Anda di halaman 1dari 6

Nama : Agus Hansen Prabowo Purba

NIM : 16.01.1351

Tingkat/Jurusan : VA-Teologi

Mata Kuliah : Seminar Etika Kristen

Dosen : Dr. Deddy Fajar Purba Pembanding Etika Nella Sirait

Entrepreneurship

(Suatu Tinjauan Etis-Praktis Entrepreneurship dan Relevansinya Terhadap Pelayan


Gereja Masa Kini di Jemaat)

Saya yang bernama Agus Hansen Purba menjadi pembanding dari bahan seminar saudari:

Nama : Nella Estaurina Sirait

Judul Seminar : Entrepreneurship

Sub Judul : (Suatu Tinjauan Etis-Praktis Entrepreneurship dan Relevansinya Terhadap


Pelayan Gereja Masa Kini di Jemaat

I. Latar Belakang

Dalam kehidupan didunia ini tidak terlepas dari yang namanya pekerjaan dan kerja.
Jikalau juga berbicara tentang kerja tentu tidak terlepas dengan yang namanya kesenjangan
Ekonomi dan Bisnis. Kehidupan manusia pada saat ini juga digambarkan didalam Alkitab
baik Perjanjian Lama dan Juga dalam Perjanjian Baru. Dalam mencapai ekonomi yang
mapan tentunya ada kesabaran untuk mencapai hal tersebut. Terkadang manusia yang tidak
mendapat seperti apa yang diharapkanya dan tidak bersyukur dalam segala sesuatunya yang
diharapkanya padahal Tuhan sudah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan manusia
seperti yang tertulis dalam Kitab Kej. 1:31, Tuhan menciptakan baik semuanya termasuk
menciptakan kesejahteraan di dalamnya. Bagaimana juga, orang yang tidak sejahtera tidak
dapat memiliki kedamaian.
Seorang pelayan Gereja harus mampu menumbuh kembangkan Spritualitas dari
jemaat tersebut dan juga dapat membantu jemaat dalam menghadapi pergumula hidupya.
Nah artinya seorang pelayan Gereja (Tuhan) harus mempunyai hati yang tulus untuk
melakukan tugas-tugas tersebut. Banyak pada saat ini manusia hanya memerlukan jabatan
saja, jabatan merupakan senjata untuk memperkaya dirinya saja. Dengan demikian
bagaimana Etika memandang hal tersebut. Itu yang membuat Penyeminar mengangkat Judul
Entrepreneurship

(Suatu Tinjauan Etis-Praktis Entrepreneurship dan Relevansinya Terhadap Pelayan


Gereja Masa Kini di Jemaat)

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Entrepreneurship

Kata Entrepreneur berasal dari bahasa Prancis. Entre berarti ‘antara’ dan
prendre berarti ‘mengambil’. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk
menggambarkan orang-orang yang berani mengambil risiko dan memulai sesuatu
yang baru. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat
dan mengevaluasi peluang, memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk
mengambil keunggulan darinya dan berinisiatif mengambil tindakan yang tepat untuk
menjamin sukses. Jadi entrepreneur adalah seseorang yang berani mengambil risiko,
mampu mencium adanya peluang, mampu mendayagunakan sumber daya secara
efektif dan efisien untuk memperoleh profit.1 Hakikat entrepreneur adalah orang-
orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan,
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil
tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan
untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka
meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Seorang entrepreneur tidak hanya dapat
berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam
pikirannya ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan

1
Serian Wijatno, Pengantar Entrepreneurship, (Jakarta: Grasindo, tt ), 2-3.
kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan
dalam melakukan sesuatu yang baru.2

Entrepreneurship adalah salah satu dari bagian dari kebaikan yang manusia
miliki baik kepada sang Penciptanya. Entrepreneurship merupakan strategi jangka
panjang terbaik untuk menolong orang miskin mengatasi kesulitan dengan
memapukan mereka menciptakan kekayaan yang baru bagi diri mereka sendiri, bukan
hanya sekedar mencari makan untuk besok. Dengan cara ini Allah juga dimuliakan,
sebagaimana perintah-Nya kepada kita untuk selalu mengingat orang miskin dan
sekaligus mengasihi mereka (Gal. 2:10; Mat. 25:39-40). Motivasi, membahas
spritualitas pasar, untuk mencari keutuhan, inspirasi, dan integrasi yang
memberdayakan kita untuk memberikan yang terbaik, yang dicari Allah dalam
keseluruhan hidup dan memberi kontribusi menuju dunia yang lebih baik. bagaimana
jiwa kita mempngaruhi pekerjaan kita, sumber-sumber spiritual pengambilan
keputusan etis, motivasi yang mendorong kreativitas dan kewirausahaan, membiarkan
kehidupan berbicara melalui pengalaman waktu, uang, serta kesuksesan, dan
akhirnya, kemungkinan menemukan panggilan kudus melaluinya.3

Aktivitas entrepreneurship merupakan suatu partisipasi langsung dalam


pekerjaan Sang Pencipta itu sendiri. Kita harus melakukannya dengan cara
bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup karena inilah yang dimaksudkan
dengan pelayanan, dan usaha merupakan sebagian ekspresi panggilan Allah untuk
turut berpartisipasi dalam karya.

II.2. Sejarah Entrepreneurship

Entrepreneurship telah berkembang sejak abad ke-11 SM di Phoenicia kuno.


Pada saat itu terjadi perdagangan dari Syiria sampai Spanyol yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah berani mengambil risiko, menghadapi ketidakpastian, dan

2
Eddy Soeryanto Soegoto, Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, (Jakarta: Kompas
Gramedia, 2009), 4.
3
Stevens Paul, God’s Business Memaknai Bisnis Secara Kristiani, (Jakarta:BPK Gunung
Mulia, 2008), 14-16
mengeksplorasi sesustu yang belum diketahui sebelumnya. Istilah entrepreneurship
baru mulai terkenal dalam kosakata bisnis pada tahun 1980-an walaupun istilahnya
telah muncul sejak abad ke-18 ketika ekonomi Prancis Richard Cantilon mengaitkan
entrepreneur dengan aktivitas menanggung risiko dalam perekonomian.4

II.3. Pandangan Etika Kristen Terhadap Entrepreneurship


II.4. Suatu Tinjauan Etis-Praktis Entrepreneurship dan Relevansinya
Terhadap Pelayan Gereja Masa Kini di Jemaat

Keterpanggilan menunjukkan arah dan tujuan kehidupan kita karena Sang


Pencipta mengajak kita masuk kehubungan pribadi dengan Allah dan suatu tujuan
luar biasa yang kekal. Panggilan itu dilakukan oleh Allah. Jika seseorang terpanggil
masuk kedalam suatu dunia, sebenarnya dipanggil khusus oleh Allah untuk menekuni
pekerjaan itu demi menggenapi kehendak dan maksud Allah. Panggilan sebagai suatu
panggilan yang besar, karena berawal dari ajakan Yesus untuk datang kepada-Nya
sebagaimana adanya diri kita dan menjadi pengikut-Nya. Allah yang memanggil kita
pada persekutuan dengan anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Kor. 1:9). Suatu
panggilan terutama berhubungan dengan keselamatan yang mengacu pada anggota
jemaat gereja, orang-orang pilihan dan dikasihi (Kol. 3:12). Alkitab berbicara tentang
menjalani usaha bukan dalam bentuk langsung melainkan sebagai akibat dari amanat
yang akan melihat kebaikan seluruh ciptaan. Kita harus bisa bersifat partisipatif dan
kreatif, dalam rangka mewujudkan terciptanya kemungkinan-kemungkinan dan
sumber daya manusia yang produktif yang ditempatkan Sang Pencipta secara rahasia
di dalamnya.5

Ada beberapa pertanyaan yang saya buat sebagai pembanding dari Entrepreneurship

1. Dari bahan yang sudah kita bahasa, saya melihat perlunya beberapa pemahan yang
singkat supaya kita bisa memahami apasebenarnya Entrepreneurship ini?
2. Melihat pembahasan di atas saya melihat materinya sangat bagus, namun kita harus
memfokuskan kemana arah dari bahan tersebut. Mata kuliah kita adalah etika, artinya

4
Serian Wijatno, Pengantar Entrepreneurship, (...: Grasindo, tt), 1-2.
5
Ray S. Anderson, Minding God’s Business, (Grand Rapids: Eerdmans, 1986), 22-34.
segala sesuatu yang menjadi bahasan kita adalah berfokus kepada Etika Kristen. Tapi
saya melihat dalam bahan kita kebanyakan membahas tentang dogma-dogma Kristen.
Coba saudari penyeminar membuat secara ringkas dan singkat Apa pandangan Etika
Kristen terhadap Entrepreneurship itu?
3. Bagaimana Fraktika dari Entrepreneurship ini mulai dari Perjanjian Lama sampai saat
ini?
4. Sesuai dengan Sub Judul Penyeminar yang mengatakan Terhadap Pelayan Gereja Masa
Kini di Jemaat. Apa pandangan Etika Kristen Terhadap hal tersebut? Karena saya melihat
dari bahan kita berunjuk kepada Dogmatika.
5. Apa pandangan Etika Terhadap Entrepreneurship?
III. Analisa Pembanding

Saya melihat dari pembasahan ini bahwasanya etika Kristen maupun ajaran /Dogma
Kristen harus menjadi senhajat utama dalam menjalani segala sesuatu aspek kehidupan
manusia. Orang yang mampu mensyukuri segalasesuatu dalam hidupnya baikpun dalam
kondisi baik maupun tidak baik adalah pekerjaan yang sangat sulit untuk dilakukan setiap
manusia. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mampu memimpin suatu kelompok supaya
kelompk itu dapat menjadi bertumbuh dan berkembang dalam hal ini Entrepreneur Kristen
yang memiliki jiwa, entrepreneur adalah kemampuan atau mental memimpin secara kreatif
dan inovatif. Mampu memimpin anggota jemaat untuk menerapkan inovatif dan kreatif di
tempat kerja tetapi juga mampu menciptakan peluang kerja yang akan berguna bagi orang
lain. Dengan kata lain mempersiapkan anggota gereja agar tidak memiliki mental mencari
kerja tetapi menemukan atau menciptakan kerja. Bukan mencari tetapi menciptakan peluang
kerja. Bukan statis bekerja di tempat kerja tetapi mengembangkan semangat kerja secara
kreatif dan inovatif, sementara bagi anggota jemaat sesuai kemampuannnya dipimpin untuk
mewujudkan kemandirian menciptakan peluang kerja sehingga berguna bagi orang lain.

IV. Daptar Pustaka

Anderso Ray S. n, Minding God’s Business, Grand Rapids: Eerdmans, 1986


Mulia, 2008
Soegoto Eddy Soeryanto, Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Jakarta: Kompas
Gramedia
Stevens Paul, God’s Business Memaknai Bisnis Secara Kristiani, Jakarta:BPK Gunung
Wijatno, Serian Pengantar Entrepreneurship, Jakarta: Grasindo, tt

Anda mungkin juga menyukai