Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2005 merebak kembali penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) dengan jumlah kasus cukup banyak. Hal ini menyebabkan sejumlah rumah
sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya
pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta
merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini
menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap kejadian ini
karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan
sebagian lagi menganggap pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan
merespon kasus ini (www.litbang.depkes.go.id , 2004).
Dari 32 propinsi yang ada, terdapat 8 propinsi yang melapor pada bulan
Juni, 10 propinsi (30 RS) melapor pada bulan Juli, dan 12 propinsi melapor pada
bulan Agustus, menemukan kasus (suspek+DBD+DBD shock). Dari propinsi
yang melapor tersebut ditemukan penambahan jumlah kasus yang tertinggi pada
bulan Agustus 2005 yaitu di propinsi DKI Jakarta dari 420 kasus pada bulan Juli
menjadi 1029 kasus pada bulan Agustus (160%), disusul Sumatera Utara dari 8
kasus pada bulan Juli menjadi 15 kasus pada bulan Agustus (88%). Jumlah kasus
yang meninggal : di Jakarta dan Sumatera Utara ada 5 kasus terjadi pada bulan
Juni, 4 kasus di NTB dan Sumatera Barat pada bulan Juli, serta 4 kasus terjadi di
Sumatera Utara, DKI Jakarta, dan Kalimantan Barat pada bulan Agustus 2005
(www.depkes.go.id , 2005).
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan air laut (www.litbang.depkes.go.id , 2004).
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu
atau thypus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan
DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak di
RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek,
muntah, mual, amupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut sapat
masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain sepeti flu atau thypus. Oleh karena
itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus
dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan
klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang
(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai
(www.litbang.depkes.go.id , 2004).
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada
tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologi baru didapat pada tahun 1972. Sejak
itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980
seluruh propinsi di Indonesia kecuali di Timor Timur terlah terjangkait penyakit
ini. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan
meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara
sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun (Sutaryo , 2004).
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incedence Rate (IR) =
35/100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar
10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99%
(tahun 2000), 21,66% (tahun 2001), 19,24% (tahun 2002), dan 23,87% (tahun
2003) (www.litbang.depkes.go.id , 2004).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,
disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya
pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pemberishan sarang
nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh wilayah Indonesia, serta
adanya 4 sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun
(www.litbang.depkes.go.id , 2004) .
Awal KLB penyakit DBD setiap lima tahun selanjutnya mengalami
perubahan menjadi tiga tahun, dua tahun, dan akhirnya setiap tahun diikuti dengan
adanya kecenderungan peningkatan infeksi virus Dengue pada bulan-bulan
tertentu. Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat dengan terjadinya :
a. Perubahan iklim dan perubahan nisbi.
b. Terjadinya migrasi penduduk dari daerah yang belum ditemukan atau jarang
ditemukan infeksi virus Dengue ke daerah endemis penyakit infeksi virus
Dengue atau dari pedesaan ke perkotaan.
c. Meningkatnya kantong-kantong jentik nyamuk A. aegypti di daerah perkotaan
terutama daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu
(www.litbang.depkes.go.id , 2004).
Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam
mengatasia kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas
nyamuk dewasa melalui fogging, kemudian strategi diperluas dengan
menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum
memperlihatkan hasil yang memuaskan (www.litbang.depkes.go.id , 2004).
B. Tujuan
1. Diketahuinya surveilans epidemiologi kasus DBD berdasarkan hasil
laporan bulanan Puskesmas Sehat
2. Diketahuinya grafik kasus DBD selama satu tahun menurut variabel orang
(umur, jenis kelamin, dan pendidikan) di wilayah kerja Puskesmas Sehat
3. Diketahuinya grafik kasus DBD selama satu tahun berdasarkan tempat
(wilayah kerja/desa)
C. Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang
surveilans epidemiologi penyakit DBD.
2. Bagi konsumer
a. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat memberi pengetahuan pada para
mahasiswa cara pencegahan dan pengendalian morbiditas dan mortalitas
DBD
b. Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pemahaman para tenaga
kesehatan tentang surveilans epidemiologi penyakit DBD sehingga pada
akhirnya dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit
DBD.
c. Bagi STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
mahasiswa, khususnya mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, terkait
masalah yang timbul akibat DBD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dasar dari surveilans pengumpulan data secara sistematik dan terus-
menerus unutk tujuan spesifik pada suatu kejadian dalam periode waktu
tertentu, mengelola dan mengorganisasi, melakukan analisis dan interpretasi,
serta mengkomunikasikan hasil surveilans kepada pihak-pihak yang
berkompeten unutk ditindaklanjuti. Jadi unsur utama dari surveilans adalah
pengamatan-pengumpulan data, analisis-interpretasi data, dan penyebarluasan
informasi.
1. Collecting Data (Pengumpulan Data)
Pengumpulan data dilakukan baik secara retrospektif maupun
concurrent. Disebut concurrent apabila pengumpulan data dilakukan pada
saat atau sesaat setelah timbulnya kejadian. Disebut retrospektif apabila
pengumpulan data dilakukan setelah timbulnya kejadian (penelusuran
kasus). Frekuensi pengumpulan data dapat dilakukan secara rutin harian,
mingguan, ataupun bulanan; sesuai kebutuhan (Heru S. dan Heldhi B.,
2008 : 99-100).
2. Manajemen Data
Agar informasi yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan surveilans
maka manajemen data harus dilakukan secara sistematis. Penggunaan
form-form pengumpulan data dengan format standar menjadi bagian
penting yang harus secara otomatis tersedia dan built in dengan proses
data entri yang biasanya dilakukan secara rutin. Sistem koding sederhana
menggunakan metode baku akan sangat membantu mempercepat proses
pengelolaan data (Heru S. dan Heldhi B., 2008 : 100).
3. Analisis Data dan Interpretasi Hasil
Data yang terkumpul harus segera dianalisis dan diinterpretasikan,
karena tujuan dari surveilans tidak hanya unutk menghitung insidensi
kejadian penyakit saja tetepi juga untuk mengidentifikasi permasalahan
secara cepat sehingga upaya intervensi dapat segera dilakukan unutk
mengurangi terjadinya risiko lebih lanjut.
Petugas surveilans harus mampu memutuskan seberapa sering data
yang ada dianalisis berdasarkan sifat penyakitnya. Analisis data harus
dilakukan agak sering agar setiap kejadian dapat dideteksi secara cepat
sehingga upaya penanganannya pun dapat segera dilakukan (Heru S. dan
Heldhi B., 2008 : 101).
4. Mengkomunikasikan Hasil Surveilans
Hasil suatu surveilans harus diinterpretasikan dengan metode yang
baik dan benar. Audiens dari forum report ini harus memenuhi berbagai
unsur yang terlibat dalam penanggulangan penyakit/KLB. Presentasi
hendaknya dilakukan seringaks mungkin, dan lebih baik menggunakan
grafik atau diagram yang relatif mudah dan cepat dipahami oleh audiens.
Sebaiknya presentasi dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama,
tetapi padat dan lugas (Heru S. dan Heldhi B., 2008 : 101).
B. Tujuan Surveilans
Tujuan surveilans adalah guna mendapatkan informasi epidemilogi
masalah kesehatan yang meliputi : frekuensi masalah kesehatan,
distribusi/gambaran masalah kesehatan menurut orang, waktu, dan tempat,
dan determinan/faktor risiko penyebab masalah kesehatan tersebut (Heru S.
dan Heldhi B., 2008 : 102). Berikut contoh-contoh hasil surveilans :
1. Evaluasi intervensi
2. Monitor kemajuan pengendalian
3. Monitor kinerja program
4. Monitor trend penyakit endemik
5. Deteksi KLB
6. Prediksi KLB
7. Memperkirakan dampak masa depan dari penyakit
C. Prinsip Umum Surveilans
Sistem Pelayanan Autoritas Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2 Keterangan :
1 3
1 = Data

8 4 2 = Pelaporan
3 = Informasi
7 5 4 = Analisis-Interpretasi
6 5 = Keputusan
6 = Umpan balik
7 = Aksi
8 = Evaluasi
Gambar 1. Skema Prinsip Umum Surveilens Epidemiologi
(Heru S. dan Heldhi B., 2008 : 105).
Peran masing-masing institusi :
a. Sistem Pelayanan Kesehatan
- Penyediaan data (pengumpulan dan pelaporan)
- Melakukan tindakan yang direkomendasikan
b. Autoritas Kesehatan Masyarakat
- Kompilasi data
- Analisis dan interpretasi data
- Feed back dan diseminasi informasi
1. Data
a. Macam Data
Macam-macam data surveilans, yaitu :
1) Penyakit : pneumonia, malaria, DBD, polio, dll.
2) Cedera : trauma, luka bakar, kecelakaan, dll.
3) Sindrom : AFP, AIDS, dll.
4) Isue kesehatan masyarakat : drop out terapi TB, dll.
5) Lingkungan : pencemaran Pb, merkuri, dll.
b. Sumber Data
Data-data surveilans dapat diperoleh dari :
1) Pencatatan pelaporan kesakitan
- kunjungan
- rujukan
2) Pencatatan lingkungan
- suhu
- kelembapan udara
- curah hujan
- kecepatan angin
- parameter udara ambient, dll.
3) Definisi kasus
- klinis/laboratories
- tingkatan kasus : suspected, probable, confirmed
- indikator
2. Pelaporan
Yang perlu mendapat perhatian dari sistem pelaporan dalam prinsip
surveilans adalah :
a. Frekuensi pelaporan
- segera
- mingguan
- kasus nol
b. Matode pelaporan
- kertas/berkas
- telepon/faximile
- e-mail
3. Informasi
Data yang terkumpul dilaporkan kepada Autoritas Kesehatan
Masyarakat sebagai informasi penting dalam proses analisis dan
interpretasi data.
4. Analisis dan Interpretasi
Dalam melakukan analisis dan interpretasi data, beberapa hal penting
yang harus diperhatikan adalah :
a. Karakteristik data
- berbagai sumber pelaporan
- berbagai tingkat mutu
- pengumpulan data terus-menerus yang dapat berubah
b. Validasi data
- missing values
- bias
- duplikasi
c. Analisis deskriptif
- waktu
- tempat
- orang
d. Formulasi hipotesis
- berkaitan dengan waktu
- berkaitan dengan tempat
- berkaitan dengan orang
5. Keputusan
Hasil analisis dan interpretasi data sangat penting sebagai bahan untuk
pengambilan keputusan epidemiologi.
6. Umpan balik
Segala keputusan penting terkait dengan hasil surveilans merupakan
umpan balik kepada Pelayanan Kesehatan sebagai dasar unutk melakukan
aksi epidemiologi. Bentuk-bentuk umpan balik, dapat berupa :
a. Buletin epidemiologi
b. Laporan-laporan hasil surveilans
c. Website
7. Aksi
Aksi yang dilakukan dapat berupa pengendalian maupun kebijakan.
a. Pengendalian
- respon cepat
- manajemen kasus
- pencegahan : perlindungan khusus (misal : imunisasi), isolasi
b. Kebijakan
- perubahan kebijakan
- prediksi, perencanaan
- kewaspadaan epidemi
8. Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan tidak hanya terhadap hasil dari aksi
epidemiologis yang dilakukan, juga terhadap hasil surveilans sebagai
monitoring apakah aksi sudah sesuai dengan hasil surveilans (Heru S. dan
Heldhi B., 2008 : 106-109).
D. Unsur Dasar Surveilans
Unsur dasar surveilans (Heru S. dan Heldhi B., 2008 : 109), yaitu :
1. Adanya jaringan yang baik dari orang-orang dengan motivasi yang tinggi
2. Definisi kasus dan mekanisme pelaporan yang jelas
3. Adanya sistem komunikasi yang jelas
4. Epidemiologi dasar namun “berbunyi”
5. Adanya dukungan laboratoris
6. Umpan balik yang baik dan respon yang cepat
E. Desiminasi Informasi
Desiminasi informasi epidemiologi (Heru S. dan Heldhi B., 2008 : 109-110),
meliputi :
1. Filosofi
Dalam pelaksanaan desiminasi informasi epidemiologis dikenal istilah
5W+1H
a. What; informasi apa?
Informasi-informasi yang disampaikan yaitu hasil surveilans
epidemiologi : frekuensi penyakit, distribusi penyakit berdasarkan
orang-tempat-waktu, dan determinan penyakit.
b. Who; kepada siapa?
- Pengelola program; sebagai pertimbangan unutk melakukan
tindakan sehubungan dengan hasil surveilans
- Atasan, disebut laporan; sebagai bahan unutk perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
- Lintas program dan lintas sektor; diharapkan adanya dukungan
politis dan dana dari institusi terkait
c. Where; di mana?
Dimana kita akan menyampaikan desiminasi kepada yang
berkepentingan atau audien
d. When; kapan?
Kapan waktu pelaksanaan desiminasi yang tepat
e. Why; mengapa?
Alasan atau justifikasi kenapa kita memerlukan desiminasi
f. How; bagaimana?
Bagaimana cara kita menyampaikan desiminasi? Menggunakan
metode dan alat audio visual apa yang sesuai dengan audiens.
2. Tujuan
a. Memberikan informasi tentang tingkat risiko
b. Memberikan informasi tentang luas/besarnya risiko
c. Memberikan informasi tentang faktor risiko/penyebab dampak
kesehatan
3. Sasaran desiminasi informasi
Sebagai sasaran dari desiminasi informasi adalah keluarnya sebuah
keputusan unutk penanganan/manajemen risiko, biasanya berupa :
kebijakan, strategi penanganan, maupun langkah operasional.
4. Komponen
Komponen desiminasi informasi, yaitu :
a. Cara dan media yang digunakan
b. Volume dan kontens
c. Job description sektor terkait, yang memuat peran dan fungsi masing-
masing sektor dalam penanganan risiko
5. Prinsip desiminasi
a. Menciptakan proses komunikasi dua arah
b. Melibatkan berbagai pihak yang terkait
c. Rencananya secara seksama dan evaluasi pelaksanaannya
d. Jujur dan terbuka
e. Penuhi keinginan media

Anda mungkin juga menyukai