Gerontik
Gerontik
SISTEM MUSKULOSKEETAL
Di Susun Oleh :
Kelompok 8
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan system musculoskeletal ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah .Kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya
bagi para pembaca agar dapat mengetahui dengan lebih jelas.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga dalam pembuatan makalah lainnya
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit Kejang Demam 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 13
2.1.3 Etiologi 17
2.1.4 Klasifikasi 18
2.1.5 Patofisiologi 18
2.1.6 Manifestasi Klinis 21
2.1.7 Komplikasi 21
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 21
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 22
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 22
2.2.1 Pengkajian 22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 24
2.2.3 Intervensi 25
2.2.4 Implementasi 28
2.2.5 Evaluasi 28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa29
3.2 Pemeriksaan Fisik 30
3.3 Analisa Data 42
3.4 Prioritas Masalah 44
3.5 Rencana Keperawatan 45
3.6 Implentasi dan Evaluasi 48
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit
gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan.
Endapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan bisa menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti peradangan sendi akut, peradangan sendi kronik berulang
(arthritis gout), timbulnya tofi (akibat akumulasi kristal MSU di persendian,
tulang rawan, atau jaringan lunak), terganggunya fungsi ginjal (nefropati gout),
terbentuknya batu asam urat di ginjal (Misnadiarly, 2012). Proses penuaan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes,
2014). Kemunduran sel-sel terjadi pada usia lanjut karena proses penuaan yang
dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, juga timbulnya
berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia).
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaanya bisa normal
dalam darah dan urin. Sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung
purin tinggi yaitu seperti ekstrak daging, kerang dan jeroan seperti hati, ginjal,
limpa, paru, otak (Misnadiarly, 2012). Usia sekitar 40 tahun kenaikan kadar asam
urat dalam darah biasanya ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan
biasanya terjadi setelah mengalami menopause. Faktor usia tersebut yang juga
berpengaruh pada penurunan fungsi ginjal terutama pada pria
(Setyoningsih, 2013). Hal ini terjadi karena proses degeneratif yang
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan menghambat
2
eksresi dari asam urat dan akhirnya menyebabkan hiperurisemia (Liu, 2013).
Karbohidrat merupakan salah satu dari asupan makanan. Dibagi dalan dua
gologan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat
sederhana terdiri dari monosakarida, disakarida, gula alkohol dan oligosakarida,
sedangkan karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida dan serat. Karbohidrat
yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat adalah glukosa dan fruktosa.
Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme. Setelah dibawa ke dalam sel,
glukosa mengalami fosforilasi oleh suatu heksokinase menjadi glukosa 6-fosfat.
Guloksa 6-fosfat mengalami oksidasi melalui jalur pentosa fosfat yang
menghasilkan NADPH. NADPH untuk sintesis asam lemak dan sumber ribosa
untuk membentuk nukleotida. Nukleotida ini akan menghasilkan nukleosida oleh
enzim nukleotidase. Nukleosida tersusun dari gula, basa purin dan pirimidin.
Secara alternatif, AMP dapat mengalami defosforilasi membentuk adenosin, yang
kemudian dideaminasi oleh adenosin deaminase (ADA) membentuk inosin. Inosin
dan guanosin selanjutnya dipecah dengan memotong basa purin dari gula ribosa
menghasilkan ribosa 1-fosfat, hipoxantin dan guanin secara berurutan dengan
bantuan enzim purin nukleosida fosforilase. Guanin dideaminasi membentuk
xantin, sedangkan hipoxantin dioksidasi membentuk xantin oleh xantin oksidase.
Xantin selanjutnya dioksidasi lagi oleh xantin oksidase membentuk asam urat.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2014 prevelensi asam urat
(gout) di Amerika Serikat 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per
1000 perempuan prevalensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di
Amerika hingga 10,3% selandia baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan
perubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan kasus obesitas dan sindrom
metaboli.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan Diagnosa medis gout
arthritis (Asam urat) di Ruanng Gerontik Puskesmas Pahandut Palangka Raya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
3
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah unuk mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan Diagnosa Medis Pahandut
(Asam urat) di Ruang Gerontik Puskesmas Panarung Palangka Raya?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.N dengan gout arthritis
(Asam urat)
2. Menyusun dan mentukan prioritas masalah keperawatan pada Ny. N
dengan gout arthritis (Asam urat)
3. Melakukan intervensi keperawatan pada Ny. N dengan gout arthritis
(Asam urat)
4. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. N dengan gout arthritis
(Asam urat)
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. N dengan gout arthritis
(Asam urat)
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami gout arthritis (Asam urat)
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan perawatan yang tepat
setelah gout arthritis (Asam urat)
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi tentang gout arthritis (Asam urat) yang
disebabkan oleh banyaknya paritas.
BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah 2015).
Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization),
menggolongkan usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut
(elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun (Kushariyadi 2010, hal. 2).
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Maryam dkk 2014).
Menurut UU no. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Azizah 2015).
5
Dari berbagai pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa lansia
merupakan suatu proses alami. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap kondisi ini menyebabkan tidak ada lagi
daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit.
2.1.2 Batasan Usia Lanjut
1. Pra usia lanjut (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Usia lanjut
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahapan
masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas).
Sedangkan lanjut usian adalah sudah berumur atau tua.
3. Usia lanjut resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Usia lanjut potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasikan barang atau jasa.
5. Usia lanjut tidak potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada orang lain (Maryam dkk 2014).
2.1.3 Tipe Usia Lanjut
Beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karaker, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social dan ekonomi. Tipe tersebut
antara lain :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman bergaul, dan memenuhi undangan.
6
3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dengan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dikerjakan.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain dan acuh tak acuh :
1. Tipe optimis
2. Tipe konstruktif
3. Tipe dependen
4. Tipe defenvise (bertahan)
5. Tipe militan dan serius
6. Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu)
7. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)
Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai ari kemampuannya
untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para
usia lanjut dapat digolongkan menjadi tipe :
1. Usia lanjut mandiri sepenuhnya
2.2.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam
pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
1) Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.
2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
1. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
2. Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
3) Pembentukan asam urat yang berlebih :
1. Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
2. Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karena penyakit lain seperti leukemia.
4) Kurang asam urat melalui ginjal
5) Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat.
18
6) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 % penderita gout
ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita pada post
menopause usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki – laki usia
pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering
mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan
pergelangan kaki.
2.2.4 Klasifikasi
2.2.4.1 Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat
2.2.4.2 Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam
urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu. (Mubarak, 2015)
2.2.5 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan
responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
2.2.5.1 Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
2.2.5.2 Menurunnya eksresi asam urat.
2.2.5.3 Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam – garam urat
yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu respon inflamasi akut dan
19
netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam
darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan, sebagai berikut :
2.2.5.4 Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan
bila konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya
bursa, tendon dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif
akan dibungkus ( coate ) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan Kristal.
2.2.5.5 Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh
leukosit.
20
Woc
Kadar laktat dalam darah Kadar laktat dalam darah Menghambat eksresi
asam uratdi tubulus ginjal
GOUT
MK: Ketidakseimbangan
MK: Hambatan
Nutrisi lebih dari mobilitas fisik
kebutuhan tubuh
21
2.2.6 Manifestasi klinis
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati, antara
lain :
1) Hiperuricemia asimtomatik
2) Arthritis gout akut
3) Tahap interkritis
4) Gout kronik
Gout akut berupa :
1. Nyeri hebat
2. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
3. Sakit kepala
4. Demam
Gangguan kronik berupa :
1) Serangan akut
2) Hiperurisemia yang tidak diobati
3) Terdapat nyeri dan pegal
4) Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi ( penumpukan
monosodium asam urat dalam jaringan )
2.2.7 Komplikasi
1) Deformitas (perubahan bentuk) sendi yang terjadi akibat serangan berulang
yang akhirnya merusak kartilago artikuler (Tulang yang berada pada sekitar
sendi).
2) Batu ginjal
3) Gagal ginjal kronis
4) Hipertensi
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar
normalnya adl Wanita (2,4 – 6 mg/dl & Pria (3,0–7 mg/dl )
2. Diet rendah purin : Kontrol makanan yg dikonsumsi tdk byk mengandung
purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing,emping,bayam,lemak dll)
22
3. Banyak minum air putih 2-3 liter/hari, karena dpt membantu membuang
purin dalam tubuh/ melarutkan asam urat.
4. Hindari minum alkohol
5. Bed rest / tirah baring minimal 24 jam setelah serangan. Gout akan cepat
kambuh jika terlalu cepat bergerak
6. Pengobatan jangka panjang hingga sembuh tuntas, bukan minum obat
ketika sakit
7. Terapi dengan pengobatan:
1) Kolkisin →suatu agen anti radang yg biasanya dipakai utk mengobati
serangan gout akut&mencegah serangan gout akut kemudian hari.
Diberikan dg dosis 0,5 mg/jam.
2) Fenilbutazon →suatu agen anti radang yg digunakan utk mengobati
artritis gout.
3) Allopurinol →untuk mengurangi pembentukan asam urat. Dengan
dosis 100-400 mg/hari.
4) Probenesid &sulfinpirazin →suatu agen yang dpt menghambat
proses reabsorpsi asam urat oleh tubulus ginjal&meningkatkan
ekskresi asam urat.
5) Analgesik →bila nyeri bertambah berat.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Anamnesa
Anamnesis pada pasien Asam Urat meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.13 Selain itu juga melakukan wawancara
tentang kejadian awal asam urat (saat aktivitas atau istirahat), faktor penyebab
dan risiko asam urat, seperti hipertensi, perokok, hiperkolesterol, diabetes,
obesitas, anemia, pola latihan atau aktivitas sehari-hari.
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
23
1. Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan.
2. Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
3. Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronki atau mengi.
2) B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan
pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
3) B3(Brain)
Kepala dan wajah Ada sinosis
4) B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke
ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang
akan menimbulkan perubahan fungsi pada system ini.
4) B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya
mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien
yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
5) B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan :
1. Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya
24
sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan
dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus)
terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan
membesar.
2. Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
3. Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan.
Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil
(punch out).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut/kronis behubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal
pada membran sinovial, tulang rawan/ kerusakan integritas jaringan
sekunder tehadap gout
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi
3) Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus
25
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No.
Dx Diagnosa
keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan 1) Kaji dan observasi lokasi, 1. Untuk mengetahui respon subjektif
intensitas, dan tipe nyeri.
behubungan dengan tindakan kep. Selama pasien dalam melaporkan nerinya dan
2) Bantu pasien dalam
peradangan sendi, 1x24 jam nyeri mengidentifikasi faktor pencetus skala nyeri
3) Jelaskan dan bantu pasien terkait
penimbunan kristal berkurang/hilang 2. Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri
dengan tindakan pereda nyeri non
pada membran sinovial, KH: farmakologi 3. Untuk mengetahui keefektifan dalam
4) Ajarkan teknik relaksasi terkait
tulang rawan/ 1) Pasien tampak mengurangi nyeri
ketegangan otot rangka yg dpt
kerusakan integritas rileks mengurangi intensitas nyeri 4. Akan melancarkan peredaran darah
5) Kolaborasi dengan tim medis untuk
jaringan sekunder 2) Pasien melaporkan sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi
pemberian obat analgetik dan
tehadap gout penurunan nyeri allopurinol. dan mengurangi nyeri
3) Nyeri berkurang 5. Menurunkan kadar asam urat serum dan
ü 4) Skala nyeri mjadi 0- mengurangi nyeri pasien
1
26
1. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji mobilitas yg ada dan observasi 1) Mengethui tingkat kemampuan pasien
fisik berhubungan adanya peningaan kerusakan dalam melakukan aktivitas
tindakan keperawatan
2. Anjurkan pasien melakuka latihan 2) Gerakan aktif memberi masaa, tonus dan
dengan penurunan
selama 1x24 jam psien gerak aktif pada ektremitas yang kekuatan otot, serta memperbaiki fugi
rentang gerak, tdk sakit
mampu melaksanakan jantung dan25pernafasan
kelemahan otot, nyeri 3. Bantu pasien melakukan latihan 3) Untuk mempertahanka
pada gerakan, dan aktivitas fisik sesuai dan perawatan diri
4) n sendi sesuai kemampuanya.
kekakuan pada sendi 4. Kolaborasi dengn ahli fisioterapi
dengan 5) Kemampuan mobilisasi ekstremitas
untuk latihan fisik pasien
kemampuannya. dapat ditingkatkandengan latihan fisik
dari tim fisioterapi
KH:
1) Pasien tidak
mengalami
kontraktur sendi
3) Kekuatan otot
bertambah
4) Pasien dapat
melakukan
aktivitas tanpa
bantuan
27
2. Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan persepsi dan 1) Menentukan bantuan individual dlm
diri berhubungan tindakan keperawatan berhubunganya dg derajat menyusun rencana perawatan atau
dengan perubahan
selama 3x24 jam ketidkmampuan pemilihan intervensi
bentuk kaki dan
terbentuknya tofus diharapkan citra diri 2. Ingatkan kembali realita bahwa 2) Membantu pasien bahwa perawat
pasien meningkat masih dapat menggunakan sisi yg menerima kedua bagian dari seluruh
KH: sakit dan belajar mengontrol sisi tubuh
1) Pasien mampu yg sehat 3) Membantu meningkatkan perasaan harga
menyatakan 3. Bantu dan anjurkan perawatan yg diri&mengontrolnya
penerimaan diri baik dan memperbaiki kebiasaan 4) Pasien dpt beradaptasi terhadap
terhadap situasi 4. Dukung perilaku/usaha perubahan&memahami peran individu
2) Pasien peningkatan minat partisipasi dlm dimasa mendatang
menunjukkan aktivitas rehabilitasi 5) Dapat memfasilitasi perubahan peran yg
penerimaan 5. Kolaborasi dg ahli penting utk perkembangan perasaan
penampilan neuropsikologi&koseling bila ada
3) Mengenali indikasi
perubahan aktual
pada fungsi tubuh.
28
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan
dan respon klien (Perry&Potter, 2014).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi (Perry&Potter, 2014)
29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Genogram
Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
4) Obat-Obatan
32
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Piroksikam 2 Pagi dan malam
2. Allopurinol 1 Malam
3. Vitamin B komplek 1 Setiap Pagi setelah
Makan
3.1.10.1 Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 130/80 mmHg, tidak ada iktus
kordis, akral : hangat, merah, CRT : konjungtiva anemis
3.1.10.2 Sistem Pernafasan : RR : 21x/menit, bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi
nafas tambahan.
3.1.10.3 Sistem Integumen : Kulit tampak keriput , warna kulit sawo matang, turgor
kembali kurang dari 2 detik.
3.1.10.4 Sistem Perkemihan : BAK 6-7x sehari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri
saat berkemih.
3.1.10.6 Sistem Endokrin : terjadi pigmentasi kulit, dan terjadi perubahan rambut.
3.1.10.7 Sistem Gastrointestinal : Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual atau
muntah.
3.1.10.12 Sistem Pengecapan : Fungsi pengecapan tidak ada masalah karena pasien
mampu merasakan rasa manis, asam, asin.
3.1.10.13 Sistem Penciuman : Fungsi penciuman tidak ada masalah karena Ny.N
mampu mencium bau-bauan.
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
35
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
lain sebagai C, D, E Atau F
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 4 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-
37
masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang
benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 4 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
berganti eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari
belakang).
MENGINGAT
3 2 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk kebenaran.
BAHASA
9 7 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1
point.
30 Nilai total 24
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Composmenthis
Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu
penyelidikan lanjut)
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
40
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATA
INTERPRESTASI MASALAH
No SUBYEKTIF
(Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)
1. DS : Ny. N mengatakan sering pegal Implus atau Nyeri akut
dan nyeri pada sendi pangkal jempol penekanan pada saraf
kaki serta bengkak dan nyeri
kemerahan.Nyeri terasa saat
melakukan kegiatan, Terasa seperti
ditusuk-tusuk, Nyeri pada persendian
Inflamasi
pangkal jempol kaki dan bengkak
sebelah kanan, Skala nyeri 5, Nyeri
dirasakan sewaktu-waktu dengan
durasi tidak menentu. Iskemia
DO :
- Nyeri bagian persendian kaki
bagian pangkal jempol dan Latihan fisik
masih bengkak pada sebelah berlebihan
kanan
42
- Kadar asam urat : 7,3mg/dl
- TTV : TD : 150/ 80mmHg Mengangkat berat
RR: 21x/menit
Nadi =94 x/menit,
Nyeri akut
Suhu = 360C
2.
Perubahan Hambatan
DS : Ny.N mengatakan bahwa mobilitas
metabolisme
merasa lemas dan pegal serta fisik
nyeri bagian pangkal jempol
DO : - Pasien tampak lemas
Nyeri
- Pasien tampak berbaring diatas
tempat tidur
- Ekstrimitas atas 4/4
Kurang terpapar
Ekstrimitas bawah 3/3
informasi tentang
- Kaki pasien tampak bengkak
aktivitas fisik
disebelah kanan
kekakuan sendi
Hambatan mobilitas
fisik
Defisit Pengetahuan
PRIORITAS MASALAH
RENCANA TINDAKAN
2. Hambatan Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya nyeri atau 1. mengurangi aktivitas yang
berhubungan dengan keperawatan selama 2x3 jam keluhan fisik lainnya tidak diperlukan, dan energi
nyeri dibuktikan dengan diharapkan : 2. Lakukan pengompresan pada terkumpul dapat digunakan
46
sulit beraktivitas Kriteria Hasil : persendian Pangkal jempol untuk aktivitas seperlunya
1. perilaku menampakan kaki yang bengkak dan secara optimal.
kemampuan untuk kemerahan 2. Dengan memberikan kompres
memenuhi kebutuhan diri. 3. Rencanakan periode istirahat dingin untuk mengurangi
2. pasien mengungkapkan yang cukup. bengkak
mampu untuk melakukan 4. Anjurkan pada klien untuk 3. mengurangi pemakaian energi
beberapa aktivitas tanpa tidak banyak berjalan ketika sampai kekuatan pasien pulih
dibantu. masih terasa nyeri dan kembali.
3. Koordinasi otot, tulang dan bengkak 4. dengan menganjurkan klien
anggota gerak lainya baik. dapat mengurangi dan
4. Mengurangi bengkak dan mencegah terjadinya
kemerahan pada persendian pembengkakan
pangkal jempol kaki
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kesiapan dan 1. Dengan adanya informasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x3 jam kemampuan menerima klien akan mampu
kurangnya informasi diharapkan : informasi mengidentifikasi masalahnya
dibuktikan dengan Kriteria Hasil : 2. lakukan persediaan materi dan sehingga memudahkan
kurang mengetahui 1. Mampu menjelaskan tentang media pendidikan kesehatan tenaga kesehatan untuk
penyakit yang dialami proses penyakit, perawatan 3. Memberikan kesempatan menggali data klien
penyakit untuk bertanya 2. Informasi yang tepat dari
2. Memberikan informasi yang 4. Ajarkan perilaku hidup bersih tenaga kesehatan akan
tepat dan akurat sesuai dan sehat membuat klien merasa
47
dengan kebutuhan klien dirinya memiliki sumber
3. Bertanya kepada penyedia informasi yang tepercaya
layanan kesehatan 3. kadang kala klien merasa
tidak berani untuk bertanya
karena belum terbina
hubungan dekat dengan
penyedia layanan kesehatan
4. Agar mengetahui
meningkatnya perilaku hidup
bersih dan sehat