1 PB
1 PB
5 (1) : 46-58
Abstract
Ferns (Pteridophyta) as a plant community in biodiversity has important ecological function in forest
ecosystems and human living. The human activities on the forest may lead to ecosystems disruption and
reducing natural resources preservation, including reducing ferns species in the forest. Inventory of ferns
species need to be performed to gathering information for the preservation and development of the region.
The research was conducted from Juni 2015 to September 2015. Ferns sampling was performed on
Sebelah Darat, Lingga Village Forest, Sungai Ambawang District. Cruise method was employed to
collect ferns. The results were obtained showing that there are 20 kinds of epiphytic and terrestrial ferns
dividing of 11 families, Aspleniaceae, Blechnaceae, Davalliaceae, Dennstaedtiaceae, Lindsaeaceae,
Lycopodiaceae, Lygodiaceae, Polypodiceae, Gleicheniaceae, Pteridaceae and Selaginellaceae.
48
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58
49
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58
memiliki daun berbentuk segitiga dan sorus tumbuhan invasif di beberapa tempat karena
terletak pada setiap lekukan tepi pina. mendominasi permukaan tanah menyebabkan
Sporangium berbentuk seperti piala. D. tumbuhan lain terhambat pertumbuhannya. Paku
denticulata mempunyai bentuk yang cukup ini dapat sebagai tanaman hias (Latifah, 2004)
menarik sehingga banyak dimanfaatkan sebagai (Lampiran, gambar 7).
tanaman hias dan obat (LIPI, 1980) (Lampiran,
gambar 5). Heterogonium giganteum (Bi.) Holtt.
H. giganteum hidup secara terestrial pada daerah
Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith
ternaungi yang lembab dan hidup secara
D. quercifolia digolongkan ke dalam paku
berkelompok maupun menyebar. Hidup pada
terestrial dan epifit yang ternaungi. Menurut
tanah yang becek ataupun di daerah tepi sungai.
Steenis (2005), paku ini tumbuh di daerah
Jenis paku ini memiliki akar serabut berwarna
mangrove sampai daerah gunung yang rendah,
coklat dcngan ruas rimpang pendek. Batang
hutan sekunder, di atas pohon di daerah
berbentuk bulat.berwarna coklat muda, dan
perkebunan. Akar rimpang memanjat, kerapkali
ditutupi oleh rambut-rambut halus. Daun
panjang dan tebal, sisik mulai kaki yang
berwarna hijau muda tersusun menyirip tunggal.
membalut daun menyempit. Daun beruas dengan
memiliki ujung yang meruncing pangkal
akar rimpang. Daun sarang bulat telur, dengan
berlekuk, dan bagian tepinya beringgit. Costa
kaki berbentuk jantung, berumur panjang, 7,5-30
nyata. Daun steril memiliki bentuk yang sama
kali 5-20 cm. Daun sejati serupa kulit, gundul,
dengan daun fertil, namun berukuran lebih
tajuk ujung tidak ada (Steenis, 2005). Daun
pendek kecil dan sempit serta berwarna lebih
tunggal yang dapat tumbuh tinggi hingga
muda. Sporangium terletak pada bagian abaksial
mencapai 150 cm atau lebih. Permukaan daun
sub marginal daun fertil, tersusun sejajar dcngan
berwarna hijau kusam dan kaku. Jenis
costula berwarna coklat dan berbentuk bulat.
tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun
Menurut Holtum (1967), H. giganteum memiliki
memenuhi seluruh tulang daunutama.
daun dengan lobus yang dalam dan sporangium
Kedudukan anak daun berselang-seling.
sejajar dengan costula. Berpotensi sebagai
Kedudukan spora menyebar di seluruh bawah
tanaman hias (Suseno, 1991) (Lampiran, gambar
permukaan daun, dengan bentuk bulat. Pada
8).
saat masih muda spora memiliki warna hijau
sedangkan jika sudah matang berwarna coklat.
Lindsaea doryphora Kramer
Jenis ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias,
L. doryphora hidup terestrial pada daerah lembab
selain itu juga digunakan sebagai obat
yang ternaungi. Memiliki akar serabut berwarna
(Hovenkamp et al., 1998; Nejad & Deokule,
coklat dengan ruas rimpang yang pendek.Batang
2009) (Lampiran, gambar 6).
bercabang menggarpu, berbentuk segitiga,
berwarna hitam, dan ditutupi oleh rambut-rambut
Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B
halus berwarna coklat. Daun berwarna hijau tua,
Gleichenia linearis hidup secara terestrial di
bertekstur tipis, licin, dan terlihat mengkilap. Ibu
tempat terbuka. Banyak terdapat di daerah tepi
tulang daun tidak nyata, tepi pina menggulung ke
sungai dan jurang dan tebing-tebing di tepi jalan
bawah membentuk gulungan yang terputus-putus.
di pegunungan. Tumbuhan ini mudah dikenal
Ujung pina membulat dan pangkalnya tumpul.
karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar
Sporangium terletak di bagian abaksial daun
dua dan tangkainya bercabang mendua
fertil, berwarna coklat berbentuk gulungan di
(dikotom). Dapat pula memanjat dan
sepanjang marginal daun sehingga bentuknya
menggantung. Menurut Steenis (2005), paku ini
mengikuti gulungan daun tersebut. Menurut
hidup di daerah banyak hujan, 30-2.800 m,
Holtum (1967), L. doryphora merupakan
kadang-kadang merupakan belantara yang rapat.
tumbuhan paku terestrial yang memiliki pina
G. linearis memiliki akar serabut. Batang tegak
berukuran kecil, helaian daun tipis dan kuat.
dengan percabangan dua dan masing-masing
Daun menggulung ke belakang membentuk garis
cabang itu akan bercabang dua lagi dan
putus-putus sebagai tempat melekatnya
seterusnya. Tumbuhan ini sangat bermanfaat
sporangium (LIPI, 1980) (Lampiran, gambar 9).
karena dapat menyuburkan tanah. Tumbuhan ini
mampu menyerap racun di sekitar
Lycopodium cernuum L.
tempat tumbuhnya. Resam dikenal sebagai
L. cernuum hidup terestrial di daerah teduh yang
51
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58
cerah. Menurut Steenis (2005), tumbuh di tempat merambat dan membelit pada tumbuhan lain yang
bermatahari cerah atau keteduhan yang sedang di berada didekatnya secara epifit maupun terestrial.
lereng tanah yang terjal, tanah bekas lava, padang Tumbuhan paku ini memiliki akar serabut
alang-alang, tepi hutan, hutan yang baru di buka. berwarna coklat. Batang berbentuk bulat, licin
Menurut Suryana (2009), P. cernua merupakan dan berwarna hijau. Cabang ranting pertama tidak
tumbuhan paku terestrial yang hidup di daerah mengalami perpanjangan. Daun berwarna hijau
dataran rendah yang tidak ternaungi. Tumbuhan tua dan tersusun menyirip berseling. Setiap sisi
paku ini tumbuh tegak dan memiliki daun seperti cabang terdapat 3-4 anak daun. Bentuk pina
jarum yang merata di sepanjang batang dan memanjang, memiliki ujung yang meruncing,
cabang. L. cernuum memiliki akar serabut pangkal membulat, dan bagian tepinya bergerigi
berwarna coklat yang terdapat di dalam tanah. dalam. Pina memiliki tangkai yang pendek
Batang berbentuk bulat, berwarna hijau, berwarna coklat muda. Permukaan daun licin dan
berukuran kecil, cabang tidak beraturan. Bagian mengkilap. Daun berbagi menjadi 2-5 lobus yang
pangkal batang lurus tidak bercabang sedangkan dalam. Sporangium terdapat di bagian marginal
bagian atas batang bercabang banyak dan tidak daun fertil, berbentuk panjang, tersusun dalam
beraturan. Daun pada tumbuhan paku ini kecil dua baris pada tepi daun dan berwana hijau.
seperti jarum, tidak betangkai, berwarna hijau Menurut Holtum (1967), L. flexuosum merupakan
muda, dan tersusun mengelilingi batang dalam tumbuhan paku yang memiliki daun berukuran
bentuk yang tidak beraturan. Daun pada bagian kecil, hidup di daerah terbuka dan merambat pada
batang biasanya berukuran lebih panjang, tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Paku ini
tersusun lebih jarang, dan kasar dibandingkan dapat digunakan sebagai obat (Wulandari, 2014)
dengan daun yang terdapat pada bagian cabang (Lampiran, gambar 12).
tersusun rapat dan bertekstur lembut. Tumbuhan
paku ini memiliki dua tipe daun yang dapat Lygodium microphyllum (Cav.) R. B
dibedakan dengan jelas yaitu daun fertil dan daun L. microphyllum tumbuh merambat pada daerah
steril.Sporangium terdapat pada ujung cabang terbuka, seperti L. flexuosum dan L. scandens
yang tersusun dalam bentuk strobilus. Paku ini yang memiliki cabang berwarna coklat kehijauan,
daat digunakan sebagai obat (LBN-LIPI, 1980) cabang ranting pertama mengalami perpanjangan,
(Lampiran, gambar 10). daun membelit pada tumbuhan lain yang berada
di dekatnya. Tumbuhan paku ini memiliki akar
Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw. serabut berwarna coklat, memiliki batang
L. circinatum tumbuh di tempat terbuka dan berbentuk bulat, kecil, licin, dan berwana hijau.
mendapat sinar matahari yang cukup (heliofil), Daun berwarna hijau muda, tipis, dan kedua
terestrial dan epifit. Tumbuhan ini sering di permukaannya licin. Menurut Holtum (1967),
temukan hidup bersama L. scandens dan L. pina berbentuk segitiga seperti jantung dan
flexuosum dengan menjalar dan merambat pada tersusun menyirip berseling dengan 4-8 anak
tumbuhan lain yang berada di dekatnya, memiliki daun. Ujung pina tumpul, basalnya rata, dan
akar di dalam tanah berbentuk serabut berwarna tepinya bergerigi halus. Ibu tulang daun (costa)
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang tidak terlihat jelas karena warnanya hampir sama
berbentuk bulat, tegak, licin, berukuran kecil dengan warna daun. Daun steril memiliki ukuran
tetapi kuat, dan berwarna coklat. Cabang ranting yang lebih lebih kecil dibandingkan dengan daun
pertama tidak mengalami perpanjangan. Daun fertil. Daun fertil memiliki bentuk yang lebih
berwama hijau muda, bertekstur tipis dan licin. lebar sehingga bentuknya hampir membulat serta
Ujung anak daun membulat, basal meruncing dan memiliki gerigi yang lebih dalam. Sporangium
tepi daun rata.Tumbuhan paku ini mempunyai berwarna hijau muda tersusun dalam dua baris
percabangan yang tidak berkembang atau pada tepi daun fertil. L microphyllum bermanfaat
mengalami perpanjangan. Costa mempunyai sebagai tumbuhan obat (Wulandari, 2014)
warna yang mirip dengan warna daunnya. Daun (Lampiran, gambar 13).
hanya berlobus pada bagian basalnya. Menurut
Holtum (1967), L. circinatum dapat digunakan Pityrogramma calomelanos (L.) Link.
sebagai obat (LIPI, 1980) (Lampiran, gambar 11). P. calomelanos hidup secara epifit di daerah
kering yang tidak ternaungi. Hidup secara
Lygodium flexuosum (L.) Sw. berkelompok pada tanah merah berbatu. Menurut
Lygodium flexuosum merupakan tumbuhan paku Holtum (1967), P. calomelanos merupakan
52
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58
tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran Tumbuhnya seringkali bercampur dengan
tinggi maupun dataran rendah pada daerah Lygodium, Gleichenia, dan Selaginella lainnya.
terbuka. Tumbuhan paku ini memiliki rimpang Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang
pendek, batang tegak, dan spora berupa serbuk lembab dan berair dan banyak dijumpai pada
berwarna putih. Sunarmi dan Sarwono (2004) ketinggian 600 m dpl. Di sebut intermedia karena
juga menjelaskan bahwa tumbuhan paku ini ukurannya yang terletak antara rane biru dan rane
memiliki rimpang tegak dan sorus yang menutupi halus (Setyawan, 2011). Paku ini berkerabat
permukaan bawah sporofil tanpa indusium. sangat dekat dengan rane biru (S. plana) dan rane
Menurut Sukumaran & Kuttan (1991), tumbuhan halus (S. willdenowii). Oleh karenanya baik
paku perak memiliki potensi aktivitas sitotoksik bentuk tubuhnya, daun dan strobilinya
dan antitumor (Lampiran, gambar 14). menyerupai kedua rane itu. Jens paku ini dapat
sebagai tanaman hias (Setyawan, 2011)
Pteris vittata (Lampiran, gambar 17).
P. vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan
yang hidup di tanah, tembok, dan tebing terjal. Selaginella willdenowii
Merupakan jenis paku terestrial yang tumbuh S. willdenowii disebut juga rane halus. Rane
pada batu-batu atau pada tebing sungai, yang halus seperti halnya jenis Selaginella lainnya
menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar termasuk jenis paku yang mempunyai daun yang
pada pemukaan batuan dan akar-akarnya masuk berukuran kecil. Pada umumnya ental berwarna
ke celah-celah batu. Daunnya sporofil (daun hijau tetapi pada keadaan tertentu misalnya di
fertil) yaitu daun yang berfungsi menghasilkan tempat yang teduh warna itu akan berubah
spora. Venansi tumbuhan paku ini bergulung atau menjadi kebiruan. Entalnya berbentuk bulat
daun muda yang menggulung dan akan membuka lonjong, kecil dan kaku, menggerombol di ujung
jika telah dewasa (Hartini, 2011). Daun berwarna batang sehingga tampak menutupi batangnya.
hijau dengan bentuk daunnya memanjang, Karena sifat inilah rane halus baik digunakan
tepinya rata, ujung daunnya setengah untuk tanaman hias. Batangnya tegak dan bersisik
meruncing, daunnya berhadapan bersilang, halus. Kadang-kadang mempunyai percabangan
teksturnya selaput berupa helaian dan permukaan yang menyirip. Seringkali rane halus ini
daunnya kasar. Batang berupa rimpang karena membentuk belukar yang cukup lebat. Daun-daun
arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, subur terangkai dalam bentuk strobili yang
meskipun ada yang tegak. Bentuk batang bentuknya seperti tabung. Daun-daun subur
tumbuhan paku ini panjang, ramping dan sirkuler tersebut pendek, melebar, dan tumpul (Setyawan,
linier. Umumnya digunakan sebagai tanaman hias 2011). Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai
(Wulandari, 2014) (Lampiran, gambar 15). obat (Setyawan, 2011) (Lampiran, gambar 18).
Sarwono (2004) akar rimpangnya menjalar Nejad, BS & Deokule, S,. 2009. Anti-
pendek, diameter 4-5 mm, bagian ujung ditutup dermatophytic activity of Drynaria
rapat oleh bulu-bulu hitam yang panjangnya 2-3 quercifolia (L.) J, Smith. Jundishapur Journal
mm. Daun majemuk tunggal, anak daun tersusun of Microbiology. Volume 2(1) : 25-30.
Ratna, SA 2009, Inventarisasi Tumbuhan Paku
berdekatan dalam 2 barisan, 1-12 pasang, dengan
(Pteridophyta) Terestrial di Desa Antibar
1 daun di bagian ujung. Panjang tangkai daun 40- Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten
60 cm. Bentuk helaian anak daun lanset, bagian Pontianak, Skripsi, Fakultas MIPA Universitas
ujung runcing. Ada dua macam daun, daun steril Tanjungpura Pontianak.
dan daun fertil. Daun fertil lebih sempit dari daun Rismunandar & Ekowati, 1991, Tanaman Hias Paku-
steril. Tekstur daun kaku dan agak tebal, berwarna Pakuan, Panebar Swadaya, Jakarta.
hijau tua. Sori terdapat di kanan kiri ibu tulang Setyawan, AD, 2011, Natural Product from Genus
daun, memanjang di bagian tepi anak daun, Selaginella (Selaginelaceae) Nusantara
tersusun tidak terputus. Paku jenis ini dapat Bioscience, Volume 3: 44-58.
sebagai tanaman hias (Suseno, 1991) (Lampiran, Sukumaran K, Kuttan R, 1991, Screening of 11 Ferns
for Cytotoxic and Antitumor Potential with
gambar 20).
Special Reference to Pityrogramma
calomelanos, Journal of Ethnopharmacology.
DAFTAR PUSTAKA
Volume 34: 93-96.
Suseno, S, 1991, Suplir (Perawatan dan Pembibitan
Badan Pusat Statistik Kubu Raya, 2012, Kabupaten
Paku Hias), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kubu Raya dalam Angka, Badan Pusat
Tjitrosoepomo, G, 2005, Taksonomi Tumbuhan
Statistik, Kubu Raya.
(Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Ceri, B, 2014, Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan
Pteridophyta), Gadjah Mada University Press,
(Pteridophyta) Di Mangrove Muara Sungai
Yogyakarta.
Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten
Wulandari, F & Nery S, 2014, Eksplorasi Pengetahuan
Pontianak, Jurnal Protobiont, Vol 3 (2) : 240 –
Tumbuhan Obat Etnis Sakai di Desa Petani
246.
Duri Riau, JOM FMIPA Volume 1 Nomor 2,
Ekoyani, 2007, Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan
Oktober 2014.
(Pteridophyta) di Kaasan Hutan Lindung
Steenis, Vn, CGGJ, 2005, Flora, Pradnya Paramita,
Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang,
Jakarta.
Skripsi, Fakultas Kehutanan, Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Ellwood, MDF, DT Jones & WA Foster, 2002,
Canopy Ferns in Lowland Dipterocarp Forest LAMPIRAN
Support a Profilic Abundance of Ants, Termites 1. Asplenium longissimum BI.
and others Invertebrates, Biotropika 34: 575-
583.
Hartini, S. 2011, Tumbuhan Paku di Beberapa
Kawasan Hutan di Taman Nasional Kepulauan
Togean dan Upaya Konservasinya di Kebun
Raya Bogor, Berkala Penelitian Hayat, Edisi
Khusus: Volume 7A Halaman 35–40.
Hovenkamp PH, Bosman, MTM, Hennipman E,
Nooteboom, H.P, Rodl-Linder, G & Roos, MC,
1998, Polypodiacea. In: C Kalkman and HP,
Nooteboom, Flora Malesiana, Series. II, vol. 3,
pp. 1-234. Hortus Botanicus, Leiden
Holtum, RE, 1967, Flora Malesiana, Series II-
Pteridophyta, Ferns & Ferns Allies, Royal
Botanic Gardiens, Kew-Surrey England.
Holtum, RE, 1986, A Rivised Flora of Malaya, Fern
of Malaya, Government Printing Office, Gambar 1. Asplenium longissimum BI.
Singapore.
Loveless, AR, 1999, Prinsip-Prinsip Biologi
Tumbuhan Untuk Daerah Tropik, PT
Gramedia, Jakarta.
Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis Paku
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
54
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58
8. Heterogonium giganteum (Bi.) Holtt. 11. Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw. (Ribu-
ribu)
56
Protobiont (2016) Vol. 5 (1) : 46-58
58