Anda di halaman 1dari 13

Protobiont (2016) Vol.

5 (1) : 46-58

Inventarisasi Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Hutan Sebelah


Darat Kecamatan Sungai Ambawang Kalimantan Barat
Hotmatama Hasibuan1, Rizalinda1, Elvi Rusmiyanto P.W.1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
hotmatamaulihasibuan@gmail.com

Abstract

Ferns (Pteridophyta) as a plant community in biodiversity has important ecological function in forest
ecosystems and human living. The human activities on the forest may lead to ecosystems disruption and
reducing natural resources preservation, including reducing ferns species in the forest. Inventory of ferns
species need to be performed to gathering information for the preservation and development of the region.
The research was conducted from Juni 2015 to September 2015. Ferns sampling was performed on
Sebelah Darat, Lingga Village Forest, Sungai Ambawang District. Cruise method was employed to
collect ferns. The results were obtained showing that there are 20 kinds of epiphytic and terrestrial ferns
dividing of 11 families, Aspleniaceae, Blechnaceae, Davalliaceae, Dennstaedtiaceae, Lindsaeaceae,
Lycopodiaceae, Lygodiaceae, Polypodiceae, Gleicheniaceae, Pteridaceae and Selaginellaceae.

Keywords: Identification, inventory, fern, forest.

PENDAHULUAN diprediksi memiliki keanekaragaman paku tinggi


adalah Hutan Sebelah Darat, Kecamatan Sungai
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
Ambawang.
tumbuhan tertinggi di dunia, satu diantaranya
yaitu tumbuhan paku (Ekoyani, 2007). Hutan Sebelah Darat merupakan kawasan hutan
Keanekaragaman tumbuhan paku ini berpotensi dengan tingkat kerapatan vegetasi sedang dan
untuk dikembangkan menjadi sumber daya merupakan hutan heterogen. Aktivitas manusia di
ekonomi. Selain sebagai sumber pangan, sekitar Hutan Sebelah Darat seperti pembukaan
tumbuhan paku juga dapat sebagai kerajinan lahan untuk pembuatan jalan, ladang pertanian
tangan, tanaman hias maupun sebagai bahan baku dan perkebunan dapat menyebabkan kawasan
obat-obatan (Rismunandar dan Ekowati, 1991). hutan semakin berkurang dan mengancam
keberadaan jenis hewan dan tumbuhan di dalam
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan hutan, termasuk tumbuahn paku. Sampai saat ini,
cormophyta berspora yang hidup di berbagai informasi tentang jenis tumbuhan paku di
habitat, seperti terestrial, epifit dan akuatik kawasan Hutan Sebelah Darat masih sangat
(Widhiastuti, 2006). Tumbuhan paku yang masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian tentang jenis
ada saat ini diperkirakan mencapai 10.000 jenis, paku-pakuan yang terdapat di Hutan Sebelah
dimana 3.000 jenis diantaranya tumbuh di Darat Desa Lingga Kecamatan Sungai
Indonesia (Loveless, 1999). Hal ini disebabkan Ambawang perlu dilakukan.
Indonesia memiliki iklim tropika basah yang
lembab, sehingga sangat cocok untuk tumbuhan
paku (Tjitrosoepomo, 2005). BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Berdasarkan laporan IUCN (2004), tumbuhan Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai
paku mempunyai resiko kepunahan sebesar 52% bulan Juni sampai September 2015. Lokasi
dan beberapa spesies sudah terancam punah. peneitian adalah Hutan Sebelah Barat Desa
Pembukaan daerah hutan dapat menyebabkan Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
tumbuhan paku semakin berkurang. Beberapa Pengambilan sampel tumbuhan paku,
spesies tumbuhan paku akan mengalami identifikasi, dan pembuatan herbarium dilakukan
kepunahan jika hal tersebut terus dibiarkan dan di lokasi penelitian. Identifikasi dan pembuatan
tidak ada pencegahan. Salah satu daerah yang
46
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

kunci determinasi dilakukan di Laboratorium penelitian, kompas, meteran, parang, gunting


Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura tanaman, alat tulis dan kamera.
Pontianak.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Alat dan Bahan Penelitian tumbuhan paku yang ditemukan di lokasi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian, kantong plastik, etiket gantung,
GPS (Global Positioning System), hygrometer alkohol 70 %, kardus, kertas karton, koran, tali
digital, thermometer digital, peta lokasi raffia dan selotip.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Lingga Kecamatan Ambawang.

METODE KERJA yang di mulai dari tepi jalan raya dilanjutkan


memasuki hutan dengan menelusuri dan
Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
membelah hutan. Jarak setiap garis jelajah
Hutan Sebelah Darat memiliki luas hutan 60 km2.
ditentukan berdasarkan kondisi vegetasi di dalam
Batas sebelah utara adalah Kecamatan Kuala
hutan dan batas pandang sejauh mana tumbuhan
Mandor, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
dapat diamati. Setiap jenis paku yang ditemukan
Pasak, sebelah timur berbatasan dengan Desa
difoto kemudian diambil dan diberi etiket
Pancaroba dan sebelah barat berbatasan dengan
gantung yang berisi keterangan mengenai lokasi,
Desa Korek. Terdapat 4 parit yang membelah
tanggal eksplorasi, jenis paku, nama daerah,
Hutan Sebelah Darat yaitu Parit Sampang baru,
habitat tempat tumbuh, dan karakteristik lain
Parit Sakura dan Parit Galunggung dan Parit
yang ditemui untuk diidentifikasi lebih lanjut dan
Arjuna (Gambar 1). Hutan Sebelah Darat
dibuat spesimen herbariumnya.
beriklim tropis dengan kemiringan lahan berkisar
1,05-96,04% dan curah hujan tahunan berkisar Identifikasi Jenis Tumbuhan Paku
antara 185,58-346,44 mm/bulan (BPS, 2012). Identifikasi dilakukan dengan melihat karakter
morfologi tumbuhan paku yang meliputi bagian
Pengambilan Sampel Tumbuhan Paku
akar, batang, daun dan spora. Apabila pada suatu
Pengambilan sampel tumbuhan paku dilakukan
jenis paku tidak ditemukan spora, maka
dengan metode jelajah (Cruise Method) yaitu
identifikasi hanya dilakukan pada karakter
dengan observasi langsung dan menjelajahi setiap
morfologi vegetatifnya saja.
titik lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe
ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang Pembuatan Herbarium Kering
diteliti (Hartini, 2011). Pembuatan herbarium dilakukan terhadap
tumbuhan paku yang belum diketahui jenisnya,
Penelusuran dilakukan pada setiap garis jelajah
sedangkan jenis tumbuhan paku yang sudah
47
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

sudah diketahui jenisnya, diambil fotonya, dicatat HASIL DAN PEMBAHASAN


nama ilmiah dan nama daerahnya (Steenis
Hasil
(2005).
Berdasarkan hasil pengamatn dan identifikasi
Pembuatan Kunci Determinasi yang dilakukan, ditemukan 20 speseis yang
Kunci determinasi dibuat dengan cara menyusun terbagi dalam 11 familia. Jenis-jenis tumbuhan
ciri-ciri tumbuhan menjadi setiap kata yang terdiri paku di Hutan Sebelah Darat dapat dilihat pada
atas dua baris penuntun yang berisi ciri-ciri yang Tabel 1.
berlawanan satu sama lain. Setiap kata diberi
nomor penuntun yang ditandai dengan huruf
(Tjitrosoepomo, 2005).

Tabel 1. Tumbuhan Paku di Hutan Sebelah di Hutan Sebelah Darat.


Famili Spesies Nama Lokal Habitat
Aspleniaceae Asplenium longissimum BI. Paku rumput Terestrial
Asplenium nidus Linn Paku Sarang Burung Terestrial dan Epifit
Blechnaceae Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd. Lemiding atau Lemidi Terestrial
Davalliaceae Davallia denticulate (Burm. f.) Mett. ex kuhn Paku tertutup Epifit
Dennstaedtiaceae Athyrium esculentum (Retz.) Copel Paku sayur atau paku hijau Terestrial
Blechnum indicum Burm Paku hijau Terestrial
Gleicheniaceae Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B Paku Resam Terestrial
Lindsaeaceae Heterogonium giganteum (BI.) Holtt. Paku hijau Terestrial
Lindsaea doryphora Kramer Paku bening Terestrial
Lycopodiaceae Lycopodium cernuum L. Paku kawat Terestrial
Lygodiaceae Lygodium circinatum (Burm. f.) Sw Ribu-ribu Terestrial dan Epifit
Lygodium flexuosum (L.) Sw. Ribu-ribu Garege Terestrial dan Epifit
Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br. Paku ribu-ribu garege halus Terestrial dan Epifit
Polypodiaceae Drynaria quercifolia J. Smith Paku daun kepala tupai Terestrial dan Epifit

Phyrossia longifolia Paku uban Epifit


Pteridaceae Pityrogramma calomelanos (L.) Link. Paku perak Terestrial dan epifit
Pteris vittata Resam Terestrial
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw. Paku ringin Terestrial
Selaginellaceae Selaginella intermedia Paku Rane Lumut Terestrial
Selaginella willdenowii Paku Rane Biru Terestrial

Kunci Identifikasi ke Spesies


1. a. Percabangan batang mempunyai rhizofor. Batang merayap, daun tersusun dalam empat
baris.....................................................................................................................................................2
b. Percabangan batang tidak memiliki rhizofor. Batang tegak, daun tersusun dalam bentuk
spiral...................................................................................................................Lycopdium cernuum
2. a. Cabang ranting pertama memanjang hingga 4 cm ...............................................Lygodium scandens
b. Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan.....................................................................3
3. a. Batang tidak berbulu, selalu bercabang dua dan pada setiap percabangan bercabang lagi, susunan
daun menyirip dengan bentuk menjari, tepi daun bergerigi...............................Lygodium circinatum
b. Batang muda tegak, batang dewasa membentuk tali dan membelit, daun menjari, duduk daun pada
ujung batang, sorus dibawah helai daun sepanjang pertulangan daun
...........................................................................................................................Lygodium flexnuosum
4. a. Batang merayap. Daun tersusun jarang..............................................................Selaginella intermedia

48
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

b. Batang tegak. Daun tersusun tersusun rapat......................................... ......Selaginella willdenowii


5. a. Rimpang memanjat tinggi. Daun menyirip tunggal, tebal dan kaku, tepinya bergerigi panjang dan
ental mudanya berwarna merah .......................................................................Stenochlaena palustris
b. Rimpang tidak memanjat. Daun menyirip tunggal atau ganda, tipis dan lembut, tepinya bergerigi
halus dan ental mudanya berwarna hijau...............................................................Atrium esculentum
6. a. Tumbuhan paku berperawakan besar, hidup di tanah lumpur. Bentuk daun sama, hijau.
Sporangium acrostichoid ..................................................................................................................10
b. Tumbuhan paku hias, berperawakan kecil, hidup di tanah. Bentuk daun tidak sama, berwarna hijau
dan putih. Sporangium tidak acrostichoid........................................................................Pteris vittata
7. a. Tumbuhan paku berdaun tunggal, bertangkai pendek, berdaging dan permukaannya ditutupi oleh
rambut di bagian adaksial daun........................................................................ Pyrrosia longifolia
b. Tumbuhan paku berdaun majemuk....................................................................................................13
8. a. Sorus menebal dan membentuk garis memanjang, terdapat pada permukaan bawah daun, marginal
atau submarginal, terpisah-pisah............................................................................Davallia denticulta
b. Sorus tidak menebal dan tidak membentuk garis panjang ................................................................15
9. a. Sorus memanjang menutupi sepanjang costa atau terletak di kanan kiri
costa ..................................................................................................................................................16
b. Sorus memanjang membentuk 2 baris yang terdapat di kanan kiri costa.
Sorus terletak di pertengahan antara costa dan tepi daun....................................Taenitis blechnoides
10. a. Pina tidak bergerigi, mempunyai banyak bekas daun yang mereduksi pada
batang.................................................................................................................................................18
b. Pina bergerigi, tidak terdapat bekas daun pada batang..........................................Blechnum indicum
11. a. Tumbuhan paku heliofil......................................................................................... Gleichenia linearis
b. Tumbuhan paku subheliofil................................................................................................................21
12. a. Perawakan berupa herba. Batangnya kecil, berwarna hitam. Daun menyirip ganda dua (bipinatus),
pina yang paling bawah berukuran paling besar. Bagian abaksial daun ditutupi oleh serbuk
berwarna putih..........................................................................................Pityrogramma calomelanos
b. Perawakan berupa semak yang besar. Batangnya besar, berwarna ungu gelap. Daun umumnya
menyirip ganda tiga (tripinnatus). Pina yang paling bawah biasanya berukuran lebih kecil dan
pasangan pina sebelumnya.................................................................................................................23
13. a. Sorus berbentuk bulat besar, berukuran agak besar, tersusun sejajar di bagian abaksial daun dengan
jarak yang cukup jauh ...............................................................................................Asplenium nidus
b. Sorus berbentuk bulat kecil, tersusun berdempet-dempet pada percabangan
tulang di bagian abaksial daun.......................................................................Asplenium longissimum
14. a. Ental tegak dengan pina yang panjang, merayap................................................Drynaria quercifolia
b. Ental menjuntai dengan pina yang pendek........................................................................................27
15. a. Bagian abaksial dan adaksial daun licin (tidak berambut). Daun berwarna hijau tua. Sorus tersusun
berdempet-dempet membentuk garis mengikuti bentuk gelombang di bagian marginal
daun....................................................................................................................................................28
b. Bagian abaksial dan adaksial daun ditutupi oleh rambut. Daun berwarna
hijau muda. Sorus berbentuk bulat, tersusun dalam jarak yang dekat di bagian submarginal daun
......................................................................................................................Heterogonium gigantium

49
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

Pembahasan dan tepinya bergelombang. Daun tersusun


Asplenium longissimum BI. menyirip tunggal atau ganda berseling, panjang
A. longissium merupakan jenis paku terestrial dapat mencapai 60 cm. Menurut Ellwood et al.
yang yang hidup di daerah yang ternaungi pada (2002), daun fertil mempunyai bentuk yang sama
tanah yang lembap dan tidak tergenang. Hidup dengan daun steril, tetapi berukuran lebih sempit
secara berkelompok dan biasanya tumbuh dan warnanya lebih tua. Sporangium berwarna
bergabung dengan A. nidus. Menurut Holtum coklat terletak di bagian abaksial daun fertil.
(1986). Tumbuhan paku ini memiliki batang yang Sporangium tersusun mengikuti bentuk vena pada
pendek dan sporangium berupa garis-garis daun. Daun muda digunakan sebagai sayuran dan
pendek di sepanjang pertulangan daun. A. tanaman obat (LIPI, 1980) (Lampiran, gambar 3).
longissimum memiliki akar serabut berwarna
Blechnum indicum Burm.
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
B. indicum hidup secara terestrial, di daerah yang
berbentuk bulat, tegak, dan berwarna hitam.
tidak begitu kering. Menurut Steenis (2005), paku
Batang ditutupi oleh rambut-rambut halus
ini tumbuh di daerah yang kurang subur, tebing
berwarna coklat yang tersebar di sepanjang
tanah yang terjal dan di sekitar solfatar. Menurut
batang. Tumbuhan paku ini memiliki daun
Holtum (1967), B. indicum merupakan tumbuhan
berwama hijau tua dengan pina tersusun rapat.
paku yang tumbuh merumpun di daerah-daerah
Pina memiliki tangkai yang sangat pendek. Tepi
terbuka dan memiliki sporangium berwarna
pina bergerigi tumpul, ujung meruncing, pangkal
coklat yang menutupi ibu tulang daun B. indicum
berlekuk dan costa nyata. Pina yang paling bawah
memiliki akar serabut berwarna coklat dengan
berukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang
ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk
berada di atasnya. Pina yang memiliki ukuran
bulat, tegak, berwarna coklat, dan ditutupi oleh
panjang terletak di bagian tengah daun.
rambut-rambut halus. Daun berwarna hijau muda,
Sporangium terletak pada bagian abaksial daun
permukaan daun licin, tekstur daun keras dan
fertil, berwarna putih membentuk garis-garis
kaku. Pina tersusun menyirip ganjil berhadapan
pendek mengikuti percabangan tulang daun. Jenis
dan tersusun sangat rapat. Ibu tulang daun nyata.
ini cukup berpotensi untuk tanaman hias
Daun muda memiliki ibu tulang daun berwarna
(Lampiran, gambar 1).
hijau muda sedangkan daun tua memiliki ibu
Asplenium nidus L. tulang daun berwarna hijau kekuningan. Ujung
A. nidus tumbuh terestrial juga tumbuh epifit di pina runcing, pangkal rata, dan tepinya rata.
batang pohon yang telah ditebang sampai di Sporangium berwarna coklat yang terletak pada
ranting pohon besar, menumpang di batang pohon bagian abaksial daun. Sporangium tersusun
tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab membentuk garis yang tebal yang menutupi
dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Paku seluruh ibu tulang daun. B. indicum dapat
ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, digunakan sebagai bahan baku briket (LIPI, 1980)
entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan (Lampiran, gambar 4).
lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan
Davallia denticulata (Burm. F.) Mett. Ex Kuhn
daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau
D. denticulata termasuk jenis paku yang
cerah, dan menguning bila terkena cahaya
umumnya menumpang pada tumbuhan lain atau
matahari langsung. Ental-ental yang mengering
di sebut epifit. Paku ini dapat pula tumbuh pada
akan membentuk semacam sarang burung yang
tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu, juga
menumpang pada cabang-cabang pohon. Menurut
banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis
Steenis (2005), paku ini tumbuh di daerah yang
palem. Menurut Holtum (1986) D. denticulata
tidak begitu kering. Jenis ini ditanam sebagai
merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah
tanaman hias dan obat (Winter & Amorosa, 1992)
dataran rendah yang terbuka.Tumbuhan paku ini
(Lampiran, gambar 2).
memiliki sporangium yang terdapat pada bagian
Athyrium esculentum marginal daun fertil. D. denticulata memiliki
A. esculentum hidup secara terestrial dan daun berbentuk segitiga, berwarna hijau tua
ditemukan pada tepian sungai atau parit-parit di seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60
daerah pengamatan. Paku ini menyukai daerah cm, anak daun bulat telur memanjang, beringgit,
yang lembab dan ternaungi. A. esculentum bergerigi dengan urat-urat yang bebas. Tangkai
memiliki daun berwarna hijau dan bertekstur berwarna coklat gelap mengkilap. Suryana
tipis. Ujung daun meruncing, basalnya berlekuk (2009) menjelaskan bahwa tumbuhan paku ini
50
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

memiliki daun berbentuk segitiga dan sorus tumbuhan invasif di beberapa tempat karena
terletak pada setiap lekukan tepi pina. mendominasi permukaan tanah menyebabkan
Sporangium berbentuk seperti piala. D. tumbuhan lain terhambat pertumbuhannya. Paku
denticulata mempunyai bentuk yang cukup ini dapat sebagai tanaman hias (Latifah, 2004)
menarik sehingga banyak dimanfaatkan sebagai (Lampiran, gambar 7).
tanaman hias dan obat (LIPI, 1980) (Lampiran,
gambar 5). Heterogonium giganteum (Bi.) Holtt.
H. giganteum hidup secara terestrial pada daerah
Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith
ternaungi yang lembab dan hidup secara
D. quercifolia digolongkan ke dalam paku
berkelompok maupun menyebar. Hidup pada
terestrial dan epifit yang ternaungi. Menurut
tanah yang becek ataupun di daerah tepi sungai.
Steenis (2005), paku ini tumbuh di daerah
Jenis paku ini memiliki akar serabut berwarna
mangrove sampai daerah gunung yang rendah,
coklat dcngan ruas rimpang pendek. Batang
hutan sekunder, di atas pohon di daerah
berbentuk bulat.berwarna coklat muda, dan
perkebunan. Akar rimpang memanjat, kerapkali
ditutupi oleh rambut-rambut halus. Daun
panjang dan tebal, sisik mulai kaki yang
berwarna hijau muda tersusun menyirip tunggal.
membalut daun menyempit. Daun beruas dengan
memiliki ujung yang meruncing pangkal
akar rimpang. Daun sarang bulat telur, dengan
berlekuk, dan bagian tepinya beringgit. Costa
kaki berbentuk jantung, berumur panjang, 7,5-30
nyata. Daun steril memiliki bentuk yang sama
kali 5-20 cm. Daun sejati serupa kulit, gundul,
dengan daun fertil, namun berukuran lebih
tajuk ujung tidak ada (Steenis, 2005). Daun
pendek kecil dan sempit serta berwarna lebih
tunggal yang dapat tumbuh tinggi hingga
muda. Sporangium terletak pada bagian abaksial
mencapai 150 cm atau lebih. Permukaan daun
sub marginal daun fertil, tersusun sejajar dcngan
berwarna hijau kusam dan kaku. Jenis
costula berwarna coklat dan berbentuk bulat.
tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun
Menurut Holtum (1967), H. giganteum memiliki
memenuhi seluruh tulang daunutama.
daun dengan lobus yang dalam dan sporangium
Kedudukan anak daun berselang-seling.
sejajar dengan costula. Berpotensi sebagai
Kedudukan spora menyebar di seluruh bawah
tanaman hias (Suseno, 1991) (Lampiran, gambar
permukaan daun, dengan bentuk bulat. Pada
8).
saat masih muda spora memiliki warna hijau
sedangkan jika sudah matang berwarna coklat.
Lindsaea doryphora Kramer
Jenis ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias,
L. doryphora hidup terestrial pada daerah lembab
selain itu juga digunakan sebagai obat
yang ternaungi. Memiliki akar serabut berwarna
(Hovenkamp et al., 1998; Nejad & Deokule,
coklat dengan ruas rimpang yang pendek.Batang
2009) (Lampiran, gambar 6).
bercabang menggarpu, berbentuk segitiga,
berwarna hitam, dan ditutupi oleh rambut-rambut
Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B
halus berwarna coklat. Daun berwarna hijau tua,
Gleichenia linearis hidup secara terestrial di
bertekstur tipis, licin, dan terlihat mengkilap. Ibu
tempat terbuka. Banyak terdapat di daerah tepi
tulang daun tidak nyata, tepi pina menggulung ke
sungai dan jurang dan tebing-tebing di tepi jalan
bawah membentuk gulungan yang terputus-putus.
di pegunungan. Tumbuhan ini mudah dikenal
Ujung pina membulat dan pangkalnya tumpul.
karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar
Sporangium terletak di bagian abaksial daun
dua dan tangkainya bercabang mendua
fertil, berwarna coklat berbentuk gulungan di
(dikotom). Dapat pula memanjat dan
sepanjang marginal daun sehingga bentuknya
menggantung. Menurut Steenis (2005), paku ini
mengikuti gulungan daun tersebut. Menurut
hidup di daerah banyak hujan, 30-2.800 m,
Holtum (1967), L. doryphora merupakan
kadang-kadang merupakan belantara yang rapat.
tumbuhan paku terestrial yang memiliki pina
G. linearis memiliki akar serabut. Batang tegak
berukuran kecil, helaian daun tipis dan kuat.
dengan percabangan dua dan masing-masing
Daun menggulung ke belakang membentuk garis
cabang itu akan bercabang dua lagi dan
putus-putus sebagai tempat melekatnya
seterusnya. Tumbuhan ini sangat bermanfaat
sporangium (LIPI, 1980) (Lampiran, gambar 9).
karena dapat menyuburkan tanah. Tumbuhan ini
mampu menyerap racun di sekitar
Lycopodium cernuum L.
tempat tumbuhnya. Resam dikenal sebagai
L. cernuum hidup terestrial di daerah teduh yang
51
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

cerah. Menurut Steenis (2005), tumbuh di tempat merambat dan membelit pada tumbuhan lain yang
bermatahari cerah atau keteduhan yang sedang di berada didekatnya secara epifit maupun terestrial.
lereng tanah yang terjal, tanah bekas lava, padang Tumbuhan paku ini memiliki akar serabut
alang-alang, tepi hutan, hutan yang baru di buka. berwarna coklat. Batang berbentuk bulat, licin
Menurut Suryana (2009), P. cernua merupakan dan berwarna hijau. Cabang ranting pertama tidak
tumbuhan paku terestrial yang hidup di daerah mengalami perpanjangan. Daun berwarna hijau
dataran rendah yang tidak ternaungi. Tumbuhan tua dan tersusun menyirip berseling. Setiap sisi
paku ini tumbuh tegak dan memiliki daun seperti cabang terdapat 3-4 anak daun. Bentuk pina
jarum yang merata di sepanjang batang dan memanjang, memiliki ujung yang meruncing,
cabang. L. cernuum memiliki akar serabut pangkal membulat, dan bagian tepinya bergerigi
berwarna coklat yang terdapat di dalam tanah. dalam. Pina memiliki tangkai yang pendek
Batang berbentuk bulat, berwarna hijau, berwarna coklat muda. Permukaan daun licin dan
berukuran kecil, cabang tidak beraturan. Bagian mengkilap. Daun berbagi menjadi 2-5 lobus yang
pangkal batang lurus tidak bercabang sedangkan dalam. Sporangium terdapat di bagian marginal
bagian atas batang bercabang banyak dan tidak daun fertil, berbentuk panjang, tersusun dalam
beraturan. Daun pada tumbuhan paku ini kecil dua baris pada tepi daun dan berwana hijau.
seperti jarum, tidak betangkai, berwarna hijau Menurut Holtum (1967), L. flexuosum merupakan
muda, dan tersusun mengelilingi batang dalam tumbuhan paku yang memiliki daun berukuran
bentuk yang tidak beraturan. Daun pada bagian kecil, hidup di daerah terbuka dan merambat pada
batang biasanya berukuran lebih panjang, tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Paku ini
tersusun lebih jarang, dan kasar dibandingkan dapat digunakan sebagai obat (Wulandari, 2014)
dengan daun yang terdapat pada bagian cabang (Lampiran, gambar 12).
tersusun rapat dan bertekstur lembut. Tumbuhan
paku ini memiliki dua tipe daun yang dapat Lygodium microphyllum (Cav.) R. B
dibedakan dengan jelas yaitu daun fertil dan daun L. microphyllum tumbuh merambat pada daerah
steril.Sporangium terdapat pada ujung cabang terbuka, seperti L. flexuosum dan L. scandens
yang tersusun dalam bentuk strobilus. Paku ini yang memiliki cabang berwarna coklat kehijauan,
daat digunakan sebagai obat (LBN-LIPI, 1980) cabang ranting pertama mengalami perpanjangan,
(Lampiran, gambar 10). daun membelit pada tumbuhan lain yang berada
di dekatnya. Tumbuhan paku ini memiliki akar
Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw. serabut berwarna coklat, memiliki batang
L. circinatum tumbuh di tempat terbuka dan berbentuk bulat, kecil, licin, dan berwana hijau.
mendapat sinar matahari yang cukup (heliofil), Daun berwarna hijau muda, tipis, dan kedua
terestrial dan epifit. Tumbuhan ini sering di permukaannya licin. Menurut Holtum (1967),
temukan hidup bersama L. scandens dan L. pina berbentuk segitiga seperti jantung dan
flexuosum dengan menjalar dan merambat pada tersusun menyirip berseling dengan 4-8 anak
tumbuhan lain yang berada di dekatnya, memiliki daun. Ujung pina tumpul, basalnya rata, dan
akar di dalam tanah berbentuk serabut berwarna tepinya bergerigi halus. Ibu tulang daun (costa)
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang tidak terlihat jelas karena warnanya hampir sama
berbentuk bulat, tegak, licin, berukuran kecil dengan warna daun. Daun steril memiliki ukuran
tetapi kuat, dan berwarna coklat. Cabang ranting yang lebih lebih kecil dibandingkan dengan daun
pertama tidak mengalami perpanjangan. Daun fertil. Daun fertil memiliki bentuk yang lebih
berwama hijau muda, bertekstur tipis dan licin. lebar sehingga bentuknya hampir membulat serta
Ujung anak daun membulat, basal meruncing dan memiliki gerigi yang lebih dalam. Sporangium
tepi daun rata.Tumbuhan paku ini mempunyai berwarna hijau muda tersusun dalam dua baris
percabangan yang tidak berkembang atau pada tepi daun fertil. L microphyllum bermanfaat
mengalami perpanjangan. Costa mempunyai sebagai tumbuhan obat (Wulandari, 2014)
warna yang mirip dengan warna daunnya. Daun (Lampiran, gambar 13).
hanya berlobus pada bagian basalnya. Menurut
Holtum (1967), L. circinatum dapat digunakan Pityrogramma calomelanos (L.) Link.
sebagai obat (LIPI, 1980) (Lampiran, gambar 11). P. calomelanos hidup secara epifit di daerah
kering yang tidak ternaungi. Hidup secara
Lygodium flexuosum (L.) Sw. berkelompok pada tanah merah berbatu. Menurut
Lygodium flexuosum merupakan tumbuhan paku Holtum (1967), P. calomelanos merupakan
52
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran Tumbuhnya seringkali bercampur dengan
tinggi maupun dataran rendah pada daerah Lygodium, Gleichenia, dan Selaginella lainnya.
terbuka. Tumbuhan paku ini memiliki rimpang Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang
pendek, batang tegak, dan spora berupa serbuk lembab dan berair dan banyak dijumpai pada
berwarna putih. Sunarmi dan Sarwono (2004) ketinggian 600 m dpl. Di sebut intermedia karena
juga menjelaskan bahwa tumbuhan paku ini ukurannya yang terletak antara rane biru dan rane
memiliki rimpang tegak dan sorus yang menutupi halus (Setyawan, 2011). Paku ini berkerabat
permukaan bawah sporofil tanpa indusium. sangat dekat dengan rane biru (S. plana) dan rane
Menurut Sukumaran & Kuttan (1991), tumbuhan halus (S. willdenowii). Oleh karenanya baik
paku perak memiliki potensi aktivitas sitotoksik bentuk tubuhnya, daun dan strobilinya
dan antitumor (Lampiran, gambar 14). menyerupai kedua rane itu. Jens paku ini dapat
sebagai tanaman hias (Setyawan, 2011)
Pteris vittata (Lampiran, gambar 17).
P. vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan
yang hidup di tanah, tembok, dan tebing terjal. Selaginella willdenowii
Merupakan jenis paku terestrial yang tumbuh S. willdenowii disebut juga rane halus. Rane
pada batu-batu atau pada tebing sungai, yang halus seperti halnya jenis Selaginella lainnya
menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar termasuk jenis paku yang mempunyai daun yang
pada pemukaan batuan dan akar-akarnya masuk berukuran kecil. Pada umumnya ental berwarna
ke celah-celah batu. Daunnya sporofil (daun hijau tetapi pada keadaan tertentu misalnya di
fertil) yaitu daun yang berfungsi menghasilkan tempat yang teduh warna itu akan berubah
spora. Venansi tumbuhan paku ini bergulung atau menjadi kebiruan. Entalnya berbentuk bulat
daun muda yang menggulung dan akan membuka lonjong, kecil dan kaku, menggerombol di ujung
jika telah dewasa (Hartini, 2011). Daun berwarna batang sehingga tampak menutupi batangnya.
hijau dengan bentuk daunnya memanjang, Karena sifat inilah rane halus baik digunakan
tepinya rata, ujung daunnya setengah untuk tanaman hias. Batangnya tegak dan bersisik
meruncing, daunnya berhadapan bersilang, halus. Kadang-kadang mempunyai percabangan
teksturnya selaput berupa helaian dan permukaan yang menyirip. Seringkali rane halus ini
daunnya kasar. Batang berupa rimpang karena membentuk belukar yang cukup lebat. Daun-daun
arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, subur terangkai dalam bentuk strobili yang
meskipun ada yang tegak. Bentuk batang bentuknya seperti tabung. Daun-daun subur
tumbuhan paku ini panjang, ramping dan sirkuler tersebut pendek, melebar, dan tumpul (Setyawan,
linier. Umumnya digunakan sebagai tanaman hias 2011). Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai
(Wulandari, 2014) (Lampiran, gambar 15). obat (Setyawan, 2011) (Lampiran, gambar 18).

Pyrrosia longifolia Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd.


P. longifolia memiliki sorus bulat, meliputi S. palustris hidup di tanah atau memanjat pada
seluruh sisi bawah bagian atas daun atau seluruh tumbuhan lain yang berada didekatnya. Paku ini
daun, tanpa indusium.Daun yang mati lepas dari memiliki akar serabut berwarna coklat dengan
rimpang, tunggal, bentuk memanjang dan yang ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk
muda penuh dengan rambut-rambut bintang. bulat, berwarma hijau dan beralur. Daun yang
Urat-urat saling mendekat, sukar diamati epifit muda berwarna merah, bertekstur lembut dan
atau pada batu yang basah. Menurut Holtum tipis, setelah dewasa daun bertekstur keras, kaku,
(1967), Pyrrosia merupakan paku epifit, rizhome tebal dan berwarna hijau tua. Ujung anak daun
menjalar, dengan daun fertil dan steril, sorus bulat pina runcing, basal membulat, tepinya bergerigi.
meliputi seluruh sisi bawah bagian atas daun, Sporangium tersusun berkelompok, terletak
tanpa indusium. Sebagai obat ramuan herbal diantara costa, berbentuk bubuk halus berwana
untuk kanker payudara (Ratna, 2009) (Lampiran, coklat dan mudah lepas. Paku ini dapat digunakan
gambar 16). sebagai obat (Widhi, 2006) dan sebagai sayuran
(LIPI, 1980) (Lampiran, gambar 19).
Selaginella intermedia
S. intermedia disebut juga rane lumut yang hidup Taenitis blechnoides (Wild.) Swartz
secara terestrial yang ternaungi. Di alam Jenis ini merupakan paku yang dapat tumbuh
tumbuhan ini terdapat di lereng-lereng bukit. secara terestrial atau epifit. Menurut Sunarmi dan
53
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

Sarwono (2004) akar rimpangnya menjalar Nejad, BS & Deokule, S,. 2009. Anti-
pendek, diameter 4-5 mm, bagian ujung ditutup dermatophytic activity of Drynaria
rapat oleh bulu-bulu hitam yang panjangnya 2-3 quercifolia (L.) J, Smith. Jundishapur Journal
mm. Daun majemuk tunggal, anak daun tersusun of Microbiology. Volume 2(1) : 25-30.
Ratna, SA 2009, Inventarisasi Tumbuhan Paku
berdekatan dalam 2 barisan, 1-12 pasang, dengan
(Pteridophyta) Terestrial di Desa Antibar
1 daun di bagian ujung. Panjang tangkai daun 40- Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten
60 cm. Bentuk helaian anak daun lanset, bagian Pontianak, Skripsi, Fakultas MIPA Universitas
ujung runcing. Ada dua macam daun, daun steril Tanjungpura Pontianak.
dan daun fertil. Daun fertil lebih sempit dari daun Rismunandar & Ekowati, 1991, Tanaman Hias Paku-
steril. Tekstur daun kaku dan agak tebal, berwarna Pakuan, Panebar Swadaya, Jakarta.
hijau tua. Sori terdapat di kanan kiri ibu tulang Setyawan, AD, 2011, Natural Product from Genus
daun, memanjang di bagian tepi anak daun, Selaginella (Selaginelaceae) Nusantara
tersusun tidak terputus. Paku jenis ini dapat Bioscience, Volume 3: 44-58.
sebagai tanaman hias (Suseno, 1991) (Lampiran, Sukumaran K, Kuttan R, 1991, Screening of 11 Ferns
for Cytotoxic and Antitumor Potential with
gambar 20).
Special Reference to Pityrogramma
calomelanos, Journal of Ethnopharmacology.
DAFTAR PUSTAKA
Volume 34: 93-96.
Suseno, S, 1991, Suplir (Perawatan dan Pembibitan
Badan Pusat Statistik Kubu Raya, 2012, Kabupaten
Paku Hias), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kubu Raya dalam Angka, Badan Pusat
Tjitrosoepomo, G, 2005, Taksonomi Tumbuhan
Statistik, Kubu Raya.
(Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Ceri, B, 2014, Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan
Pteridophyta), Gadjah Mada University Press,
(Pteridophyta) Di Mangrove Muara Sungai
Yogyakarta.
Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten
Wulandari, F & Nery S, 2014, Eksplorasi Pengetahuan
Pontianak, Jurnal Protobiont, Vol 3 (2) : 240 –
Tumbuhan Obat Etnis Sakai di Desa Petani
246.
Duri Riau, JOM FMIPA Volume 1 Nomor 2,
Ekoyani, 2007, Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan
Oktober 2014.
(Pteridophyta) di Kaasan Hutan Lindung
Steenis, Vn, CGGJ, 2005, Flora, Pradnya Paramita,
Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang,
Jakarta.
Skripsi, Fakultas Kehutanan, Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Ellwood, MDF, DT Jones & WA Foster, 2002,
Canopy Ferns in Lowland Dipterocarp Forest LAMPIRAN
Support a Profilic Abundance of Ants, Termites 1. Asplenium longissimum BI.
and others Invertebrates, Biotropika 34: 575-
583.
Hartini, S. 2011, Tumbuhan Paku di Beberapa
Kawasan Hutan di Taman Nasional Kepulauan
Togean dan Upaya Konservasinya di Kebun
Raya Bogor, Berkala Penelitian Hayat, Edisi
Khusus: Volume 7A Halaman 35–40.
Hovenkamp PH, Bosman, MTM, Hennipman E,
Nooteboom, H.P, Rodl-Linder, G & Roos, MC,
1998, Polypodiacea. In: C Kalkman and HP,
Nooteboom, Flora Malesiana, Series. II, vol. 3,
pp. 1-234. Hortus Botanicus, Leiden
Holtum, RE, 1967, Flora Malesiana, Series II-
Pteridophyta, Ferns & Ferns Allies, Royal
Botanic Gardiens, Kew-Surrey England.
Holtum, RE, 1986, A Rivised Flora of Malaya, Fern
of Malaya, Government Printing Office, Gambar 1. Asplenium longissimum BI.
Singapore.
Loveless, AR, 1999, Prinsip-Prinsip Biologi
Tumbuhan Untuk Daerah Tropik, PT
Gramedia, Jakarta.
Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis Paku
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

54
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

2. Asplenium nidus L. 5. Davallia denticulata (Burm. F.) Mett. Ex


Kuhn

Gambar 2. Asplenium nidus L.


Gambar 5. Davallia denticulata

3. Athyrium esculentum 6. Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith

Gambar 3. Athyrium esculentum


Gambar 6. Drynaria quercifolia
4. Blechnum indicum Burm.
7. Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B

Gambar 4. Blechnum indicum Burm.


Gambar 7. Gleichenia linearis
55
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

8. Heterogonium giganteum (Bi.) Holtt. 11. Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw. (Ribu-
ribu)

Gambar 8. Heterogonium giganteum


Gambar 11. Lygodium circinatum
9. Lindsaea doryphora Kramer
12. Lygodium flexuosum (L.) Sw.

Gambar 9. Lindsaea doryphora


Gambar 12. Lygodium flexuosum
10. Lycopodium cernuum L.
13. Lygodium microphyllum (Cav.) R.

Gambar 10. Lycopodium cernuum L.


Gambar 13. Lygodium microphyllum

56
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

14. Pityrogramma calomelanos (L.) Link. 17. Selaginella intermedia

Gambar 14. Pityrogramma calomelanos Gambar 17. Selaginella intermedia

15. Pteris vittata 18. Selaginella willdenowii

Gambar 15. Pteris vittata Gambar 18. Selaginella willdenowii

16. Pyrrosia longifolia


19. Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.

Gambar 16. Pyrrosia longifolia


Gambar 19. Stenochlaena palustris
57
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58

20. Taenitis blechnoides (Wild.) Swartz

Gambar 20.Taenitis blechnoides

58

Anda mungkin juga menyukai