Anda di halaman 1dari 1

LIHATLAH AKU

Akulah bulir-bulir hujan


yang menantang segala ketidakmungkinan.
Merangsek naik mendaki licin kaca jendela.
Sesaat setelah tergelincir melewati sepasang bola mata.

Pada sela bingkai jendelamu,


kutabur semerbak aroma peluh; harapku kau hirup.
Seketika tak keruan berdegup kemudian gugup.

Namun harap tinggalah harap.


Keadaan hanya mengizinkan aku bersimpuh pada sudut jarak penglihatan.
Pasrah menunggu angin membelai tengkuk,
lalu kembali terperosok ke dalam sisi paling hina di ujung sana.
Menatap anggun setengah wajah berbalut tirai satin,
yang juga menyisakan sepasang lamunan.

Akulah bulir-bulir hujan


yang tidak diizinkan keadaan mencuri lirik,
bahkan untuk menatapku barang sedetik.

Jika mengalihkan pandangmu,


sesederhana jejak hujan di tengah jalan,
sekarang kaulihatlah, aku akan melompat menjelma genangan.
Akan menuntunmu menghanyutkan kenangan,
untuk kembali kutinggalkan gurat-gurat berliku yang tak terbalaskan

Anda mungkin juga menyukai