Anda di halaman 1dari 3

HUJAN ABADI

Aditya martapinsia

Hujan! Aku benci hujan! Teramat benci.Saat arakan awan hitam perlahan
datang,hatiku mulai menyumpah.Serapah tak pantas kukeluarkan meski hanya
dalam hati.Dan tak berselang lama,langit menumpahkan semuanya ke bumi.Aku?
Semakin menyumpah,Saat ini,aku tengah terjebak hujan.Membuat perjalananku
terhambat.Aku tertahan di sebuah emperan toko disebuah kota yang disebut kota
Padang Panjang.‘’kenapa kau begitu benci dengan hujan?’’kudengar seseorang
berkata.
Aku menoleh,kau bertanya padaku ,batinku.Dia mengangguk.’’ Ya,aku
bertanya padamu ‘’.Dari tadi kudengar kau menggerutu.Kau tahu?itu sangat
mengangguku,’’ujar wanita berwajah tirus itu.Aku jadi heran,bagaimana dia bisa
mendengar apa yang aku ucapkan dalam hati.Aku menghela napas,’’orang lain
tidak ada yang terganggu,kau saja yang berlebihan.Lagi pula aku mengucapkannya
dalam hati.Salah siapa mencuri dengar kata hati orang lain’’.Aku berucap dengan
ketus.Kulihat orang itu mencoba bersabar.’’Suatu saat kau
akan membutuhkanku lag!Ingat itu!’’ ancamnya.Aku  acuh,melenggang pergi.Huja
n mulai menyusut.Namun,
hatiku masih menyumpah.Kali ini karena laki-laki itu.
..................................................................................................
Akhir bulan Desember,hujan turun dengan menjadi-jadi.Aku kembali
terjebak hujan.Kali ini tidak di emperan toko,tapi di sebuah halte bus.Curah hujan
semakin deras.Orang semakin banyak berteduh di sini.Tubuh terdorong dorong
hingga tepian halte.Tempias hujan membuatku merapat jaket.Tanpa kusadari,di
sampingku sudah berdiri wanita sok tahu yang kutemui beberapa hari yang lalu.Di
tanganya tergenggam sebuah payung pelangi.Raut wajahnya ramah,dia
tersenyum .Aku dengan kaku berusaha membalas senyumnya.
‘’Aku bisa menghentikan hujan ini jikau kau memintanya,’’bisiknya di sela-sela
suara gemuruh air hujan.Mataku menatapnya tak percaya.Benarkah? tanyaku
dalam hati.Dia mengangguk.Kalau begitu,hentikanlah. Kembali aku berkata dalam
hati.Dia melipat payung pelangi itu.Kemudian,ia pejamkan mata.Wajahnya tampak
teduh.Satu detik,dua detik,tiga detik,tetap tidak terjadi apa-apa.Hujan masih sama
derasnya.Lima detik berlalu,hujan masih sempurna deras.Aku menaruh harapan
padanya.
Ayolah!bisikku.’’Sebentar lagi hujan akan reda,bersabarlah’’.Kudengar
suaranya.Namun aneh,aku tak melihatnya membuka mulut.Perlahan tapi pasti
hujan mulai menyusut.Aku bersorak dalam hati.Akhirnya aku bisa pulang. Dia
membuka mata.Aku melambaikan tangan padanya dan segera berlari
pulang.’’Terima kasih’’. Kataku sambil berlari.Dia hanya tersenyum dan
mengangguk .
..................................................................................................
Aku tidak pernah memikirkannya .Namun,saat hujan turun,aku selalu teringat
padanya.Aku berharap dia akan datang.Lantas,aku akan memintanya
menghentikan hujan.Harapan tinggallah harapan,ia tak pernah lagi nampak batang
hidungnya.Ia seperti hilang ditelan bumi.Aku membutuhkannya.Persis seperti yang
ia katakan saat pertama bertemu.Aku membutuhkannya untuk menghentikan
hujan. Aku resah tatkala hujan dan tanpa dirinya.
........................................................................................
Gerimis mengiringi langkah kakiku,Aku yang tergesa ingin segera sampai di
tempat kerja.Namun,di persimpangan jalan kudapati kerumunan orang.Aku
mendekat,mencari tahu apa yang terjadi .Mataku terpukau pada sosok yang
tergeletak di tengah kerumunan.Kilau merah menutupi sebagian
wajahnya.Tulangku serasa lepas semua,tubuhku tak berdaya.Aku mengenali wajah
itu.Dia wanita penghenti hujan.Aku jatuh terduduk disamping tubuhnya.Matanya
masih terbuka,menatapku. ‘’Jangan pernah menangis!’’pesanya, Mataku terpejam
dan tak pernah terbuka lagi.Air mata tak mampu kutahan .Aku
menangis.Kugoncangkan tubuhnya.Namun,ia tetap tak bergerak.Orang-orang
menatapku bingung.Aku tak mampu lagi berfikir.Yang aku tahu, dia
meninggalkanku bersama hujan.Hujan yang abadi.Hujan yang tak akan
terhenti.Selamanya .
Dan pada akhirnya aku sempurna ditinggalkan
Bersama hujan yang abadi
Di tempatku berpinjak ini,hujan tak kan terhenti
Dan dimanapun aku berada,jika aku menangis maka hujan akan turun
Aku ,lelaki pemanggil hujan
Yang kini kehilangan penangkalnya,
Selamanya.................

Anda mungkin juga menyukai