Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN MORAL DAN SOSIOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Sastra

Dosen Pengampu ; Ida Nursida, MA

Disusun Oleh ;

Ahmad Syarifudin 181360046

M. Alfan Khasan 181360052

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UIN “SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN

2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra menurut etimologinya adalah tulisan. Sedangkan kesusastraan adalah segala


tulisan yang indah. Sastra dalam pemahaman saya, adalah segala bentuk ekspresi dengan
memakai bahasa sebagai basisnya. Bukan hanya apa yang tertulis, apa yang tidak tertulis pun
bisa masuk dalam sastra. Tidak hanya yang indah, catatan-catatan, surat-surat, renungan,
beritaberita, apalagi cerita dan puisi, anekdot, grafiti, bahkan pidato, doa dan pernyataan-
pernyataan, apabila semuanya mengandung ekspresi, itu adalah sastra

Sarjono mengatakan bahwa sastra dalam banyak hal memberi peluang kepada
pembaca untuk mengalami posisi orang lain, sebuah kegiatan berempati kepada nasib dan
situasi manusia lain. Membaca sastra berarti mengenal berbagai karakter yang sebagian besar
merupakan refleksi dari realitas kehidupan. Dengan demikian, pembaca akan memahami
motif yang dilakukan setiap karakter baik yang protagonis maupun yang antagonis sehingga
pembaca dapat memahami alasan pelaku dalam setiap perbuatannya.

Demikian pentingnya pengajaran sastra untuk membentuk moral yang berbudi mulia
serta berkesinambungan dengan sosial maka sastra harus dibelajarkan kepada semua pihak
masyarakat. karena tanpa menguasai sastra, tata bahasa hanya akan menjadi alat
menyambung pikiran/logika dan bukan menyambung rasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Moral dan Sosiologis ?
2. Bagaimana Pendekatan Moral dan Sosiologis ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Moral dan Sosiologis
2. Memahami Pendekatan Moral dan Sosiologis
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral dan Sosiologi

A.1. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan
moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan mana yang wajar. Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya
perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut
bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma
moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan
manusia, baik buruknya sebagai manusia.

Menurut Poespoprodjo, moral dan moralitas didefinisikan sebagai kualitas dalam


perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk.
Sedangkan moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia.

Menurut Dr. Al. Purwa Hadi wardoyo Moral menyangkut kebiaasaan. Orang yang
tidak baik juga disebut orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang
yang kurang moral. Maka secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan
kebaikan orang atau kebaikan manusiawi.

Purwa Hadi wardoyo mengemukakan bahwa moral sesungguhnya memuat dua segi
yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriyah. Orang yang baik adalah orang yang
memiliki sikap batin yang baik dalam dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.
Sikap batin ini juga sering kali disebut hati. Ukuran moral berkaitan dengan hati nurani dan
norma. Hati nurani menyediakan ukuran subjek, norma pada ukuran objek, dengan kata lain;
hati nurani memberitahukan kepada mana yang benar, norma diberikan untuk menunjukkan
kepada semua orang mana yang benar itu. Jadi, hubungan hati nurani dan norma dapat
dijelaskan sebagai berikut: norma diberitahukan kepadaku, supaya kau memahami kebaikan
dan hidup sesuai dengan kebaikan itu, tetapi hati nuraniku itulah yang akan mengatakan
dengan lebih tegas kepadaku tentang kebaikan yang harus kukejar
A.2. Pengertian Sosiologi

Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin dari kata socius yang berarti
teman dan logos yang berarti berkata atau berbicara. Jadi sosiologi artinya berbicara tentang
manusia yang berteman atau bermasyarakat.

Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah
masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari
hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatakan daya atau
kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.

Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha
mencari tahu tentang hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan
manusia yang teratur dapat berulang. Berbeda dengan psikologi yang memusatkan
perhatiannya pada karakteristik pikiran dan tindakan orang per-orangan, sosiologi hanya
tertarik kepada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu
kolompok atau masyarakat

Namun perlu diingat bahwa sosiologi adalah disiplin ilmu yang luas dan mencakup
banyak hal, dan ada banyak jenis sosiologi yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan
tujuan berbeda-beda.

Selain itu, sosiologi juga merupakan sebagai studi sistematis mengenai keadaan
kelompok dan masyarakat serta gejala-gejalanya yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi setiap tindakan. Sosiologi tidak membahas individu, akan tetapi lebih kepada
gejala-gejala sosial yang berdasar pada penjelasan sejarah, peristiwa dan kehidupan nyata.

Dalam hal ini dijelaskan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antar hubungan di antara manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formil maupun
materil, baik statis maupun dinamis.
B. Pendekatan Moral dan Sosiologi

B.1. Pendekatan Moral

Moral dalam pengertian filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh
sebuah masyarakat bagi menentukan kebaikan atau keburukan. Karena itu moral merupakan
suatu norma tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan
ataupun kegiatan sebuah masyarakat

Menurut Magnis-Suseno membagi moral ke dalam dua dimensi, yaitu:

1. Moral Deskriptif

Moral deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusantentang perilaku atau sikap yang mau diambil.

2. Moral Normatif

Moral normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral normatif memberikan penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

B.2. Pendekatan Sosiologi

Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian ilmiah harus memiliki


pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi. Ada tiga pendekatan
utama sosiologi, yaitu:

1. Pendekatan Struktural-Fungsional.

Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan masyarakat dengan


mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat masyarakat
sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur pembangun di dalamnya. Sedangkan
fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat
mempunyai fungsi dan peran di dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan fungsi tersebut
dan lebih mengabaikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika
tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.
Maka kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang bahwa
masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja, tapi cenderung untuk
mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya dan hubungan di antara
keduanya.

2. Pendekatan Konflik.

pendekatan konflik merupakan pendekatan alternatif paling menonjol saat ini


terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Marx adalah tokoh yang sangat
terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya
ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak asumsinya yang dalam
pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis. Namun para pengikut sosiologi Marx
menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi Marx secara sangat eksplisit,
sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para
penganut pendekatan sturuktural-fungsional.

Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara sedikian rupa,


sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oleh segelintir
orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya ditakdirkan untuk bekerja untuk
mereka dan tetap bergantung pada kemurahan hati segelintir penguasa.

Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan cara seperti ini, Marx mengajukan
teori sosialismenya yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya dapat dimiliki oleh
semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak akan
adala lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik.

3. Pendekatan Interaksionisme-Simbolis.

Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang menggunakan interdisiplin, yakni


interaksionisme yakni sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi di
masyarakat. Kemudian pendekatan ini digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan
asumsi bahwa semua interaksi dalam masyarakat hanya akan terlihat dengan jelas bila
dihubungkan dengan simbol-simbol yang berlaku di kalangan mereka.

Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis merupakan sebuah perspektif mikro


dalam sosiologi yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisanya sekarang ini.
Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali prasangkan ideologis, walaupun meminjam
banyak dari lingkungan Barat tempat dibinanya pendekatan itu.

Sebagaimana dipesankan oleh namanya, interaksionisme-simbolis lebih sering disebut


sebagai pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi sosial pada tingkat paling
minimal. Dari tingkat mikro ini, tidak seperti jenis lain psikologi sosial, ia diharapkan
memperluas cakupan analisisnya guna menangkap keseluruhan masyarakat sebagai penentu
proses dari banyak interaksi. Manusia dipandang mempelajari situasi-situasi yang bisa serasi
atau bisa pula menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-trasnsaksi politis dan
ekonomis, situasi-situasi di dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan dan
pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan informal dan seterusnya.

Ketiga pendekatan sosiologi (struktural-fungsional, konflik dan intraksionisme-


simbolis) yang telah disebutkan pada bagian terdahulu, adalah pendekatan sosiologi
kontemporer yang dibina dengan objek masyarakat barat, karenanya pendekatan tersebut
tidak bersifat universal. Pemikiran barat bukan saja jauh dari dan kerap kali bertentangan
dengan persepsi-persepsi lokal dalam masyarakat-masyarakat non-Barat, tetapi juga tidak
mampu menjelaskan problem yang dewasa ini dihadapi oleh masyarakat-masyarakat ini.
KESIMPULAN

Moral adalah tolak ukur untuk menetukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia
dilihat dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan yang dapat dilihat
melaui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat terpuji dan baik secara lahiriyah akan dinilai
memiliki niai moral yang baik.

Sosiologi adalah studi sistematis mengenai keadaan kelompok dan masyarakat dan
gejala-gejalanya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sosiologi adalah salah
satu disiplin ilmu yang mempunyai banyak sub-disiplin.

Anda mungkin juga menyukai