Anda di halaman 1dari 3

Hujan Abadi

Hujan!Aku benci hujan!Teramat benci.Saat kepulan awan hitam perlahan


datang,hatiku mulai menyumpah.Ungkapan tak pantas kukeluarkan meski hanya dalam
hati.Dan tak berselang lama,langit menumpahkan semuanya kebumi.Aku?semakin
menyumpah.Saat ini,aku tengah terjebak hujan.Membuat perjalananku terhambat.Aku
tertahan di sebuah emperan toko.

“Kenapa kau begitu benci dengan hujan?”kudengar seseorang berkata.

Aku menoleh,kau bertanya padaku?,batinku.Dia mengangguk

“Ya,aku bertanya padamu.Dari tadi kudengar kau menggerutu.Kau tahu?Itu sangat


menggangguku,” ujar laki-laki berwajah tirus itu.

Aku jadi heran,bagaimana bisa dia mendengar apa yang kuucapkan dalam hati.Aku menghela
napas, “orang lain tidak ada yang terganggu,kau saja yang berlebihan.Lagi pula aku
mengucapkannya dalam hati.Salah siapa mencuri dengar kata hati orang lain.”Aku berucap
dengan ketus.

Kulihat orang itu mencoba bersabar.

“Suatu saat kau akan membutuhkanku!Ingat itu!” ancamnya.

Aku acuh,melenggang pergi.Hujan mulai menyusut.Namun,hatiku masih menyumpah.Kali


ini karena laki-laki itu.

*****

Akhir bulan November,hujan turun dengan menjadi-jadi.Aku kembali terjebak


hujan.Kali ini tidak diemperan toko,tetapi disebuah halte bus.Curah hujan semakin
deras.Orang semkin banyak untuk berteduh disini.Tubuh mungilku terdorong hingga ke
tepian halte.Tempias hujan membuatku merapatkan jaket.Tanpa kusadari,disampingku sudah
berdiri laki-laki sok tahu yang kutemui beberapa hari lalu..Ditangannya tergenggam sebuah
payung pelangi.Raut wajahnya ramah,dia tersenyum.Aku dengan kakuberusaha membalas
senyumnya.

“Aku bisa menghentikan hujan ini jika kau memintanya,” bisiknya di sela sela suara gemuruh
air hujan.Mataku menatapnya tak percaya.
Benarkah?tanyaku dalam hati.Dia mengangguk

Kalau begitu,hentikanlah.Kembali aku berkata dalam hati.

Dia melipat payung pelangi itu.Kemudian,ia pejamkan mata.Wajahnya tampak teduh.Satu


detk,dua detik,tetap tidak terjadi apa-apa.Hujan masih sama derasnya.Lima detik
berlalu,hujan masih sempurna deras.Aku menaruh harapan padanya.Ayolah! bisikku.

“Sebentar lagi hujan akan reda,bersabarlah.” Kudengar suaranya.Namun aneh,aku tak


melihatnya membuka mulut.

Perlahan tapi pasti hujan mulai menyusut.Akhirnya aku bisa pulang.Dia membuka
mata.Aku melambaikan tangan padanya sambil berlari untuk segera pulang kerumah.”Terima
kasih,” kata ku sambil berlari.Dia hanya tersenyum mengangguk.

*****

Aku tak pernah memikirkannya.Namun saat hujan turun aku teringat padanya.Aku
berharap dia akan datang.Lantas,aku akan memintanya untuk menghentikan hujan.Harapan
tinggalah harapan,batang hidungnya tak pernah lagi kelihatan.Ia seperti hilang di telan
bumi.Aku membutuhkannya untuk menghentikan hujan.Aku resah tatkala hujan dan tanpa
dirinya.

*****

Gerimis mengiringi langkah kakiku,aku terasa ingin segera sampai ditempat


kerja.Namun,dipersimpangan jalan kudapati kerumunan orang.Aku mendekat,mencari tau
apa yang terjadi.Mataku terpaku pada sosok yang tergeletak di tengah kerumunan.Kilau
merah menutupi sebagian wajahnya.Tulangku serasa lepas semua,tubuhku tak berdaya.Aku
mengenali wajah itu.Dia laki-laki penghenti hujan.Aku jatuh terduduk di samping
tubuhnya.Matanya masih terbuka,menatapku.

“Jangan pernah menangis!” pesannya.

Matanya terpejam dan tak akan pernah terbuka lagi.Air mataku tak mampu kutahan.Aku
menangis.Kugoncangkan tubuhnya.Namun,ia tetap tak bergerak.Orang-orang menatapku
bingung.Aku tak mampu lagi berpikir.Yang aku tahu,dia meninggalkanku bersama
hujan.Hujan yang abadi.Hujan yang tak akan terhenti.Selamanya.
Dan pada akhirnya aku sempurna ditinggalkan.Bersama hujan yang
abadi.Ditempatku berpijak ini,hujan tak akan berhenti.Dan dimana pun aku berada,jika aku
menangis maka hujan akan turun.Aku gadis pemanggil hujan,yang kini kehilangan
penangkalnya.Selamanya.

Anda mungkin juga menyukai