Anda di halaman 1dari 12

LOGBOOK GANGGUAN HEPATOBILIER

SIROSIS HEPATIS

Kasus 4

Seorang laki-laki didiagnosa menderita Sirosis Hepatis. Keluhan yang dirasakan perut makin
membesar, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang – kadang nafas terasa agak
sesak. Hasil pemeriksaan diperoleh sklera ikterik, kulit jaundice, spider nevi pada daerah
leher dan dada, kaki odem, shifting dullness (+), fluid wave (+), eritema palmaris (+)
ginekomastia (-),caput medusae (-). Hasil lab. kadar albumin serum 1,5 gr/dl

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit sirosis
hepatis dan sebutkan bagian-bagiannya

2. Identifikasi istilah yang belum anda ketahui, dan jelaskan definisinya!

1. Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin.

2. 'distorsi' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah n 1 pemutarbalikan


suatu fakta, aturan, dan sebagainya; penyimpangan

3. Apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)

Pengertian tentang sirosis hepatis antara lain bahwa sirosis hepatis adalah penyakit hati
kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati yang tidak berkaitan dengan vaskulator
normal ( Price, 2005).

Sumber: NANDA 2005, JILID 3


4. Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya sirosis hepatis!

Sirosis hati adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distori arsitektur hati yang
normal, penyakit ini ditandai oleh adanya peradangan difus dan manahun pada hati,
dikuti oleh proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati, sehingga
timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Ada tiga pola khas ditemukan:

1. Sirosis laennec (alkoholik, nutrisi onal) merupakan penyakit yang ditandai dengan
nekrosis yang melibatkan sel-sel hati. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara
berangsur-berangsur digantikan oleh jaringan parut, sehingga jumlah jaringan parut
melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Faktor utama penyebab sirosis
Laennec yaitu konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan sehingga terjadinya
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya, namun defisiensi gizi dengan
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan hati.

Pelebaran sel-sel lemak menyebabkan tekanan pada lobus hepar, yang mengarah pada
peningkatan tekanan aliran darah. Terjadi hipertensi sistem portal, dengan tekanan balik
yang cukup pada sistem portal, terjadi sirkulasi kolateral dan memungkinkan darah
mengalir dari intestin langsung ke vena kava. Peningkatan aliran darah ke vena
esovagus; vena lambung, varises lambung; pada limpa, splenomegali dan pada vena
hemoroid.

Nekrosis diikuti oleh regenerasi dan jaringan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk
normal lobus hepar. Perubahan fibrotik ini tidak dapat kembali normal dan
mengakibatkan disfungsi hepar kronis dan akhirnya gagal hepar.

2. Sirosis pasca-nekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan hati, yang
sebelumnya memiliki riwayat hepatitis virus dan juga bisa diakibatkan oleh intoksikasi
yang pernah diketahui dengan bahan kimia industri, racun, ataupun obat-obatan seperti
fosfat, kontrasepsi oral, metil – dopa arseni dan karbon tetraklorida.

3. Sirosis biliaris yang paling sering disebabkan oleh obstruksi biliaris pasca epatik.
Statis empedu yang menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan
kerusakan sel-sel hati dan terbentuknya fibrosa di tepi lobulus. Hati akan membesar,
keras, bergranula halus, dan berwarna kehijauan akan mengakibatkan ikterus, pruritus
dan malabsorpsi. Pada awalnya hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh
lemak hati akan menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui
palpasi, nyeri pada abdomen, sedangkan konsentrasi albumin plasma menurun yang
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldesteron yang berlebihan
akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. Terjadinya hipertensi
portal di sebabkan adanya peningkatan tekanan vena porta yang menetap di atas nilai
normal yaitu 6 sampai 12 cmH2O. Mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati dan juga terjadi peningkatan
aliran arteria splangnikus. Tekanan balik pada sistem portal menyebabkan splenomegali
dan asites.
5. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis sirosis hepatis !

Pembesaran hati nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati
yang cepat.

Varises gastrointestinal distensi pembuluh darah akan membentuk varises/hemoroid


tergantung lokasinya.Adanya tekanan yang tinggi dapat menimbulkan ruptur dan
perdarahan.

Edema kosentrasi albumin plasma menurun, produksi aldosteron yang berlebihan


akan Menyebabkan retensi natrium serta air dan kalium.

Defisiensi vitamin dan anemia karena pembentukan penggunaan dan Pentimpanan


vitamin tertentu yang tidak memadai  (terutama vitamin A,C dan K)

6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari sirosis hepatis !

Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.

Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.

Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

7. Sebutkan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit sirosis hepatis!

Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis, dan
pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :

a.       Kegagalan hati (hepatoseluler) : timbul spider nevi, eritema Palmaris, atrofi testis,
ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.

b.      Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena


esophagus/cardia, caput medusa, hemoroid, vena kolateral dinding perut

Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan
berupa:  Asites, Ensefalopati,  Peritonitis bacterial spontan,  Sindrom
hepatorenal,  Transformasi kea rah kanker hati primer (hepatoma).
8. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sirosis hepatis dan jelaskan
hasilnya!

Pemeriksaan Laboratorium

Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom
makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia,
kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.

Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya
kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak,
pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.

Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik
merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.

Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun,
tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek.

Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila
ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom
hepatorenal.

Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit K
baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.

Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus meninggi prognosis
jelek.

b .      Radiologi

Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hepertensi portal.

c.       Esofagoskopi

Dapat dilihat varises esofagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi portal. Apabila kelebihan
endoskopi ialah dapat melihat langsung sumber perdarahan varises esofagus, tanda-tanda yang
mengarah akan kemungkinan terjadinya perdarahan berupa cherry red spot, red whale marking,
kemungkinan perdarahan yang lebih besar akan terjadi bila dijumpai tanda diffus redness. besar.

d.      Ultrasonografi

Yang dilihat pinggir hati, pembesaran, permukaan, homogenitas, asites, splenomegali, gambaran vena
hepatika, vena porta,. Sonografi bisa mendukung diagnosis sirosis hati terutama stadium
dekompensata, hepatoma/tumor, ikterus obstruktif batu kandung empedu dan saluran empedu, dll.
e.       Sindikan hati

Radionukleid yang disuntikkan secara intravena akan diambil oleh parenkim hati, sel retikuloendotel
dan limpa Pada sirosis hati dan kelainan difus parenkim terlihat pengambilan radionukleid secara
bertumpuk-tumpu (patchty) dan difus
9. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien sirosis hepatis !

a)      Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai contoh, antasid
diberikan untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan kemungkinan perdarahan
gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-sel
hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik yang
mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini
terdapat, dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada
penggunaan jenis diuretik lainnya. Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian
esensial dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari penggunaan alkohol
selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati yang sirotik tidak dapat diputar balik,
perkembangan keadaan ini masih dapat dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.

b)     Penatalaksanaan Keperawatan

1)      Mendukung istirahat dan kenyamanan

2)      Mendukung asupan nutrisi dengan pemasangan NGT

3)      Mencegah infeksi

4)      Mencegah perdarahan

5)      Menganjurkan klien untuk menghentikan penggunaan alkohol, obat-obatan dan merokok

10. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien sirosis hepatis!

1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru

2. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

3. Kelebihan volume cairan b.d ascites, edema


11. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan sirosis hepatis !

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas
menjadi efektif.

Intervensi:

• Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan.

• Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.

• Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.

• Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi

2. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamkebutuhan


nutrisi tubuh terpenuhi.

Intervensi:

• Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.

• Berikan makan sedikit tapi sering.

• Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.

• Timbang berat badan sesuai indikasi.

• Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum,albumin, total protein


dan amonia.

3. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam terjadi


balance cairan.

Intervensi:

• Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif

• Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
tambahan

• Dorong untuk tirah baring bila ada asites

• Awasi TD dan CVP.


12. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sirosis hepatis !

Edukasi dan promosi kesehatan pada sirosis hepatis dapat dilakukan dengan
edukasi mengenai gaya hidup, skrining, serta pemberian antibiotik profilaksis
untuk mencegah infeksi.

Edukasi mengenai gaya hidup mencakup diet yang baik, menghentikan


konsumsi alkohol dan rokok. Perubahan gaya hidup dengan diet yang berfungsi
mengurangi berat badan dan mencegah diabetes dapat membantu dalam
mengurangi risiko terjadinya sirosis
LOGBOOK OBSTRUKSI SISTEM PENCERNAAN

KOLELITIASIS-KOLESISTITIS

Kasus 5

Seorang wanita dirawat dengan Kolelitiasis. Keluhan yang dirasakan kadang-kadang timbul
nyeri secara mendadak di daerah perut sebelah kanan atas yang berangsur hilang ketika
klien merubah posisi tubuhnya. Hasil pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan sklera ikterus

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan kolelitiasis dan
sebutkan bagian-bagiannya

2. Jelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)

Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran


kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Williams,
2003)

Sumber NANDA ,2005 JILID 2


3. Sebutkan penyebab kolelitiasis dan jelaskan proses terjadinya!

Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung
empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal
dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun
oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium.( Williams,
2003)dua tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama
tersusun dari kolesterol.

Batu Pigmen  Kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak terkonjugasi dalam empedu
mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam
ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat
dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.

Batu Kolesterol  Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu.
Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu
dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah
empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu
empedu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu
empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan perdangan dalam kandung empedu.
4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis kolelitiasis!

Gejala yang cukup mencolok pada gangguan batu empedu adalah rasa nyeri
yang cenderung hebat dan menetap di saluran empedu. Nyeri tersebut timbul jika
saluran empedu tersumbat oleh batu. Hal tersebut juga bisa memicu timbulnya
rasa sakit perut hebat yang menjalar ke punggung atau bahu. Mual dan muntah
sering kali berkaitan dengan serangan nyeri ini.

Gejala lain yang juga bisa muncul adalah demam, nyeri seluruh permukaan perut,
perut terasa melilit, dan perut terasa kembung. Rasa nyeri yang hebat bisa saja
berlangsung lebih dari 15 menit dan baru menghilang beberapa jam kemudian.

Timbulnya rasa nyeri seringkali berlangsung perlahan-lahan. Namun 30% kasus,


rasa nyeri timbul secara tiba-tiba.

5. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk kolelitiasis !

Pemeriksaan labolatorium
Pemerikaan radiologis
USG, kalesistografi oral, erc
Foto polos abdomen

6. Sebutkan komplikasi yang dapat timbul dari kolelitiasis!

1. Kolesistisis Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu


tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.

2. Kolangitis Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang
menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi terhalang
oleh sebuah batu empedu.

3. Hidrops Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung
empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan
dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat
diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.

4. Empiema Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
7. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan kolelitiasis!

1.       Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)


a.       Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT, analgetik
dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela, kentang yang
dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b.      Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging babi,
gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c.       Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil dan
terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat diberikan
dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme kerjanya
menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi
getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu
yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 – 12 bulan untuk
melarutkan batu.
d.      Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu bahan
pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung empedu. Melalui
selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung empedu, melalui
drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan
pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal.
e.       Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan gelombang
kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung empedu atau duktus
koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut tersebut
dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu piezoelektrik atau muatan
elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi
cairan. Setelah batu pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak  perlahan secara
spontan  dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop
atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah drain
ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar  lewat luka operasi
untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu kedalam kassa
absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm, bisa
dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan melalui
dinding abdomen pada umbiliku
8. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis !

1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi,


iskemia jaringan/nekrosis.

9. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien


dengan kolelitiasis!
1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia
jaringan/nekrosis.

• Tujuan : klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang, Nyeri terkontrol dan teradaptasi. Klien
dapat mengkompensasi nyeri dengan baik.

• Kriteria hasil :

a) skala nyeri mengalami penurunan (Skala nyeri 0-4),

b) tanda vital dalam batas normal,

c) klien tampak tenang

d) pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas distraksi.

Intervensi :

1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala1-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul,
kolik).

Rasional : Membedakan penyebab nyeri dan memberikan informassi tentang kemajuan/perbaikan


penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.

2. Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

Rasional : Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menun jukkan terjadinya
komplikasi/ kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut

3. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional : Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen namun
pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah.

4. Dorong penggunaan teknik relaksasi,contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan nafas


dalam.

Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan


koping.

5. Kolaborasi :

a. Pertahankan status puasa, pasang NGT dan penghisapan NG sesuai dengan indikasi.

Rasional : Membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran kolesistokinin dan erangsang
kontraksi kandung empedu.

b.Berikan obat sesuai indikasi : anti biotik, anti kolinergik, sedatif seperti phenobarbital, narkotik
seperti meperidin hidoklorida.

Rasional : Anti biotik mengobati proses infeksi. Antikolinergik menghilangkanspasme/kontraksi


Narkotikmenurunkan nyeri hebat.

10. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan
kolelitiasis!

1.Menyarankan untuk  menghindari: makanan cepat saji, makanan


berminyak, makanan pedas, daging merah, telur, daging babi, bawang,
unggas, susu, jagung, dan kacang-kacangan. Dan banyak mengkonsumsi
meningkatkan asupan serat, buah-buahan dan sayuran (serat larut air).

2.Pendidikan pasien pasca operasi :


a.       Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan, muntah,
rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48 jam
pertama.
Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka operasi
dan sekitarnya
Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
 Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

Anda mungkin juga menyukai