Anda di halaman 1dari 48

SEMINAR KASUS KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

OLEH
Kelompok 8 :

DAYANTRI
PANGESTU LISTYO PRAYOGA
RINA MARETNO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PRODI NERS KEPERAWATAN
PONTIANAK 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut Stuart & Laraia (dalam Hidayati, 2012) Kesehatan
adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata
keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2011). Seseorang
dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan tidak
terganggu baik tubuh, psikis maupun sosial. Fisiknya sehat, maka mental
(jiwa) dan sosial pun sehat, jika mentalnya terganggu atau sakit, maka
fisik dan sosialnya pun akan sakit. Kesehatan harus dilihat secara
menyeluruh sehingga kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan
yang tidak dapat dipisahkan.
Kesehatan Jiwa menurut WHO ( World Head Organitation)
adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadianya. Kesehatan Jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras
dengan keadaan orang lain (Direja, 2011).
Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah
Skizofrenia.Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada prosesfikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi (Direja,
2011). Menurut Sulistyowati (dalam Isnaeni, 2008) Prevalensi
Skizofreniadi Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu
penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang
akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofreniakurang lebih 660 ribu
sampai satu juta orang. Hal ini merupakan angka yang cukup besar serta
perlu penanganan yang serius. Sedangkan SkizofreniaKatatonik ditandai
dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh
gelisah katatonik (Direja, 2011).
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah
skizofrenia adalah suatu sindrom yang mempengaruhi otak.
menyebabkan timbulnya pikiran,persepsi,emosi,gerakan,danperilakuyang
aneh dan terganggu.Insiden puncak awitannya adalah15sampai 25tahun
untuk pria dan 25 sampai 35 tahun untuk wanita.Prevalensi skizofrenia
diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk.Di Amerika Serikat angka
tersebut menggambarkan bahwa hamper tiga juta penduduk yang sedang,
telah,atau akan terkena gangguan tesebut.Insiden dan prevalensi seumur
hidup secara kasar sama diseluruh dunia(Videbeck,2008).
Gejala yang sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi
dimana gejala ini mencapai 70% dari seluruh gejala yang ada.
Halusinasi didefinisikan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal atau pikiran dan rangsangan eksternal
atau dunialuar.Seseorang memberpersepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yangnyata
(Kusumawati,2010).
Stuart, (2009) mengemukakan perilaku agresif adalah suatu
kondisi dimana seseorang mengabaikan hak orang lain, dia menganggap
bahwa harus berjuang untuk kepentingannya dan mengharapkan perilaku
yang sama dari orang lain, bagi dia hidup adalah pertempuran yang dapat
mengakibatkan kekerasan fisik atau verbal, perilaku agresif sering terjadi
akibat kurang kepercayaan diri.
Menurut WHO (World Head Organitation) ada satu dari empat
orang di dunia yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan
ada sekita 450 jutaorang di dunia mengalamigangguan kesehatan jiwa.
Masyarakat umum terdapat 0,2 –0,8% penderita Skizofrenia dan dari 120
juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira –kira 2.400.000 orang
anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis dalam Widiyatmoko,
2004).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di
provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 24,3%, diikuti Nanggroe Aceh
Darussalam 18,5%, Sumatra Barat 17,7%, NTB 10,9%, Sumatra Selatan
9,2%, dan Jawa Tengah 6,8% (Depkes RI, 2010). Berdasarkan Riset
Kebutuhan Dasar (2010), menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa
secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain
menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat
sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data
tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan
jiwa selalu meningkat.
Gangguan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah adanya
gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses pikir,
emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk bicara, dapat
disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya fungsi,
mental, emosi, pikiran,kemauan, perilakupsikomotorik dan verbal yang
menjelma dalam kelompok gejala klinisyang disertai oleh penderitaan
dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistic individu (Dalami,
2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam membuat analisa kasus dengan judul
“Asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Resiko perilaku
Kekerasan”.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan
gangguan Resiko perilaku kekerasan
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan prilaku
kekerasan.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan
Resiko perilaku Kekerasan
c. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan Resiko
perilaku Kekerasan
d. Mampu membuat implementasi keperawatan pada klien dengan
Resiko perilaku Kekerasan
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan
Resiko perilaku Kekerasan
C. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
terbagi menjadi dua tahap yaitu studi kepustakaan dan studi kasus. Studi
kepustakaan adalah penulis mencari dan menggunakan sumber-sumber
seperti buku dan penelitian yang membahas tentang kesehatan jiwa
khususnya Resiko Perilaku Kekerasan. Sedangkan studi kasus adalah
penulis mempelajari dan menangani kasus gangguan jiwa di lapangan
dengan melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya,
kemudian penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan penulis adalah melakukan wawancara dan observasi
pada klien. Penulis melakukan wawancara pada klien, perawat dan
petugas panti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan penulis. Selain
itu penulis juga melakukan observasi dengan cara mengamati kegiatan
sehari-hari klien saat berkunjung kerumah klien di Jln. Podomoro Gg
Dwijaya no 43.
D. Ruang lingkup penulisan
Pada penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan
“Asuhan Keperawatan pada klien Tn.S dengan Resiko Perilaku
Kekerasan“ yang dilaksanakan pada tanggal 06 Januari – 8 Ja nuari 2021.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap
stressor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat
dampak dari kerugian yang ditimbulkan, penanganan pasien perilaku
kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga yang
professional (Keliat, dkk (2019).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman (Kartika Sari, 2015)
B. Tanda dan gejala
Menurut Keliat, dkk (2019) perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar mandir
g. Bicara kasar
h. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku
kekerasan
C. Tahapan/Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif PK

a. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak
teratur.
D. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis Menurut Townsend (1996, dalam jurnal penelitian)
Faktor psikologi perilaku kekerasan meliputi:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012).
b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik
terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012).
c) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar
rumah, semua aspek ini menstiumulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014).
d) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali
sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress
(Nuraenah, 2012).
e) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter
turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko
Prabowo, 2014).
b. Faktor Presipitasi Secara umum seseorang akan marah jika dirinya
merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman
knsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1) Kondis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lungkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising
c. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:
a) Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya
dimata masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti,
2012).
b) Proyeksi Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya (Mukhripah Damaiyanti, 2012).
c) Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk
kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan
hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci
itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah
Damaiyanti, 2012).
d) Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresika.dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan misalnya sesorangan
yang tertarik pada teman suaminya,akan memperlakukan orang
tersebut dengan kuat (Mukhripah Damaiyanti, 2012).
e) Deplacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu misalnya: timmy berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-
perangan dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012).
E. Pohon Diagnosa

Resiko Mencederai diri sendiri Effect


dan orang lain

Perilaku Kekerasan Cor Problem

Halusinasi Causa

Koping individu tidak efektif

Faktor predisposisi dan


prespitasi

F. Diagnosa keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan rang lain
2. Halusinasi pendengaran dan pengelihatan
G. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Risiko Perilaku kekerasan
Tujuan Umum :Perilaku kekerasan tidak terjadi

Tujuan Khusus I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria hasil : klien dapat menunjukan tanda-tanda percaya kepada


perawat:

a. Wajah cerah

b. Tersenyum

c. Mau berkenalan

d. Ada kontak mata

e. Mau menceritakan perasaan yang dirasakan

f. Mau mengungkapkan masalahnya.


Intervensi :

Bina hubungan saling percaya dengan :

a. Beri salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat


berkenalan.

c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.

d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.

Tujuan Khusus II : Klien dapat mengidentifikasikan penyebab


perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :
a. klien dapat mengungkapkan perasaannya

b. klien dapat menceritakan penyebab perasaan marah baik dari diri


sendiri maupun lingkungan.

Intervensi :

a. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya.

b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan marahnya.

c. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal.

d. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa marahnya.


e. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan.

Tujuan khusus III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku


kekerasan. Kriteria hasil : Klien mampu menceritakan tanda-tanda saat
terjadi perilaku kekerasan :
a. Tanda fisik : Mata merah, Tangan mengepal, Ekspresi wajah tegang.

b. Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar.

c. Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku


kekerasan.

Intervensi :

a. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang


dialaminya.

b. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat


perilaku kekerasan terjadi.

c. Motivasi klien menceritakan kondisi emosionalnya (tanda-tanda


emosional) saat terjadi perilaku kekerasan.

d. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain


saat terjadi perilaku kekerasan.

Tujuan khusus IV : Klien dapat mengidentifikasi jenis


perilaku kekerasan. Kriteria hasil : Klien mampu
menjelaskan :
a. Jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukan

b. Perasaannya saat melakukan kekerasan

c. Efektifitas cara yang di pakai dalam menyelesaikan masalah.


Intervensi :

a. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya


selama ini

b. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekersan yang selama


ini pernah di lakukannya.

c. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak


kekerasan tersebut terjadi.

d. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan maslah yang di alami


teratasi.

Tujuan khusus V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan akibat tindak kekerasan yang


dilakukannya :

a. Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dan lain-lain.

b. Orang lain atau keluarga : luka, tersinggung, ketakutan, dan lain-lain.

c. Lingkungan : barang atau benda rusak.

Intervensi :

a. Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang di lakukan klien.

b. Bersama klien menyimpulakn akibat dari cara yang di lakukan klien.

c. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang


sehat.

Tujuan khusus VI : klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk


mencegah perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :

a. Klien menyebutkan contoh mencegah perilaku kekerasan secara fiik.


b. Tarik nafas dalam.
c. Pukul bantal dan kasur.
d. Kegiatan fisik yang lain.
e. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.

Intervensi :

a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien


b. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di lakukan
c. Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah di lakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan : tarik nafas dalam, pukul bantal dan
aksur
d. Diskusikan cara melakukan tarik nafas dlam dengan klien
e. Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam
f. Minta klien mengikuti contoh yang di berikan sebanyak 5 kali.
g. Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrsikan cara
menarik nafas dalam

Tujuan khusus VII klien dapat mendemonstrasikan cara


sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

Kriteria hasil :

a. Klien mampu memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan.

b. Fisik : tarik nafas dalam, pukul bantal atau kasur.


c. Verbal : mengungkapkan perasaan kesal atau jengkel pada prang
lain tanpa menyakiti.

d. Spiritual : zikir,
medikasi dan lain-lain
Intervensi :
a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan di anjurkan klien memilih
cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.

Latih klien memperagakan cara yang di pilih:

a. Peragakan cara melaksanakn cara yang di pilih.

b. Jelaskan manfaat cara tersebut.

c. Anjurkan klien menirukan perasaan yang sudah di lakukan

d. Beri penguatan pada klien, perbaik cara yang masih belum sempurna.

e. Anjurkan klien mengungkapkan cara yang sudah dilatih saat marah.

Tujuan khusus VIII : klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk


mencegah perilaku kekerasan

Kriteria hasil :

a. klien dapat menyebutkan nama ibadah yang biasa dilakukan.

b. Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang di pilih.

c. Klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah.

d. Klien dapat mengevaluasi terhadp emampuan melakukan kegiatan.


Intervensi

a. Diskusikn dengan klien keiatan ibadah yang pernah di lakukan.

b. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dpat di lakukan

c. Bantu klien memilih kegiatan yang akan di lakukan

d. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih

e. Beri pujian ats keberhasilan klien

Tujuan khusus IliXen: mKenggunakan obat sesuai program yang


telah di tetapkan. Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan :
a. Manfaat minum obat

b. Kerugian tidak minum obat

c. Nama obat

d. Bentuk dan warna obat

e. Dosis yang di berikan kepadanya, waktu, cara, dan efek.

f. Klien mampu menggunakan obat sesuai program.

Intervensi :

a. Jelaskan manfaat menggunakan obat secra teratur dan


kerugaian jika tidak menggunakan obat

b. Jelaskan kepada klien :

1) Jenis obat (nama. warna dan bentuk)


2) Dosis, waktu, cara dan efek

c. Anjurkan kliean :

1) Minta dan menggunakan obat tepat waktu.

2) Laporkan jika mengalami efek yang tidak biasa.

3) Beri pujian kedisilinan klien menggunakan obat.


BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN:
1. Nama : Tn. S (L)
2. Umur : 47 tahun
3. Nomor CM : tidak terkaji
4. Ruang Rawat : tidak terkaji
5. Tanggal MRS : tidak terkaji

2. ALASAN MASUK:
Keluarga klien mengatakan, klien suka berbicara sendiri, marah”
hingga melempar barang. Dan sudah pernah masuk ke RSJ SUI
BANGKONG. Alasan klien masuk rs, karena klien suka marah”,
berbicara sendiri, dan melempar barang.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
2. Pengobatan sebelumnya: Kambuh, putus obat di tahun 2008
3. Trauma:
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik
Aniaya sexual
Penolakan 30 Pacar klien kakak
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Lain-lain

Jelaskan No. 1,2,3: kluarga mengatakan klien mengalami kejadian ini


setelah diputuskan pacarnya.
Masalah
Keperawatan:.............................................................................................
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada Tidak
ada
Bila ada : Hubungan keluarga : TIDAK ADA.......
Gejala : TIDAK
ADA..................................................
Riw. Pengobatan :TIDAK
ADA.............................................
Masalah
Keperawatan:..............................................................................................

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?


Pada saat usianya 30 tahun klien pernah mengalami trauma
ditinggalkan pacarnya.
Masalah
Keperawatan: .............................................................................................

4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital : TD:..110/70 mm/Hg N:. 71 .x/mt S: 36,5.... .
20.....x/mt.
2. Ukur : BB:.57. kg TB:.171.......cm

5. PSIKOSOSIAL
3. Genogram: (minimal 3 generasi)
Keterngan : Klien anak kedua dari tiga bersaudara, klien anak laki-laki satu-
Satunya, Tn. S mengatakan tinggal serumah dengan kakaknya. Pola
komunikasi terhadap kluarga baik, klien mengatakan dia sangat dekat dengan
kakak nya.

: Laki-Laki

: Perempuan
: Garis keturunan
: Pasien

4. Konsep Diri:
a. Citra tubuh: klien mengatakan menerima keadaan tubuhnya, menyukai
bentuk tubuhnya dari kepala hingga kaki.
b. Identitas Diri: klien mengatakan sebagai clining service. Merasa cukup
puas dengan penghasilannya.
c. Peran: klien mengatakan sebagai anak.
d. Ideal Diri: klien mengatakan akan bekerja dengan baik lagi.
e. Harga Diri: tidak terkaji
Masalah Keperawatan: tidak ada

5. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: klien mengatakan saudara perempuannya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak terkaji
Masalah
Keperawatan:........................................................................................

6. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: tidak terkaji
b. Kegiatan Ibadah: klien mengatakan senang mendengar suara adzan,
dan selalu melaksanakan ibadah
Masalah
Keperawatan: ............................................................................................

6. STATUS MENTAL
7. Penampilan:
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, makan, mandi,
toileting dan pemakaian sarana dan prasarana atau instrumentasi dalam
mendukung penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Lain-lain, jelaskan Dalam berpakaian klien rapi
Keterangan: klien terlihat rapid an bersih, rambut terpotong pendek, klien
mandi 2x sehari dan menggunkan sabun.
Masalah
Keperawatan:.............................................................................................
8. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoherensi Apatis
Lambat
Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain, jelaskan..................................................................................
Masalah
Keperawatan:..............................................................................................
9. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi TIK
Grimasen
Tremor Kompulsif Lain-lain,
jelaskan.......................................
Masalah
Keperawatan: .............................................................................................

10. Afek dan Emosi:


a. Afek: Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Lain-lain
Jelaskan:....................................................................................................
Masalah
Keperawatan:............................................................................................
..
b. Alam Perasaan (emosi): Sedih Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan Lain-lain,
jelaskan............
…………………………………………………………………………
….
Masalah
Keperawatan:..................................................................................

11. Interaksi selama Wawancara:


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Lain-lain
Jelaskan:..........................................................................................................
.........................................................................................................................
..................
Masalah
Keperawatan:.........................................................................................

12. Persepsi & Sensorik:


Apakah ada gangguan: Ada Tidak ada
Halusinasi: Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Ilusi: Ada Tidak ada Lain-lain,
jelaskan mendengar ada yang berbisik, selalu datang saat klien ibadah
Masalah Keperawatan: Halusinasi pendengaran dan
pengelihatan.....................................................................

13. Proses Pikir:


a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir):
Sirkumtansial Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi
Flight of idea Pengulangan pembicaraan Lain-lain,
jelaskan.....
.....................................................................................................................
.........
Masalah
Keperawatan:......................................................................................
b. Isi pikir:
Obsesi Phobia Hipokondria Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham: Agama Somatik Kebesaran
Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir Lain-lain,
jelaskan.........................
..........................................................................................................................
....
Masalah
Keperawatan: .........................................................................................

14. Tingkat Kesadaran:


Bingung Sedasi Stupor Lain-lain,
jelaskan....................
Adakah gangguan orientasi (disorientasi): Waktu Tempat
Orang
Jelaskan: TIDAK TERKAJI
Masalah
Keperawatan: ............................................................................................
15. Memori:
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi Lain-lain, jelaskan: .............................................
Jelaskan: .........................................................................................................
.........................................................................................................................
..............................
Masalah
Keperawatan: ............................................................................................

16. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:


Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana Lain-lain,
jelaskan.........................
Jelaskan: Suka beralih saat menghitung 1-5
Masalah
Keperawatan: ..........................................................................................

17. Kemampuan Penilaian:


Gangguan ringan Gangguan bermakna Lain-lain,
jelaskan..........
Jelaskan: .......................................................................................................
........ ................................................................................................................
..................
Masalah
keperawatan: ...........................................................................................
18. Daya Tilik Diri:
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Lain-lain,
jelaskan:...........................................................................................
Masalah
Keperawatan:.............................................................................................

7. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


6. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan:
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain

Jelaskan:........................................................................................................
...............
Masalah
Keperawatan:...........................................................................................

7. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL):


a. Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang air kecil/ BAK √
Buang air besar/ BAB √
Ganti pakaian √
b. Nutrisi:
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda? Puas
Tidak puas
Bila tidak puas,
jelaskan:....................................................................................
2) Apakah anda makan memisahkan diri? Ya Tidak
Bila ya,
jelaskan:..............................................................................................
...
3) Frekuensi makan sehari: 2/3..x (kali) dan frekuensi kudapan.2....x
(kali).
4) Nafsu makan: meningkat menurun
berlebihan sedikit-sedikit
5) Berat badan: meningkat menurun
Berat badan saat ini: 57.kg BB terendah:....tidak terkaji....kg BB
tertinggi:.......tidak terkaji...kg.
Jelaskan:..............................................................................................
........

c. Tidur:
1) Apakah ada masalah tidur? Tidak Ada,
jelaskan.........................
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Segar tidak segar,
jelaskan...........................................................
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang?
Ya, lamanya....... jam. Tidak.
4) Apakah ada yang menolong anda mempermudah tidur?
Ada Tidak ada
Bila ada, jelaskan:. Keluarga klien mengatakan Ketika diberikan
obat.
5) Tidur malam jam:22.00 Bangun jam:05.00........ Rata-rata tidur
malam:21.00/22.00 jam.
6) Apakah ada gangguan tidur? Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi Somnambulisme
Terbangun saat tidur Gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur Lain-lain,
jelaskan...tidak terkaji

Jelaskan:....................................................................................................
......
Masalah
Keperawatan:.................................................................................
8. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:
a. Mengantisipasi kebutuhan sendiri: Ya
Tidak
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri: Ya
Tidak
c. Mengatur penggunaan obat: Ya
Tidak
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan: Ya
Tidak
Jelaskan:........................................................................................................
................
Masalah
Keperawatan:...........................................................................................
9. Klien memiliki sistem pendukung:
a. Keluarga Ya Tidak
b. Terapis Ya Tidak
c. Teman sejawat Ya Tidak
d. Kelompok sosial Ya Tidak
Jelaskan:........................................................................................................
.........
Masalah
Keperawatan:...........................................................................................

10. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
Ya/menikmati Tidak menikmati,
jelaskan............................................

8. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
√ Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/ berlebihan
masalah
Tekhnik relaksasi Bekerja berlebihan
√ Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain

Jelaskan:..............................................................................................................
..........
.............................................................................................................................
.........
Masalah
Keperawatan: ................................................................................................
9. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya klien mengatakan
tidak pernah da masalah dengan orang disekeliling
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya klien
mengatakan tidak ada masalah, tidak pernah mengacau seseorang
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya keluarga klien mengatakan
klien putus sekolah saat dibangku SMP
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya Klien bekerja sebagai clining
service
Masalah dengan perumahan, spesifiknya klien tinggal Bersama
keluarga
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya klien mengatakan dapat
mencari uang sendiri
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya klien mau minum
obat
Masalah lainnya, spesifiknya tidak terkaji
Masalah
Keperawatan:.................................................................................................

10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal:
Penyakit/ gangguan jiwa lain-lain, jelaskan tidak terkaji....
Jelaskan:..............................................................................................................
.........
Masalah
Keperawatan:.................................................................................................

11. ASPEK MEDIS


Diagnosa Medis : Resiko perilaku kekerasa
Terapi Medis : pemberian obat
Masalah
Keperawatan:.................................................................................................

12. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


11. RESIKO PERILAKU KEKERASAN (Mencederai diri sendiri dan
linkungan)
12. Halusinasi pendengaran dan pengelihatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan..
2. Halusinasi pendengaran dan pengelihatan

No
Data Senjang Masalah
Dx.
Ds:
 Keluarga klien mengatakan klien
tiba” suka marah” tanpa sebab
dan melempar barang
 Keluarga klien mengatakan klien
marah tapi tidak sampai memukul
orang
 Keluarga klien mengatakan
kadang klien suka marah dengan
1 Resiko Perilaku Kekerasan
suara yang tinggi
Do:
 Klien tampak mengempal kan
tangan dan memukul kearah paha
nya
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak bingung
Ds:
 Klien mengatakan kadang ada
yang membisikkan nya
 Klien mengatakan sering melihat
cewek datang menghampirinya
dan kadang yang datang orang
2 berbaju putih Halusinasi
 Keluarga klien mengatakan klien
sering berbicara sendiri
Do:
 Wajah klien tampak bingung
 Klien tampak pandangan kosong
saat diajak berbicara

C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S No. CM :.
Jenis Kelamin : Laki. Dx. Medis :..
Ruangan :......................................... Unit Keswa
:..........................
Paraf &
No Tujuan & Rencana
Diagnosa Keperawatan Nama
Dx. Tindakan
Prwt
TUM:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x
pertemuan di harapkan klien
dengan halusinasi
pendengaran dapat
memberikan perubahan.
TUK 1:
Bina hubungan saling
percaya dengan :
a. Beri salam setiap
RPK(Resiko perilaku berinteraksi.
1
kekerasan) b. Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat, dan
tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan dan panggil
nama kesukaan klien.
d. Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi
klien.
f. Buat kontrak interaksi
yang jelas.
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien.

TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasikan
penyebab perilaku kekerasan.
a. Bantu klien
mengungkapkan perasaan
marahnya.
b. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
marahnya.
c. Bantu klien untuk
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/kesal.
d. Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab
rasa marahnya.
e. Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian
setiap ungkapan perasaan.
TUK 3:
Klien dapat mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku
kekerasan.
a. Bantu klien
mengungkapkan tanda-
tanda perilaku kekerasan
yang dialaminya.
b. Motivasi klien
menceritakan kondisi
fisik (tanda-tanda fisik)
saat perilaku kekerasan
terjadi.
c. Motivasi klien
menceritakan kondisi
emosionalnya (tanda-
tanda emosional) saat
terjadi perilaku
kekerasan.
d. Motivasi klien
menceritakan kondisi
hubungan dengan orang
lain saat terjadi perilaku
kekerasan.
TUK 4:
Klien dapat mengidentifikasi
jenis perilaku kekerasan.
a. Diskusikan dengan klien
perilaku kekerasan yang
dilakukannya selama ini
b. Motivasi klien
menceritakan jenis-jenis
tindak kekersan yang
selama ini pernah di
lakukannya.
c. Motivasi klien
menceritakan perasaan
klien setelah tindak
kekerasan tersebut
terjadi.
d. Diskusikan apakah
dengan tindak kekerasan
maslah yang di alami
teratasi.
TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan.
TUK 6:
klien dapat
mendemonstrasikan cara fisik
untuk mencegah perilaku
kekerasan.
a. Diskusikan kegiatan fisik
yang biasa dilakukan klien
b. Beri pujian atas kegiatan
fisik yang biasa di lakukan
c. Diskusikan dua cara fisik
yang paling mudah di
lakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan : tarik
nafas dalam, pukul bantal
dan aksur
d. Diskusikan cara
melakukan tarik nafas
dlam dengan klien
e. Beri contoh kepada klien
tentang cara menarik nafas
dalam
f. Minta klien mengikuti
contoh yang di berikan
sebanyak 5 kali.
g. Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrsikan cara
menarik nafas dalam
TUK 7:
klien dapat
mendemonstrasikan cara
sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
TUM:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x
pertemuan di harapkan klien
dengan halusinasi
pendengaran dapat
memberikan perubahan.
TUK 1:
1. Membina hubungan
saling percaya dengan
klien
2. Membantu klien untuk
mengungkapkan
perasaanya
TUK 2:
 SP1:
a. bantu pasien mengenal
halusinasi
-isi
-jenis
-frekuensi
-waktu terjadinya
HALUSINASI -situasi pencetus
2 (Pendengaran dan -perasaan saat terjadi Dayantri
pengelihatan halusinasi
b. latih cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik
-jelaskan cara menghardik
halusinasi
-peragakan cara menghador
halusinasi
-minta pasien ulang peragakan
-pantai penerapan cara ini
-masukan jadwal kegian harian
TUK 3:
Sp 2
a.evaluasi kegiatan yang lalu
yaitu sp1
b. latihan berbicara/bercakap-
cakap dengan orang lain
saat halusinasi muncul
c.masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
TUK 4:
 Sp3 :
a.Evaluasi kegiatan yang lalu
sp1 dan sp2
b.latih kegiatan halusinasi
tidak muncul
c. pantau pelaksanan jadwal
kegiatan pasien
TUK 5:
 sp4 :
a. evaluasi kegitan yang lalu
sp1,sp2,sp3,
b. tanyakan kegiatan
c. jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
ganggua niwa
d. jelaskan akibat bila tidak
mengikuto program
e. jelaskan cara mendapkan
obat
f. latih pasien minum obat
g. masukan jadwal harian

D. IMPLEMENTASI & EVALUASI


No. Hari/Tgl Tindakan
Evaluasi
Dx Waktu Keperawatan
1. Rabu,  Membina S:
06/01/21 hubungan saling (13.40)
(13.00) percaya dengan  Klien menjawab
keluarga dan salam dari perawat
klien  Klien menyebutkan
 Mengontrak nama lengkap dan
waktu klien panggilan
 Mendorong  Klien mengatakan
klien untuk sering marah tiba-
mengungkapkan tiba dan tidak tahu
perasaannya penyebab nya apa
 Mendiskusikan  Klien mengatakan
sebab, akibat iya akibat dari
kerugian dari menggempal tangan
marah dan cara dan memukul ke
mengendalikan paha
emosi  Klien mengatakan
mau berlatih Tarik
(13.20)  Mendiskusikan nafas dalam
dua cara fisik  Klien mengatakan
yang paling tampak nyaman
mudah di setelah Latihan Tarik
lakukan untuk nafas dalam
mencegah  Klien mengatakan
perilaku akan berlatih Tarik
kekerasan : tarik nafas dalam 2x
nafas dalam, sehari diwaktu pagi
pukul bantal dan sore
atau Kasur. O:
 Klien mau berbicara
(13.30)  Klien tampak
 Latihann sp1:
mengerti apa yang
Membantu
diinstruksikan
pasien Latihan
 Klien tampak
dengan cara
mengikuti instruksi
Tarik nafas
 Klien mampu
dalam.
mengikuti Latihan
Memberikan
Tarik nafas dalam
contoh Tarik
 Klien mau
nafas dalam
melaksanakn
Meminta klien
Latihan Tarik nafas
untuk mengikuti
dalam dengan jadwal
contoh yang
2x sehari diwaktu
diberikan
pagi dan sore
sebanyak 5 kali
A:
Menanyakan
 Klien tampak
gimana perasaan
mencoba membina
klien saat
hubungan saling
Latihan Tarik
nafas dalam percaya
Memberikan  RPK
pujian positif P:
atas kemampuan  Evaluasi cara nafas
klien dalam dan
mendemonstrasi mengajarkan
kan cara mengontrol emosi
menarik nafas dengan memukul
dalam bantal atau Kasur
Membuat (Sp2)
jadwal Latihan
2. Kamis,  Membina S:
07/01/21 hubungan saling (11.00)
(10.00) percaya dengan  Klien mengatakan
keluarga dan sudah Latihan di
klien waktu pagi, dan sore
 Mengontrak kemarin
waktu klien  Klien mengatakan
 Menanyakan mau berlatih
kepada klien memukul bantal
apakah sudah bersamaan setelah
dilaksanakan Latihan Tarik nafas
Latihan tarik dalam
nafas dalam di O:
pagi hari dan  klien tampak tenang
disore hari  Klien tampak masih
(10.20)  Mengevaluasi mengempal tangan
Latihan Tarik kadang” saat
nafas dalam lagi melaksanakn
 Melatih sp2: intervensi
Membantu  Klien tampak
pasien Latihan mengikuti instruksi
dengan cara A:
memukul bantal  Klien mengikuti
Kasur saat instruksi dengan
masih merasa baik
marah  RPK
Memberikan P:
contoh cara  Evaluasi sp1, dan
memukul sp2
bantal/kasur  Mengoptimalkan
Meminta klien sp1, sp2, dan minum
untuk mengikuti obat
contoh yang
diberikan
sebanyak 3kali
Menanyakan
gimana perasaan
klien saat
latihan
Memberikan
pujian positif
atas kemampuan
klien
mendemonstrasi
kan cara
memukul
bantal/Kasur
saat merasa
masih jengkel
Membuat
jadwal Latihan
Menganjurkan
untuk selalu
teratur dalam
minum obat
3. Jumat,  Membina S:
08/01/21 hubungan saling (14.30)
(14.00) percaya dengan  Klien mengatakan
keluarga dan sudah melakukan
klien Latihan Tarik nafas
 Mengontrak dalam dan memukul
waktu klien bantal di waktu pagi
 Menanyakan dan sore
kepada klien  klien mengatakan
apakah sudah mau mulai minum
dilaksanakan obat dengan teratur
Latihan tarik O:
nafas dalam,  wajah klien tidak
memukul bantal tampak tegang
di pagi hari dan  klien masih tampak
disore hari sewaktu”
 Mengevaluasi mengempal kan
Latihan Tarik tangannya
nafas dalam dan  klien mengikuti
memukul bantal intruksi
lagi A:
 Menanyakan  Klien mengikuti
apakah sudah instruksi dengan
minum obat baik
 RPK
P:
 Optimalkan sp2,
anjurkan untuk
teratur dalam minum
obat
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Tn.S di Jln. Podomoro Gg Dwijaya no
43. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009) pengkajian
merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis
untuk menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan
komunitas.Pengumpulan data pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan
masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan, dan aspek medik. Dalam pengumpulan data penulis
menggunakan metode wawancara dengan Tn.S , observasi secara langsung
terhadap kemampuan dan perilaku Tn. S serta dari status Tn. S. Selain itu
keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Tn. S.
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Faktor presipitasi dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural,
biokimia, psikologis, dan genetik.Faktor predisposisi yaitu adanya stimulus
yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya.sejak saat itu klien
sering merasa mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya berjalan jalan,
mengamuk dan memukuli orang dan klien mengatakan merasa selalu ingin
marah dengan semua orang karena dendam dalam dirinya. Adanya rangsangan
dari lingkungan, seperti partisipasi pasien dalam kelompok, terlalu lama tidak
diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi
atau terisolasi, adanya masalah yang tak terungkapkan, sering menjadi
pencetus terjadinya halusinasi (Nita Fitria, 2009).
Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku
klien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh
kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Mengenai segala
sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah
satunya adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama
tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan (Sugiyarti,
2012).Menurut teori (Direja, 2011) sesorang mengalami kekambuhan adalah
ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah, stimulus lingkungan,
konflik interpersonal, status mental, putus obat, penyalahgunaan narkoba
atau alkohol, ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
Menurut Keliat dkk (2011) terapi farmakologi gangguan halusinasi
adalah dengan menggunakan obat antipsikotik seperti haloperidol,
chlorpromazine, triheksilfenidil, dan obat antipsikotik lainnya.Menurut ISO
atau Informasi Spesialite Obat (2010-2011) haloperidol atau haldol merupakan
golongan antipsikosis yang digunakan sebagai terapi gangguan cemas, gagap,
skizofrenia akut dan kronik, halusinasi, dan paranoid dengan sediaan tablet
0,5 mg, 2 mg, 5 mg, injeksi: 25 mg per ml. Terapi chlorpromazine adalah
golongan antipsikotik yang mengurangi hiperaktif, agresif atau obat penenang
dan agitasi dengan sediaan tablet 25 mg, 50 mg, 100 mg, injeksi: 25 mg per ml.
Perawat perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat
psikotik seperti: mengantuk, tremor, kaku otot, dan hipersaliva. Untuk
mengatasi ini biasanya dokter memberikan obat parkinsonisme yaitu
triheksilfenidil, untuk obat anti parkinson dengan sediaan tablet 2 mg, 5 mg,
injeksi: 25 mg per ml. Terapi yang sama juga diperoleh Tn. H setelah
dikolaborasikan dengan dokter yaitu terapi obat Trihexyphenidyl 3x2 mg,
Risperidone 3 x 50 mg, cpz 1x 50 mg.
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan
individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual
kepada orang lain (NANDA-I, 2012-2014, Herdman, 2012).Dalam kasus Tn.H
klien menunjukkan perilaku kekerasan berupa marah-marah, mengamuk,
berkelahi dengan saudaranya dan merusak lingkungan.Perilaku kekerasan yang
dialami klien tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya masalah yang
tak terungkapkan sehingga menimbulkan halusiansi yang menuruhnya berbuat
prilaku kekerasan sebagai dampak mekanisme koping yang in efektif.
Menurut Townsend (2009), halusinasi merupakan suatu bentuk
persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi terhadap
reseptor-reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indera. Hal ini menunjukkan
bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusinasi
pendangaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Dalam kasus
ini Tn.S mengalami halusinasi pendengaran dimana klien merasa mendengar
suara-suara yang menyuruhnya mengamuk, dan Membanting barang, suara-
suara itu sering muncul ketika klien saat melaksanakan ibadah.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (dalam Nurjannah, 2005) menyatakan bahwa
diagnosa keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa
keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana
masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian
utama diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau
penilaian terhadap pola respon pasien baik aktual maupun potensial (Stuart &
Laraia, 2001). Sedangkan Keliat, (2005) mendefinisikan diagnosa keperawatan
sebagai penilaian tehnik mengenai respon individu, keluarga, komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun
potensial. Dalam kasus Tn.S terdapat dua diagnosa keperawatan jiwa, yaitu;
Resiko Perilaku Kekerasan dan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran dan penglihatan.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Ali (dalam Nurjanah, 2005) rencana tindakan keperawatan
merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan
khusus.Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi.
Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama dengan landasan teori,
karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP
(Standart Operasional Prosedure) yang telah ditetapkan.Dalam kasus Tn.S
melakukan intervensi keperawatan fokus pada satu diagnosa, yaitu Resiko
perilaku kekerasan.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Effendy (dalam Nurjannah, 2005) implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan atau kolaborasi
(interdependent), dan tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent).
Penulis dalam melakukan implementasi menggunakan jenis tindakan mandiri
dan saling ketergantungan.Implementasi keperawatan pada Tn. S dilakukan
dari tanggal 6 sampai dengan 8 Januari 2021.
Implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan Resiko
perilaku kekerasan dilakukan dengan tindakan SP 1 (Mengidentifikasi perilaku
kekerasan, dan mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
tarik napas dalam dan pukul bantal atau kasur), SP 2 (Menajarkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat), SP 3 (Mengajarkan
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal) SP 4 (Mengajarkan
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual)dan melakukan
evaluasi SP1, 2, 3, dan 4.
5. Evaluasi
Menurut Kurniawati (dalam Nurjannah, 2005) evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum
yang telah ditentukan. Pada kasus ini, penulis menggunakan evaluasi formatif
dan sumatif.
Resiko perilaku kekerasan, implementasi SP 1 dilakukan pada 21 Mei
2018pukul 10.00, klien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
dialami meliputi „penyebab, tanda dan gejala, R K yang dilakukan, serta
akibat R K” dan klien mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara tarik napas dalam dan pukul bantal atau kasur. SP 2 dilakukan
pada 22Mei 2018 pukul 10.00, klien mampu menjelaskan dan mengerti tentang
obat setelah dijelaskan oleh perawat. SP 3 dilakukan pada tanggal 23Mei 2018
pukul 10.00, klien mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal. SP 4 halusinasi dilakukan pada 6 januari 2021 pukul 13.00,
klien mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual. Evalusai cara mengontrol perilaku kekerasan dilakukan pada 7 jauari
2021 pukul 10.00, klien masih mampu mengingat cara-cara yang sudah
diajarkan untuk mengontrol perilaku kekerasan namun dibantu oleh perawat,
khususnya mengenai masalah obat.

B. Jurnal terkait
Menurut hasil penelitian Prasetya (2018) menunjukkan adanya
peningkatanyang bermakna nilai kemampuan mengontrol resiko perilaku
kekerasan sebelum dan sesudah mendapatkan terapi pemberian jadual (kelompok
intervensi dan kelompok kontrol) yaitu rata-rata tingkatnya pada kelompok
intervensi dan kelompok control.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya seperti
penelitian yang dilakukan oleh Zelianti (2012) yaitu pengaruh tehnik relaksasi
nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan, dimana penelitian
tersebut juga menyatakan klien dengan perilaku kekerasan setelah dilakukan
terapi akan mengalami pernurunan dan kemampuan mengontrol perilaku
kekerasannya semakin meningkat, tetapi kemampuan mengontrol perilaku
kekerasannya sebatas kemampuan kognitif yang meningkat sedangkan
kemampuan secara psikomotornya terkadang lupa dan tidak dilakukan untuk
mengatasi perilaku kekerasannya karena tidak menjadi pola kebiasaan.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi pemberian jadual
kegiatan sehari-hari merupakan terapi yang tepat untuk mengatasi klien dengan
resiko perilaku kekerasan sehingga kemampuan yang diajarkan menjadi suatu
kebiasaan yang dampaknya pasien tidak akan cepat lupa kemampuan mengontrol
resiko perilaku kekerasan karena sudah menjadi kebiasaan.
Link jurnal :
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/download/22/19
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn.S dengan
gangguan Resiko Prilaku Kekerasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian,diperoleh data subyektif bahwa :
a. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya marah-
marah, mengamuk, dan memukul orang lain.
b. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya
berjalan jalan, mengamuk, dan memukul orang lain, suara-suara itu sering
muncul ketika klien tersinggung dengan orang lain atau ada seseorang yang
membuat klien jengkel/kesal.
Dari data objektif didapatkan :
- Saat membicarakan tentang kemarahannya klien tampak sedikit kasar,
pandangan tajam dan raut muka agak tegang.
- Emosi klien tampak cepat berubah – ubah
2. Dalam kasus Tn.S terdapat enam diagnosa keperawatan jiwa, yaitu; Resiko
Perilaku Kekerasan,Gangguan Sensori Persepsi :Halusinasi endengaran.
3. Rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada Tn.S yaitu melakukan
intervensi keperawatan fokus pada dua diagnosa, yaitu Resiko Prilaku
Kekeran dan Gangguan sensori persepsi; halusinasi.
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari kepada Tn.S,
Implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatanResiko perilaku
kekerasan dilakukan dengan tindakan SP 1 (Mengidentifikasi perilaku
kekerasan, dan mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
tarik napas dalam dan pukul bantal atau kasur), SP 2 (Menajarkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat), SP 3 (Mengajarkan
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal) SP 4 (Mengajarkan
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual)dan melakukan
evaluasi SP1, 2, 3, dan 4. Sedangkan pada diagnose Gangguan sensori
persepsi:halusiansi meliputi SP 1 (mengidentifikasi halusinasi dan
mengajarkan cara menghardik), SP 2 (mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat), SP 3 (Mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap), SP 4 (Mengajarkan cara mengontol
halusinasi dengan cara melakukan kegiatan positif yang terjadwal), dan
evaluasi SP 1,2,3,dan 4. Pada diagnose keperawatan defisit perawatan diri,
perawat melakukan implementasi keperawatan berupa tindakan SP 1
(Mengidentifikasi masalah perawatan diri, melatih cara menjaga kebersihan
diri;mandi, sikat gigi, cuci rambut, dan potong kuku), SP 2 (Melatih cara
berdandan setelah kebersihan diri;berpakaian, menyisir rambut, bercukur), SP
3 (melatih cara makan dan minum yang baik), SP 4 (Melatih cara BAK dan
BAB yang baik), dan evaluasi SP 1,2,3 dan 4 defisit perawatan diri.
5. Evaluasi tindakan yang dilakukan penulis bahwa Tn. S mampu melaksanakan
strategi pelaksanaan untuk Resiko Prilaku Kekerasan dan halusinasi sesuai
dengan yang telah direncanakan yaitu dari SP 1-4 untuk tiap-tiap Diagnosa
Keperawatan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah
1. Bagi Tenaga keperawatan
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khusus nya pada masalah resiko prilaku
kekerasan.
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure)
yang ditetapkan.
2. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien dengan resiko prilaku kekerasan.
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standart Operasional
Prosedure dan dilanjutkan dengan SOAP pada klien khususnya dengan
resiko prilaku kekerasan

3. Bagi klien dan keluarga


a. Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan
oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesembuhan klien.
b. Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam
porses pengobatan baik dirumah sakit maupun di rumah
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, & Akemat. (2019). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta:EGC.
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka
Aditama.
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam
Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur, 29-37.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai