Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KHUTBATUL WADA’ NABI MUHAMMAD SAW (KAJIAN

TEORI PSIKOLOGI SASTRA SIGMUND FREUD)

Oleh : AAN RIFQOTUL MUHARROMAH

Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten

Abstrak

Manusia dijadikan objek sastrawan sebab manusia merupakan gambaran tingkah laku
yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan bagian dari gejolak jiwa
sebab dari tingkah laku manusia dapat dilihat gejalagejala kejiwaan yang pastinya berbeda satu
dengan yang lain. Pada diri manusia dapat dikaji dengan ilmu pengetahuan yakni psikologi
yang membahas tentang kejiwaan. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai salah satu
gejala kejiwaan (Ratna, 2004: 62). Karya sastra yang merupakan hasil dari aktivitas penulis
sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan sebab karya sastra merupakan hasil dari
penciptaan seorang pengarang yang secara sadar atau tidak sadar menggunakan teori psikologi.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aspek kepribadian tokoh Muhammad
dalam Khutbatul Wada‟ berdasarkan teori kepribadian psikologi Sigund Freud. Hasil dari
penelitian ini adalah tokoh Muhammad tersebut memiliki aspek kepribadian yang mengacu
pada teori Sigmund Freud yaitu id, ego, superego. Dalam kaitannya dengan Islam, superego
dalam teori Freud hendaknya diarahkan pada nilai-nilai Islam. Prinsip tauhid harus dipegang
sehingga ketika hasrat berbuat buruk muncul dalam diri seorang muslim, maka prinsip tauhid
tersebut akan mampu menjadi bentengnya. Kajian interdisipliner psikologi sastra mampu
mengungkap sisi-sisi psikologis tokoh Muhammad yang dapat dijadikan pelajaran penting bagi
umat manusia.

Kata Kunci: Nabi Muhammad SAW, Khutbatul Wada‟, Psikologi, Sastra


A. Pendahuluan

Sebuah karya sastra merupakan kisahan yang senantiasa bergumul dengan para tokoh
fiksional yang diciptakan oleh si pengarang. Agar ceritera lebih menarik, si pengarang kerap
kali menampilkan perilaku para tokoh dengan kepribadian yang tidak lazim, aneh, atau
abnormal, sehingga menimbulkan berbagai perasaan bagi para pembaca. Tidak jarang para
pembaca bertanya-tanya, mengapa si tokoh berperilaku demikian, apa yang terjadi pada
dirinya, apa penyebabnya, dan apa pula akibat dari semua ini. Bahwasanya masalah perilaku
mungkin saja terkait dengan masalah kejiwaan, maka kisahan semacam ini dapat merupakan
masalah psikologis.

Selama ini telaah karya sastra melalui pendekatan Psikologi Sastra sering diperdebatkan
karena kerap kali hakikat sastra menjadi hilang, telaah sastra seakan-akan menjadi telaah
Psikologi. Oleh karena itu, agar telaah sastra psikologis tidak meninggalkan hakikat analisis
suatu karya sastra, maka pencerminan berbagai konsep psikologi di atas perlu disampaikan
melalui metode perwatakan yang biasa digunakan.Metode-metode tersebut
misalnya, telling (langsung), showing (tidak langsung), gaya bahasa bahasa (figurative
language): simile, matafor, personifikasi, , dan sudut pandang (point of view).

Khutbatul Wada‟ ini adalah Khutbah perpisahan hidup Nabi Muhammad dan Pada khutbah
ini, Nabi Muhammad menjelaskan dengan lengkap mengenai Islam serta aturanaturannya.
Dimulai dari larangan membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain tanpa hak. kewajiban
untuk meninggalkan kehiasaan kaum jahiliyah mengenai pemhumuhan dan riba, mewaspadai
gangguan setan dan kewajiban menjaga agama, larangan mengharamkan yang dihalalkan dan
sebaliknya, kewajiban memuliakan wanita (isteri), kewajiban berpegang teguh pada al-Qur 'an
dan as-Sunnah. kewajiban taat kepada pemimpin siapapun dia selama masih berpegang teguh
pada al qur'an, kewajiban berbuat baik kepada hamba sahaya, umat islam adalah bersandam
antara satu dengan lainnya, dan yang termkhir kewajiban menyampaikan khutbah rasulullah
saw kepada orang lain. Dalam penelitian ini tokoh yang akan dianalisis yaitu Nabi Muhammad
SAW.

Ulasan mengenai isi khutbah wada‟ Nabi banyak memiliki nilai serta pribadi seorang Nabi
yang begitu memiliki kepedulian yang kuat terhadap umatnya ini menjadi alasan untuk meneliti
Khutbah ini dari segi kepribadian.
‫‪Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan aspek kepribadian‬‬
‫‪tokoh utama dalam Khutbah Wada‟, berdasarkan teori kepribadian psikologi Sigund Freud.‬‬

‫‪B. Khutbatul Wada’ Nabi Muhammad SAW‬‬

‫‪Pada khutbah ini, Nabi Muhammad menjelaskan dengan lengkap mengenai Islam serta‬‬
‫‪aturan-aturannya. Dimulai dari larangan membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain tanpa‬‬
‫‪hak. kewajiban untuk meninggalkan kehiasaan kaum jahiliyah mengenai pemhumuhan dan‬‬
‫‪riba, mewaspadai gangguan setan dan kewajiban menjaga agama, larangan mengharamkan‬‬
‫‪yang dihalalkan dan sebaliknya, kewajiban memuliakan wanita (isteri), kewajiban berpegang‬‬
‫‪teguh pada al-Qur 'an dan as-Sunnah. kewajiban taat kepada pemimpin siapapun dia selama‬‬
‫‪masih berpegang teguh pada al qur'an, kewajiban berbuat baik kepada hamba sahaya, umat‬‬
‫‪islam adalah bersaudara antara satu dengan lainnya, dan yang terakhir kewajiban‬‬
‫‪menyampaikan khutbah Rasulullah SAW kepada orang lain.‬‬

‫‪Adapun Teksnya sebagai berikut:‬‬

‫خطبة الرسول صلى هللا عليه و سلم في حجة الوداع‪ :‬الحم ُد هلل نحم ُدهُ َونَ ْستَعِينُه‪ ،‬ونَ ْستَ ْغف ُِرهُ‪ ،‬ونَتُوبُ إليه‪ ،‬ونَعُوذُ باهللِ‬
‫ِي لَهُ ‪ .‬وأشهد أن ال إله إالّ هللا‬ ‫ض َّل َلهُ‪ ،‬و َم ْن يُ َ‬
‫ض ِللْ فَالَ هَاد َ‬ ‫هللا فَال ُم ِ‬
‫ت أ ْع َما ِلنَا َمن َي ْه ِد ُ‬ ‫ْ‬
‫ومِن سيّئآ ِ‬ ‫ُرور أ ْنفُسِنا‬ ‫ْ‬
‫مِن ش ِ‬
‫‪.‬وحْ ده ال شريك له‪ ،‬وأنّ محمداً عبدُه ورسولُه‪ .‬أوصيكُم عبا َد هللا بتقوى هللا‪،‬وأحثّكم على طاعته! وأستفتح بالذي هو خير‬
‫ي الَ أَ ْلقَاكُ ْم بَ ْع َد َ‬
‫عامي هَذَا‪ ،‬في َم ْوقِفي هذا‪ ،‬أَيُ َها النَّاس‪ ،‬إن‬ ‫ي الَ أَد ِْري‪ ،‬لعَل ّ‬ ‫أَ َّما بعد‪ ،‬أيّ َها النّاس‪ ،‬ا ْس َمعُوا منّي أُب ْ‬
‫ّين لَكُ ْم‪ ،‬فَإنّ َ‬
‫أن ت َْلقَ ْوا َربَّكُ ْم‪َ ،‬كحُر َم ِة يَ ْومِ كُ ْم هَذَا في َش ْه ِر كُ ْم هَذَا في بَلَ ِدكُم هَذَا‬
‫عليكُ ْم َح َرا ٌم إلى ْ‬ ‫ِد َما َءكُ ْم َو ْأم َوالَكُ ْم َوأَع َْرا َ‬
‫ضكُ ْم َ‬
‫وإنكم ستلقون ربكم فيسألكم عن أعمالكم وقد بلغت ‪ ،‬فَ َم ْن كَانَتْ ِع ْندَهُ أَ َمانةٌ فلي ُؤ ِدها إلى َم ْن ائْت َمنَهُ َ‬
‫علَيها‪ ،‬وإن كل ربا‬
‫موضوع ولكن لكم رءوس أموالكم ال تظلمون وال تظلمون ‪ ،‬و قضى هللا أنه ال ربا ‪ ،‬وإن ربا عمي العباس بن عبد‬
‫المطلب موضوع كله وأن كل دم كان في الجاهلية موضوع وإن أول دمائكم أضع دم عامر ابن ربيعة بن الحارث بن عبد‬
‫المطلب ‪ ،‬فهو أول ما أبدأ به من دماء الجاهلية ‪ ،‬وإن مآثر الجاهلية موضوعة غير السدانة والسقاية والعمد قَ َودٌ‪ ،‬وشبه‬
‫‪.‬العمد ما قتل بالعصا والحجر وفيه مائة بعير فمن ازداد فهو من الجاهلية‬

‫أما بعد أيها الناس فإن الشيطان قد يئس من أن يعبد بأرضكم هذه أبدا ولكنه إن يطع فيما سوى ذلك فقد رضي به بما‬
‫تحقرون من أعمالكم فاحذروه على دينكم أيها الناس ﴿ ِإنَّ َما النَّسِي ُء ِز َيادَة ٌ فِي ْالكُ ْف ِر يُ َ‬
‫ض ُّل ِب ِه الَّذِينَ َكف َُروا يُحِ لُّونَهُ َ‬
‫عاما‪.‬‬
‫َّللا فَيُحِ لُّوا َما َح َّر َم َّ ُ‬
‫َّللا ﴾ إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق هللا السموات‬ ‫عاما ِلي َُواطِ ئُوا ِعدَّةَ َما َح َّر َم َّ ُ‬
‫َويُ َح ِر ُمونَهُ َ‬
‫عش ََر َش ْهرا ﴾ منها أربعة حرم ثالثة متوالية ورجب مضر ‪ ،‬الذي بين جمادى‬ ‫َّللا اثْنَا َ‬
‫واألرض و﴿ إِنَ ِعدَّةَ الشهور عند َّ ِ‬
‫غيركم َوال يُدْخِ ْلنَ أ َحدا‬ ‫عليِن أال ي ْ‬
‫ُوطئنَ فُ ُر َشكُ ْم َ‬ ‫علَ ْي ِهن حق‪ ،‬لَكُ ْم َ‬
‫علَ ْيكُ ْم حقا‪ ،‬ولَكُ ْم َ‬‫وشعبان‪ .‬أما بعد أيها الناس ‪ ،‬إن لِن َسائِكُ ْم َ‬
‫تكرهُونَهُ بيوتَكُ ْم‪ ،‬وال يأتينَ بِفَاحِ شَة فإن فعلن فإن هللا قد أذن لكم أن تهجروهن في المضاجع وتضربوهن ضربا غير مبرح‬
‫َ‬
‫‪ ،‬فإن انتهين فلهن رزقهن وكسوتهن بالمعروف واستوصوا بالنساء خيرا ‪ ،‬فإنهن عندكم عوان ال يملكن ألنفسهن شيئا‬
ُ ‫ أَي َها الن‬، ‫وإنكم إنما أخذتموهن بأمانة هللا واستحللتم فروجهن بكلمات هللا فاعقلوا أيها الناس قولي‬
ْ َ‫ إنما ال ُمؤمِ نُون‬،‫اس‬
ٌ ‫إخوة‬
، ُ‫ضرب‬ ِ َ‫ فال تَرْ ِجعُن بَ ْعدِي كُفارا ي‬،ْ‫ الل ُهم ا ْش َهد‬، ُ‫ أَالَ هَلْ بل ْغت‬،ُ‫ب ن ْف ٍس منه‬ َ ‫الم ِرىءٍ َما ُل أَخي ِه إال‬
ِ ‫ع ْن طي‬ ْ ‫فَالَ يَحِ ُّل‬
‫ اللهم‬، ُ‫ أَالَ هَلْ بلغت‬، ‫سنَّة نَبيه‬ َ ‫ ِكت‬،ُ‫َضلُّوا بَ ْعدَه‬
ُ ‫َاب هللاِ َو‬ ِ ‫إن أخَذت ْم بِ ِه لَ ْم ت‬
ْ ‫رقاب بَ ْعض فَإني قَدْ تَر ْكتُ فِيكُ ْم َما‬
َ ‫ضكُ ْم‬
ُ ‫بَ ْع‬
ْ َ‫ إن أَكر ُمكُ ْم عندَ هللاِ أتْقَاكُ ْم وليس لعربي ف‬،‫آلدم وآد ُم من تُراب‬
‫ض ٌل‬ َ ‫ كُل ُّك ْم‬، ٌ‫ وإن أَبَاكُ ْم واحِ د‬،ٌ‫اس إن َربَّكُ ْم َواحِ د‬
ُ ‫ أيها الن‬.ْ‫ا ْش َهد‬
‫الغائب والسال ُم عليكم ورحمة هللا‬
َ ُ‫ ْفليُبَ ِل ِغ الشاهد‬:‫ نَ َع ْم قَال‬:‫ الل ُهم اشهد" قَالُوا‬، ُ‫ أَالَ هَلْ بلَّ ْغت‬،‫وى‬
َ ‫!على عجمي إال بالت ْق‬

Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kata ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah
tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi akan bertemu dengan kamu sekalian.
Saudara-saudara. Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat
kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian
menghadap Tuhan. Dan pasti akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai
pertanggung jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah menyampaikan ini!
Barang siapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.
Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu.
Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah
telah menentukan bahwa tidak boleh ada lagi riba dan bahwa riba „Abbas bin AbdulMuthalib
semua sudah tidak berlaku. Bahwa semua tuntutan darah selama jahiliyah tidak
berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibnu Rabi‟ah
bin Al-Harith bin Abdul-Muthalib!

Kemudian dari pada itu saudara-saudara. Hari ini nafsu syetan yang minta di sembah di
negeri ini sudah putus untuk selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun
dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu,
niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu peliharalah agamamu ini baik-baik.

Saudara-saudara. Menunda-nunda larangan di bulan suci berarti memperbesar kekufuran.


Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu tahun meraka langgar dan pada tahun
lainnya mereka sucikan, untuk di sesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan.
Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana
yang di sudah di halalkan.
Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan menurut
Tuhan ada dua belas bulan, empat bulan diantaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturutturut
dan bulan Rajab itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya‟ban.

Kemudian dari pada itu, saudara-saudara. Sebagaimana kamu punya hak atas istri kamu, juga
istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak
mengizinkan orang yang kamu tidak sukai menginjakkan kaki diatas lantaimu, dan jangan
sampai mereka secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau mereka sampai melakukan itu
Tuhan mengizinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka
dengan satu pukulan yang tidak sampai mengganggu. Bila mereka sudah tidak lagi
melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan dan pakaian kepada mereka
dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap istri-istri kamu, mereka itu kawan-kawan
yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil
mereka sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka di halalkan buat kamu dengan nama
Tuhan.
Perhatikanlah kata-kataku ini, saudara-saudara! Aku sudah menyampaikan ini. Ada masalah
yang sudah jelas kutinggalkan ditangan kamu, yang jika kamu pegang teguh kamu tidak akan
sesat selama-lamanya; Kitabullah dan sunnah rasul.

Wahai manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti,
bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan kaum Muslimin semuanya
bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) darai saudaranya, kecuali
jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.
Ya Allah, sudah kusampaikan?
Katakanlah kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari ini
yang suci, sampai masanya kamu sekalian bertemu dengan Tuhan.
Ya Allah! sudahkah kusampaikan?
Ya Allah. saksikanlah ini!

C. Kajian Psikologi Sastra

Dasar penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama,
adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran
pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau subconcious setelah jelas baru
dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious). Antara sadar dan tak sadar selalau
mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh
pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta
sastra. Kedua, kajian psikologi sastra disamping meneliti perwatakan tokoh secara psikologi
juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan ketika menciptakan karya tersebut (Endraswara,
2003: 26).

Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari
psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya
tarik psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya
jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain (Endraswara,
dalam Minderop 2010, hal.14).Dua hal dasar penelitian psikologi sastra tersebut merupakan
aspek psikologi pengarang, sehingga kejwaan dan pemikiran pengarang sangat mempengaruhi
hasil dari karya sastra tersebut. Pengarang dalam menuangkan ide-idenya ke dalam karyanya
terkadang terjebak dalam situasi tak sadar atau halusinasi yang dapat membelokan rencana
pengarang semula.

Sastra sebagai gejala kejiwaan didalamnya terkandung fenomena-fenomena yang terkait


dengan psikis atau kejiwaan. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini dapat diterima, karena antara sastra dan psikologi
memiliki hubungan yang bersifat tak langsung dan fungsional (Jatman dalam Aminuddin,
1990: 101). Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah penelitian yang menitikberatkan
pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan tentang psikologi. Psikologi sastra dapat
mengungkapkan tentang suatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun pembaca
karya sastra. Penelitian psikologi sastra membutuhkan kecermatan dan ketelitiaan dalam
membaca supaya dapat menemukan unsur-unsur yang mempengaruhi kejiwaan.

Adapun yang dimaksud dengan kajian psikologi sastra bukanlah kajian terhadap teks
yang ditinjau dari 2 aspek; psikologi dan sastra, melainkan kajian psikologi terhadap teks
berbahasa sastra, dalam hal ini teks Khutbatul Wada‟ Nabi Muhammad SAW. Begitu pula
halnya dengan psikologi anak, psikologi komunikasi, dan seterusnya. Kata ‚sastra‛ dalam
psikologi sastra, ‚anak‛ dalam psikologi anak, dan ‚komunikasi‛ dalam psikologi komunikasi
merupakan objek material yang dikaji. Adapun objek formal atau sudut pandang dan pisau
analisisnya adalah psikologi. Dengan demikian, hasil kajian psikologi sastra tidak berbeda
dengan psikologi yang diterapkan pada non sastra ditinjau dari aspek objek formalnya, yakni
membicarakan psikis manusia. Pembedanya hanya pada objek material; terdapat objek material
sastra jika teks yang dikaji adalah sastra, objek material anak jika yang dikaji adalah anak dan
objek material komunikasi jika yang dibahas tentang komunikasi.

Psikologi sastra membicarakan karya sastra dalam kaitannya dengan aspek-aspek kejiwaan
yang terkandung dalam suatu karya sastra (Sangidu, 2005: 30). Untuk mengungkap unsur-
unsur psikologi dalam karya sastra diperlukan bantuan teori-teori psikologi (Sangidu, 2005:
30). Teori psikologi yang paling banyak digunakan dalam analisis adalah teori psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939) yang membedakan kepribadian menjadi 3 macam, yaitu id, ego,
dan Superego (Kutha, 2006: 343-344). Teori Freud dalam hal ini berfokus pada proses kreatif
dan penokohan.

Endraswara (2003:97) menyatakan bahwa psikologi sastra merupakan kajian yang


memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Ratna (dalam Albertine 2010:54) ialah
berpendapat bahwa psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah unsur kejiwaan
tokohtokoh fiksional yang terkandung dalam karya. Psikologi sastra tidak bermaksud
memecahkan masalah psikologis, tetapi untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang
terkandung dalam suatu karya.

Munculnya kajian psikologi sastra tidak terlepas dari pertautan antara ilmu psikologi dan
sastra. Keduanya memiliki sumber kajian yang sama yaitu manusia dan kehidupan, memiliki
hubungan fungsional, yaitu sama-sama mempelajari aspek kejiwaan. Kajian psikologi sastra
dapat diarahkan pada kajian tekstual yang mengkaji tokoh dalam cerita, kajian reseptif
pragmatik yang mengkaji aspek psikologis pembaca, dan kajian ekspresif yang mengkaji aspek
psikologis pengarang. Wellek dan Warren (1990) dan Hardjana (1985) menambahkan kajian
pada penelitian hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam teks sastra (Endraswara, 2003:
97).

D. Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis pertama kali dimunculkan oleh “Bapak Psikoanalisis” terkenal Sigmund


Freud yang berasal dari Austria. “Psikoanalisis adalah istilah khusus dalam penelitian psikologi
sastra” (Endraswara, 2008:196). Artinya, psikoanalisis ini banyak diterapkan dalam setiap
penelitian sastra yang mempergunakan pendekatan psikologis. Umumnya, dalam setiap
pelaksanaan pendekatan psikologis terhadap penelitian sastra, yang diambil dari teori
psikoanalisis ini hanyalah bagian-bagian yang berguna dan sesuai saja, terutama yang berkaitan
dengan pembahasan sifat dan perwatakan manusia. Pembahasan sifat dan perwatakan manusia
tersebut meliputi cakupan yang relatif luas karena manusia senantiasa menunjukkan keadaan
jiwa yang berbeda-beda.

Psikoanalisis juga menguraikan kelainan atau gangguan jiwa, “Namun dapat dipastikan
bahwa Psikoanalisis bukanlah merupakan keseluruhan dari ilmu jiwa, tetapi merupakan suatu
cabang dan mungkin malahan dasar dari keseluruhan ilmu jiwa” (Calvin, 1995:24).
Berdasarkan pernyataan tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa psikoanalisis
merupakan tombak dasar penelitian kejiwaan dalam mencapai tahap penelitian yang lebih
serius, khususnya karya sastra dalam hal ini. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk
menganalisis tokoh-tokoh dalam drama atau novel secara psikologis. Tokoh-tokoh tersebut
umumnya merupakan imajinasi atau khayalan pengarang yang berada dalam kondisi jiwa yang
sehat maupun terganggu, lalu dituangkan menjadi sebuah karya yang indah. Keadaan jiwa yang
sehat dan terganggu inilah yang menjadi cermin lahirnya karya dengan tokoh berjiwa sehat
maupun terganggu.

Konsep Freud yang paling mendasar adalah teorinya tentang ketidaksadaran. Pada awalnya,
Freud membagi taraf kesadaran manusia menjadi tiga lapis, yakni lapisan unconscious (taksadar),
lapisan preconscious (prasadar), dan lapisan conscious (sadar). Di antara tiga lapisan itu, taksadar
adalah bagian terbesar yang memengaruhi perilaku manusia. Freud menganalogikannya
dengan fenomena gunung es di lautan, di mana bagian paling atas yang tampak di permukaan
laut mewakili lapisan sadar. Prasadar adalah bagian yang turun-naik di bawah dan di atas
permukaan. Sedangkan bagian terbesar justru yang berada di bawah laut, mewakili taksadar.
Dalam buku-bukunya yang lebih mutakhir, Freud meninggalkan pembagian lapisan kesadaran
di atas, dan menggantinya dengan konsep yang lebih teknis. Tetapi basis konsepnya tetap
mengenai ketidaksadaran, yaitu bahwa tingkah laku manusia lebih banyak digerakkan oleh
aspek-aspek tak sadar dalam dirinya. Pembagian itu dikenal dengan sebutan struktur
kepribadian manusia, dan tetap terdiri atas tiga unsur, yaitu

1. Id
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian
sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah
sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip
kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan
kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan negara atau
ketegangan. Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya
segera untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu
memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan
menangis sampai tuntutan id terpenuhi.

Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita
diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-
hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku
semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id
mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui
proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai
cara untuk memuaskan kebutuhan.

2. Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas.
Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat
dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar,
prasadar, dan tidak sadar.

Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan
cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari
suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam
banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada
akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.

Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui
proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok
dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s.

3. Superego
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah
aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita
peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego
memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Yang ideal ego mencakup aturan dan standar
untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang
tua dan lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai
dan prestasi.
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan
masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman
perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan
membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima
mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena
pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.Maka dari
itu timbullah interaksi dari ketiga unsur unsur diatas yaitu dengan kekuatan bersaing begitu
banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego.
Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi
meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara
efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau
terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Banyak pendapat mengatakan bahwa teori Freud hanya berhasil untuk mengungkapkan genesis
karya sastra , jadi, sangat dekat dengan penelitian proses kreatif. Relevansi teori Freud
dianggap sangat terbatas dalam rangka memahami sebuah karya sastra. Meskipun demikian,
menurut Milner ( 1992:xiii ) , peran teori freud tidak terbatas sebagaimana dinyatakan
sebelumnya. Menurutnya, teori Freud memiliki inplikasi yang sangat luas tergantung
bagaimana cara pengoprasiaannya. Disatu pihak , hubungan psikologi dengan sastra didasarkan
atas pemahaman, bahwa sebagaimana bahasa pasien, sastra secara langsung menampilkan
ketaksadaran bahasa. Dipihak lain menyatakan bahwa psikologi Freud memanfaatkan mimpi,
fantasi, dan mite, sedangkan ketiga hal tersebut merupakan masalah pokok didalam sastra.

Hubungan yang erat antara psikoanalisis khususnya teori-teori Freud dengan sastra juga
ditunjukkan melalui penelitiannya yang bertumpu pada karya sastra. Teori Freud dimanfaatkan
untuk mengungkapkan berbagai gejala psikologis dibalik gejala bahasa. Oleh karena itu,
keberhasilan penelitian tergantung dari kemampuan dalam mengungkapkan kekhasan bahasa
yang digunakan oelh pengarang. Bagi Freud, asas psikologi adalah alam bawah sadar, yang
didasari secara samar-samar oelh individu yang bersangkutan. Menurutnya, ketaksadaran
justru merupakan bagian yang paling besar dan paling aktif dalam diri setiap orang
Perspektif Psikoanalisis Freud

Ego berperan penting dalam konteks timbulnya berbagai macam kecemasan yang melanda
manusia. Hanya ego yang dapat mendeteksi atau merasakan setiap jenis kecemasan, sedangkan
id, superego, dan dunia eksternal masing-masing terlibat hanya disalah satu dari tiga jenis
kecemasan. Ketergantungan ego kepada id menghasilkan kecemasan neurotik, ketergantungan
ego kepada superego menghasilkan kecemasan moralistik, dan
ketergantungan ego kepada dunia eksternal menghasilkan kecemasan realistik1.

1) Kecemasan Neurotik

Freud membagi kecemasan ini menjadi 3 bagian, yaitu : kecemasan yang didapat karena
adanya faktor dalam dan luar yang menakutkan, kecemasan yang berkaitan dengan objek
tertentu yang bermanifestasi seperti fobia, kecemasan neurotik yang tidak berhubungan dengan
faktor-faktor berbahaya dari dalam dan dari luar.

2) Kecemasan moralistik

Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara 8. Orang-orang yang superegonya
berkembang dengan baik cenderung merasa masalah jika mereka melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma moral dengan mana mereka dibesarkan.

Secara umum, kecemasan moral memiliki fungsi preventif untuk mengingatkan manusia
agar tidak melakukan hal-hal yang destruktif, karena kecemasan moral erat kaitannya dengan
bangunan sikap dan perilaku individu dalam konteks sosial kemasyarakatan.

3) Kecemasan Realistik

kecemasan realistik merupakan suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan
terhadap bahaya yang mengancam dunia nyata. Menurut Freud, kecemasan realistik bagi
manusia terlihat suatu hal yang sangat rasional dan alami. Ketakutan riil terkait dengan refleks
gerakan, dan dianggap sebagai suatu wujud dari insting perlindungan diri.

Freud menambahkan bahwa kecemasan realistik (kecemasan objektif) bersifat rasional dan
bermanfaat, bagaimanapun juga dalam pikiran yang lebih dalam akan diakui membutuhkan

1Wahyu Budiantoro, Wiwit Mardianto, Aplikasi Teori Psikologi Sastra : Kajian Terhadap Puisi dan Kehidupan
Penyair Abdul Wachid B.S., (Purwokerto : Kaldera, 2016), hlm. 28.
revisi lebih jauh. Kecemasan realistik merupakan kecemasan yang timbul karena adanya
bahaya nyata yang ditangkap oleh panca indra dan mengancam jiwa seseorang.

E. Khutbatul Wada’ dalam Perspektif Psikologi Sastra Sigmund Freud

Analisis Global

Pada Khutbah Wada‟ ini terdapat aspek Ego dan Superego dalam tokoh Muhammad .
Mengapa? Karena keseluruhan isi Khutbah tersebut yaitu berisi pesan-pesan dan aturanaturan
mengenai Islam yang di sampaikan oleh Nabi sebelum beliau berpisah dengan umatnya (wafat)
dan ini mengandung Kecemasan Realistik yang terkandung dalam Ego.

Pada khutbah ini, Nabi Muhammad menjelaskan dengan lengkap mengenai Islam serta
aturan-aturannya. Dimulai dari larangan membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain tanpa
hak. kewajiban untuk meninggalkan kebiasaan kaum jahiliyah mengenai pembunuhan dan riba,
mewaspadai gangguan setan dan kewajiban menjaga agama, larangan mengharamkan yang
dihalalkan dan sebaliknya, kewajiban memuliakan wanita (isteri), kewajiban berpegang teguh
pada Al-Qur 'an dan As-Sunnah. kewajiban taat kepada pemimpin siapapun dia selama masih
berpegang teguh pada al qur'an, kewajiban berbuat baik kepada hamba sahaya, umat islam
adalah bersaudara antara satu dengan lainnya, dan yang terakhir kewajiban menyampaikan
Khutbah Rasulullah SAW kepada orang lain.

Mengenai sebab dikeluarkannya khutbah Nabi Saw. saat haji wada ini, tidak lain karena
saat itulah Nabi berkesempatan menyampaikan kelengkapan agama Allah. Karena tidaklah
beliau melihat perintah berhaji ini kecuali sebagai tanda dekatnya ajal Nabi Saw. dan sebagai
panduan menunaikan ibadah haji yang benar bagi umat Muslim. Analisis Rinci

٘ ‫َ ال‬ٚٚٙ ‫فب‬ ٛ ُٚٚٙ ‫ي‬ ٚٓ


.‫قف ْرا‬
ٙ ‫ف ي‬ٙ ‫عبي ْرا‬
ٙ ‫ ال أنقبكى ثعد‬ٙ‫أدز نعه‬ َ ,‫أث نكى‬ ُ ‫ اظ ع ا‬,‫ب انُ بض‬ٚ‫أ‬

Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah
tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan kamu sekalian
٘ ‫“ ال‬
Pada bait diatas mengandung “ketidak tahuan” seperti kutipan diatas terdapat lafadz " ‫أدز‬
menunjukkan indikator bahwa nabi Muhammad Saw memiliki kelemahan, artinya nabi
Muhammad pun hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari ketidak tahuan. Dengan
dorongan id ini nabi Muhammad Saw tidak mengetahui apakah bisa bertemu kembali dengan
para sahabat nya.

ٚٓ ‫ف‬ٙ ‫ا زثكى كذسيخ يكى ْرا‬ٚ‫كى ٗان أأ ٌ رهق‬ٚٛ ٛ‫انكى دساو عه‬ٚ‫ اا ٌ ديبءكى أي‬,‫ُ بض‬ٚ ُ‫ب ان‬ٚٓ ‫أ‬
,‫ف ثهدكى ْرا‬ٙ ‫ سكى ْرا‬ٚٓٚ‫ش‬
‫ ٔا ٌ أٔ ل‬,‫ه خ ي ض ع‬ٛ ْ‫ ا ٌ زثب انجب‬.‫ب‬ٚٛ ٚٓ ٛ‫ً عه‬ٚ ُٚ‫ائز‬
ًّ ‫أيب خ فه ؤدْ ب ٗان ي‬
َ ‫ً كب ذ عُ ِد‬ٚٚ‫ف‬
ً .‫فبش د‬
ٚٓ ‫ ى‬ٚٓ‫أال ْم ثهغذ؟ انه‬
‫ ٔأ ل دو أثدأ ث دو عبيس ث زث عخ‬,‫ه خ ي ض عخ‬ٛ ْ‫ ٔا ٌ ديبء انجب‬,‫ انعجبض ث عجد ان طهت‬ٙ ً‫زثب أثدأ ث زثب ع‬
‫ شج ان ًع د يب قزم‬,‫ ٔان ًع د ق د‬,‫غ س انعداَ خ ٔانعقب خ‬ٛ ‫ه خ ي ض عخ‬ٛ ْ‫ ٔا ٌ يآصس انجب‬,‫ث انذبزس‬
.‫خ‬ٚٛ ‫ه‬ٛ ‫م انجب‬ْٚ ْ‫ يي أ‬ٚٓٚ‫ف‬
ٚٓ ‫ً شاد؛‬ٚٚ‫ف‬ ٛ ‫ يبئخ‬ٚٛ ‫ٔف‬
ً .‫ثع س‬ ٛ ,‫ثبنعصب ٔانذجس‬

Saudara-saudara. Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci
buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian
menghadap Tuhan. Dan pasti akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai
pertanggung jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah menyampaikan ini! Barang
siapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.
Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu.
Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah
telah menentukan bahwa tidak boleh ada lagi riba dan bahwa riba ‘Abbas bin
AbdulMuthalib semua sudah tidak berlaku. Bahwa semua tuntutan darah selama jahiliyah
tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibnu
Rabi’ah bin Al-Harith bin Abdul-Muthalib!

ً‫ ي أع‬ٚٔ ‫س‬ ً ‫ ذنك‬ٚ‫ب ٖٕظ‬ٚٛ ًٚ‫ف‬ٛ ‫زض أ ٌ طبع‬


ٌٔ ‫ي ب رذق‬ ٙ ‫ قد‬ٚ ُ‫ٔنك‬, ‫ف أزضكى ِْر‬ٙ ‫ ا ٌ انش طبٌ قد ئط أ ٌ عجد‬,‫ب انُ بض‬ٚٚٓ‫أ‬
.‫بنكى‬

Kemudian dari pada itu saudara-saudara. Hari ini nafsu syetan yang minta di sembah di
negeri ini sudah putus untuk selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun
dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu,
niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu peliharalah agamamu ini baik-baik.

ٚٓ
‫اطئا عدح يب دسو‬ٚٛ ‫ن‬ٛ ‫ عبيب‬ٚ‫ي‬ ٔ ٚٚ‫ ضم ث انر‬,‫ف انكفس‬ٙ ‫ ا ٌ ان ع ء ش بدح‬,‫ب انُ بض‬ٚ‫أ‬
َّٕ ‫ ٔذس‬,‫ عبيب‬ٚ َٚٚ‫ ذه‬,‫كفس ا‬
‫ ذٔ انقعدح‬:‫بد ٔادد فسد‬ٚٛ ‫ان‬ٛ ‫ صالس يز‬:‫ب أزثعخ دسو‬ٚٓ ‫ ي‬,‫ئخ و خهق هللا ان ًع اد ٔاألزض‬ٛ ٚٓ‫ ٔا ٌ انصيبانصيبٌ قد اظزداز ك‬,‫هللا‬
‫ذٔ انذجخ‬ٚٔ
ٔ‫ذ‬
.‫فبش د‬ ً ٚٛ ٚ‫ث‬ٛ ‫انر‬
ٚٓ ‫ ى‬ٚٓ‫أال ْم ثهغذ؟ انه‬, ٌ‫ج بدٖٕ شعجب‬ ٘ ‫يذسو ٔزجت‬
Saudara-saudara. Menunda-nunda larangan di bulan suci berarti memperbesar kekufuran.
Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu tahun meraka langgar dan pada tahun
lainnya mereka sucikan, untuk di sesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan.
Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan
mana yang di sudah di halalkan.
Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan menurut
Tuhan ada dua belas bulan, empat bulan diantaranya ialah bulan suci, tiga bulan
berturutturut dan bulan Rajab itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya’ban.
‫ث زكى اال‬ٛ ْٚ ٚ َٚ‫ركس‬
ْ ‫ ال دخه أددا‬,‫غ سكى‬ٛ ‫ دق أال طئ فسشكى‬ٚٛ ٚٓٚٚٚ ٛ‫ ٔنك عه‬,‫ ا ٌ ن عبئكى عه كى دقب‬,‫ُ بض‬ٚ ُ‫ب ان‬ٚٓ ‫أ‬
‫ ٔال‬,‫ثبذَكى‬
‫ً ضبجع‬ٚ ً‫ف ان‬ٙ ٚ‫جس‬ ٔ ‫ر‬ٚٓ ,ْٚ‫ فبفبٌ هللا قد أذأذٌ نكى أأ ٌ رعضهرعضه‬,‫ ثفبدشخ؛ فبفبٌ فعهفعه‬ٚ‫ؤر‬
ْٔ ‫ر‬ٚٓ ٚٔ ‫جس‬ ٛ ٚ‫ؤر‬
ٛ

ٔ ‫ ثبن‬ٚٓٚ‫ر‬ٚٓ ‫ كع‬ٚٓٚ ٚٓ‫ فعه كى زشق‬,‫ ٔأطع كى‬ٚٓٚٚٛ ٚٓ‫ فبفبٌ ا ز‬,‫س يجسح‬ٚٛ ‫غ‬ٛ ‫ ضسثب‬ٚ‫رضسث‬
ُ‫َ ب ان عبء ع‬ًٚ‫ ٔا‬.‫عس ف‬ ْ ٚٔ ‫رضسث‬
‫ف ان‬ٙ ‫ فبرق ا هللا‬.‫ج ثك ًهخ هللا‬ٚٓ ‫جف ٔس‬ٚٓ ‫فس‬
ٔ ‫ ٔاظزذههزى‬,‫ثؤيب خ هللا‬
َ ًْٚٚٚ ٚ‫أخرر‬
ً ٚٓ ‫هك أل‬ًٚ ‫ال‬, ٌ ‫دكى ع ا‬
,‫فع ش ئب‬

ٚٓ ‫ ى‬ٚٓ‫ أال ْم ثهغذ؟ انه‬,‫ سا‬ٛ‫ خ‬ٚٓٚ ٚٓ‫ ٔاظز ص ا ث‬,‫عبء‬


.‫فبش د‬

Kemudian dari pada itu, saudara-saudara. Sebagaimana kamu punya hak atas istri kamu,
juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak
mengizinkan orang yang kamu tidak sukai menginjakkan kaki diatas lantaimu, dan jangan
sampai mereka secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau mereka sampai melakukan itu
Tuhan mengizinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka
dengan satu pukulan yang tidak sampai mengganggu. Bila mereka sudah tidak lagi
melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan dan pakaian kepada mereka
dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap istri-istri kamu, mereka itu kawan-kawan
yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil
mereka sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka di halalkan buat kamu dengan nama
Tuhan.
Perhatikanlah kata-kataku ini, saudara-saudara! Aku sudah menyampaikan ini. Ada masalah
yang sudah jelas kutinggalkan ditangan kamu, yang jika kamu pegang teguh kamu tidak akan
sesat selama-lamanya; Kitabullah dan sunnah rasul.

ُ‫ب ان‬ٚٓ ‫ أ‬.‫اش د‬ ٚٓ


ُ ‫َ ب ان ؤ‬ٚ ًَٚ‫ ا‬,‫ب انُ بض‬ٚ‫أ‬
ُّ ‫ اال ع ط ت فط‬ٚٛ ٛ‫ ال ذم اليسئ يبل أخ‬,‫ُ اخ ح‬ٚٚ ٌٚ‫ي‬
ٚٓ ‫ ى‬ٚٓ‫أال ْم ثهغذ؟ انه‬, ُٚ‫ي‬
‫أال ْم ثهغذ؟‬. ٚ‫ثبنزق‬
ٕٖ ٙ
‫ً اال‬ًٚٚٙ ‫نعسث فضم عهٗ عج‬ ‫ن ط‬ٛ .‫ أكسيكى عُ د هللا أرقبكى‬,‫دو ٔآدو ي رساة‬ٜ ‫ كهكى‬,‫ ا ٌ زثكى ٔادد‬,‫بض‬
‫ ال رجش ن‬,‫ً ساس‬ٚٚٛ ً‫ ا ٌ هللا قد قعى نكم ازس َص ج ي ان‬,‫ب انُ بض‬ٚٚٓ‫ أ‬.‫ فه جهغ انشبْ د ي كى انغبئت‬.‫فبش د‬
ٚٓ ‫ ى‬ٚٓ‫انه‬
‫غ‬ٛ ‫ أٔ ر ٗن‬ٚٛ ‫أث‬
ٛ ‫غ س‬ٛ ‫ادع ٗان‬
ٗ ‫ ي‬.‫ ٔان ند نهفساغ نهعبْ س انذجص‬,‫ف أكضس ي انضهش‬ٙ ‫ٔص خ‬
ٛ ‫ ال رج ش‬,‫ٔص خ‬
ٛ ‫ازس‬
‫ ن ُع خ الله‬ٚٛ ٛ‫؛ فعه‬ٚٛ ‫ان‬ٛ ‫س ي‬
‫ً خ الله‬ًٚ‫كى زد‬ٚٛ ٛ‫ ٔانعالو عه‬.‫ي صسف ٔال عدل‬ ً ‫انًٔانًالئك ًخالئكخ انُٔانُبضُبض أ‬
ُّ ُ‫ ال قجم ي‬,ٚ‫ًع‬ٛ ‫ أج‬ٛ‫ج ع‬

Wahai manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti,
bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan kaum Muslimin semuanya
bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) darai saudaranya,
kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri
sendiri.
Ya Allah, sudah kusampaikan?
Katakanlah kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari
ini yang suci, sampai masanya kamu sekalian bertemu dengan Tuhan.
Ya Allah! sudahkah kusampaikan?
Ya Allah. saksikanlah ini!

Pada bait diatas mengandung “perilaku terpuji” yang dimiliki Nabi Muhammad SAW seperti
pesan-pesan yang Nabi sampaikan. Dimulai dari larangan membunuh jiwa dan mengambil
harta orang lain tanpa hak. kewajiban untuk meninggalkan kebiasaan kaum jahiliyah mengenai
pembunuhan dan riba, mewaspadai gangguan setan dan kewajiban menjaga agama, larangan
mengharamkan yang dihalalkan dan sebaliknya, kewajiban memuliakan wanita (isteri),
kewajiban berpegang teguh pada Al-Qur 'an dan As-Sunnah. kewajiban taat kepada pemimpin
siapapun dia selama masih berpegang teguh pada al qur'an, kewajiban berbuat baik kepada
hamba sahaya, umat islam adalah bersaudara antara satu dengan lainnya, dan yang terakhir
kewajiban menyampaikan Khutbah Rasulullah SAW kepada orang lain. Pada bait tersebut
menunjukkan indikator bahwa nabi Muhammad Saw memiliki sifat yang terpuji, selalu
memberikan sebuah nasehat-nasehat yang baik untuk keselamatan umatnya, karena itu nabi
memberikan kunci kesalamatan dunia akhirat. Dengan dorongan ego dan superego ini nabi
Muhammad Saw memiliki rasa peduli yang kuat terhadap umatnya.

F.Penutup

Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil berdasarkan pembahasan diatas yaitu :

1. Menurut Ratna (2004:350), “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan


mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi turut
berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut
kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun
pembacanya.
2. Penelitian psikologi sastra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, melalui
pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya
sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek
penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk
melakukan analisis.
3. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis tokoh-tokoh dalam
drama atau novel secara psikologis. Tokoh-tokoh tersebut umumnya merupakan
imajinasi atau khayalan pengarang yang berada dalam kondisi jiwa yang sehat
maupun terganggu, lalu dituangkan menjadi sebuah karya yang indah.
4. Konsep Freud yang paling mendasar adalah teorinya tentang ketidaksadaran. Pada
awalnya, Freud membagi taraf kesadaran manusia menjadi tiga lapis, yakni
lapisan unconscious (taksadar), lapisan preconscious (prasadar), dan
lapisan conscious (sadar). Namun Dalam buku-bukunya yang lebih mutakhir, Freud
meninggalkan pembagian lapisan kesadaran di atas, dan menggantinya dengan konsep
yang lebih teknis. Tetapi basis konsepnya tetap mengenai ketidaksadaran, yaitu bahwa
tingkah laku manusia lebih banyak digerakkan oleh aspek-aspek tak sadar dalam
dirinya. Pembagian itu dikenal dengan sebutan struktur kepribadian manusia, dan
tetap terdiri atas tiga unsur, yaitu id, ego, dan superego

Daftar Pustaka
“Psikoanalisis dan Sastra « Sekolah Berpikir dan Menulis.html"

“Id, Ego, dan Superego Oleh Sigmund Freud _ BELAJAR PSIKOLOGI.html"


“Blog Archive » FREUD, Id-Ego-Superego.html”

“Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra.html”

“penerapan-teori-psikoanalisis-dalam.html”

“Hardjana, Andre.1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar.Jakarta : Gramedia”

“Endraswara Suwardi.2008.Metode Penelitian Psikologi Sastra.Yogyakarta : Azza grafika.”

“Siswantoro. 2005. METODE PENELITIAN SASTRA ANALISIS PSIKOLOGIS . Surakarta


Muhammadiyah University Press. Pdf,” n.d.

“Sobur, A. (2013). PSIKOLOGI UMUM DALAM LINTASAN SEJARAH. Bandung


Pustaka Setia. Pdf,” n.d.
“Wellek, R. & Austin, W. (1993). PENGANTAR TEORI SASTRA. Terj. Melani Budianta.
Jakarta Gramedia.”
“Yusuf, L.N. Syamsu, Juntika Nurihsan. (2008). TEORI KPRIBADIAN. Bandung Remaja
Rosdakarya.”

Anda mungkin juga menyukai