernafasan normal RR 21x/menit, Cairan & Elektrolit : Minum ±1,5- 2 Liter/hari,
Nutrisi Eliminasi: Makan 3x/hari Aktivitas : Aktivitas sehari-hari mandiri, Istirahat &
Tidur : Istirahat cukup 6-7 jam/hari, Personal Hygiene : Badan kurang bersih dan
kurang rapi, Seksual : Normal, Rekreasi : Tidak ada
3.1.9 Psikologis
Konsep Diri : Gambaran diri : Pasien mengenal dirinya, Ideal diri : pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang diderita, Identitas diri : Pasien adalah seorang perempuan,
Harga diri : Pasien sangat diperhatikan oleh keluarganya dan merasa dihargai. Peran :
33
Pasien Ibu rumah tangga, Emosi :Stabil, Adaptasi: Baik, Mekanisme Pertahanan Diri
:Meluapkan emosi dengan aktivitas seperti mencuci pakaian
3.1.10 Keadaan Umum
Keadaan umum: tampak sakit sedang; suhu: 36,5 ºC; tekanan darah: 150/80 mmHg;
frek. nadi: 94 x/menit; frek. nafas: 21 x/menit; berat badan: 48 kg; tinggi badan: 150
cm, Tingkat Kesadaran : Composmenthis, Skala Koma Glasgow: Eye 4 Verbal 4
Psikomotor 5, Tanda-Tanda Vital : Puls =94 x/menit, Temp = 360C, RR =
21x/menit, Tensi =150/ 80mmHg

3.1.10.1 Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 130/80 mmHg, tidak ada iktus
kordis, akral : hangat, merah, CRT : konjungtiva anemis

3.1.10.2 Sistem Pernafasan : RR : 21x/menit, bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi
nafas tambahan.

3.1.10.3 Sistem Integumen : Kulit tampak keriput , warna kulit sawo matang, turgor
kembali kurang dari 2 detik.

3.1.10.4 Sistem Perkemihan : BAK 6-7x sehari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri
saat berkemih.

3.1.10.5 Sistem MuskuloSkeletal : Ny. N mengalami nyeri persendian, kekakuan jika


duduk terlalu lama, masalah dalam berjalan semua masalah itu berdampak dalam
ADL namun tidak keseluruhan, Ekstrimitas atas 4/4 Ekstrimitas bawah 3/3

3.1.10.6 Sistem Endokrin : terjadi pigmentasi kulit, dan terjadi perubahan rambut.

3.1.10.7 Sistem Gastrointestinal : Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual atau
muntah.

3.1.10.8 Sistem Reproduksi : Menopause sejak usia 49 tahun.

3.1.10.9 Sistem Persarafan : fungsi motorik pasien mampu menggerakan kaki


kanan dan tangan sebelah kanannya, ketika di cubit pasien tidak merespon dan
merasakan nyeri.

3.1.10.10 Sistem Penglihatan : Ny. N mengatakan pandangan kabur

3.1.10.11 Sistem Pendengaran : Fungsi pendengaran pasien berkurang karena faktor


34
usia

3.1.10.12 Sistem Pengecapan : Fungsi pengecapan tidak ada masalah karena pasien
mampu merasakan rasa manis, asam, asin.

3.1.10.13 Sistem Penciuman : Fungsi penciuman tidak ada masalah karena Ny.N
mampu mencium bau-bauan.

3.1.11 STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL


Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ): Fungsi intelektual ringan, Mini
Mental State Exam (MMSE): 24, Inventaris Depresi Beck : 0 depresi tidak ada/
minimal, APGAR Keluarga : 6
3.1.12 DATA PENUNJANG
Laboratorium : pemeriksaan kadar asam urat didapatkan 7,25 mg/dl

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Ny. N Tanggal : 8 Oktober 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur: 69 Tahun TB/BB : 150cm /48Kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Wortel No :30

Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
35
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
lain sebagai C, D, E Atau F

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama Klien : Ny. N Tanggal : 8 Oktober 2020
Jenis Kelamin : Permpuan Umur:69 Tahun TB/BB : 150 cm /48 Kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Wortel No:30
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 8 Oktober 2020
 2 Hari apa sekarang ini? Kamis
 3 Apa nama tempat ini? Rumah
 4 Berapa nomor telepon anda? Ny.N tidak
mengetahui nomor
teleponnya
 5 Berapa umur anda? 69 Tahun
6 Kapan anda lahir? Ny.N mengatakan
dia lupa tahun
berapa ia lahir.
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko widodo
 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
 9 Siapa nama kecil ibu anda? Ny.N mengatakan
dia lupa nama kecil
ibunya
36
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurangan 3 17, 14, 11, 8, 5, 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total 3
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 4 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-
37
masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang
benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 4 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
berganti eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari
belakang).
MENGINGAT
3 2 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk kebenaran.
BAHASA
9 7 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1
point.
30 Nilai total 24

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Composmenthis
Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu
penyelidikan lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama Klien : Ny. N Tanggal : 8 Oktober 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur: 69 Tahun TB/BB : 150 cm /48 Kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jalan Wortel No.30
Nama Pewawancara : Halimatussyadiah
38
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
39
G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI
3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
40
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama Klien : Ny.N Tanggal : 8 Oktober 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur: 69 Tahun TB/BB :150cm /48 Kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Wortel No.30

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 1
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 1
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
41
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 1
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 1
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: TOTAL 6
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATA
INTERPRESTASI MASALAH
No SUBYEKTIF
(Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)
1. DS : Ny. N mengatakan sering pegal Implus atau Nyeri akut
dan nyeri pada sendi pangkal jempol penekanan pada saraf
kaki serta bengkak dan nyeri
kemerahan.Nyeri terasa saat
melakukan kegiatan, Terasa seperti
ditusuk-tusuk, Nyeri pada persendian
Inflamasi
pangkal jempol kaki dan bengkak
sebelah kanan, Skala nyeri 5, Nyeri
dirasakan sewaktu-waktu dengan
durasi tidak menentu. Iskemia
DO :
- Nyeri bagian persendian kaki
bagian pangkal jempol dan Latihan fisik
masih bengkak pada sebelah berlebihan

kanan
42
- Kadar asam urat : 7,3mg/dl
- TTV : TD : 150/ 80mmHg Mengangkat berat
RR: 21x/menit
Nadi =94 x/menit,
Nyeri akut
Suhu = 360C

2.
Perubahan Hambatan
DS : Ny.N mengatakan bahwa mobilitas
metabolisme
merasa lemas dan pegal serta fisik
nyeri bagian pangkal jempol
DO : - Pasien tampak lemas
Nyeri
- Pasien tampak berbaring diatas
tempat tidur
- Ekstrimitas atas 4/4
Kurang terpapar
Ekstrimitas bawah 3/3
informasi tentang
- Kaki pasien tampak bengkak
aktivitas fisik
disebelah kanan

kekakuan sendi

Hambatan mobilitas
fisik

DS : Ny.N mengatakan kurang Keterbatasan kognitif Defisit


3. Pengetahuan
mengerti tentang penyakit yang
dialaminya
Kurang terpapar
DO :
informasi
- Pasien tidak bisa menjelaskan
tentang penyakitnya itu apa
Kurang mampu
43
ketika disuruh menjelaskan mengingat
- MMSE : 24 aspek kognitif
dari fungsi mental baik
Ketidaktahuan
menemukan sumber
informasi

Defisit Pengetahuan

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan purin di dalam sendi dibuktikan


dengan bengkak dan kemerahan pada pangkal jempol kaki sebelah kanan
2. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan sulit
beraktivitas
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dibuktikan
dengan kurang mengetahui penyakit yang dialami
44
45

RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital. 1. untuk mengetahui
dengan penumpukan keperawatan selama 2x3 jam 2. Kaji tingkat intensitas dan perkembangan klien
purin di dalam sendi diharapkan : frekuensi nyeri 2. tingkat intensitas nyeri dan
dibuktikan dengan Kriteria Hasil : 3. Lakukan pendekatan pada frekwensi menunjukkan skala
bengkak dan kemerahan 1. Nyeri berkurang skala 1-3 klien dan keluarga nyeri
pada pangkal jempol atau hilang 4. jelaskan pada klien 3. hubungan yang baik
kaki sebelah kanan 2. Klien tampak tenang.. penyebab dari nyeri membuat klien dan keluarga
3. Tanda-tanda vital normal 5. kolaborasi dengan tim kooperatif
medis dalam pemberian 4. memberikan penjelasan akan
obat menambah pengetahuan klien
tentang nyeri
5. merupakan tindakan
dependent perawat, dimana
analgesik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.

2. Hambatan Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya nyeri atau 1. mengurangi aktivitas yang
berhubungan dengan keperawatan selama 2x3 jam keluhan fisik lainnya tidak diperlukan, dan energi
nyeri dibuktikan dengan diharapkan : 2. Lakukan pengompresan pada terkumpul dapat digunakan
46
sulit beraktivitas Kriteria Hasil : persendian Pangkal jempol untuk aktivitas seperlunya
1. perilaku menampakan kaki yang bengkak dan secara optimal.
kemampuan untuk kemerahan 2. Dengan memberikan kompres
memenuhi kebutuhan diri. 3. Rencanakan periode istirahat dingin untuk mengurangi
2. pasien mengungkapkan yang cukup. bengkak
mampu untuk melakukan 4. Anjurkan pada klien untuk 3. mengurangi pemakaian energi
beberapa aktivitas tanpa tidak banyak berjalan ketika sampai kekuatan pasien pulih
dibantu. masih terasa nyeri dan kembali.
3. Koordinasi otot, tulang dan bengkak 4. dengan menganjurkan klien
anggota gerak lainya baik. dapat mengurangi dan
4. Mengurangi bengkak dan mencegah terjadinya
kemerahan pada persendian pembengkakan
pangkal jempol kaki
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kesiapan dan 1. Dengan adanya informasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x3 jam kemampuan menerima klien akan mampu
kurangnya informasi diharapkan : informasi mengidentifikasi masalahnya
dibuktikan dengan Kriteria Hasil : 2. lakukan persediaan materi dan sehingga memudahkan
kurang mengetahui 1. Mampu menjelaskan tentang media pendidikan kesehatan tenaga kesehatan untuk
penyakit yang dialami proses penyakit, perawatan 3. Memberikan kesempatan menggali data klien
penyakit untuk bertanya 2. Informasi yang tepat dari
2. Memberikan informasi yang 4. Ajarkan perilaku hidup bersih tenaga kesehatan akan
tepat dan akurat sesuai dan sehat membuat klien merasa
47
dengan kebutuhan klien dirinya memiliki sumber
3. Bertanya kepada penyedia informasi yang tepercaya
layanan kesehatan 3. kadang kala klien merasa
tidak berani untuk bertanya
karena belum terbina
hubungan dekat dengan
penyedia layanan kesehatan
4. Agar mengetahui
meningkatnya perilaku hidup
bersih dan sehat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama


48
1 Nyeri akut 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. S : Ny. N mengatakan sering
berhubungan 2. Mengkaji tingkat intensitas dan pegal dan nyeri sendi pada pangkal
dengan frekuensi nyeri jempol kaki serta bengkak dan
penumpukan 3. Melakukan pendekatan pada kemerahan.Nyeri terasa saat
purin di dalam klien dan keluarga melakukan kegiatan, Terasa
sendi 4. Menjelaskan pada klien seperti ditusuk-tusuk, Nyeri pada Kelompok 8
dibuktikan penyebab dari nyeri
persendian pangkal jempol kaki
dengan 5. Berkolaborasi dengan tim medis
dan bengkak sebelah kanan,
bengkak dan dalam pemberian obat
Skala nyeri 5, Nyeri dirasakan
kemerahan
sewaktu-waktu dengan durasi
pada pangkal
tidak menentu.
jempol kaki
O : Nyeri bagian persendian kaki
sebelah kanan
pada pangkal jempol dan masih
bengkak pada sebelah kanan
- Kadar asam urat : 7,25 mg/dl
- TTV : TD : 130/ 80mmHg
RR: 21x/menit
Nadi =95 x/menit,
Suhu = 360C
A : Masalah belum teratasi
49
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5

2 Hambatan 1. Mengobservasi adanya nyeri atau S : Ny.N mengatakan bahwa


Mobilitas fisik keluhan fisik lainnya merasa nyeri dan pegal serta
berhubungan 2. Melakukan pengompresan pada bengkak pada pangkal jempol
dengan nyeri persendian pangkal jempol kaki kaki
dibuktikan yang bengkak dan kemerahan O : - Pasien tampak lemas Kelompok 8
dengan sulit 3. Merencanakan periode istirahat - Pasien tampak berbaring
beraktivitas yang cukup. diatas tempat tidur
4. Meganjurkan pada klien untuk - Ekstrimitas atas 4/4
tidak banyak berjalan ketika Ekstrimitas bawah 3/3
masih terasa nyeri dan bengkak - Persendian kaki bagian
pangkal jempol kaki masih
bengkak dan kemerahan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
50
3 Defisit 1. mengobservasi kesiapan dan S : Ny.N mengatakan sudah
Pengetahuan kemampuan menerima informasi mengerti tentang penyakitnya
berhubungan 2. melakukan persediaan materi dan O :
dengan media pendidikan kesehatan - Pasien bisa sedikit
kurangnya 3. Memberikan kesempatan untuk menjelaskan tentang
informasi bertanya penyakitnya itu apa ketika
dibuktikan 4. mengajarkan perilaku hidup disuruh menjelaskan Kelompok 8
dengan kurang bersih dan sehat - MMSE : 24 aspek kognitif
mengetahui dari fungsi mental baik
penyakit yang A : Masalah teratasi sebagian
dialami P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
51
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari /
No Tanggal Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
/Jam
1 Jumat, 9 Nyeri akut berhubungan 1. Mengobservasi tanda-tanda S : Ny. N mengatakan masih
Oktober dengan penumpukan vital. pegal dan nyeri sendi pada
2020/ 08.00 purin di dalam sendi 2. Mengkaji tingkat intensitas pangkal jempol kaki serta
Wib dibuktikan dengan dan frekuensi nyeri bengkak dan kemerahan.Nyeri
bengkak dan kemerahan 3. Melakukan pendekatan pada terasa saat melakukan kegiatan, Kelompok
pada pangkal jempol kaki klien dan keluarga 8
Terasa seperti ditusuk-tusuk,
sebelah kanan 4. Menjelaskan pada klien
Nyeri pada persendian pangkal
penyebab dari nyeri
jempol kaki dan bengkak
sebelah kanan, Skala nyeri 4,
Nyeri dirasakan sewaktu-waktu
dengan durasi tidak menentu.
O : Nyeri bagian persendian
kaki pada pangkal jempol dan
bengkak berkurang pada
sebelah kanan
- Kadar asam urat : 7,3mg/dl
- TTV : TD : 130/ 80mmHg
52
RR: 22x/menit
Nadi =96 x/menit,
Suhu = 360C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5
2 Jumat, 9 Hambatan Mobilitas fisik 1. Mengobservasi adanya nyeri S : Pasien mengatakan bahwa
Oktober berhubungan dengan atau keluhan fisik lainnya merasa nyeri berkurang dan
2020/ 10.00 nyeri dibuktikan dengan 2. Melakukan pengompresan pada pegal berkurang serta
Wib sulit beraktivitas persendian pangkal jempol bengkak pada pangkal jempol Kelompok
kaki yang bengkak dan kaki 8
kemerahan O:
3. Merencanakan periode istirahat - Pasien tampak lemas
yang cukup. - Pasien tampak duduk
4. Meganjurkan pada klien untuk diatas tempat tidur
tidak banyak berjalan ketika - Ekstrimitas atas 5/5
masih terasa nyeri dan bengkak Ekstrimitas bawah 4/4
- Persendian bagian pangkal
jempol kaki berkurang dan
kemerahan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
3 Jumat, 9 Defisit Pengetahuan 1. mengobservasi kesiapan dan S : pasien mengatakan sudah
53
Oktober berhubungan dengan kemampuan menerima mengerti tentang penyakitnya
2020/ 11.00 kurangnya informasi informasi O: Kelompok
Wib dibuktikan dengan 2. melakukan persediaan materi - Pasien bisa menjelaskan 8
kurang mengetahui dan media pendidikan tentang penyakitnya itu apa
penyakit yang dialami kesehatan ketika disuruh menjelaskan
3. Memberikan kesempatan untuk - MMSE : 24 aspek kognitif
bertanya dari fungsi mental baik
4. mengajarkan perilaku hidup A : Masalah teratasi
bersih dan sehat P : Hentikan Intervensi
54
DAFTAR PUSTAKA

Alimayu, A. (2016). Faktor yang berhubungan dengan kejadian gout pada


lansia. Jurnal Darul Azhar. Volume 2 Nomor 1, Halaman 53-55.
Budianto, A. (2016). Hubungan kadar asam urat dengan status gizi. Jurnal e-
Biomedik.Volume 4 Nomor 2, Halaman 3.
Dianaa, N. A. (2015). Gout dan hiperurisemia. Jurnal Majority. Volume 4
Nomor3, Halaman 87-88.
Junaidi Iskandar. (2008). Rematik dan AsamUrat. Edisi 4. Jakarta: PT
BhuanaIlmu Popular.
Lumunon, O. J. (2015). Hubungan status gizi dengan gout arthritis pada
lanjut usia. E-journal Keperawatan. Volume 3 Nomor 3, Halaman 2-3.
Mujahidullah.(2012). Keperawatan Geriatrik. Edisi 1.Yogyakarta:Tunas
Publishing.
Novianti.(2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Edisi 1.Yogyakarta: Buku
pintar. Nursalam.(2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pendekatan Praktis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Sandjaya, H. (2014). Buku Sakit Pencegah & Penangkal Asam
Urat.Edisi 1.Yogyakarta: Mantra Books.

Anda mungkin juga menyukai