Anda di halaman 1dari 3

1.

Penyebab enterprenur di Indonesia masih rendah


a) Sistem pendidikan kurang mendukung pemuda menjadi enterprenur
Kurikulum pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah ternyata tidak memberikan
dorongan mental kepada para pelajar untuk masuk dunia enterprenur. Materi
pendidikan yang telah ada justru mengarahkan mereka untuk was-was jika
berwirusaha. Bagaimana tidak, risiko yang harus dihadapi seorang enterprenur
cenderung besar. Memang jika berhasil menjadi pengusaha seseorang bisa memiliki
omzet penghasilan yang besar. Namun ketakutan jika gagal dalam bisnis sedikit
banyak membuat mereka tidak mau mengambil konsekuensi tersebut.
b) Terlalu ambisius dan ingin sukses seketika
Salah satu kunci sukses menjadi seorang enterprenur adalah sabar dan tahan banting
ketika menghadapi masalah. Tidak mudah menyerah dan menyukai tantangan adalah
jiwa seorang enterprenur. Adapun keadaan para pemuda di Indonesia cukup
memprihatinkan. Sebagian memang mau menjadi seorang enterprenur, tetapi dengan
mensyaratkan target yang berlebihan dan cenderung ambisius. Mereka tidak mau
usaha yang baru dimulainya tumbuh secara perlahan karena itu jika mereka berusaha
langsung memakai sistem frontal. Tentu saja ini sangat berisiko takut bangkit lagi jika
mengalami masalah dalam bisnis.
c) Kurangnya berinovasi dalam bisnis
Bagi kalangan enterprenur kecil melakukan inovasi masih dianggap memberatkan.
Akibatnya mereka hanya mencontoh pelaku usaha lain dalam mengembangkan
bisnisnya. Memang dalam waktu singkat sangat membantu usaha anda, tetapi jika
terus mengandalkan strategi orang lain dalam mengembangkan bisnis maka besar
kemungkinannya strategi cenderung usang dan cenderung membosankan bagi para
calon konsumen.
d) Lebih berminat menjadi karyawan daripada membuka bisnis
Kerja sebagai karyawan ternyata lebih menarik bagi warga negara Indonesia. Mereka
cenderung menyukai pekerjaan yang bersifat teratur dan tetap seperti PNS atau
karyawan kantor. Memang jika dibandingkan dengan wirausaha jelas seorang
karyawan lebih memilih aman dalam hidupnya. Dalam arti lebih menyukai
penghasilan yang tetap dari pada penghasilan yang bersifat fluktuatif (naik turun) atau
bahkan ada risiko tidak memperoleh penghasilan pada hari itu. Jika cara berpikir
menjadi karyawan adalah yang dimiliki oleh sebagian besar orang Indonesia maka
sudah pasti ini menjadi penyebab berkurangnya enterprenur.

2. Ide bisnis
-Ide bisnis yang saya angkat adalah membuat jasa Cuci Sepatu atau yang biasanya
disebut Shoes and Care dengan sistem antar jemput di area tertentu dan dengan cara
order jenis perawatan cuci sepatu lewat online atau media sosial.
-Saya mengangkat ide bisnis ini karena melihat di daerah saya belum banyak terdapat
bisnis cuci sepatu buatan lokal yang terjangkau dan ditambah dengan jasa antar
jemput, sekaligus order secara online lewat media sosial yang ada. Bisnis ini juga
tidak memerlukan biaya modal yang mahal, karena hanya membutuhkan sikat, lap,
brush, cairan pembersih khusus sepatu, dan juga pengering seperti pengering rambut
atau kipas. Bisnis ini juga dapat dijalankan dirumah apabila belum memiliki dana
yang mencukupi untuk menyewa kios, karena dapat dilakukan melalui order online
kemudian antar jemput sepatu pelanggan.
- Prospek pada bisnis ini memiliki peluang yang cukup besar, karena pada jaman
sekarang banyak sekali orang-orang yang hobi mengoleksi sepatu dan rata-rata sepatu
yang dimiliki lebih dari satu sekaligus sepatu yang bermerk terkenal. Tentunya
mereka membutuhkan tempat untuk membersihkan dan merawat sepatunya secara
baik dan benar, tak jarang juga banyak orang yang tidak memiliki waktu untuk
membersihkan sepatunya olehkarenanya dengan adanya bisnis ini maka dapat
menampung orang-orang yang ingin mencuci sepatunya dengan bersih sekaligus
hemat waktu dan tenaga.
-Kemungkinan resiko gagal bisnis ini apabila di tempat yang sama terdapat pesaing
bisnis yang lebih lengkap dalam menawarkan fasilitas yang ada untuk mencuci
sepatu. Kemudian terdapat kesalahan dalam mencuci sepatu yang rentan rusak atau
membutuhkan perawatan khusus dan kesalahan terhadap pengambilan order atau
pengiriman, mungkin resiko ini dapat ditanggulangi dengan manajemen threatment
secara baik dan tepat. Kemudian agar bisnis ini selalu eksis maka dapat ditempuh
dengan cara menjemput bola salah satunya membuka stand di salah satu event expo
market sepatu.

3.
1) Net Cash Proceed
EAT
2020 2021 2022 2023 2024
Laba sebelum bunga dan pajak 70.300.000 109.500.000 99.800.000 156.400.000 163.000.000
Biaya bunga (10%) 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000
Laba sebelum pajak 50.300.000 89.500.000 79.800.000 136.400.000 143.000.000
Pajak (10%) asumsi 5.030.000 8.950.000 7.980.000 13.640.000 14.300.000
Laba setelah pajak (EAT) 45.270.000 80.550.000 71.820.000 122.760.000 128.700.000

Net Cash Proceed


2020 2021 2022 2023 2024
EAT 45.270.000 80.550.000 71.820.000 122.760.000 128.700.000
Depresiasi 60.500.000 75.000.000 105.000.000 125.000.000 135.000.000
Biaya (1-tax) 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Total NCP 123.770.000 173.550.000 194.820.000 265.760.000 281.700.000
2) Pay Back Period

Outley 500.000.000
NCP thn 1 -123.770.000
376.230.000
NCP thn 2 173.550.000
202.680.000
NCP thn 3 194.820.000
7.860.000
NCP thn 4 265.760.000

=7.860.000/265.760.000
=0,29 x 12 bulan= 3,48
= 0,48 x 30 hari = 14,4
= 0.4 x 24 jam = 9,6
Jadi Payback Period= 3 Tahun 3 bulan 14 hari 9 jam

3)

NPV
Tahun Procced PV Proceed
2020 123.270.000 0,893 110.080.110
2021 158.550.000 0,797 126.364.350
2022 149.820.000 0,712 106.671.840
2023 200.760.000 0,636 127.683.360
2024 206.700.000 0,657 135.801.900
606.601.560

PI = PV Produk
      PV Outlay
  1.142.090.430
     500.000.000
=2,29618

PI : PV produk   1.142.090.430
PV outlay      500.000.000
                     2

Sarannya adalah bisnis tersebut dapat dijalankan karena nilai PI>1 yaitu 2.

Anda mungkin juga menyukai