Anda di halaman 1dari 1

Peringatan Khaul Pangeran Pekik

Hidup di Zaman Modern Tak Harus Melupakan Leluhur


Konon dikatakan ketinggalan zaman, Dalam memperingati khaul leluhur,
jika masih mempelajari ajaran-ajaran keluarga YSP menyiapkan tumpeng dan
gunungan yang terdiri atas sayur dan buah.
kuno dari leluhur. Bahkan peringatan
Setiap tahun busana yang digunakan tetap
kematian leluhur (khaul) yang masih sama, surjan hitam (bagi laki-laki) dan
dirayakan sedemikian rupa dengan kebaya (bagi perempuan).
ritual dan adat Jawa yang kental. Tetapi
setiap bulan Safar, acara khaul Mbah Menggunakan pakaian adat bertujuan
mengenalkan dan melestarikan budaya Jawa
Faqih menjadi agenda tahunan bagi
sebagai kearifan lokal. Ketika sampai area
keluarga besar Yayasan Sunan Pekik. makam, suasana sakral semakin terasa.
Aroma menyan dan dupa semakin menusuk
DIANA SAFINATUL UMMI M.
indra penciuman yang khas. Riuh masyarakat
KIRAB PUSAKA: Rombongan keluarga besar Pangeran pun menjadi hening seketika.
Anak muda saat ini identik dengan Pekik berjalan menuju makam saat acara Khaul di
hal-hal yang dianggapnya kekinian. Seperti Kandangan, Kediri (17/11/16). Suasana kebersamaan pun semakin
asyik memainkan gadget-nya atau berangkat Hadirin yang datang ke acara, baik itu anak- terasa saat masyarakat menikmati tumpeng.
traveling bersama dengan teman kemudian anak atau orang dewasa mengikuti serangkaian Tidak ada yang memandang perbedaan status
mengunggah di akun media sosial. Jarang di acara dengan khidmat. Di dalamnya tidak ada sosial, semua berbaur. Kesakralan acara ini
antara generasi milenial yang masih bahan candaan, tetapi tak ada hal yang perlu tidak hanya dinilai dari lantuan doa, pakaian,
mempercayai hal berbau mistis dan sakral. ditakuti pula. atau pusaka yang dikirab. Tetapi kesadaran
Bagi keluarga besar Yayasan Sunan Acara khaul yang diperingati tiap tahun ini, tiap individu mengikuti serangkaian acara
Pekik (YSP), sebagai generasi penerus tidak diawali dengan kirab pusaka. Setalah memanjatkan dengan damai.
ada istilah malu atau parno. Tidak memahami doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pusaka milik
lantunan doa-doa Jawa saat juru kunci makam leluhur diarak menuju makam. Bukan hanya Kearifan lokal lahir sebagai visi
leluhur merapalkan mantra bukan alasan keluarga, masyarakat pun berantusias dalam bagian hidup dan kode etik masyarakat. Kekuatan
meninggalkan identitas diri. ini. Mereka menyemarakannya dengan ikut berjalan yang mampun merekatkan satu orang dengan
menuju lokasi, bahkan saling membantu orang lain dan mengontrol moril untuk terus
berbondong-bondong mengarak ke lokasi. memelihara hubungan antara satu orang
dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai