Logbook Hepatobilier, Nadiyah Suwoyo 1914301028
Logbook Hepatobilier, Nadiyah Suwoyo 1914301028
SIROSIS HEPATIS
Kasus 4
Seorang laki-laki didiagnosa menderita Sirosis Hepatis. Keluhan yang dirasakan perut makin
membesar, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang – kadang nafas terasa agak
sesak. Hasil pemeriksaan diperoleh sklera ikterik, kulit jaundice, spider nevi pada daerah
leher dan dada, kaki odem, shifting dullness (+), fluid wave (+), eritema palmaris (+)
ginekomastia (-),caput medusae (-). Hasil lab. kadar albumin serum 1,5 gr/dl
1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit sirosis
hepatis dan sebutkan bagian-bagiannya
1. Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin.
3. Apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)
Pengertian tentang sirosis hepatis antara lain bahwa sirosis hepatis adalah penyakit hati
kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati yang tidak berkaitan dengan vaskulator
normal ( Price, 2005).
Sirosis hati adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distori arsitektur hati yang
normal, penyakit ini ditandai oleh adanya peradangan difus dan manahun pada hati,
dikuti oleh proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati, sehingga
timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Ada tiga pola khas ditemukan:
1. Sirosis laennec (alkoholik, nutrisi onal) merupakan penyakit yang ditandai dengan
nekrosis yang melibatkan sel-sel hati. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara
berangsur-berangsur digantikan oleh jaringan parut, sehingga jumlah jaringan parut
melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Faktor utama penyebab sirosis
Laennec yaitu konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan sehingga terjadinya
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya, namun defisiensi gizi dengan
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan hati.
Pelebaran sel-sel lemak menyebabkan tekanan pada lobus hepar, yang mengarah pada
peningkatan tekanan aliran darah. Terjadi hipertensi sistem portal, dengan tekanan balik
yang cukup pada sistem portal, terjadi sirkulasi kolateral dan memungkinkan darah
mengalir dari intestin langsung ke vena kava. Peningkatan aliran darah ke vena
esovagus; vena lambung, varises lambung; pada limpa, splenomegali dan pada vena
hemoroid.
Nekrosis diikuti oleh regenerasi dan jaringan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk
normal lobus hepar. Perubahan fibrotik ini tidak dapat kembali normal dan
mengakibatkan disfungsi hepar kronis dan akhirnya gagal hepar.
2. Sirosis pasca-nekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan hati, yang
sebelumnya memiliki riwayat hepatitis virus dan juga bisa diakibatkan oleh intoksikasi
yang pernah diketahui dengan bahan kimia industri, racun, ataupun obat-obatan seperti
fosfat, kontrasepsi oral, metil – dopa arseni dan karbon tetraklorida.
3. Sirosis biliaris yang paling sering disebabkan oleh obstruksi biliaris pasca epatik.
Statis empedu yang menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan
kerusakan sel-sel hati dan terbentuknya fibrosa di tepi lobulus. Hati akan membesar,
keras, bergranula halus, dan berwarna kehijauan akan mengakibatkan ikterus, pruritus
dan malabsorpsi. Pada awalnya hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh
lemak hati akan menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui
palpasi, nyeri pada abdomen, sedangkan konsentrasi albumin plasma menurun yang
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldesteron yang berlebihan
akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. Terjadinya hipertensi
portal di sebabkan adanya peningkatan tekanan vena porta yang menetap di atas nilai
normal yaitu 6 sampai 12 cmH2O. Mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati dan juga terjadi peningkatan
aliran arteria splangnikus. Tekanan balik pada sistem portal menyebabkan splenomegali
dan asites.
5. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis sirosis hepatis !
Pembesaran hati nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati
yang cepat.
Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis, dan
pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
a. Kegagalan hati (hepatoseluler) : timbul spider nevi, eritema Palmaris, atrofi testis,
ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan
berupa: Asites, Ensefalopati, Peritonitis bacterial spontan, Sindrom
hepatorenal, Transformasi kea rah kanker hati primer (hepatoma).
8. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sirosis hepatis dan jelaskan
hasilnya!
Pemeriksaan Laboratorium
Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom
makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia,
kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya
kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak,
pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik
merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun,
tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek.
Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila
ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom
hepatorenal.
Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit K
baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus meninggi prognosis
jelek.
b . Radiologi
Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hepertensi portal.
c. Esofagoskopi
Dapat dilihat varises esofagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi portal. Apabila kelebihan
endoskopi ialah dapat melihat langsung sumber perdarahan varises esofagus, tanda-tanda yang
mengarah akan kemungkinan terjadinya perdarahan berupa cherry red spot, red whale marking,
kemungkinan perdarahan yang lebih besar akan terjadi bila dijumpai tanda diffus redness. besar.
d. Ultrasonografi
Yang dilihat pinggir hati, pembesaran, permukaan, homogenitas, asites, splenomegali, gambaran vena
hepatika, vena porta,. Sonografi bisa mendukung diagnosis sirosis hati terutama stadium
dekompensata, hepatoma/tumor, ikterus obstruktif batu kandung empedu dan saluran empedu, dll.
e. Sindikan hati
Radionukleid yang disuntikkan secara intravena akan diambil oleh parenkim hati, sel retikuloendotel
dan limpa Pada sirosis hati dan kelainan difus parenkim terlihat pengambilan radionukleid secara
bertumpuk-tumpu (patchty) dan difus
9. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien sirosis hepatis !
a) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai contoh, antasid
diberikan untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan kemungkinan perdarahan
gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-sel
hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik yang
mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini
terdapat, dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada
penggunaan jenis diuretik lainnya. Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian
esensial dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari penggunaan alkohol
selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati yang sirotik tidak dapat diputar balik,
perkembangan keadaan ini masih dapat dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
3) Mencegah infeksi
4) Mencegah perdarahan
2. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas
menjadi efektif.
Intervensi:
• Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.
Intervensi:
Intervensi:
• Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
tambahan
Edukasi dan promosi kesehatan pada sirosis hepatis dapat dilakukan dengan
edukasi mengenai gaya hidup, skrining, serta pemberian antibiotik profilaksis
untuk mencegah infeksi.
KOLELITIASIS-KOLESISTITIS
Kasus 5
Seorang wanita dirawat dengan Kolelitiasis. Keluhan yang dirasakan kadang-kadang timbul
nyeri secara mendadak di daerah perut sebelah kanan atas yang berangsur hilang ketika
klien merubah posisi tubuhnya. Hasil pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan sklera ikterus
1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan kolelitiasis dan
sebutkan bagian-bagiannya
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)
Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung
empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal
dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun
oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium.( Williams,
2003)dua tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama
tersusun dari kolesterol.
Batu Pigmen Kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak terkonjugasi dalam empedu
mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam
ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat
dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu Kolesterol Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu.
Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu
dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah
empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu
empedu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu
empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan perdangan dalam kandung empedu.
4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis kolelitiasis!
Gejala yang cukup mencolok pada gangguan batu empedu adalah rasa nyeri
yang cenderung hebat dan menetap di saluran empedu. Nyeri tersebut timbul jika
saluran empedu tersumbat oleh batu. Hal tersebut juga bisa memicu timbulnya
rasa sakit perut hebat yang menjalar ke punggung atau bahu. Mual dan muntah
sering kali berkaitan dengan serangan nyeri ini.
Gejala lain yang juga bisa muncul adalah demam, nyeri seluruh permukaan perut,
perut terasa melilit, dan perut terasa kembung. Rasa nyeri yang hebat bisa saja
berlangsung lebih dari 15 menit dan baru menghilang beberapa jam kemudian.
Pemeriksaan labolatorium
Pemerikaan radiologis
USG, kalesistografi oral, erc
Foto polos abdomen
2. Kolangitis Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang
menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi terhalang
oleh sebuah batu empedu.
3. Hidrops Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung
empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan
dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat
diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.
4. Empiema Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
7. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan kolelitiasis!
• Tujuan : klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang, Nyeri terkontrol dan teradaptasi. Klien
dapat mengkompensasi nyeri dengan baik.
• Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala1-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul,
kolik).
2. Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.
Rasional : Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menun jukkan terjadinya
komplikasi/ kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
Rasional : Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen namun
pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah.
5. Kolaborasi :
a. Pertahankan status puasa, pasang NGT dan penghisapan NG sesuai dengan indikasi.
Rasional : Membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran kolesistokinin dan erangsang
kontraksi kandung empedu.
b.Berikan obat sesuai indikasi : anti biotik, anti kolinergik, sedatif seperti phenobarbital, narkotik
seperti meperidin hidoklorida.
10. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan
kolelitiasis!