Anda di halaman 1dari 4

Nama : Devi Herlina

Nim : 122.18.008

Mata kuliah : Sumber Energi Non Konvensional.

Sumber : Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE)

Kontribusi 400 MW Untuk 23% EBT Pada 2025

PLTM Padang Guci yang dibangun di Desa Bungin Tambun III, Kecamatan Padang
Guci Hulu (Pagulu), Kabupaten Kaur, Bengkulu, mulai beroperasi pada 14 April 2017.
Pengerjaan proyek dijalankan PT Sahung Brantas Energi yang merupakan special purpose
company (SPC/perusahaan untuk tujuan khusus) Brantas Energi. Pengerjaannya dimulai
sejak awal 2015.

“PLTM Padang Guci ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi masyarakat di
Bengkulu yang sampai saat ini masih kekurangan pasokan listrik,” kata Sutjipto saat
peresmian berlangsung pada 16 Mei 2017. Sutjipto, Direktur Utama PT Brantas Abipraya.

Dukungan PLTM ini ditujukan untuk memuluskan layanan bagi sekitar 25.000
pelanggan PLN di sekitar Kabupaten Kaur.

Terkait kendala, menurut Sutjipto, walaupun proyek PLTS melalui proses tender,
tetapi perizinan masih tergolong lama. “Dari tender hingga COD membutuhkan waktu 27
bulan. Konstruksinya hanya 6 bulan. Perizinan yang lama,” ujarnya. Untuk proses
pembangunan infrastruktur EBT lainnya di masa mendatang, ia berharap proses perizinan
dapat berlangsung lebih cepat terutama terkait dengan pemerintah daerah.
Natal Syahdu Tanpa Suara Mesin Berderu

Desa Aruk, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Listrik


PLTS cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penerangan dan peralatan elektronik
kecil dalam satu rumah yang ia tinggali bersama dengan mertua dan 5 orang anggota keluarga
lainnya.

berkapasitas 30 kWp. PLTS digunakan untuk menyalurkan listrik ke 154 rumah


warga dan 8 fasilitas umum. Fasilitas umum yang memperoleh sambungan yaitu 2 unit
gereja, 1 unit kantor, 1 unit sekolah dasar (SD), 1 unit sekolah menengah pertama (SMP), 1
unit Taman Kanak-kanak (TK), 1 unit kantor desa, dan 2 unit pos kesehatan.

Iuran Setiap warga yang mendapat listrik PLTS berkewajiban membayar iuran
Rp30.000 per bulan. Hanya sekitar 20% dari penerima listrik PLTS yang tidak dipungut
biaya karena masuk kategori tidak mampu.
Sejuta Surya Atap
"Sejuta Surya Atap tidak bisa hanya direalisasikan pemerintah melalui Kementerian
ESDM, semua harus dilibatkan,” ucap Ibu Maritje Hutapea, Direktur Aneka Energi Baru dan
Energi Terbarukan. Peran aktif masyarakat memang sangat diharapkan untuk mendukung
Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawatt Fotovoltaik di Indonesia. Bapak
Bambang Sumaryo, Bapak Priyono Raharjo, dan Bapak Nur Pamudji, telah memulainya
dengan memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di kediaman pribadi
masing-masing. Dengan PLTS Atap, mereka kerap hanya membayar tagihan minimum biaya
listrik per bulan.

Untuk pemasangan modul plts lebih bagus mengarah ke timur, karena matahri masih
terang di pagi hari. walaupun menghadap ke barat biasanya performnya jelek. Pak Bambang
menyarankan bila peminat PLTS Atap memasang sistem on grid di daerah dengan jaringan
PLN yang handal. Sebaliknya, di daerah yang kerap mati lampu disarankan menggunakan
sistem off grid. Bila memaksakan on grid murni, tanpa hybrid, pemasang harus sudah tahu
konsekuensinya, saat PLN mati lampu, maka rumah pun mati lampu, produksi listrik terhenti.
Pertimbangan lainnya dari sisi investasi, sistem off grid harus membayar lebih besar. Untuk
sistem on grid kebutuhan utama hanya inverter dan modul surya saja. Sedangkan untuk off
grid harus ditambah baterai dan solar controller sehingga investasinya bisa 2 kali lebih mahal.

Beliau juga menyarankan untuk memasang modul di lokasi paling tinggi seperti di
atap atau lokasi yang tidak terhalang bayangan tanaman atau tembok maupun bangunan di
sekitarnya. Pikirkan juga kemungkinan sisi kiri kanan lokasi pemasangan apakah akan
terhalang pembangunan rumah tingkat.

Untuk pemeliharaan modul, Pak Priyono memakai pembersih berupa sabun mobil.
“Kalau hanya pakai air, debunya tidak hilang. Caranya, setelah pakai sabun, semprot dua kali
baru dikeringkan. Di sini kan pakai air sumur, kalau tidak dikeringkan nanti khawatir ada sisa
endapan mineral yang mengganggu proses sinar matahari jatuh di atas modul,”

Pertumbuhan energi cukup tinggi yaitu rata-rata 7% per tahun dan pertumbuhan
penduduk ratarata 1,1% per tahun dan pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi ke
depan sekitar 6-7% per tahun. Potensi EBT Indonesia sangat terbuka untuk mengakomodir
pertumbuhan tersebut.

Menyinggung soal potensi, Ibu Maritje mengatakan Indonesia memiliki potensi


tenaga surya 10 kali lipat daripada Jerman. Namun pemanfaatannya baru 0,02% dari besarnya
potensi yang ada sebesar 86 MWp.

LTS, pemerintah mengeluarkan kebijakan dan program terkait tarif, insentif dan
pajak, untuk mendukung perkembangan PLTS di Indonesia karena melihat besarnya potensi
yang ada. “Yang sekarang kita lakukan yaitu membentuk rencana kerja lintas stakeholder
yang antara lain melibatkan pihak swasta, asosiasi, pemerintah, dan manufaktur. Kita semua
berbagi tugas bergerak bersama menuju satu titik yaitu target Sejuta Surya Atap. Itu tidak
bisa hanya direalisasikan pemerintah melalui Kementerian ESDM, semua harus dilibatkan,”
Tujuan Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawatt Fotovoltaik di
Indonesia :

1. Mendorong dan mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya


fotovoltaik atap di perumahan, fasilitas umum, perkantoran pemerintah, bangunan
komersial, dan kompleks industri, hingga mencapai orde gigawat sebelum 2020;

2. Mendorong tumbuhnya industri nasional sistem fotovoltaik yang berdaya saing dan
menciptakan kesempatan kerja hijau (green jobs);

3. Mendorong penyediaan listrik yang handal, berkelanjutan dan kompetitif;

4. Mendorong dan memobilisasi partisipasi masyarakat untuk mengurangi emisi gas


rumah kaca dan ancaman perubahan iklim, dan ikut mendukung terlaksananya
komitmen Indonesia atas Paris Agreement dan upaya mencapai tujuan Sustainable
Development Goals (SDGs).

Kesepakatan Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawatt Fotovoltaik di


Indonesia :

1. Berkolaborasi dan bersinergi untuk membangun pasar fotovoltaik nasional yang


luas dan kompetitif;

2. Berkoordinasi, berkolaborasi dan bersinergi dalam mengidentifikasi dan


mengimplementasikan strategistrategi yang efektif untuk menyingkirkan hambatan-
hambatan kebijakan dan regulasi, teknis, dan pendanaan yang menghalangi
pengembangan fotovoltaik atap;

3. Bersama-sama melakukan sosialisasi secara aktif kepada masyarakat, pemangku


kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya;

4. Berkontribusi secara aktif sesuai dengan bidang keahlian dan kapasitas yang
dimiliki;

5. Berusaha mengoptimalkan pengintegrasian fotovoltaik atap dalam program dan


proyek penyediaan listrik, pembangunan perumahan rakyat,serta pembangunan
fasilitas dan infrastruktur publik yang diinisiasi dan didukung oleh pemerintah dan
pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai