Aku jadi heran,bagaimana bisa dia mendengar apa yang kuucapkan dalam hati.Aku menghela
napas, “orang lain tidak ada yang terganggu,kau saja yang berlebihan.Lagi pula aku
mengucapkannya dalam hati.Salah siapa mencuri dengar kata hati orang lain.”Aku berucap
dengan ketus.
*****
“Aku bisa menghentikan hujan ini jika kau memintanya,” bisiknya di sela sela suara gemuruh
air hujan.Mataku menatapnya tak percaya.
Benarkah?tanyaku dalam hati.Dia mengangguk
Perlahan tapi pasti hujan mulai menyusut.Akhirnya aku bisa pulang.Dia membuka
mata.Aku melambaikan tangan padanya sambil berlari untuk segera pulang kerumah.”Terima
kasih,” kata ku sambil berlari.Dia hanya tersenyum mengangguk.
*****
Aku tak pernah memikirkannya.Namun saat hujan turun aku teringat padanya.Aku
berharap dia akan datang.Lantas,aku akan memintanya untuk menghentikan hujan.Harapan
tinggalah harapan,batang hidungnya tak pernah lagi kelihatan.Ia seperti hilang di telan
bumi.Aku membutuhkannya untuk menghentikan hujan.Aku resah tatkala hujan dan tanpa
dirinya.
*****
Matanya terpejam dan tak akan pernah terbuka lagi.Air mataku tak mampu kutahan.Aku
menangis.Kugoncangkan tubuhnya.Namun,ia tetap tak bergerak.Orang-orang menatapku
bingung.Aku tak mampu lagi berpikir.Yang aku tahu,dia meninggalkanku bersama
hujan.Hujan yang abadi.Hujan yang tak akan terhenti.Selamanya.
Dan pada akhirnya aku sempurna ditinggalkan.Bersama hujan yang
abadi.Ditempatku berpijak ini,hujan tak akan berhenti.Dan dimana pun aku berada,jika aku
menangis maka hujan akan turun.Aku gadis pemanggil hujan,yang kini kehilangan
penangkalnya.Selamanya.