Anda di halaman 1dari 34

STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA

I. Pembukaan
Daftar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia pertama kali dimuat dalam Katalog
Pendidikan Bedah Tahun 1992, yang disahkan oleh Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI) yang
kemudian direvisi pada tahun 1997. Katalog ini telah digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di setiap pusat Pendidikan Dokter Spesialis
di berbagai universitas di Indonesia.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia (SKDSBI) memerlukan revisi secara
berkala, mengingat perkembangan yang ada terkait sinergisme sistem pelayanan kesehatan
dengan sistem pendidikan dokter, perkembangan yang terjadi di masyarakat serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

Berdasarkan pengalaman institusi pendidikan kedokteran dalam mengimplementasikan


SKDSBI tersebut, ditemukan beberapa hal yang mendapatkan perhatian, sebagai berikut:
1. SKDSBI harus mengantisipasi kondisi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun
waktu 5 tahun ke depan. Sampai dengan tahun 2020, Mutual Recognition Arrangement
(MRA) masih menjadi tujuan yang harus dicapai dengan baik. Untuk itu, fokus pencapaian
kompetensi terutama dalam hal yang terkait dengan pelayanan bedah elektif dan emergensi
yang paripurna.
2. Tantangan profesi kedokteran masih memerlukan penguatan dalam aspek perilaku
profesional, mawas diri, dan pengembangan diri serta komunikasi efektif sebagai dasar dari
rumah bangun kompetensi dokter Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan hasil pertemuan
Konsil Kedokteran se-ASEAN yang memformulasikan bahwa karakteristik dokter yang ideal,
yaitu profesional, kompeten, beretika, serta memiliki kemampuan manajerial dan
kepemimpinan.
3. Dalam mengimplementasikan program elektif, institusi pendidikan kedokteran perlu
mengembangkan muatan lokal yang menjadi unggulan masing-masing institusi sehingga
memberikan kesempatan mobilitas peserta didik dokter spesialis bedah secara regional,
nasional, maupun global.
4. Secara teknis, sistematika SKDSBI bersifat menyempurnakan sistemika Katalog Pendidikan
Bedah Tahun 1997, yang susunannya merujuk pada panduan dari Konsil Kedokteran
Indonesia. Hal ini untuk memberikan arahan yang lebih jelas bagi institusi pendidikan dokter
spesialis bedah dalam menyusun kurikulum.
II. 2
Agar SKDSBI dapat di implementasikan secara konsisten oleh institusi pendidikan dokter
spesialis bedah, maka berbagai sumber daya seperti dosen, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana serta pendanaan yang menunjang seluruh aktivitas perlu disiapkan secara efektif dan
efisien.

II. Pendahuluan
A. Sejarah
Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia dimulai sejak tahun 1942 dengan konsep
magang (bersifat instructional, institutional based). Sesuai konsep ini, seseorang dinilai layak
sebagai seorang ahli bedah setelah mengikuti senior dalam suatu kurun waktu tertentu dan
memperoleh brevet. Pendidikan seperti ini berlangsung hingga dibentuk suatu lembaga yang
mengatur perihal mengenai pendidikan bedah pada tahun 1967, yaitu Majelis Nasional Penilai
Ahli Bedah (MNPAB); bersamaan dengan berdirinya organisasi profesi ahli bedah (Ikatan Ahli

1
Bedah Indonesia, disingkat IKABI). Pada tahun 1977, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama Departemen Kesehatan, Majelis Ahli, Ikatan
Dokter Indonesia dan Perhimpunan Dokter Ahli merumuskan Sistem Pendidikan Tinggi Bidang
Kedokteran (scientific curriculum) yang diterapkan pada Katalog Program Studi Ilmu Bedah 1978.
Pada perkembangan selanjutnya, MNPAB disebut Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI). Mulai
pada tahun 1980, pendidikan dokter spesialis bedah lebih mengarah pada suatu pendidikan
formal bernuansa akademik (university based) yang diwarnai nuansa akademik yang tidak lama
kemudian mengacu ke suatu bentuk pendidikan yang berorientasi pada masalah (problem based
learning). Oleh karena itu, KIBI menyusun Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1992, kemudian
direvisi pada tahun 1997, dan penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis bedah dilakukan
oleh universitas melalui fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan. Oleh karena itu
disusunlah silabus dan kurikulum pendidikan dokter spesialis bedah oleh KIBI dan program studi
Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di berbagai universitas di Indonesia.

Pendidikan ilmu bedah mengalami perubahan pesat sejak ditetapkannya Undang-undang no


29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Melalui undang-undang ini, Kolegium Ilmu Bedah
Indonesia sebagai lembaga independen di bidang profesi bedah menetapkan standar
kompetensi dokter spesialis bedah dan pendidikan bedah di Indonesia, menyusun kurikulum
pendidikan bedah di tingkat nasional, melakukan regulasi berkenaan dengan penerapan
kurikulum, melakukan evaluasi, membina dan mendorong pusat–pusat pendidikan untuk maju
dan berkembang dalam penyelenggaraan program pendidikan bedah di Indonesia. Dengan
demikian KIBI menetapkan sistem pendidikan dokter spesialis bedah berbasis kompetensi
(competence based) dengan sistem modul pada tahun 2006.

Selain itu terdapat pula perubahan pesat di dalam pendidikan spesialis dari berbagai cabang
keilmuan di dalam ilmu bedah, yaitu ilmu bedah ortopedi, urologi, ilmu bedah plastik, ilmu
bedah kardiotoraks, serta ilmu bedah anak dan pendidikan subspesialis, yaitu bedah digestif,
bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah mendorong
peran dokter spesialis bedah umum memiliki kompetensi utama pada bedah emergensi, baik
trauma, maupun non trauma dan berbagai kompetensi bedah elektif pada kasus-kasus penyakit
bedah yang secara insidensi sangat tinggi dan dapat dilakukan di semua tipe rumah sakit. Hal ini
menyebabkan perubahan signifikan di dalam sistem pelayanan bedah oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia yang telah terbagi
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat I, II, dan III.

Demikian pula dengan telah diterapkannnya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dan Sistem
Rujukan Nasional pada tahun 2014 telah mengubah strategi dan pola pelayanan bedah spesialis
dan subspesialis. Dalam hal ini KIBI telah menetapkan bahwa seorang dokter spesialis bedah
umum memiliki peran di PPK 2 yaitu di rumah sakit tipe C dan B di Indonesia dengan kompetensi
utama yaitu menyelesaikan berbagai penyakit dan kelainan bedah pada PPK2, baik kasus bedah
emergensi maupun elektif. Dengan diberlakukannya hal-hal tersebut di atas, KIBI telah
melakukan berbagai kursus nasional bagi para peserta didik sehingga pada tahun 2012
dilakukan revisi penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi yang telah ditetapkan pada
tahun 2006.
2
B. Latar belakang
Perubahan struktur dan sistem pendidikan kedokteran berjalan sangat cepat dalam satu
dasawarsa terakhir, sejalan dengan perubahan permasalahan di bidang kedokteran dan
kesehatan yang semakin pelik dan rumit. Perkembangan di bidang kesehatan dan pendidikan di
lingkup global menuntut pemerintah melalui Konsil Kedokteran Indonesia mengeluarkan
kebijakan yang dapat dijadikan standar dalam pelaksanaan program pendidikan dokter.
Kolegium Ilmu Bedah Indonesia sebagai stake holder utama dalam Program Pendidikan Dokter
Spesialis Bedah di Indonesia dituntut pula untuk dapat terus mengembangkan struktur dan
sistem pendidikan yang dapat menjawab tantangan global tersebut.

Buku Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia ini disusun sebagai panduan bagi
semua pemangku kepentingan di dalam penyelenggaran pendidikan dokter spesialis bedah
(umum) di berbagai program studi di Indonesia sehingga kurikulum di berbagai pusat pendidikan
memiliki kurikulum inti yang sama (90%) dengan penambahan kurikulum lokal tidak lebih dari 10
% dari kurikulum nasional dan diselesaikan minimal dalam 8 semester yang secara total minimal
mempunyai beban 72 SKS. Oleh karena itu, buku panduan pendidikan dokter spesialis bedah
(petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis) perlu diterbitkan oleh Ketua Program Studi sebagai
penyesuaian terhadap situasi dan kondisi dari masing-masing pusat pendidikan.

C. Landasan hukum
Pasal 24 ayat 7 Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran,
menyebutkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran untuk Standar pendidikan profesi paling
sedikit memuat: Standar kompetensi lulusan, standard isi, proses, Rumah sakit Pendidikan,
Dosen, Tenaga Kependidikan, pembiayaan, dan penilaian.
Menurut Penjelasan Pasal 8 c UU RI No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran: Standar
Kompetensi disusun oleh Asosiasi Institusi pendidikan kedokteran dan asosiasi institusi
pendidikan kedokteran gigi serta kolegium kedokteran dan kolegium kedokteran gigi.
Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 sebagai kelanjutan dari Undang undang No 20
tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional, pada pasal 188 dinyatakan peran Kolegium
sebagai Institusi penjaga mutu pendidikan profesi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no 49 tahun 2014, PP No
4 Tahun 2014, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi,
serta Permendikbud No 73 tahun 2013 tentang penyelenggaraan KKNI di Perguruan Tinggi
menetapkan bahwa Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia diselenggarakan di
Fakultas Kedokteran Universitas Negeri sebagai salah satu Pendidikan Dokter Spesialis 1 (PDSp1)
di bawah koordinasi Dekan, Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI) dan Direktur Rumah Sakit
Pendidikan.

D. Pengertian umum

3
Standar kompetensi adalah suatu dokumen yang terstruktur yang dapat menjadi acuan kerja
dalam melakukan suatu keahlian. Standar kompetensi dibutuhkan untuk mengukur berbagai
dimensi yang bila dipergunakan secara utuh, pelakunya telah dapat disebut “kompeten”.
Setiap organisasi menggunakan standar kompetensi sebagai :
• Kerangka acuan untuk menilai bagaimana suatu keahlian dilakukan.
• Parameter apakah seseorang telah kompeten dalam melakukan tindakan keahlian.

E. Pengertian Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia


Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia (SKDSBI) merupakan standar
kompetensi minimal lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia. SKDSBI
juga menjadi acuan dalam pengembangan struktur pendidikan dan sistem evaluasi uji
kompetensi dokter spesialis bedah yang bersifat nasional.

F. Manfaat Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia


Pelayanan bedah yang paripurna dapat dicapai dengan mengacu pada SKDSBI. Berbagai
stake holder yang mendapatkan manfaat dari Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah
Indonesia adalah sebagai berikut :
• Kolegium Ilmu Bedah Indonesia sebagai organisasi profesi dapat mengukur kinerja setiap
institusi pendidikan yang mengampu program pendidikan dokter spesialis bedah di
Indonesia dari hasil keluaran yang diluluskan.
• Program studi pendidikan dokter spesialis sebagai institusi pendidikan dapat
mengembangkan kurikulum yang mengacu pada standar kompetensi yang telah ditetapkan
oleh KIBI.
• Lembaga akreditasi (Lampetekes) dapat menjadikan standar kompetensi sebagai salah satu
parameter untuk mengukur kinerja institusi pendidikan.
• Rumah sakit sebagai pengguna lulusan dapat memperkerjakan seorang dokter spesialis bila
telah memenuhi standar kompetensi.
• Peserta didik program pendidikan dokter spesialis bedah dapat mengukur diri dalam
pencapaian kompetensi.
• Masyarakat umum akan merasa aman dan nyaman bila dilayani oleh rumah sakit yang
memperkerjakan dokter spesialis bedah yang kompeten.

III. Isi standar kompetensi dokter spesialis bedah


A. Sistematika standar kompetensi dokter spesialis bedah
Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan
dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter spesialis bedah. Setiap area kompetensi
ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi
beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan
di akhir pendidikan, seperti terlihat pada Gambar 1.
Misi dari SKDSBI adalah untuk meningkatkan kualitas dokter spesialis bedah sehingga
mampu bekerja profesional dengan mengacu standar global dalam memberikan pelayanan
bedah yang paripurna, bermutu, profesional dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

4
Gambar 1. Skematis, susunan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok
Bahasan, Daftar Masalah, Daftar Penyakit, dan Daftar Keterampilan Klinis. Fungsi utama
keempat daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi pendidikan dokter spesialis bedah dalam
mengembangkan kurikulum institusional.
Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk mencapai 7
area kompetensi. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait,
dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing institusi.
Daftar Masalah, berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi dokter spesialis bedah. Oleh
karena itu, institusi pendidikan dokter spesialis bedah perlu memastikan bahwa selama
pendidikan, peserta didik dipaparkan pada masalah-masalah tersebut dan diberi kesempatan
berlatih menanganinya.
Daftar Penyakit, berisikan nama penyakit yang merupakan diagnosis banding dari masalah yang
dijumpai pada Daftar Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan arah bagi institusi pendidikan
dokter spesialis bedah untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap penyakit telah
ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi institusi
pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari isi kurikulum.
Daftar Keterampilan Klinis, berisikan keterampilan klinis yang perlu dikuasai oleh dokter
spesialis bedah di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan
yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi pendidikan dokter spesialis bedah Indonesia
untuk menentukan materi dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas
diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu bedah, keterampilan klinis, dan pengelolaan
masalah kesehatan (Gambar 2).
Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur (etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan
pasien)
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif

5
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Bedah
6. Keterampilan Klinis, proses pelatihan / training process, latihan dan pembelajaran
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

Gambar 2. Pondasi dan Pilar Kompetensi.

KOMPONEN KOMPETENSI
Area Profesionalitas yang Luhur
• Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa
• Bermoral, beretika dan disiplin
• Sadar dan taat hukum
• Berwawasan sosial budaya
• Berperilaku profesional
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
• Menerapkan mawas diri
• Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
• Mengembangkan pengetahuan
Area Komunikasi Efektif
• Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
• Berkomunikasi dengan mitra kerja
• Berkomunikasi dengan masyarakat
Area Pengelolaan Informasi
• Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
• Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan,
pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
• Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan
Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola
masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.
Area Keterampilan Klinis
• Melakukan prosedur diagnosis
• Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
• Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
6
• Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu,
keluarga dan masyarakat
• Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
• Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan
• Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian
masalah kesehatan
• Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang
merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

PENJABARAN KOMPETENSI
1. Profesionalitas yang Luhur
1.1. Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan prinsip
ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
1.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Berke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa)
• Bersikap dan berperilaku yang berke-Tuhan-an dalam praktik kedokteran
• Bersikap bahwa yang dilakukan dalam praktik kedokteran merupakan upaya
maksimal
2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
• Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam praktik
kedokteran
• Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik kedokteran
Indonesia
• Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
• Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat
3. Sadar dan taat hukum
• Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan kedokteran dan memberikan
saran cara pemecahannya
• Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertiban masyarakat
• Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku
• Membantu penegakkan hukum serta keadilan
4. Berwawasan sosial budaya
• Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani
• Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia, gender, etnis,
difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan praktik kedokteran dan
bermasyarakat
• Menghargai dan melindungi kelompok rentan
• Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang di
masyarakat multikultur
5. Berperilaku profesional
• Menunjukkan karakter sebagai dokter yang profesional
• Bersikap dan berbudaya menolong
• Mengutamakan keselamatan pasien
• Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan
demi keselamatan pasien
• Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam kerangka sistem kesehatan
nasional dan global
7
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
2.1. Kompetensi Inti
• Mampu melakukan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan, mengatasi
masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan
pengetahuan secara berkesinambungan serta mengembangkan pengetahuan demi
keselamatan pasien.
2.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Menerapkan mawas diri
• Mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri
sendiri
• Tanggap terhadap tantangan profesi
• Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada yang lebih mampu
• Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk pengembangan
diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
• Menyadari kinerja profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajar untuk
mengatasi kelemahan
• Berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi
3. Mengembangkan pengetahuan baru
• Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah kesehatan pada
individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya
3. Komunikasi Efektif
3.1. Kompetensi Inti
• Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien
pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
3.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
• Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
• Berempati secara verbal dan nonverbal
• Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti
• Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik
dan komprehensif
• Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed
consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar
• Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual pasien
dan keluarga
2. Berkomunikasi dengan mitra kerja (sejawat dan profesi lain)
• Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan yang baik dan benar
• Membangun komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan
• Memberikan informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak hukum,
perusahaan asuransi kesehatan, media massa dan pihak lainnya jika diperlukan
• Mempresentasikan informasi ilmiah secara efektif
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
• Melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi masalah
kesehatan dan memecahkannya bersama-sama

8
• Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

4. Pengelolaan Informasi
4.1. Kompetensi Inti
1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam
praktik kedokteran.
4.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
• Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
• Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk dapat belajar
sepanjang hayat
2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi kesehatan
lain, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan
• Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi informasi
dalam bidang kesehatan.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
5.1. Kompetensi Inti
1. Mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
5.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu
Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini
untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.
2. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
berhubungan dengan promosi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
3. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
berhubungan dengan prevensi masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
4. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas untuk
menentukan prioritas masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat
5. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
6. Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk menegakkan
diagnosis
7. Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah kesehatan
berdasarkan etiologi, patogenesis, dan patofisiologi
8. Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu Biomedik,
ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran
Pencegahan/Kedokteran Komunitas
9. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
berhubungan dengan rehabilitasi medik dan sosial pada individu, keluarga dan
masyarakat

9
10. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan
11. Mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pasien, bukti ilmiah kedokteran, dan
keterbatasan sumber daya dalam pelayanan kesehatan untuk mengambil keputusan
6. Keterampilan Klinis
6.1. Kompetensi Inti
1. Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan
orang lain.
6.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Melakukan prosedur diagnosis
• Melakukan dan menginterpretasi hasil auto-, allo- dan hetero-anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan masalah pasien
• Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar dan mengusulkan
pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional
2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara holistik
dankomprehensif
• Melakukan edukasi dan konseling
• Melaksanakan promosi kesehatan
• Melakukan tindakan medis preventif
• Melakukan tindakan medis kuratif
• Melakukan tindakan medis rehabilitatif
• Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri
dan orang lain
• Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis dengan menerapkan prinsip
keselamatan pasien
• Melakukan tindakan medis dengan pendekatan medikolegal terhadap masalah
kesehatan/kecederaan yang berhubungan dengan hukum
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
7.1. Kompetensi Inti
1. Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara
komprehensif, holistik, terpadu dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan
kesehatan primer.
7.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu
1. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
• Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta
modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur,
agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya
• Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi
kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada
individu, keluarga dan masyarakat
• Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan
• Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah dan
memperlambat timbulnya penyakit
• Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya komplikasi
penyakit dan atau kecacatan
3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
• Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis
10
• Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka mengidentifikasi masalah
kesehatan keluarga
• Menginterpretasi data kesehatan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi dan
merumuskan diagnosis komunitas
• Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan
prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti
• Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab (lihat Daftar
Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip keselamatan
pasien
• Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan medis yang
berlaku (lihat Daftar Penyakit)
• Membuat instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca
• Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian,
laporan kejadian luar biasa, laporan medikolegal serta keterangan medis lain sesuai
kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenasah
• Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,
tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap,
dan dapat dibaca.
• Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor
perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan tepat
• Menentukan prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat
• Melakukan rehabilitasi medik dasar dan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga,
dan masyarakat
• Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan kedokteran secara
komprehensif, holistik, dan berkesinambungan dalam mengelola masalah
kesehatan
• Melakukan tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari identifikasi
masalah hingga rehabilitasi komunitas
4. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan
• Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah kesehatan actual yang terjadi serta mengatasinya
bersama-sama
• Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam rangka pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
5. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan
• Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana, dan prasarana secara efektif
dan efisien
• Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer dengan
pendekatan kedokteran keluarga
• Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan
6. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang
merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia
• Menggambarkan bagaimana pilihan kebijakan dapat memengaruhi program
kesehatan masyarakat dari aspek fiskal, administrasi, hukum, etika, sosial, dan
politik.

11
B. Standar kompetensi dokter spesialis bedah
KIBI melakukan revisi silabus dan kurikulum nasional pada tahun 2015 sehingga
menyesuaikan dengan perkembagan berbagai undang-undang dan peraturan yang berlaku saat
ini.
SKDSBI ini disusun sebagai panduan bagi semua pemangku kepentingan di dalam
penyelenggaran pendidikan dokter spesialis bedah di berbagai program studi di Indonesia
sehingga kurikulum di berbagai pusat pendidikan memiliki kurikulum inti yang sama (90%)
dengan penambahan kurikulum lokal tidak lebih dari 10 % dari kurikulum nasional dan
diselesaikan minimal dalam 8 semester yang secara total minimal mempunyai beban 72 SKS.

i. Tahapan Pencapaian Kompetensi Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah


Pencapaian Kompetensi Spesialis bedah
Pencapaian Kompetensi sebagai spesialis bedah akan didapatkan melalui proses pendidikan
dua tahap yaitu tahap bedah dasar dan tahap bedah lanjut.
TAHAP BEDAH DASAR
Kompetensi yang harus dicapai pada tahap ini adalah kompetensi pada ranah kognitif pada
berbagai masalah dan penyakit bedah dan prosedur bedah esensial bagi dokter spesialis bedah
umum pada berbagai cabang ilmu bedah.
Ranah kompetensi kognitif :
1. Bedah Digestif
• Pemberian makan dini pada penderita pasca bedah (Early Recovery After Surgery)
• Patofisiologi nyeri pada kelainan biliodigestif
• Fungsikeseimbangan flora normal pada traktus gastrointestinal
• Kolestasis
• Mekanisme pertahanan mukosa
• Respon hepar dan traktus gastrointestinal pada trauma
• Faktor penyebab dan patogenesis dari karsinoma usus besar
• Hematochesia
• Sepsis enterobakterial
• Infeksi intraabdominal
• Obstruksi intestinal
• Surgical approach bedah digestif
2. Kepala dan Leher
• Fisiologi hormon (tiroid dan paratiroid)
• Paratiroidisme
• Hipertiroidisme
• Jaringan limfe kepala dan leher
• Obstruksi jalan nafas bagian atas
• Faktor penyebab dan patogenesis kanker rongga mulut
• Kanker kepala dan leher
• Maloklusi dan koreksi
• Surgical approach bedah head & neck
3. Onkologi Bedah
• Karsinogenesis
• Skrining kanker
• Pencegahan kanker
• Deteksi dini kanker
• Penentuan stadium kanker
12
• Prinsip Onkologi Bedah
• Pemilihan modalitas terapi untuk penderita kanker
• Dukungan nutrisi untuk penderita kanker
• Terapi paliatif dan penanganan nyeri kanker
• Surgical approach bedah payudara
4. Bedah Anak
• Respon endokrin dan metabolik pada pembedahan anak
• Penanganan cairan dan elektrolit pada pembedahan anak
• Infeksi bayi dan neonatus
• Dukungan nutrisi pada pembedahan anak
• Pencegahan hipotermi pada pembedahan anak
• Diagnostik prenatal dan pembedahan intra uterin
• Konsiderasi hematologik pada pembedahan anak
• Konsiderasi pernafasan pada penderita perioperatif anak
• Konsiderasi kardiovaskuler pada penderita perioperatif anak
• Kelainan kongenital traktus urinarius)* [pelaksanaan diserahkan program studi)
5. Bedah Thoraks Kardiothoraks
• EKG
• Monitoring hemodinamik
• Ventilasi mekanik dan terapi oksigen
• Transfusi intrabedah dan pasca bedah
• Surgical approach bedah thoraks
6. Bedah Vaskular
• Oklusi pembuluh darah
• Kelainan pembuluh vena
7. Bedah Plastik
• Penanganan luka abrasi, terbuka, laserasi
• Trauma wajah
• Patofisiologi luka bakar
• Resusitasi dan terapi awal pada luka bakar
• Patofisiologi dan pencegahan jaringan parut
• Smoke inhalation
• Prinsip dasar dan macam tandur kulit
• Prinsip dasar dan macam Z-plasty
• Prinsip dasar dan macam rotation flap
• Prinsip dasar dan macam pedicle flap
• Prinsip dasar dan macam free flap
• Prinsip dasar dan macam graft
• Prinsip penanganan dan perawatan celah bibir dan celah langit
8. Bedah Saraf
• Patofisiologi dan penanganan peningkatan tekanan intrakranial
• Perubahan patofisiologi pada lesi saraf perifer
• Penyembuhan jaringan pada lesi saraf perifer
• Prinsip dasar reparasi saraf perifer
• Patofisiologi dan penanganan trauma kepala
• Pemeriksaan neurologis dan monitoring neurologis di ICU
• Skoring gangguan kesadaran serta implikasinya
• Patofisiologi dan diagnosis hematoma epidural
• Prinsip dasar penanganan fraktur depresi
13
• Patofisiologi dan diagnosis hidrosefalus
• Pengenalan kelainan kongenital bedah saraf
• Mati batang otak
• Surgical approach bedah saraf
9. Urologi
• Urodinamik
• Persiapan pemeriksaan, pembacaan IVP,sistografi dan uretrografi
• Infeksi traktus urinarius
• Obstruksi traktus urinarius bagian atas dan bagian bawah
• Batu urinarius, patofisiologi dan pencegahan
• Patofisiologi gagal ginjal akut
• Keganasan pada traktus urinarius
• Kelainan kongenital traktus urinarius)* [pelaksanaan diserahkan program studi)
• Inkontinensia
• Acute scrotum
• Dasar diagnosis dan penanganan varikokel dan hidrokel
• Kateterisasi, perawatan dan komplikasi
• Surgical approach bedah urologi
10. Orthopaedi
• Respon jaringan muskuloskeletal terhadap penyakit dan trauma
• Biomekanik fraktur
• Penyembuhan tulang
• Prinsip umum penanganan fraktur
• Komplikasi fraktur dan penanganannya
• Cedera jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum)
• Penyembuhan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum)
• Rehabilitasi pada trauma musculoskeletal
• Osteomielitis akut dan kronis
• Tumor muskuloskeletal
• Pengenalan kelainan kongenital orthopaedi
• Pengenalan penyakit degeneratif orthopaedi
• Surgical approach ekstremitas superior
• Surgical approach ekstremitas inferior

Ranah Kompetensi Psikomotor dan Afektif


1. Bedah Digestif :
• Manajemen hernia
• Manajemen Appendisitis
• Manajemen obstruksi usus
• Manajemen perioperatif cidera organ padat intra abdominal
• Manajemen perioperatif cedera organ berongga intra-abdominal
• Manajemen perioperatif karsinoma kolorektal
• Manjemen perioperatif ikterus obstruktif
• Manajemen perioperatif infeksi intraabdominal: peritonitis dan abses
• Mengerjakan, mencatat dan melaporkan assessment dan evaluasi penderita kelainan
gastrointestinal
• Evaluasi dan diagnosis penderita akut abdomen
• Interpretasi pembacaan imaging :

14
- Akut Abdomen (Identifikasi Udara Bebas, Obstruksi Usus Halus, Ileus, Obstruksi Kolon,
Volvulus)
- Upper GI Series
- Barium Enema (identifikasi neoplasma, tanda-tanda iskemia)
- USG dan CT-Scan Abdomen
• Evaluasi dan penanganan problem luka abdomen (infeksi, eviserasi, fasiitis, dehisensi)
• Koordinasi perawatan pra dan pasca bedah penderita akut abdomen
• Merawat fistel abdomen dan proteksi jaringan sekitar terutama kulit
• Asistensi penutupan laparotomi; menguasai teknik penjahitan
• Evaluasi penderita emergensi dengan problem traktus gastrointestinal
• Asistensi operasi lambung, usus halus, usus besar dan anorektum
• Melakukan operasi:
- Apendektomi
- Herniorrhapy inguinal dan umbilikal
- Hemoroidektomi
- Fisurektomi dan Fistulektomi Anal
- Insisi dan Drenase Abses Perirektal
• Bertanggung jawab terhadap perawatan:
- Pipa nasogastrik
- Pipa intestinal (pipa rektum,pipa gastrostomi, pipa jenunostomi)
- Drain Intra abdominal
- Fistula Intestinal
- Kolostomi
• Evaluasi dan penanganan kebutuhan nutrisi penderita bedah sampai fungsi
gastrointestinal normal kembali
• Melakukan analisa dan pemeriksaan fisik penderita bedah dengan kelainan hepar dan
saluran empedu
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaaan laboratorium dan radiologi untuk evaluasi
pasien dengan ikterus:
- Alkali postfatase
- SGOT, SGPT, PT dan PTT
- USG
- ERCP
- PTC
- MRCP
• Membantu perawatan perioperatif penderita operasi hepatobilier
• Asistensi operasi hepatobilier
• Melakukan anamnesa dan pemeriksan yang tertuju pada kelainanpankreas
• Meminta dan interpretasi pemeriksaan laboratorium dan imaging untuk evaluasi
penyakit pankreas
- Amilase dan lipase serum
- Amilase urin
- CT scan
- USG
- ERCP
• Membantu penanganan penderita pankreatitis akut
• Membantu penanganan perioperatif penderita yang menjalani pembedahan pankreas
2. Bedah Anak
• Manajemen perioperatif malformasi anorektal
• Manajemen perioperatif penyakit Hirscprung
15
• Manajemen perioperatif stenosis pilorus hipertofi
• Manajemen perioperatifatresia duodenum
• Manajemen perioperatifatresi ileum
• Manajemen perioperatifatresia esofagus
• Manajemen perioperatifomfalokel
• Evaluasi meliputi hetero anamnesa, pemeriksaan fisik penderita dengan kelainan bedah
pada anak
• Meminta dan intepretasi pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium, imaging)
penderita dengan kelainan bedah pada anak
• Melakukan tindakan bedah sederhana :
- insisi abses
- vena seksi
- kolostomi
- apendektomi
- herniotomi
- sirkumsisi
• Mampu mengklasifikasi kelainan kongenital bayi, mengetahui asalnya, dan kebutuhan
tindakan pembedahan :
- Stenosis pilorus, malrotasi, atresia intestinal, entero kolitis, nekrotisan, ileus
mekonium, penyakit Hirschprung, anus imperforatus
- Hernia diafrakmatika
- Hernia umbilikalis dan inguinalis, omfalokel
- Gastroskissis
- Ektropi buli, Undescended testis, hypospadi
- Hidrokel
3. Bedah Onkologi, Kepala dan Leher
• Manajemen perioperatifstruma nodosa
• Manajemen perioperatifkarsinoma tiroid
• Manajemen perioperatifkarsinoma rongga mulut
• Manajemen perioperatiftumor kelenjar liur
• Manajemen perioperatifhigroma leher
• Manajemen perioperatiflimfadenopati leher
• Manajemen perioperatiftumor jinak payudara
• Manajemen perioperatiftumor ganas payudara
• Manajemen perioperatifbasalioma
• Manajemen perioperatif melanoma maligna
• Manajemen perioperatif karsinoma sel skwamosa
• Manajemen perioperatif tumor jinak jaringan lunak
• Manajemen perioperatif tumor ganas jaringan lunak
• Melakukan pemeriksaan kepala dan leher termasuk intra oral
• Evaluasi penderita penyakit tiroid dan paratiroid
- Anamnesa
- riwayat keluarga
- pemeriksaan fisik
- pemeriksaan tambahan
• Melakukan perawatan pra dan pasca bedah tiroid dan paratiroid
• Asistensi operasi tiroid dan paratiroid
• Merencanakan secara komprehensi penanganan penderita dengan kelainan tiroid dan
paratiroid

16
• Evaluasi penderita trauma wajah termasuk fraktur maksilofasial dan laserasi
• Mampu menangani problem jalan nafas secara darurat
- Intubasi
- Krikotirotomi
- Trakeostomi
• Melakukan terapi sialadenitis
• Merawat luka kontaminasi daerah kepala leher termasuk gigitan binatang
• Melakukan biopsi terbuka kelenjar getah bening, tumor kepala dan leher termasuk rongga
mulut
• Melakukan evaluasi benjolan dikepala leher dan merencakan terapi yang tepat
• Meminta dan interpretasi pemeriksaan imaging (X-ray, USG, CT-Scan, MRI) pada kelainan
kepala dan leher
• Evaluasi dan terapi abses/ infiltrat daerah kepala leher
• Menegakkan diagnosis fraktur maksilofaksial
• Penanganan perioperatif fraktur maksilofaksial
• Asistensi operasi daerah kepala leher
- operasi kelenjar liur
- diseksi leher radikal
- fraktur maksilofasial
- eksisi kanker rongga mulut
• Melakukan FNA
• Melakukan anamnesa untuk evaluasi penderita dengan kelainan payudara :
- faktor resiko
- problem payudara sebelumnya
- keluhan pada payudara yang ada
• Melakukan pemeriksaan fisik payudara
• Melakukan prosedur sederhana pada payudara
- FNA tumor payudara
- Drainase abses payudara
- Cutting needle biopsy tumor payudara
- Open biopsy tumor payudara
• Identifikasi tumor payudara (fibroadenoma, fibrokistik,mastitis, dan kanker)
• Interpretasi tanda keganasan pada mammogram (stellate, micro calcification)
• Melakukan eksisi fibroadenoma, fibrokistik payudara
• Mampu memilih dan mengirim spesimen pembedahan untuk pemeriksaan patologi
• Mampu menentukan indikasi pemeriksaan reseptor estrogen dan progesteron
• Edukasi penderita untuk pemeriksaan payudara sendiri
• Mampu melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita dengan tumor kulit
• Mampu membedakan secara klinis antara tumor kulit jinak dan ganas
• Mampu melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita dengan tumor jaringan
lunak
• Mampu membedakan secara klinis antara tumor jaringan lunak jinak dengan ganas
• Mampu melakukan biopsi pada tumor ganas kulit dan jaringan lunak
• Mampu melakukan eksisi tumor jinak kulit dan jaringan lunak sederhana.
4. Bedah Kardio thoraks
• Manajemen perioperatif hematothoraks
• Manajemen perioperatif pneumothoraks
• Manajemen perioperatif tumor mediastinum
• Manajemen perioperatif trauma jantung

17
• Evaluasi penderita dengan kelainan thoraks
• Meminta dan interpretasi pemeriksaan penunjang pada kelainan thoraks
• Menegakkan diagnosis dan menentukan penanganan awal dari fraktur kosta, sternum,
skapula, kavikula
• Evaluasi panderita yang akan menjalani pembedahan thoraks dengan mempertimbangkan
faktor resiko, macam operasi, fungsi paru-paru dan komplikasi pasca bedah
• Managemen persiapan prabedah penderita yang akan dilakukan bedah thoraks
• Mengerjakan :
- Pemasangan chest tube
- Thoracocentesis
- Kanulasi vena sentral
5. Bedah Vaskular
• Manajemen perioperatif oklusi pembuluh darah arteri
• Manajemen perioperatif varises
• Manajemen perioperatif trauma vaskular
• Evaluasi pasien dengan penyakit vaskular
• Asistensi pembedahan varises
• Ligasi dan striping
• Penanganan ulkus varikosis
• Penanganan trombosis vena
• Asistensi operasi amputasi dengan perhatian pada
- level demarkasi
- kontrol sepsis
• Mampu melakukan kontrol pembuluh darah menggunakan:
- Klem arteri
- Ballone kateter
• Asistensi operasi thromboendarterectomy dan thrombectomy
• Asistensi operasi AV-shunt
• Asistensi operasi simpatektomi
• Melakukan assessment prabedah dan perawatan pasca bedah penderita yang dilakukan
prosedur bedah vaskular
6. Bedah Plastik & Rekonstruksi
• Manajemen perioperatif celah bibir
• Manajemen perioperatif celah langit-langit
• Manajemen perioperatif hemangioma
• Manajemen perioperatif kontraktur
• Manajemen perioperatif luka bakar
• Manajemen perioperatif hipospadia
• Manajemen perioperatif trauma wajah
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita
• Meminta dan interpretasi pemeriksaan laboratoris dan imaging untuk menunjang
diagnostik
• Evaluasi dan terapi luka abrasi dan luka bakar yang sederhana
• Terapi luka terbuka dan luka laserasi
• Membantu penanganan dan perawatan perioperatif kelainan kongenital (celah bibir, celah
langit-langit, hipospadia)
• Melakukan perawatan luka
• Melakukan debrideman luka terbuka dan luka bakar
• Membantu resusitasi, evaluasi dan terapi awal penderita luka bakar
18
• Melakukan operasi tandur kulit
• Melakukan flap kulit lokal sederhana untuk penutupan luka
• Membantu evaluasi dan perencanaan terapi untuk :
- perlukaan tangan
- kelainan kongenital
- luka bakar
• Manajemen trauma wajah termasuk fraktur maksilofasial danlaserasi
7. Bedah Saraf
• Manajemen perioperatif cedera otak
• Manajemen perioperatif cedera korda spinalis
• Manajemen perioperatif meningokel
• Manajemen perioperatif meningokel
• Manajemen perioperatif hidrosefalus
• Manajemen perioperatif tumor otak
• Manajemen perioperatif tumor mielum
• Manajemen perioperatif HNP
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan penderita dengan berbagai tingkat gangguan
kesadaran
• Meminta pemeriksaan penunjang diagnosis serta interpretasi pada penderita cedera
kepala
• Asistensi prosedur bedah saraf terbatas:Kraniotomi, laminektomi, eksisi tumor, abses,
hematoma, diskus, Shunting pada hidrosefalus
• Melakukan pembedahan reparasi laserasi kulit kepala
8. Urologi
• Manajemen perioperatif hidrokel
• Manajemen perioperatif varikokel
• Manajemen perioperatif BPH
• Manajemen perioperatif trauma ginjal
• Manajemen perioperatif trauma uretra
• Manajemen perioperatif trauma buli
• Manajemen perioperatif batu saluran kemih
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita dengan penyakit bedah urologi
• Melakukan pemeriksaan dan membuat diagnosa banding dari acute scrotum
• Menangani gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
• Assessment pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur, termasuk permintaan
pemeriksaan laboratorium dan radiologi
• Work up dan merencanakan terapi yang tepat pada kelainan urologi :
- hematuria
- obstruktif uropati
- infeksi
- batu
- tumor ginjal
- karsinoma prostat
• Melakukan kateterisasi buli
• Melakukan evaluasi diagnosis dan terapi penderita trauma traktus urinarius
• Interpretasi CT-Scan dan USG pada trauma traktus urinarius
• Melakukan operasi torsi testis, varikokel, hidrokel
• Meminta pemeriksaan IVP, CT-Scan, USG pada kasus urologi yang tepat
• Melakukan dan interpretasi uretrogram pada trauma uretra
19
• Melakukan dan interpretasi sistogram pada trauma buli
• Melakukan sistostomi (troikar dan terbuka)
9. Orthopaedi
• Manajemen perioperatif fraktur femur
• Manajemen perioperatif fraktur kruris
• Manajemen perioperatif fraktur pelvis
• Manajemen perioperatif fraktur humeri
• Manajemen perioperatif antebrakii
• Manajemen perioperatif fraktur vertebra
• Manajemen perioperatif osteosarkoma
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaaan fisik penderita dengan kelainan orthopaedi :
- trauma
- kelainan kongenital
- penyakit degeneratif
- proses inflamasi
- neoplasma
• Meminta dan interpretasi pemeriksaan penunjang diagnosis yang tepat (laboratorium dan
imaging) untuk kelainan orthopaedi :
- laboratorium prabedah
- X-ray
- CT-Scan
- MRI
• Melakukan immobilisasi vertebra servikalis
• Melakukan penanganan trauma orthopaedi pada ekstremitas:
- Splinting fraktur tertutup
- Reposisi tertutup pada fraktur
- Reposisi pada dislokasi
- Pemasangan traksi
- Pemasangan Casts
- Debrideman patah tulang terbuka
• Monitor tanda sindroma kompartmen pada trauma orthopaedi dan melakukan terapi yang
tepat seperti fasiotomi bila ada indikasi
• Monitor gejala sindroma emboli lemak dan memberikan terapi yang tepat
• Melakukan aspirasi sendi
• Membantu penanganan amputasi:
- menentukan level amputasi
- melakukan amputasi ekstrimitas bawah
- rehabilitasi amputasi

TAHAP BEDAH LANJUT


III.3.1 Bedah Digestif (K3A3P5)
1. Menangani penderita dengan kelainan bedah pada traktus digestivus
karsinoma lambung
• karsinoma kolorektal
• karsinoma pankreas
• cedera organ padat intra-abdominal
• cedera organ berongga intra-abdominal
• kolelitiasis/kolestasis
• peritonitis umum

20
• radang granulomatosa usus
• Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
- Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan
biopsi )
• Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
• Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
• Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
• Melakukan follow-up penderita
2. Melakukan operasi :
• Reseksi dan anastomosis usus
• Penanggulangan trauma hepar
• Penanggulangan perforasi organ berongga
• Splenektomi
• Drenase pankreatitis
• Kolesistektomi/ kolesistektomi laparoskopik
• Gastroenterostomi
• Operasi Miles
• Operasi Hartmann
• Hemikolektomi
• Biliodigestive shunt
• Asistensi operasi : Whipple, reseksi hepar, LAR, advance laparoscopic surgery
• Endoskopi gastrointestinal

III.3.2 Bedah Onkologi, Kepala dan Leher: (K3A3P5)

3. Menangani penderita dengan kelainan bedah onkologi pada


• Tumor jinak payudara
• Tumor jaringan lunak
• Tumor jinak kulit
• Karsinoma payudara
• Sarkoma jaringan lunak
• Karsinoma kulit
4. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan
biopsi)
5. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
6. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
7. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
8. Melakukan follow-up penderita
9. Melakukan operasi :
• Mastektomi simpel
• Mastektomi modifikasi radikal
• Mastektomi radikal
• Eksisi luas karsinoma kulit non melanoma
• Eksisi luas melanoma maligna
• Eksisi luas sarkoma jaringan lunak
21
10. Menangani penderita dengan kelainan bedah pada Kepala dan Leher
• Karsinomarongga mulut
• Tumor parotis
• Karsinomatiroid
• Limfadenopati
• Tumor jinak rongga mulut
• Tumor jinak jaringan lunak
• Ameloblastoma
• Higroma leher
• Struma
• Kista odontogenik
• Ranula
• Kista brankiogenik
• Kista duktus tiroglosus
• Trauma jaringan lunak wajah
• Fraktur nasal
• Fraktur maksila
• Fraktur zigoma
• Fraktur mandibula
11. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi)
12. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
13. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
14. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
15. Melakukan follow-up penderita
16. Melakukan operasi :
• Ismolobektomi
• Tiroidektomi total
• Parotidektomi
• Maksilektomi
• Hemiglosektomi
• Reseksi mandibula
• Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana
• Asisten Radical Neck Dissection (RND)
• Eksisi parsial + marsupialisasi ranula
• Eksisi tumor jaringan lunak
• Eksisi tumor jinak rongga mulut
• Ekskokleasi kista odontogenik
• Eksisi higroma, kista brankiogenik
• Prosedur Sistrunk (kista duktus tiroglosus)
• Reposisi dan osteosintesis fraktur maksilofasial
• Repair trauma jaringan lunak wajah

III.3.3 Bedah Anak (K3A3P5)


1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah anak
• Neonatal sepsis
• Tumor ginjal
• Intussusepsi
22
• Neonatal peritonitis
• Necrotising enterocolitis
• Atresia esofagus
• Stenosis pilorik hipertrofi
• Atresia duodenum
• Stenosis duodenum
• Pankreas anulare
• Atresia/ stenosisjejuno ileal Meconium ileus
• Malformasi anorektal
• Penyakit Hischprung
• Kriptor kismus
• Hipospadia
• Omfolakel, gastroskisis
• Patent omphalomesenteric duct
• Malrotasi usus halus
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi)
3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up penderita
7. Melakukan operasi :
• Kolostomi penutupan stoma pada neonatus
• Operasi invaginasi laparotomi
• Operasi atresia ani letak rendah
• Operasi omfalokel kecil
• Piloromiotomi
• Reseksi dan anastomosis usus
• Gastroschizis (pemasangan gastroschizis bag)
• Orkidopeksi
• Kordektomi
• Hidrokel
• Heniotomi
• Apendektomi
• Atresia ileum (Santuli)
• Gastrostomi

III.3.4 Kardiothoraks
1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah kardiothoraks:
• Pneumothoraks
• HematoThoraks
• Flail chest
• Tamponade jantung
• Luka tusuk dinding Thoraks
• Patah tulang iga
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi)
23
3. Memberikan terapi, termasuk merencakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up penderita (rehabilitasi)
7. Melakukan operasi :
• Torakotomi trauma
• Osteosintesis iga

III.3.5 Bedah Vaskular


1. Mengelola penderita dengan kelainan dan penyakit vaskular yaitu:
• Deep Vein Thrombosis (DVT)
• Emboli arteri akut
• Fistula AV (Cimino)
• Penyakit Buerger & penyakit arteri perifer obstuktif (PAPO)
• Varises
• Gangren diabetik
2. Melakukan operasi:
• Stripping varises
• A-V shunt
• Embolektomi
• Anastomosis pembuluh darah

III.3.6 Bedah Plastik& Rekonstruksi (K3A3P5)


1. Mengelola pasien dengan kelainan dibidang bedah plastik& rekonstruksi :
• Keloid
• Kontraktur
• Sumbing bibir
• Celah langit-langit
• Luka bakar
• Hipospadia
• Fraktur maksilofasial
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi )
3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up penderita
7. Melakukan operasi :
• Labioplasti
• Osteosintesis fraktur maksilofasial
• Penanganan konservatif dan operatif pada luka bakar
• Release kontraktur

III.3.7. Bedah Syaraf (K3A3P5)


1. Megelola penderita dengan kelainan bedah syaraf:
• Fraktur impresi tengkorak
• Fraktur basis kranii
• Cedera kepala ringan

24
• Cedera kepala sedang
• Hematom epidural
• Cedera sumsum tulang belakang
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,imaging)
3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up penderita
7. Melakukan operasi :
• Burr hole hematoma epidural
• Elevasi fraktur depresi tulang tengkorak
• Reposisi frakturimpresi

III.3.8. Urologi (K3A3P5)


1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah Urologi:
• Karsinoma penis
• Tumor testis
• Tumor ginjal
• Varikokel
• Pionefrosis
• Fournier gangrene
• Vasektomi
• Batu saluran kemih
• Hidrokel
• Benign prostat hyperplasia ( BPH )
• Karsinoma prostat
• Torsio testis
• Ruptur uretra
• Ruptur buli-buli
• Trauma ureter
• Trauma ginjal
• Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
- Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,imaging dan
biopsi)
• Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
• Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
• Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
• Melakukan follow-up penderita
2. Melakukan operasi :
• Nefrostomi
• Prostatektomi terbuka
• Nefrektomi
• Orkhidektomi
• Orkidopeksi
• Repair uretra anterior, buli-buli, ureter, ginjal
25
• Ligasi tinggi pada varikokel
• Vesikolitotomi, ureterolitotomi, pielolitotomi
• Amputasi penis
• Vasektomi

III.3. 9 Orthopaedi (K3A3P5)


1. Menangani penderita dengan kelainan bedah Orthopaedi
• Tumor jinak tulang
• Patah tulang terbuka
• Fraktur kompresi vertebra
• Fraktur klavikula
• Fraktur humerus
• Fraktur suprakondiler humeri
• Dislokasi siku akut
• Dislokasi bahu akut
• Dislokasi panggul akut
• Fraktur antebrakii
• Fraktur olekrenon
• Fraktur Colles
• Fraktur femur
• Fraktur patella
• Fraktur kruris
• Ruptur tendon akhiles
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,imaging, dan biopsi )
3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up penderita
7. Melakukan operasi :
• Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)
- Nailing femur
- Plate & screw : tibia, radius, ulna, humerus, klavikula
- Tension band wiring (TBW) pada olecranon dan patella
• Eksisi tumor jinak tulang
• Biopsi tulang
• Disartikulasi sendi besar: pangul, bahu, lutut
• Tendon repair

III.4. Dinas di rumah sakit satelit sebagai Chief Resident


1. Melakukan manajerial pengelolaan penderita bedah di poliklinik, kamar operasi, bangsal,
instalasi rawat darurat, dan kamar terima bedah.
2. Melakukan pelayanan bedah di rumah sakit satelit atau afiliasi.
3. Melakukan pelayanan konsultasi untuk Bagian-Bagian lain di Rumah Sakit Pendidikan dan
Rumah Sakit Satelit
4. Melakukan kegiatan mendidik yaitu memberikan bimbingan mengenai ilmu bedah umum
pada mahasiswa fakultas kedokteran dan siswa perawat

26
III.5. Penelitian dan Publikasi hasil penelitian
1. Melakukan penelitian dan penulisan hasil penelitian sebagai materi tesis.
2. Melakukan publikasi tesis secara oral dan tertulis melalui jurnal ilmiah bedah terakreditasi.

i. Level kompetensi keterampilan dokter spesialis bedah


TINGKAT
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
NO TINGKAT KOMPETENSI KOMPETENSI
(JUMLAH KASUS)
1 2 3 4

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH DASAR


Bedah Digestif
a. Rektoskopik/Anuskopik (+ trauma) 6
b. Gastrotomi sementara, permanen 6
1 I c. Kolostomi/sigmoidostomy (+ trauma) 6
d. Appendektomi terbuka 6
e. Drainase abses appendik 6
f. Hemoroidektomi 6
g. Herniorafi 6

27
PENCAPAIAN TINGKAT
KOMPETENSI KOMPETENSI
NO TINGKAT KOMPETENSI (JUMLAH
KASUS) 1 2 3 4

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH DASAR


Bedah Anak
a. Pembuatan stoma / eksteriorisasi (+ Trauma)
6
b. Sigmoidostomi / kolostomi
c. Appendektomi 6
d. Polipektomi rektal 6
e. Herniotomi 6
f. Ligasi tinggi hidrokel 6
g. Circumsisi 6
h. Businasi 6
i. Eksisi kista Baker 6
Bedah Onkologi, Kepala dan Leher
a. Biopsi insisional dan eksisional semua jaringan 6
b. Eksisi bursitis 6
c. Eksisi tumor jinak mamma 6
d. Eksisi tumor jinak mamma lainnya 6
e. e. Drainase mastitis 6
f. Eksisi tumor jinak kulit / jaringan lunak lainnya 6
g. Flap kulit & otot 6
h. Insisi abses maksilofasial & drainase 6
i. Insisi flegmon dasar mulut & drainase 6
1 I j. Trakheostomi / cricothyreotomi (darurat, elektif)
6
(+ Trauma)
k. Tindakan pada trauma jaringan lunak wajah /
6
Debridement (+ Trauma)
l. Ekstirpasi tumor jaringan lunak di daerah Kepala Leher 6
Bedah Toraks-Kardiovaskular
a. Insersi akses vena sentral (CVC) 6
b. Operasi jendela toraks / torakostomi 6
c. Perawatan varises non bedah 6
d. Pemasangan WSD / drainase toraks (+ Trauma) 6
e. Perawatan trauma toraks konservatif (+ Trauma) 6
f. Vena seksi 6
g. Punksi / kanulasi arteri perifer, arteriol seksi 6
Bedah Urologi
a. Sistostomi, Punksi buli-buli (+ Trauma) 6
b. Insisi dan drainase infiltrat urin 6
c. Vasektomi 6
d. Kateterisasi (+ Trauma) 6
Bedah Plastik dan Rekonstruksi
a. Debridement luka bakar (+ Trauma) 6
b. Labioplasti 6

28
PENCAPAIAN TINGKAT
KOMPETENSI KOMPETENSI
NO TINGKAT KOMPETENSI (JUMLAH
KASUS) 1 2 3 4

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH DASAR


Bedah Orthopaedi
a. Debridement fraktur terbuka gr I-II-III (+ Trauma) 6
b. Reparasi tendon & otot (+ Trauma) 6
c. Reposisi tertutup dan immobilisasi (+ Trauma) 6
1 I d. Perawatan CTEV konservatif (Pemasangan cast ) 6
e. Pemasangan traksi skeletal pada tibia & kalkaneus (+
6
Trauma)
f. Pemasangan traksi kulit (+ Trauma) 6
Bedah Saraf
a. Jahit saraf perifer (anastomosis) (+ Trauma 6
TAHAP PENDIDIKAN BEDAH LANJUT
Bedah Digestif
a. Splenektomi dan splenorafi (+ Trauma) 6
b. Gastroenterostomi 6
c. Reseksi dan anastomosis usus (+ Trauma) 6
d. Bypass enterotomi 6
e. Reposisi (milking) 6
f. Ileostomi 6
g. Penutupan stoma (tutup kolostomi / ileostomi) 6
h. Penutupan perforasi saluran cerna sederhana (Trauma) 6
i. Fistulotomi, Fistulektomi / eksisi fistel perianal 6
j. Kolesistektomi terbuka 6
k. Adhesiolisis 6
l. Repair burst abdomen 6
Bedah Anak
a. Spleenektomi (+ Trauma) 6
b. Ileostomi 6
2 II c. Penutupan perforasi saluran cerna sederhana (+ Trauma) 6
d. Operasi kelainan umbilicus / eksisi sinus umbilicus 6
e. Detorsi torsio testis & orkidopeksi 6
Bedah Onkologi, Kepala, dan Leher
a. Salphingo oophorektomi bilateral pada kanker payudara 6
b. Eksisi luas (termasuk amputasi ekstrimitas) 6
c. Operasi tumor jaringan lunak 6
d. Subtotal tiroidektomi 6
e. Ekstirpasi kista duktus tiroglosus (Sistrunk prosedur) 6
f. Ekskokleasi epulis 6
g. Diseksi tumor submandibula 6
h. Operasi tumor jaringan lunak ( kista dermoid, higroma
6
leher, dll )
i. Eksisi & marsupialisasi ranula 6
j. Angkat plate 6
k. Flap kulit 6
l. Angkat wire 6

29
PENCAPAIAN TINGKAT
KOMPETENSI KOMPETENSI
NO TINGKAT KOMPETENSI (JUMLAH
KASUS) 1 2 3 4

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH LANJUT


Bedah Toraks-Kardiovaskular
a. Rekonstruksi vaskular perifer (+ Trauma) 6
b. Embolektomi perifer/ trombektomi (+ Trauma) 6
c. Kliping kosta, wiring (+ Trauma) 6
d. Debridement, amputasi gangren diabetik atau penyakit
6
y.l.
e. Eksisi hemangioma 6
Bedah Urologi
a. Drainase pionefrosis 6
b. Nefrostomi 6
c. Reparasi ruptur buli - buli (+ Trauma) 6
d. Urethralitotomi/ meatolitotomi 6
2 II e. Insisi perirenal abses 6
f. Hidrokelektomi 6
g. Orkhidektomi unilateral (+ Trauma) 6
Bedah Plastik dan Rekonstruksi
a. Tandur alih kulit 6
Bedah Orthopaedi
a. Amputasi/disartikulasi (+ Trauma) 6
b. Reduksi tertutup fraktur antebrachii, metakarpal, wrist,
6
finger (+ Trauma)
c. Reduksi tertutup fraktur Humerus, elbow,shoulder (+
6
Trauma)
Bedah Saraf
a. Boor hole (+trauma) 6
TAHAP PENDIDIKAN BEDAH “Chief Residen”
Bedah Digestif
a. Gastrektomi (partial) 6
b. Divertikulektomi 6
c. Hemikolektomi 6
d. Reseksi Anterior, sigmoidektomi, " Low Anterior
6
Resection
e. Reparasi Volvulus 6
3 III f. Appendektomi per laparoskopi 6
g. Penanggulangan trauma hepar (darurat) (+ Trauma) 6
h. Kolesistektomi per laparoskopi 6
i. Drenase pankreatitis (darurat) (+ Trauma) 6
j. Pankreatektomi distal (darurat) (+ Trauma) 6
k. Laparotomi, Torako-laparotomi (darurat dan elektif) (+
6
Trauma)
l. Eksisi luas tumor dinding abdomen 6
m. Reparasi Hernia Diafragmatika (+ Trauma) 6

30
PENCAPAIAN TINGKAT
KOMPETENSI KOMPETENSI
NO TINGKAT KOMPETENSI (JUMLAH
KASUS) 1 2 3 4

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH “Chief Residen”


Bedah Anak
a. Kordektomi + urethroplasty 6
b. Eksisi limfangioma 6
c. Operasi piloromiotomi 6
d. Operasi invaginasi (reposisi) (+ Trauma) 6
e. Anastomosis tarik trobos/ SOAVE 6
f. Fistulektomi / eksisi fistel anal 6
g. Anoplasti sederhana (cut back) 6
h. Reparasi Hernia Diafragmatika (+ Trauma) 6
i. Laparotomi, Torako - laparotomi (+ Trauma) 6
j. Eksisi dinding perut 6
k. Selioplasti 6
l. Total Nefrektomi (+ Trauma) 6
Bedah Onkologi, Kepala dan Leher
a. Mastektomi simpel 6
b. Modifikasi mastektomi radikal (MRM) 6
c. Mastektomi radikal 6
3 III
d. Subkutan mastektomi 6
e. Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana 6
f. Total-subtotal lobektomi 6
g. Total tiroidektomi 6
h. Hemiglossektomi/ partial glossektomi 6
i. Repair fraktur nasal (+ Trauma) 6
j. Parotidektomi (total, superfisial, radikal) 6
k. Eksisi kista branchial 6
l. Repair fraktur zigoma (reduksi tertutup) (+ Trauma) 6
m. Repair fraktur zigoma (reduksi terbuka) (+ Trauma) 6
n. Repair fraktur maksila, mandibula (reduksi tertutup) (+
6
Trauma)
o. Repair fraktur maksila, mandibula (reduksi terbuka) (+
6
Trauma)
p. Reseksi mandibula 6
q. Osteotomi 6
r. Eksisi osteochondroma 6
s. Ekstraksi corpus alienum 6

31
PENCAPAIAN TINGKAT
KOMPETENSI KOMPETENSI
NO TINGKAT KOMPETENSI (JUMLAH
KASUS) 1 2 3 4

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH “Chief Residen”


Bedah Toraks-Kardiovaskular
a. Torakotomi (darurat dan elektif) (+ Trauma) 6
b. Simpatektomi lumbal / simpatektomi periarterial 6
c. Perikardiosentesis terbuka (+ Trauma) 6
d. Stripping varises, eksisi varises, ligasi – komunikan 6
e. Eksisi pseudoaneurisma 6
f. Eksisi teleangiektasis 6
g. Operasi A-V shunt (Brecia - Cimino) 6
h. Reseksi iga (+ Trauma) 6
i. Fiksasi internal iga (+ Trauma) 6
Bedah Urologi
a. Nefrolitotomi 6
b. Nefrektomi parsial (+ Trauma) 6
c. Nefrektomi total (+ Trauma) 6
d. Ureterolitotomi 1/3 tengah & proximal 6
e. Ureterostomi eksterna (darurat) (+ Trauma) 6
3 III
f. Repair ureter (+ Trauma) 6
g. Prostatektomi terbuka 6
h. Repair Kriptorkhismus & orkhidopeksi 6
Bedah Plastik dan Rekonstruksi
a. Eksisi keloid 6
b. Release kontraktur kulit & soft tissue 6
Bedah Orthopaedi
a. Sekwesterektomi / guttering 6
b. Reduksi Terbuka dan fiksasi interna (ORIF) : Plate, Screw
6
& Wire (+ Trauma)
c. Tension band wiring (tbw) (+ Trauma) 6
d. Fiksasi eksternal patah tulang panjang (+ Trauma) 6
e. Pemasangan Nailing (+ Trauma) 6
Bedah Saraf 6
a. Trepanasi (+ Trauma) 6
b. Reposisi fraktur impresi cranium (+ Trauma) 6
c. Eksisi meningokel 6

Tingkat kemampuan / kompetensi dibagi menjadi 4, yakni :


Tingkat 1 : mengetahui dan menjelaskan
Tingkat 2 : pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat 3 : pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Tingkat 4 : mampu melakukan secara mandiri

32
ii. Kompetensi afektif

Tingkat Capaian
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi Umum 1 2 3 4
Etika Profesionalisme
Etika profesionalisme Peserta didik Bedah adalah untuk
menjadi Dokter Spesialis Bedah yang baik dan bermanfaat bagi
masyarakat yang mempunyai kemampuan yang baik:
1. Sikap terhadap penderita
2. Sikap terhadap Staf pendidik & Kolega
< 60 60-69 70-79 > 80
3. Sikap terhadap paramedis dan non paramedis
4. Disiplin dan tanggung jawab
5. Ketaatan pengisian dokumen medik
6. Ketaatan tugas yang diberikan
7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan
alat
Komunikasi Efektif
Komunikasi terhadap kolega, pasien/ keluarga, paramedis dan
staf pengajar dilakukan dengan :
< 60 60-69 70-79 > 80
1. Jujur
2. Terbuka
3. Bersikap baik
Kemampuan Kerjasama
1. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat,
karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien < 60 60-69 70-79 > 80
2. Bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis
untuk pelayanan secara optimal
Patient Safety
Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety
< 60 60-69 70-79 > 80
IPSG 1-6: Identifikasi, Cuci tangan, Time Out, Komunikasi
efektif, Pencegahan Infeksi, Pemberian Obat.

IV. Evaluasi / Evaluation of Trainning Process

Sistem evaluasi pencapaian kompetensi dibahas dan dijelaskan dalam Standar Uji Kompetensi
Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (yang dibuat komisi ujian).

V. Daftar Pustaka
1. Norman S. Williams, Christopher J. K. Bulstrode, P. Ronan O'Connell (Editor).
Bailey & Love's Short Practice of Surgery. 26th edition. Hodder Arnold UK.
2. Jeffrey Norton, Philip S. Barie, Ralph R. Bollinger, Alfred E. Chang, Stephen Lowry,
Sean J. Mulvihill, Harvey I. Pass, Robert W. Thompson (Editor). Surgery: Basic
Science and Clinical Evidence. 19th edition. Springer.

33
3. F. Brunicardi, Dana Andersen, Timothy Billiar, David Dunn, John Hunter, Jeffrey
Matthews, Raphael E. Pollock (Author). Schwartz's Principles of Surgery, Tenth
Edition. McGraw-Hill.
4. Hugh Dudley, David C. Carter, R.C.G. Russell (Editor). Atlas of General Surgery.
Butterworth-Heinemann ELBS.
5. Robert M. Zollinger, Jr. and E. Christopher Ellison. Zollinger's Atlas of Surgical
Operations. 9th edition. McGraw-Hill Education.
6. De Jong, Sjamsuhidajat. Buku ajar Ilmu Bedah Indonesia 3rd ed.
7. Sabiston DC (editor). Textbook of surgery. 19th ed. Philadelphia: WB Saunders
Company
8. RACS (2011) Royal Australian College of Surgeons, Surgical Competence and
Performance. www.Surgeons.Org
9. Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia, 2012

Penutup

Lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah adalah tenaga profesional yang
akan mengabdi di masyarakat dalam berbagai pengabdian dan pelayanan. Menciptakan
tenaga kualitas yang profesional tersebut menjadi tanggung jawab bersama baik institusi
pendidikan maupun organisasi profesi. Karena itu sinergi dan kualitas yang dibangun oleh
dua lembaga tersebut sangat dibutuhkan.
Kolegium ilmu bedah indonesia selaku organisasi profesi yang mengatur kurikulum dan
evaluasi sistem pendidikan dokter spesialis bedah di Indonesia bertugas untuk menjamin
perbaikan kualitas pendidikan dan kompetensi yang harus dicapai oleh masing-masing
lulusan pendidikan dokter spesialis bedah. Uji komptetensi yang dilaksanakan oleh KIBI
merupakan salah satu langkah dalam menentukan standar lulusan spesialis bedah, selalu
mengalami perkembangan dan peningkatan kualitas yang berkesinambungan sehingga buku
pedoman ini secara periodik akan dikaji serta diperbaiki agar dapat memfasilitasi
perkembangan dan kebutuhan peningkatan kualitas demi terwujudnya pelaksanaan uji
kompetensi yang kredibel, akuntabel dan transparan. Dengan demikian diharapkan dokter
spesialis bedah yang dihasilkan dapat menghadirkan kualitas kesehatan yang lebih baik di
masa depan.

34

Anda mungkin juga menyukai